Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah
tropis dan sub-tropis, dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Terhitung sejak tahun
1968 hingga tahun 2009. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan utamadi Indonesia, bersifat endemis dan timbul sepanjang
tahun disertai epidemi tiap lima tahunan dengan kecenderungan interval serangan
epidemi menjadi tidak teratur. World Health Organization (WHO) mencatat
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Gambar 1.1 (a). Jumlah rata-rata kasus DBD pertahun yang dilaporkan ke WHO, dan
jumlah rata-rata negara berkembang pertahun yang melaporkan DBD,(b)Kegawatan DBD
sebelum dan sesudah tahun 1960.

Permasalahan DBD di Indonesia adalah masih tingginya insiden dan


penyebaran penyakit yang semakin meluas, ditandai dengan beberapa kejadian
luar biasa/ KLB dengan siklus 5 - 10 tahunan. Serangan KLB terjadi tahun 1973
(10.189 kasus), tahun 1983 (13.668 kasus), tahun 1988 (57.573 kasus), tahun
1998 (72.133 kasus), dan tahun 2004 (58.861 kasus) (Salawati,2010).

Gambar 1.2 Angka Insiden DBD per 100.000 Penduduk di Indonesia Tahun 1968 2009.

Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk masih merupakan masalah


kesehatan bagi masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, seperti :
Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Filariasis (kaki gajah), Chikungunya
dan Encephalitis. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedesaegypti.

Selain A.aegypti, A. albopictus juga telah diketahui dapat menularkan penyakit


DBD. Kedua spesies

tersebut mempunyai

habitat

pada

tempat-tempat

penampungan air bersih yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan


sehari-hari. Dalam dekade terakhir ini telah terjadi pergeseran umur penderita ke
kelompok umur yang lebih tua (Djamaluudin, 2009).

Gambar 1.3Wilayah kerja puskesmas Sukodono( Data Primer Puskesmas


Sukodono, 2014)

Hasil studi epidemiologis DBD pada orang dewasa menyebutkan bahwa


golongan umur yang paling banyak menderita DBD adalah dewasa muda umur 15
- 20 tahun, kemudian diikuti oleh golongan umur 20 - 25 tahun, lalu diikuti
golongan umur 25-30 tahun, seterusnya oleh golongan umur diatas 30 tahun
(Djamaluudin, 2009).
Puskesmas Sukodono berada di Wilayah Kabupaten Sidoarjo. Wilayah
kerja Puskesmas Sukodono terdiri dari 9 desa , yaitu desa Kebonagung,

Cemengkalang, Cemeng Bakalan, Sukodono, Sumput, Suko, Sarirogo, Lebo


dengan jumlah total 62.993 jiwa dan 18.759 kepala keluarga. Desa Kebonagung
merupakan salah satu desa di kecamatan Sidoarjo dengan luas wilayah 142.000
km2, serta kepadatan penduduk pada tahun 2014 sebanyak 45,42 per km2 dengan
jumlah penduduk 6.449 jiwa.
Epidemiologi DBD adalah manusia sebagai hospesdengan kepadatan dan
mobilitasnya yang tinggi, nyamuk Aedes berperan sebagai vektoryang tersebar
luas diseluruh Tanah Air dan terdapat empat jenis serotipe virus Dengue yaitu
DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 sebagai penyebab DBD (Djamaludin, 2009).
Penderita DBD di kecamatan Sidoarjo selama rentang Januari sampai Februari
2015yaitu sebanyak 5 kasus DBD.
Desa Kebonagung merupakan daerah endemis DBD. Data pasien DBD
tahun 2013 sebanyak 2 kasus ditambah 1 kasus suspek DBD . Pada tahun
2014didapatkan 3 kasus dengan 1 kematian, sedangkan pada rentang waktu
Januari sampai Februari 2015 sebanyak 13kasus DBD.Sepanjang Januari sampai
Februari 2015 Desa Kebonagung tidak pernah mencapai Angka Bebas jentik
100%.

