Anda di halaman 1dari 21

SKENARIO

Jenazah Tn. Palkis (24 th) dibawa oleh managemen Perusahaan Gula ke Departemen
Kedokteran Forensik untuk dilakukan pemeriksaan autopsi. Dr. BS menganjurkan lapor ke
penyidik untuk dibuat Visum et Repertum. Pihak managemen mengatakan tidak perlu, karena
hanya untuk kepentingan perusahaan.
Tn. Palkis setelah makan siang, (10-15) menit kemudian, mual-mual, muntah, terasa
pusing, sakit perut oleh temannya dibawa ke puskesmas, di tengah jalan Tn. Palkis kejangkejang sampai di puskesmas sesak napas, baru dipasang infus meninggal dunia.
Pemeriksaan
Pemeriksaan Luar:
-

Pembuluh darah balik leher dilatasi, ujung-ujung jari sianosis, bintik perdarahan pada

kedua bola mata.


Lebam mayat lebih gelap warna kemerahan mudah hilang pada penekanan.
Kaku mayat terdapat pada mulut dan leher mudah di lawan, belum terdapat pada
kedua lengan + tungkai.

Pemeriksaan Dalam:
-

Alat-alat dalam (paru, hati, ginjal, limfa) distended, congestive (bendungan), pada

pengirisan keluar darah agak cair merah terang.


Lambung berisi makanan baru dicerna, dinding lambung hiperemis.

Laboratorium:
Diambil darah, urine, isi lambung, usus ginjal, limfa, otak. Untuk pemeriksaan Lab.
Toksitologi.
Klarifikasi istilah
1. Autopsi

: pemeriksaan terhadap tubuh jenazah yang meliputi


pemeriksaan luar dan dalam dengan tujuan menemukan proses
penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi,
menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan
sebab akibat
2. Departemen kedokteran forensic: Salah satu cabang spesialistik
dari ilmu kedokteran, yang mempelajari pemanfaatan ilmu

3. Penyidik
4. Visum et repertum

kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan.


: polisi/ pejabat negara yang diatur oleh undang-undang untuk
mencari dan mengumpulkan bukti atas pelaku tindak pidana
: surat keterangan yang dibuat oleh dokter atas apa yang dilihat
dan ditemukan berdasarkan pemintaan dari pihak penyidik,
pada barang bukti yang diperiksanya serta memuat pula
1

kesimpulan atas pemeriksaan tersbut guna kepentingan


peradilan
5. Lebam mayat

: pengumpulan sel-sel darah (eritrosit) pada pembuluh darah


kapiler/ vena karena adanya gaya gravitasi pada bgian tubuh
terendah setelah kematian klinis.

6. Kaku mayat

: kekakuan pada otot yang kadang-kadang disertai dengan


pemendekan serabut otot yang terjadi setelah oeriode
pelemasan yang terjadi karena perubahan kimiawi pada protein
dalam serabut otot.
7. Pemeriksaan luar

: Pemeriksaan yang dilakukan dengan

sangat hati-hati terhadap ciri identitas fisik mayat, pakaian,


benda disamping mayat, ciri tanatologis, perlukaan dan patah
tulang.
8. Pemeriksaan dalam

: Pemeriksaan yang dilakukan dengan

membuka dan memeriksa isi rongga kepala, leher, dada, perut,


panggul atau bagian tubuh lain apabila diperlukan.
Identifikasi masalah
1. Jenazah Tn. Palkis (24 th) dibawa oleh managemen Perusahaan Gula ke Departemen
Kedokteran Forensik untuk dilakukan pemeriksaan autopsi. Dr. BS menganjurkan
lapor ke penyidik untuk dibuat Visum et Repertum. Pihak managemen mengatakan
tidak perlu, karena hanya untuk kepentingan perusahaan.
2. Setelah makan siang (10-15) menit kemudian Tn. Palkis mual-mual, muntah, terasa
pusing, sakit perut, Tn. Palkis dibawa oleh temannya ke puskesmas. Di tengah jalan
Tn. Palkis kejang-kejang sampai di puskesmas sesak napas, baru dipasang infus
meninggal dunia.
3. Pemeriksaan Luar:
- Pembuluh darah balik leher dilatasi, ujung-ujung jari sianosis, bintik perdarahan pada
-

kedua bola mata.


