Prposal Ikm DBD
Prposal Ikm DBD
PENDAHULUAN
Gambar 1.1 (a). Jumlah rata-rata kasus DBD pertahun yang dilaporkan ke WHO, dan
jumlah rata-rata negara berkembang pertahun yang melaporkan DBD,(b)Kegawatan DBD
sebelum dan sesudah tahun 1960.
Gambar 1.2 Angka Insiden DBD per 100.000 Penduduk di Indonesia Tahun 1968 2009.
tersebut mempunyai
habitat
pada
tempat-tempat
Tabel 1.1 Jumlah Penderita DBD di Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
sampai Februari 2015
Desa
2013
2014
Januari Februari
Kebonagung
Jati
2015
13
Suko
Sukodono
Lebo
Cemeng Kalang
Cemeng Bakalan
Sumput
Sarirogo
Total
23
17
diangkat sebagai pegawai tidak tetap guna mengetahui tingkat kepadatan vektor
sejak dini, akan tetapi upaya yang telah dilakukan tadi belum menunjukan hasil
yang
optimal.
Masyarakat
yang
belum
mempunyai
kesadaran
untuk
hubungan upaya
I.2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
Apakah ada hubungan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk terhadap
kejadian Demam Berdarah Dengue di Desa Kebonagung Kecamatan
Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.
I.3.
TUJUAN PENELITIAN
I.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang
dilakukan oleh sebuah keluarga terhadap kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD).
I.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN).
MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk meningkatkan
pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat
tentang
pentingnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
11
II.2.2. Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4 x 106 (Djamaludin, 2009).
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe
terbanyak (Djamaludin, 2009).
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia
seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar, dan primata. Survei epidemiologi pada
hewan ternak didapakan antibodi terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi,
dan babi. Penelitian pada arthropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi
pasa nyamuk genus Aedes (Stegomya) Toxorynchites (Djamaludin, 2009)
II.2.3. Epidemiologi
12
cenderung
menurun
hingga
mencapai
2%
pada
tahun
1999
13
Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari yang
diikuti fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam,
akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat
pengobatan yang tidak adekuat (Chaturverdi, 2008)
II.2.5 Diagnosis
Langkah penegakkan diagnosis suatu penyakit seperti anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang tetap berlaku pada penderita infeksi
dengue.Riwayat penyakit yang harus digali adalah saat mulai demam/sakit, tipe
demam, jumlah asupan per oral, adanya tanda bahaya,diare, kemungkinan adanya
gangguan kesadaran, output urin, juga adanya orang lain di lingkungan kerja yang
memiliki gejala serupa. Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari
(rentang 3-14 hari), timbul gejala prodromal yang tidak khas seperti: nyeri kepala,
nyeri tulang belakang dan perasaan lelah (Chaturverdi, 2008).
Pemeriksaan fisik selain tanda vital, juga pastikan kesadaran penderita,
status hidrasi, status hemodinamik sehingga tanda-tanda syok dapat dikenal lebih
dini,
adalah
takipnea/pernafasan
Kusmaul/efusi
pleura,
apakah
ada
14
M (Ig M) biasanya dapat terdeteksi dalam darah mulai hari ke-5 onset demam,
meningkat sampai minggu ke-3 kemudian kadarnya menurun. Ig M masih dapat
terdeteksi hingga hari ke-60 sampai hari ke-90. Pada infeksi primer, konsentrasi Ig
M lebih tinggi dibandingkan pada infeksi sekunder. Pada infeksi primer,
Imunoglobulin G (Ig G) dapat terdeteksi pada hari ke-14 dengan titer yang rendah
(<1:640), sementara pada infeksi sekunder Ig G sudah dapat terdeteksi pada hari
ke-2 dengan titeryang tinggi (> 1 :2560) dan dapat bertahan seumur hidup
(Chaturverdi, 2008).
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi : demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, terdapat
minimal satu manifestasi perdarahan (uji bendung positif, ptekie, ekimosis,
purpura, perdarahan mukosa atau perdarahan di tempat lain, hematemesis atau
melena), trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul), terdapat minimal satu
tanda kebocoran plasma (peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar
disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin, penurunan hematokrit >20% setelah
mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya), tanda
kebocoran plasma (efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia) (Chaturverdi, 2008).