Tabel 1.1 Jumlah Penderita DBD di Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013
sampai Februari 2015
Desa

2013

2014

Januari Februari

Kebonagung
Jati

2015
13

Suko

Sukodono

Lebo

Cemeng Kalang

Cemeng Bakalan

Sumput

Sarirogo

Total

23

17

Sumber: Data Puskesmas Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

Sampai saat ini, upaya pemberantasan DBD melalui pemberantasan


nyamuk sebagai salah satu faktor penyebab DBD belum berhasil. Demikian pula
upaya peningkatan kekebalan tubuh dan pencegahan dengan vaksinasi belum
dapat dilaksanakan.
Masalah perilaku manusia ada yang menguntungan (positif) dan ada yang
merugikan (negatif). Jika dihubungkan pemberantasan sarang nyamuk dengan
demam berdarah dengue, terdapat perilaku positif yaitu melakukan upaya
menguras, menutup, mengubur (3M) dan perilaku yang negatif merupakan
kontradiksi dari upaya ini.
Berbagai peraturan dan kebijakan yang telah dikeluarkan guna
mengantisipasi kenaikan dan penyebaran kasus DBD diantaranya yang paling
digalakkan selama ini adalah melalui pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) melalui pemberdayaan masyarakat yang dikenal dengan pemberantasan 3
M (Mengubur, Menutup, dan Menguras). Juru pemantau jentik (Jumantik)

diangkat sebagai pegawai tidak tetap guna mengetahui tingkat kepadatan vektor
sejak dini, akan tetapi upaya yang telah dilakukan tadi belum menunjukan hasil
yang

optimal.

Masyarakat

yang

belum

mempunyai

kesadaran

untuk

membersihkan lingkungan, maka kasus DBD akan meningkat.


Dari penjabaran ini penulis ingin mengetahui

hubungan upaya

pemberantasan sarang nyamuk terhadap kejadian demam berdarah Dengue di


Desa Kebonagung Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

I.2.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu:
Apakah ada hubungan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk terhadap
kejadian Demam Berdarah Dengue di Desa Kebonagung Kecamatan
Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.

I.3.

TUJUAN PENELITIAN
I.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang
dilakukan oleh sebuah keluarga terhadap kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD).
I.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN).

b. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian


Demam Berdarah Dengue (DBD).
I.4.

MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk meningkatkan
pengetahuan

dan

kesadaran

masyarakat

tentang

pentingnya

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan faktor kejadian Demam


Berdarah Dengue (DBD) di Desa Kebonagung Kecamatan Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo.
b. Bagi Instansi terkait
Memberikan informasi bagi instansi terkait khususnya Puskesmas
di Kecamatan Sidoarjo tentang faktor yang mempengaruhi angka
kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) agar dapat dijadikan dasar
dalam pengambilan kebijakan dan penanggulangan DBD di Desa
Kebonagung Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.
c. Bagi penelitian lain
Hasil penelitian ini di harapkan dapat dijadikan data dasar dan
acuan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Nyamuk Aedes aegypti


II.1.1. Klasifikasi
Aedes aegypti dalam sistematika (taksonomi) merupakan golongan
animalia, filum arthropoda, kelas insecta, ordo diptera, famili culicidae, subfamili
culicinae, genus Aedes dan spesies Aedes aegypti (Anggraini,2012).