Lebam mayat lebih gelap warna kemerahan mudah hilang pada penekanan.
Kaku mayat terdapat pada mulut dan leher mudah di lawan, belum terdapat pada

kedua lengan + tungkai.


4. Pemeriksaan Dalam:
- Alat-alat dalam (paru, hati, ginjal, limfa) distended, congestive (bendungan), pada
-

pengirisan keluar darah agak cair merah terang.


Lambung berisi makanan baru dicerna, dinding lambung hiperemis.
2

Analisis Masalah
1. a. Apa itu Visum et Repertum?
b. Apa dasar hukumVisum et Repertum?
c. Bagaimana pembagian visum et repertum?
d. Apakah tujuan Visum et repertum?
e. Mengapa Dr. BS menganjurkan lapor ke penyidik untuk dibuat Visum et Repertum?
f. Apakah boleh dilakukan autopsi tanpa disertai permintaan dari penyidik?
g. Mengapa harus pihak berwenang yang meminta visum et repertum?
2. a. Mengapa timbul gejala mual mual, muntah, terasa pusing, sakit perut setelah makan
siang di pabrik gula?
b. Makanan/ zat apa yang dimakan oleh Tn. Palkis?
c. Adakah hubungan antar gejala yang dialami Tn. Palkis dengan kematiannya?
3. Apa yang menyebabkan timbulnya :
a. Pembuluh darah balik leher dilatasi, ujung-ujung jari sianosis, bintik perdarahan pada
kedua bola mata.
b. Lebam mayat lebih gelap warna kemerahan mudah hilang pada penekanan.
c. Kaku mayat terdapat pada mulut dan leher mudah di lawan, belum terdapat pada
kedua lengan + tungkai.
d. Bagaimana perkiraan saat kematian berdasarkan hasil PL yang ditemukan dan
disesuaikan dengan anamnesis dari pihak manajemen?
4. Apa yang menyebabkan timbulnya :
a. Alat-alat dalam (paru, hati, ginjal, limfa) distended, congestive (bendungan), pada
pengirisan keluar darah agak cair merah terang.
b. Lambung berisi makanan baru dicerna, dinding lambung hiperemis.
c. Apakah penyebab pasti kematian berdasarkan hasil autopsi? Bagaimana cara
membuktikannya?
Hipotesis
Tn Palkis, laki-laki 24 tahun, meninggal dunia akibat keracunan makanan setelah
makan siang di pabrik gula.

Sintesis Learning Issue


1. a. Apa itu Visum et Repertum?
Visum et Repertum (VeR) adalah keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun
mati, ataupun bagian / diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan
dibawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
b. Apa dasar hukum Visum et Repertum?
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas u.ntuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat
c. Bagaimana pembagian visum et repertum?
Ada 3 jenis visum et repertum, yaitu:
1 . VeR hidup
VeR hidup dibagi lagi menjadi 3, yaitu:
a. VeR definitif, yaitu VeR yang dibuat seketika, dimana korban tidak memerlukan
perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga tidak menghalangi pekerjaan korban,
Kualifikasi luka yang ditulis pada bagian kesimpulan yaitu luka derajat I atau luka
golongan C.

b.VeR sementara, yaitu VeR yang dibuat untuk sementara waktu, karena korban
memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga menghalangi pekerjaan
korban. Kualifikasi luka tidak ditentukan dan tidak ditulis pada kesimpulan.
Ada 5 manfaat dibuatnya VeR sementara, yaitu
Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak
Mengarahkan penyelidikan
Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan sementara terhadap
terdakwa
Menentukan tuntutan jaksa
c. VeR lanjutan, yaitu VeR yang dibuat dimana luka korban telah dinyatakan sembuh
atau pindah rumah sakit atau pindah dokter atau pulang paksa. Bila korban meninggal,
maka dokter membuat VeR jenazah. Dokter menulis kualifikasi luka pada bagian
kesimpulan VeR.
2. VeR jenazah , yaitu VeR yang dibuat terhadap korban yang meninggal. Tujuan
pembuatan VeR ini adalah untuk menentukan sebab, cara, dan mekanisme kematian.
3. Ekspertise , yaitu VeR khusus yang melaporkan keadaan benda atau bagian tubuh
korban, misalnya darah, mani, liur, jaringan tubuh, tulang, rambut, dan lain-lain. Ada
sebagian pihak yang menyatakan bahwa ekspertise bukan merupakan VeR.
d. Apakah tujuan Visum et repertum?
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis
dalam Pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian
suatu perkara pidana