15
yang lebih aman, murah dan sederhana. Oleh sebab itu kebijakan pemerintah
dalam pengendalian vektor DBD lebih menitikberatkan pada program ini,
walaupun cara ini sangat tergantung pada peranserta masyarakat (Chadijah, 2011).
Bentuk peran serta masyarakat lain yang diharapkan dapat meningkatkan ABJ
(Angka Bebas Jentik) adalah dengan mengikutsertakan ketua Rukun tetangga
(RT). Ketua RT diharapkan mampu memotivasi warganya untuk mengamati
keberadaan jentik di rumah masing-masing, kemudian menuliskan hasilnya ke
form jentik dan menyerahkan form tersebut kepada ketua RT. Peran serta aktif
dari pemilik rumah, diharapkan mampu meningkatkan ABJ di lingkungan masingmasing (Salawati, 2010).
II.3.1. Sasaran
Sasaran pemberantasan sarang nyamuk DBD yaitu semua tempat
perkembangbiakan nyamuk penular DBD, antara lain: Tempat penampungan air
(TPA) untuk keperluan sehari-hari, tempat penampungan air bukan untuk
keperluan sehari-hari, tempat penampung air alamiah. (Depkes,RI,2005)
16
17
karena
itu
perlu
dilakukan
penyemprotan
siklus
kedua,
18
19
terjadi
KLB
atau
wabah,
dilakukan
penyemprotan
insektisida
20
21
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
22
Mengubur
Faktor Ekstrinsik
a. Faktor lingkungan
fisik (curah hujan)
b. Faktor kepadatan
nyamuk
Menutup
Menguras
P
S
N
Demam Berdarah
(DBD)
Abate/
Cantelan baju/
Kelambu/
Obat nyamuk
semprot atau lotion
23
BAB IV
METODE PENELITIAN
dilakukan
di
desa
Kebonagung
Kecamatan
Sidoarjo
24
IV.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal yang
menjadi objek penelitian (Sekaran dan Bougie,2011). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh Kepala Keluarga di desa Kebonagung Kecamatan Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo.Sampel adalah sebagian dari populasi atau gambaran yang
mewakili populasi (Sekaran dan Bougie,2011). Penelitian ini akan mengambil
sampel Kepala Keluarga desa Kebonagung Kecamatan Sidoarjo Kabupaten
Sidoarjo.
Pembagian
kuesioner
akan
dilakukan
dengan
mengunakan
metode
Z2 P Q
d2
Keterangan:
n =
Besar sampel.
P=
25
Q=
d=
Z =
Z 2 P Q
d2
0,102
IV.4. Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Variabel terikat : Kejadian Demam berdarah Dengue
2. Variabel bebas : Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk
26
plasma
yang
ditandai
oleh
hemokonsentrasi
(peningkatan
27
IV.7.2. Coding
Mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya.
28
O = Observe frequency
E = Expected frequency
E = total baris x total kolom
n
Perumusan hipotesis
2.
Penentuan df
Df = (c-1)(r-1), dengan c adalah jumlah kolom dan r adalah jumlah
baris.
3.
Penentuan
Dengan batas kemaknaan
4.
5.
Perhitungan X2
Rumusan X2
X2 = (o e) 2
Tabel 4.1 Kategori data nominal untuk PSN dan penderita demam berdarah
dengue
No
Variabel
Responden
1. Pemberantasan Individu pria
Sarang
atau wanita
Nyamuk
dalam suatu KK
plus.
29
Kategori
Memenuhi
syarat
(PSN)
2.
Individu pria
b. Tidak Melakukan 3M
Tidak
atau wanita
memenuhi
dalam suatu KK
syarat
plus.
a. Terdapat individu
Penderita
Individu pria
Demam
atau wanita
Berdarah
dalam suatu KK
Dengue
Memenuhi
syarat
menderita DBD
dalam 3 tahun
terakhir(2013Individu pria
Februari 2015)
b. Tidak terdapat
Tidak
atau wanita
dalam suatu KK
berusia 18 tahun
pernah menderita
ke atas
30
memenuhi
31