II.1.2 Ciri-ciri dan Sifat Aedes aegypti


Nyamuk Aedes aegypti mempunyai ciri-ciri khusus dan paling mudah
dikenal adalah warna hitam dan belang-belang (Loreng-loreng) putih pada seluruh
tubuhnya dan bentuknya lebih kecil jika dibandingkan dengan nyamuk biasa.
Tubuh nyamuk jika menghisap darah posisinya mendatar. Nyamuk yang
menggigit manusia hanya nyamuk Aedesbetina (untuk mematangkan telur),
karena nyamuk jantan lebih tertarik pada cairan yang mengandung gula seperti
bunga dan tumbuhan (Anggraini,2012).
Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak di selokan atau got.
Nyamuk ini bertelur serta pembiakannya di air yang jernih, dimana permukaan air
pada dinding tegak lurus dan terlindung pengaruh mata hari langsung.Biasanya
nyamuk mengigit (menghisap darah) pada pagi sampai sore hari. Ada 2 puncak
aktivitas menggigit yaitu antara pukul 08.00 sampai 10.00 pagi dan pukul 16.00
sampai 18.00 sore. Malam hari nyamuk lebih suka bersembunyi disela-sela
pakaian yang tergantung atau korden, terutama di ruang gelap atau lembab
(Annonimus,2010).
Nyamuk Aedes aegypti tergolong antropilik yaitu suka darah manusia.
Berbeda dengan species nyamuk lain yang sudah puas menggigit /menghisap
darah satu orang saja, tetapi nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan
menggigit berulang, yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam
waktu singkat, sehingga semakin cepat proses penuralaran yang terjadi
(Annonimus,2010).

Bagi nyamuk Aedes aegypti, darah manusia digunakan untuk kebutuhan


repruduksi (mematangkan telur agar dapat dibuahi pada saat perkawinan), setelah
3 hari menghisap darah, nyamuk akan bertelur di tempat yang disukai yaitu di
genangan air bersih.Nyamuk mampu terbang sampai radius 100-200 meter saja
sehingga selalu mencari mangsa dekat. Mobilisasi penduduk dari tempat yang
satu ke tempat yang lain berpengaruh besar pada penyebaran nyamk ini, biasanya
nyamuk bersembunyi didalam mobil, perahu, kapal kereta api (Annonimus,2010).

II.1.3. Siklus Hidup


Nyamuk Aedes aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur
pada permukaan airbersih secara individual. Setiap hari nyamuk Aedes betina
dapat bertelur rata-rata 100 butir. Setelah dua hari telur menetas menjadi larva lalu
mengadakan pengelupasan kulit sebanyak empat kali, tumbuh menjadi pupa dan
akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur sampai menjadi dewasa
memerlukan waktu kira-kira 9 hari.Faktor biotik seperti predator, kompetitor dan
makanan yang berinteraksi dalam kontainer sebagai habitat akuatiknya pradewasa
juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menjadi imago(Wirayoga, 2010).
Pada fase jentik berukuran 0,5-1 cm, selalu bergerak di dalam air (gerakan
berulang-ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas, kemudian
kembali ke bawah). Pada saat istirahat, posisinya hampir tegak lurus dangan
permukaan air.Ukuran telur Aedes aegypti sangat kecil (0,7 mm), berwarna hitam
dan tahan sampai 6 bulan ditempat kering dan masih menyimpan larva yang siap
menetas ketika turun hujan dan air (Wirayoga, 2010).

10

Gambar 2.1 Siklus hidup Nyamuk Aedes aegypti.

II.2 Demam Berdarah Dengue


II.2.1. Definisi
Demam Dengue/ DF dan Demam Berdarah Dengue/ DBD adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot, dan/atau nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia, dan diathesis hemoragik (Chaturverdi, 2008).

11

Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi


(peningkatan hematokrit)atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Chaturverdi,
2008).
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam
berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Salawati, 2010)

II.2.2. Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus
merupakan virus dengan diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai
tunggal dengan berat molekul 4 x 106 (Djamaludin, 2009).
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotipe
terbanyak (Djamaludin, 2009).
Dalam laboratorium virus dengue dapat bereplikasi pada hewan mamalia
seperti tikus, kelinci, anjing, kelelawar, dan primata. Survei epidemiologi pada
hewan ternak didapakan antibodi terhadap virus dengue pada hewan kuda, sapi,
dan babi. Penelitian pada arthropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi
pasa nyamuk genus Aedes (Stegomya) Toxorynchites (Djamaludin, 2009)

II.2.3. Epidemiologi

12

Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia tenggara, Pasifik barat,


dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh
wilayah tanah air. Insiden DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000
penduduk (1989 hingga 1995); dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar
biasa hingga 35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas
DBD

cenderung

menurun

hingga

mencapai

2%

pada

tahun

1999

(Approach.Wiley:United Kingdom. (Subargus, 2007).


Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes
(terutama A. aegypti dan A. albopictus). Peningkatan kasus setiap tahunnya
berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi
nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi, kaleng bekas, dan
tempat penampungan air lainnya) (Djamaludin, 2009)
Beberapa faktor diketahui berkaitan tentang peningkatan tranmisi virus
dengue yaitu: 1.) Vektor: perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit,
kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat
lain; 2.) Penjamu: terdapatnya penderita di lingkungan/ keluarga, mobilisasi dan
paparan terhadap nyamuk, usia, dan jenis kelamin. 3.) Lingkungan : curah hujan,
suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk (Djamaludin, 2009).
II.2.4. Manifestasi klinis dan perjalanan penyakit
Manifestasi infeksi virus dapat bersifat asimtomatik, atau dapat berupa
demam yang tidak khas, demam dengue, demam berdarah dengue, atau dengue
syok sindrom (Djamaludin, 2009).

13

Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari yang
diikuti fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam,
akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi renjatan jika tidak mendapat
pengobatan yang tidak adekuat (Chaturverdi, 2008)

II.2.5 Diagnosis
Langkah penegakkan diagnosis suatu penyakit seperti anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang tetap berlaku pada penderita infeksi
dengue.Riwayat penyakit yang harus digali adalah saat mulai demam/sakit, tipe
demam, jumlah asupan per oral, adanya tanda bahaya,diare, kemungkinan adanya
gangguan kesadaran, output urin, juga adanya orang lain di lingkungan kerja yang
memiliki gejala serupa. Masa inkubasi dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari
(rentang 3-14 hari), timbul gejala prodromal yang tidak khas seperti: nyeri kepala,
nyeri tulang belakang dan perasaan lelah (Chaturverdi, 2008).
Pemeriksaan fisik selain tanda vital, juga pastikan kesadaran penderita,
status hidrasi, status hemodinamik sehingga tanda-tanda syok dapat dikenal lebih
dini,

adalah

takipnea/pernafasan

Kusmaul/efusi

pleura,

apakah

ada

hepatomegali/asites/kelainan abdomen lainnya, cari adanya ruam atau ptekie atau


tanda perdarahan lainnya, bila tanda perdarahan spontan tidak ditemukan maka
lakukan uji torniket. Sensitivitas uji torniket ini sebesar 30 % sedangkan
spesifisitasnya mencapai 82 % (Chaturverdi, 2008).
Diagnosis konfirmatif diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium, yaitu
isolasi virus, deteksi antibodi dan deteksi antigen atau RNAvirus. Imunoglobulin

14

M (Ig M) biasanya dapat terdeteksi dalam darah mulai hari ke-5 onset demam,
meningkat sampai minggu ke-3 kemudian kadarnya menurun. Ig M masih dapat
terdeteksi hingga hari ke-60 sampai hari ke-90. Pada infeksi primer, konsentrasi Ig
M lebih tinggi dibandingkan pada infeksi sekunder. Pada infeksi primer,
Imunoglobulin G (Ig G) dapat terdeteksi pada hari ke-14 dengan titer yang rendah
(<1:640), sementara pada infeksi sekunder Ig G sudah dapat terdeteksi pada hari
ke-2 dengan titeryang tinggi (> 1 :2560) dan dapat bertahan seumur hidup
(Chaturverdi, 2008).
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi : demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, terdapat
minimal satu manifestasi perdarahan (uji bendung positif, ptekie, ekimosis,
purpura, perdarahan mukosa atau perdarahan di tempat lain, hematemesis atau
melena), trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul), terdapat minimal satu
tanda kebocoran plasma (peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar
disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin, penurunan hematokrit >20% setelah
mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya), tanda
kebocoran plasma (efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia) (Chaturverdi, 2008).