terhadap

kesehatan

dan

jiwa

manusia,

dimana

VeR

menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam
bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.
e.

Apakah boleh dilakukan autopsi tanpa disertai permintaan dari penyidik?


Tidak boleh, karena definisi Visum et Repertum adalah keterangan tertulis yang
dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan medis
terhadap seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun bagian dari tubuh
manusia,

berupa

temuan

dan

interpretasinya,

di bawah sumpah dan untuk

kepentingan peradilan.
f.

Mengapa harus pihak berwenang yang meminta visum et repertum?


5

Prosedur Permintaan, Penerimaan, dan Penyerahan Visum et Repertum


Pihak yang berhak meminta VeR
1. Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara
untuk menjalankan undang-undang.
2. Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.
3. Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lewat.
4. Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C.
Syarat pembuat:
Harus seorang dokter (dokter gigi hanya terbatas pada gigi dan mulut)
Di wilayah sendiri
Memiliki SIP
Kesehatan baik
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk
membuat VeR korban hidup, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Langsung menyerahkannya kepada dokter, tidak boleh dititip melalui korban atau
keluarganya. Juga tidak boleh melalui jasa pos.
3. Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan dokter.
4. Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.
5. Ada identitas korban.
6. Ada identitas pemintanya.
7. Mencantumkan tanggal permintaan.
8. Korban diantar oleh polisi atau jaksa.
Ada 8 hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang meminta dokter untuk
membuat VeR jenazah, yaitu:
1. Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2. Harus sedini mungkin.
3. Tidak bisa permintaannya hanya untuk pemeriksaan luar.
4. Ada keterangan terjadinya kejahatan.
5. Memberikan label dan segel pada salah satu ibu jari kaki.
6. Ada identitas pemintanya.
7. Mencantumkan tanggal permintaan.
6

8. Korban diantar oleh polisi.


Saat menerima permintaan membuat VeR, dokter harus mencatat tanggal dan
jam, penerimaan surat permintaan, dan mencatat nama petugas yang mengantar
korban. Batas waktu bagi dokter untuk menyerahkan hasil VeR kepada penyidik
selama 20 hari. Bila belum selesai, batas waktunya menjadi 40 hari dan atas
persetujuan penuntut umum.
2. a. Mengapa timbul gejala mual mual, muntah, terasa pusing, sakit perut setelah
makan siang di pabrik gula?
Gejala yang timbul ini adalah gejala yang biasa ditemukan pada kasus keracunan
makanan yang biasanya disebabkan oleh golongan sianida dan pestisida.
Sianida mengikat trivalen Fe

Enzim tidak aktif

Enzim cytochrom oksidase (cytochrom a-a3komplek) + sistem transport


elektron

Transport elektron dari cytochrom a3


diblok

Oksigen sel menurun

Penurunan respirasi aerobik sel

Sel mengikat PO2 (racun) sel cukup oksigen ttp tdk dapat digunakan

Hipoksia
7

Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, cara masuk ke dalam tubuh
dapat secara :
-

inhalasi, misalnya gas HCN (gas penerangan, sisa pembakaran seluloid, fumigasi kapal)

oral, yaitu garam CN yang dipakai pada peyepuhan emas, pengelasan besi dan baja, serta
fotografi dan amigdalin yang didapat dari singkong, ubi dan biji apel
Setelah diabsorbsi, CN masuk ke dalam sirkulasi sebagai CN bebas dan tidak dapat
berikatan