II.3. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)


Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah suatu kegiatan masyarakat
dan pemerintah yang dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah
menanggulangi penyakit demam berdarah. PSN merupakan cara pemberantasan

15

yang lebih aman, murah dan sederhana. Oleh sebab itu kebijakan pemerintah
dalam pengendalian vektor DBD lebih menitikberatkan pada program ini,
walaupun cara ini sangat tergantung pada peranserta masyarakat (Chadijah, 2011).
Bentuk peran serta masyarakat lain yang diharapkan dapat meningkatkan ABJ
(Angka Bebas Jentik) adalah dengan mengikutsertakan ketua Rukun tetangga
(RT). Ketua RT diharapkan mampu memotivasi warganya untuk mengamati
keberadaan jentik di rumah masing-masing, kemudian menuliskan hasilnya ke
form jentik dan menyerahkan form tersebut kepada ketua RT. Peran serta aktif
dari pemilik rumah, diharapkan mampu meningkatkan ABJ di lingkungan masingmasing (Salawati, 2010).

II.3.1. Sasaran
Sasaran pemberantasan sarang nyamuk DBD yaitu semua tempat
perkembangbiakan nyamuk penular DBD, antara lain: Tempat penampungan air
(TPA) untuk keperluan sehari-hari, tempat penampungan air bukan untuk
keperluan sehari-hari, tempat penampung air alamiah. (Depkes,RI,2005)

II.3.2. Cara Pelaksanaan PSN


Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD dilakukan dengan cara fisik,
kimia, fogging. 3M Plus merupakan cara fisik, yaitu: menguras dan menyikat
tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc, drum, dan lain-lain

16

seminggu sekali (M1), menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti


gentong air/ tempayan (M2), mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas
yang dapat menampung air hujan (M3) serta fogging.Dapat ditambah dengan cara
lainnya, seperti: mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat
lainnya yang sejenis seminggu sekali, memperbaiki saluran dan talang air yang
tidak lancer /rusak, menutup lubang-lubang pada potongan bambu /pohon,
menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit di kuras atau
di daerah yang sulit air, memelihara ikan pemakan jentik di kolam /bak-bak
penampung air, memasang kawat kasa, menghindari kebiasaan menggantung
pakaian dalam kamar, mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang
memadai, menggunakan kelambu, memakai obat yang dapat mencegah gigitan
nyamuk. Keseluruhan cara tersebut di atas di kenal dengan istilah 3M Plus
(Salawati, 2010).
Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida
pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Cara ini
termasuk cara kimia larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah Temephos.
Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand granules), dosis yang
digunakan 1 ppm atau 10 gram ( 1 sendok makan rata) untuk tiap 100 liter air,
larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan (Rini, 2010)
Cara biologi dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah,
ikan gupi, ikan cupang/tempalo, dan lain-lain). Dapat juga digunakan bacillus
thuringlen sisvar, isrealiensis (BTI) (Chadijah, 2011)

17

Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara


pemyemprotan (pengasapan/pengabutan= fogging) dengan insektisida, mengingat
kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-benda bergantung, maka
penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah seperti pemberantasan nyamuk
penular malaria (Chadijah, 2011).
Inseksida yang padat digunakan antara lain inseksida golongan:
organophospat, misalnya malathion, pyretroid sintetic, misalnya lamda sihalotri,
cypermetrin dan alfa methin carbamat (Chadijah, 2011).
Alat yang digunakan untuk penyemprotan adalah mesin fog atau mesin
ULV dan penyemprotan dengan cara pengasapan tidak mempunyai efek residu.
Untuk membasmi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus
dengan interval satu minggu, pada penyemprotan siklus pertama semua nyamuk
yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan nyamuk-nyamuk yang
lainnya akan mati, tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru yang
diantaranya akan menghisap darah penderita vevimia yang masih ada yang dapat
menimbulkan terjadinya penularan kembali (Chadijah, 2011).
Oleh

karena

itu

perlu

dilakukan

penyemprotan

siklus

kedua,

penyemprotan yang kedua dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan yang


pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat
menularkan pada orang lain (DepkesRI.2005).
Abatiasi adalah Penggunaan Abate. Takaran penggunaan bubuk Abate
untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk Abate, untuk 10 liter air Abate yang