dengan Hb kecuali dalam bentuk methemoglobin akan

terbentuk

sianmethemoglobin. CN akan mengaktifkan enzim oksidatif beberapa jaringan secara


radikal, terutama sitokrom oksidase juga merangsang pernapasan bekerja pada ujung
sensorik sinus (kemoreseptor) sehingga pernapasan cepat. Dengan demikian proses
oksidasi-reduksi dalam sel tidak berlangsung dan oksihemoglobin tidak dapat
berdisosiasi melepaskan O2 ke sel jaringan sehingga timbul anoksia jaringan. Hal ini
merupakan keadaan paradoksal karena korban meninggal akibat hipoksia tetapi darahnya
kaya akan O2.
Takaran toksik per oral untuk HCN adalah 60-90 mg, sedangkan KCN atau NaCN
adalah 200 mg. Gas CN 200-400 ppm akan menyebabkan kematian dalam 30 menit
sedangkan gas CN 20000 ppm akan menyebabkan meninggal seketika.
Mual muntah disebabkan karena terjadinya iritasi pada mukosa lambung yang
disebabkan oleh zat yang terdapat pada makanan yang dimakan oleh Tn. Palkis.
Kejang berupa gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh otot tubuh,
kesadaran hilang dengan cepat, spinkter mengalami relaksasi sehingga feses dan urin
dapat keluar spontan. Denyut nadi dan tekanan darah masih tinggi, sianosis makin jelas.
Bila kekurangan O2 ini terus berlanjut, maka penderita akan masuk ke stadium apnoe.
b. Makanan/ zat apa yang dimakan oleh Tn Palkis?
Dilihat dari gejala yang dialami olehnya, kemungkinan Tn. Palkis mengalami
keracunan sianida.Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik karena garam
sianida dalam takaran kecil saja sudah cukup untuk menimbulkan kematian pada
seseorang dengan cepat.

Sianida dapat masuk ke tubuh melalui mulut, inhalasi maupun melalui kulit.
Sianida mempunyai afinitas yang kuat terhadap enzim pernafasan yaitu enzim
cytochrome oxydase, kemudian mengikat Fe (ferril heme), sehingga sel tidak dapat
menggunakan zat asam dari HbO akibatnya terbentuk CN bebas sehingga terjadi
gangguan pada transportasi dan pemakaian oksigen dalam sel mengakibatkan anoksia
(sitotoksik anoksia).
Untuk terjadi tanda dan gejala keracunan pada korban tentu sangat bergantung
pada posisi dan lamanya korban terpapar (akut dan kronik).
Gejala-gejala yang sering dijumpai pada keracunan akut antara lain perasaan
seperti terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak nafas, hipersalivasi, mual,
muntah, sakit kepala, vertigo, fotofobia, tinnitus, pusing dan kelelahan.
Selanjutnya dapat pula ditemukan sianosis pada muka, busa keluar dari mulut, nadi
cepat dan lemah, pernafasan yang tidak teratur, pupil dilatasi, refleks melambat, udara
pernafasan berbau amandel dan juga dari muntahan. Menjelang kematian, timbul
kejang kejang dengan inkontinensia urin.
c. Adakah hubungan antar gejala yang dialami Tn Palkis dengan kematiannya?
Gejala yang dialami Tn. Palkis berhubungan dengan kematiannya, karena
gejala tersebut merupakan tanda telah terjadi toksikasi (keracunan) di dalam tubuhnya
yang menyebabkan asfiksia.
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan
dalam 4 stadium (Amir, 2008), yaitu:
1. Stadium Dispnea
Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya kadar CO2 akan
merangsang pusat pernafasan, gerakan pernafasan (inspirasi dan ekspirasi)
bertambah dalam dan cepat disertai bekerjanya otot-otot pernafasan tambahan.
Wajah cemas, bibir mulai kebiruan, mata menonjol, denyut nadi dan tekanan
darah meningkat. Bila keadaan ini berlanjut, maka masuk ke stadium kejang.
2. Stadium Kejang
Berupa gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh otot tubuh, kesadaran
hilang dengan cepat, spinkter mengalami relaksasi sehingga feses dan urin
dapat keluar spontan. Denyut nadi dan tekanan darah masih tinggi, sianosis
makin jelas. Bila kekurangan O2ini terus berlanjut, maka penderita akan
masuk ke stadium apnoe.
3. Stadium Apnea
9

Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot menjadi lemah,
hilangnya refleks, dilatasi pupil, tekanan darah menurun, pernafasan dangkal
dan semakin memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan lumpuhnya
pusat-pusat kehidupan. Walaupun nafas telah berhenti dan denyut nadi hampir
tidak teraba, pada stadium ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut beberapa
saat lagi.