18

diperlukan= (100/10) x 1 gram= 10 gram Abate, untuk menakar Abate digunakan


sendok makan, satu sendok peres berisi 10 gram Abate (Depkes,RI,2005).
Bila memerlukan Abate kurang dari 10 gram, maka dapat dilakukan
sambil 1 sendok makan Abate dan tuangkan pada selembar kertas. Lalu bagi
Abate menjadi 2, 3 atau 4 bagian sesuai dengan takaran yang dibutuhkan.
(Depkes,RI,2005).
Setelah dibubuhkan Abate maka selama 3 bulan bubuk Abate dalam air
tersebut mampu membunuh jentik Aedes aegypti selama 3 bulan. Bila tempat
penampungan tersebut akan dibersihkan/ diganti airnya, hendaknya jangan
menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut. Air yang telah
dibubuhi Abate dengan takaran yang benar tidak membahayakan dan tetap aman
bila air tersebut diminum (Depkes,RI,2005).

II.3.3. Pelaksanaan PSN DBD


Pelaksanaan Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD menurut Depkes
RI yaitu : di rumah yang dilaksanakan oleh anggota keluarga, tempat umum
dilaksanakan oleh petugas yang di tunjuk oleh pimpinan atau pengelola tempattempat umum, seperti:

kantor oleh petugas kebersihan kantor sekolah oleh

petugas sekolah pasar oleh petugas kebersihan pasar (Chadijah, 2011).

II.3.4. Jenis Kegiatan PSN DBD

19

Bulan Bakti Gerakan 3M atau juga dengan istilah bulan kewaspadaan 3M


sebelum musim penularan atau gerakan 3M sebelum masa penularan (G 3M
SMP) adalah suatu kegiatan yang di laksanakan pada saat sebelum terjadi
penularan DBD, yaitu bulan dimana jumlah kasus DBD paling rendah,
berdasarkan jumlah kasus rata-rata perbulan selama 5 tahun terakhir. Kegiatan ini
dilakukan selama sebulan penuh dengan mengajak warga melakukan PSN DBD
dipimpin oleh Kepala wilayah setempat serta melibatkan lintas sektor. Kegiatan
ini di prioritaskan di desa /kelurahan rawan (endemis) agar sebelum terjadi puncak
penularan virus dengue, populasi nyamuk penular dapat ditekan serendah
mungkin sehingga Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat dicegah (Dewi, 2011).
Penyuluhan kepada keluarga, selain penyuluhan secara individu yang
dilakukan penyuluhan kepada masyarakat luas juga dilakukan secara kelompok
(seperti pada pertemuan kader, arisan, dan lain-lain) dan secara massal (seperti
pada saat pertunjukan layar tancap, ceramah agama dan pertemuan musyawarah
desa) (Dewi, 2011).
Pergerakan masyarakat dalam PSN DBD secara terus menerus dan
berkesinambungan sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing daerah,
apabila

terjadi

KLB

atau

wabah,

dilakukan

penyemprotan

insektisida

/pemberantasan vektor dengan pengasapan (fogging) yang dilaksanakan 2 siklus


dengan interval satu minggu yang melibatkan petugas dinas kesehatan kabupaten/
kota, puskesmas dan tenaga lain yang terlatih (Dewi, 2011).

II.3.5. Pentingnya 3M PLUS

20

Penyebaran wabah DBD dipengaruhi oleh ada tidaknya nyamuk Aedes


aegypti yang dipengaruhi lagi oleh ada tidaknya genangan air. Pertama adalah
membunuh nyamuk baik dengan peptisida maupun dengan ovitrap, yakni dengan
bak perangkap yang di utup kasa, penggunaan peptisida selain memerlukan biaya
dan berbahaya pada manusia, juga akan memicu munculnya nyamuk yang
resisten, sehingga cara ini bukanlah cara yang efektif untuk jangka panjang, untuk
jangka pendek cara ini masih digunakan. Kedua adalah membuat nyamuk
trasgenik supaya tidak terinfeksi oleh virus dengue, jika nyamuk tidak bisa
terinfeksi oleh virus dengue otomatis manusia tidak akan pernah terinfeksi oleh
virus dengue. Cara ini digunakan oleh beberapa peneliti untuk mengatasi masalah
malaria, namun pengembangan cara ini masih memerlukan puluhan tahun untuk
bisa di aplikasikan. Cara yang ketiga adalah PSN yang efektif dan efisien melalui
kegiatan 3M yaitu dengan menguras tempat penyimpanan air, menutup tempat
penampungan air, mengubur barang-barang bekas yang memungkinkan dijadikan
tempat perindukan dan perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes aegypti ,
menutup lubang -lubang pada bambu dengan tanah atau adukan semen, melipat
pakian/ kain yang bergantungan pada kamar agar nyamuk tidak hinggap, untuk
tempat-tempat air yang tidak memungkinkan atau sulit di kuras taburkan bubuk
abate kedalam genangan air tersebut untuk membunuh jenti-jentik nyamuk, ulangi
hal ini setiap 2-3 bulan sekali (Subargus, 2007).

21

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III.1. KERANGKA KONSEP


Faktor Intrinsik
a. Usia
b. Jenis Kelamin
c. pekerjaan

22

Mengubur

Faktor Ekstrinsik
a. Faktor lingkungan
fisik (curah hujan)
b. Faktor kepadatan
nyamuk
Menutup
Menguras

P
S
N

Demam Berdarah
(DBD)

Abate/
Cantelan baju/
Kelambu/
Obat nyamuk
semprot atau lotion

Ikan pemakan jentik


Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

III.2. HIPOTESA PENELITIAN


Ada hubungan antara upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk terhadap
kejadian Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Sukodono Kabupaten
Sidoarjo.

23

BAB IV
METODE PENELITIAN

IV.1. Jenis Penelitian


Penelitian deskriptif analitik karena bertujuan memberikan gambaran
keadaan daerah penelitian yang disertai dengan analisis X2. Pengukuran hanya
dilakukan sesaat, sehingga penelitian ini juga dilakukan dengan cross sectional
study.

IV.2. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian

dilakukan

di

desa

Kebonagung

Kecamatan

Sidoarjo

KabupatenSidoarjo. Dengan rentan waktu minggu pertama sampai minggu


keempatbulan Februari tahun 2015.

IV.3. Populasi dan Sampel

24

IV.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal yang
menjadi objek penelitian (Sekaran dan Bougie,2011). Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh Kepala Keluarga di desa Kebonagung Kecamatan Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo.Sampel adalah sebagian dari populasi atau gambaran yang
mewakili populasi (Sekaran dan Bougie,2011). Penelitian ini akan mengambil
sampel Kepala Keluarga desa Kebonagung Kecamatan Sidoarjo Kabupaten
Sidoarjo.
Pembagian

kuesioner

akan

dilakukan

dengan

mengunakan

metode

systematicrandom sampling. Metode systematicrandom sampling adalah teknik


pengambilan sampel dari populasi yang sangat besar dimana setiap unit populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Kuesioner
dibagikan kepada Kepala Keluarga desa Kebonagung Kecamatan Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo.
IV.3.2. Sampel
Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus:
n =

Z2 P Q

d2
Keterangan:
n =

Besar sampel.

P=

Proporsi Kepala Keluarga di desa Kebonagung Kecamatan Sidoarjo


Karena proporsi sebelumnya tidak diketahui, maka pada subyek yang
dipilih secara Systematic random sampling dipergunakan P = 0,5

25

Q=

(1-P), P = 0,5 maka Q = 1-0,5 = 0,5

d=

Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki (ditetapkan)


d = 0,10

Z =

Tingkat kemaknaan (ditetapkan)


Z = 1,96

Maka Besar sampel adalah


n =

Z 2 P Q
d2

1,962 x 0,5 x 0,5

= 96,04 97 (Besar Sampel)

0,102

IV.4. Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Variabel terikat : Kejadian Demam berdarah Dengue
2. Variabel bebas : Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk

IV.5. Definisi Operasional


IV.5.1.Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Adalah pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue adalah
kegiatan mamberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular Demam
Berdarah Dengue (Aedes Aegypti) di tempattempat perkembengbiakannya.
Kegiatan 3M plus adalah menutup, menguras, menimbun, memelihara ikan

26

pemakan jentik,menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,


memasang kasa, menyemprot dengan insektisida,menggunakan repellent,
memasang obat nyamuk memeriksa jentik berkala (Subargus, 2007).
IV.5.2 Demam Berdarah Dengue
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot, dan/atau nyeri sendi yang disertai bintik-bintik merah di
kulitdan perdarahan trombositopenia, dan diathesis hemoragik dan terjadi
perembesan

plasma

yang

ditandai

oleh

hemokonsentrasi

(peningkatan

hematokrit)atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Djamaludin, 2009).


Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi : demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, terdapat
minimal satu manifestasi perdarahan (uji bendung positif, petekie, ekimosis,
purpura, perdarahan mukosa atau perdarahan di tempat lain, hematemesis atau
melena), trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul), terdapat minimal satu
tanda kebocoran plasma (peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar
disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin, penurunan hematokrit >20% setelah
mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya, tanda
kebocoran plasma (efusi pleura, asites, atau hipoproteinemia).

IV.6. Teknik Pengumpulan Data


a. Data Primer

27

Dikumpulkan melalui teknik wawancara mengunakan acuan kuesioner dan


pengamatan langsung terhadap orang dewasa dalam sebuahkeluarga di
Desa Kebonagung Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo.
b. Data Sekunder
Meliputi data umum dan data lain yang menunjang penelitian dari daerah
penelitian, data ini didapat dari Puskesmas Sukodono.

IV.7. Pengolahan dan Analisis data


IV.7.1. Editing Data
Meneliti lengkap tidaknya kuesioner yang sudah diisi. Kejelasan
jawabannya, kesesuaian antara jawaban yang satu dengan yang lainnya, serta
relevansi jawaban dan keseragaman satuan data.

IV.7.2. Coding
Mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya.

IV.7.3. Tabulasi Data


Memasukkan data-data yang terkumpul ke dalam tabel sehingga
menghasilkan tabel-tabel distribusi frekuensi dan tabel silang manual.

28

O = Observe frequency
E = Expected frequency
E = total baris x total kolom
n

IV.7.4. Analisis data


Analisis data dengan menggunakan analisi X2test (Chi-Square) dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.

Perumusan hipotesis

2.

Penentuan df
Df = (c-1)(r-1), dengan c adalah jumlah kolom dan r adalah jumlah
baris.

3.

Penentuan
Dengan batas kemaknaan

4.

Penentuan batas penolakan H0 (X2-Tabel)

5.

Perhitungan X2
Rumusan X2
X2 = (o e) 2

Tabel 4.1 Kategori data nominal untuk PSN dan penderita demam berdarah
dengue

No
Variabel
Responden
1. Pemberantasan Individu pria

Keadaan yang didapat


a. Melakukan 3M dan

Sarang

atau wanita

paling sedikit satu

Nyamuk

dalam suatu KK

plus.

29

Kategori
Memenuhi
syarat

(PSN)

2.

Individu pria

b. Tidak Melakukan 3M

Tidak

atau wanita

dan tidak melakukan

memenuhi

dalam suatu KK

paling sedikit satu

syarat

plus.
a. Terdapat individu

Penderita

Individu pria

Demam

atau wanita

dalam satu KK yang

Berdarah

dalam suatu KK

sedang atau pernah

Dengue

Memenuhi
syarat

menderita DBD
dalam 3 tahun
terakhir(2013Individu pria

Februari 2015)
b. Tidak terdapat

Tidak

atau wanita

individu dalam satu

dalam suatu KK

KK yang sedang atau syarat

berusia 18 tahun

pernah menderita

ke atas

DBD dalam 2 tahun


terakhir(2014Februari 2015)

30

memenuhi

31

Anda mungkin juga menyukai