4. Stadium akhir
Paralise total pusat pernafasan, jantung masih berdenyut beberapa saat
postapneu.Pernafasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernafasan
kecil pada leher.
3. Apa yang menyebabkan timbulnya :
a. Pembuluh darah balik leher dilatasi, ujung-ujung jari sianosis, bintik
perdarahan pada kedua bola mata.

Terdapatnya sianosis pada ujung-ujung jari tangan dan kaki mengindikasikan


adanya gangguan perfusi oksigen ke jaringan perifer akibat hipoksia.
Terdapatnya bintik perdarahan pada kedua bola mata (tardieuss spot)
merupakan gambaran adanya kerusakan endotel kapiler sehingga dinding kapiler yang
terdiri dari selapis sel akan pecah dan menimbulkan bintik- bintik perdarahan. Kapiler
yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya pada
konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain. Gambaran kerusakan ini khas pada
kasus asfiksia.
b. Lebam mayat lebih gelap warna kemerahan mudah hilang pada penekanan.
Hal ini terjadi akibat pengumpulan darah dalam pembuluh-pembuluh darah
kecil, kapiler, dan venule pada bagian tubuh terendah akibat tekanan gravitasi. Warna
yang ditemukan pada pemeriksaan : merah keunguan (livide), akan tetapi pada
beberapa keadaan tertentu dapat ditemukan perbedaan. Hal tersebut memberikan
informasi bahwa pada korban telah terjadi sesuatu yang dapat berkaitan dengan
penyebab kematian korban. Pada keracunan sianida, akan memberikan warna lebam
yang merah terang, hal ini disebabkan oleh kadar oksi-hemoglobin dalam darah vena
tetap tinggi.

10

Terdapatnya lebam mayat warna kemerahan, mudah hilang pada penekanan.


Lebam mayat dengan warna lebih terang tersebut dapat dikarenakan

kadar

oxyhaemoglobin berlebihan (karena jaringan tidak dapat menggunakan oksigen) pada


pembuluh vena kapiler dan adanya cyanmethaemoglobin
Lebam mayat akan mulai tampak sekitar 20-30 menit setelah kematian somatis
dan intensitas bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 6-7 jam post
mortal. Dengan demikian, jika waktu kematian diatas 6-7 jam, pada penekanan tidak
akan menghilang. Pada kasus ini, ditemukan lebam mayat yang mudah hilang pada
penekanan. Sehingga, disimpulkan bahwa waktu kematian

saat dilakukan

pemeriksaan lebih dari 30 menit dan kurang dari 6 jam post-mortal.


c. Kaku mayat terdapat pada mulut dan leher mudah di lawan, belum terdapat
pada kedua lengan + tungkai.
Kaku mayat merupakan kekakuan pada otot yang kadang-kadang disertai
dengan pemendekan serabut otot yang terjadi setelah periode pelemasan yang terjadi
karena perubahan kimiawi pada protein dalam serabut otot, baik otot lurik maupun
otot polos. Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortal dan mencapai
puncaknya setelah 10-12 jam post mortal, keadaan ini akan menetap sekitar 24 jam,
setelah 24 jam kaku mayat akan menghilang. Urutan menghilangnya kaku mayat
sesuai dengan pertama kalinya terdapat kaku mayat. Urutan terjadinya adalah wajah,
leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.
4. Apa yang menyebabkan timbulnya :
a. Alat-alat dalam (paru, hati, ginjal, limfa) distended, congestive (bendungan),
pada pengirisan keluar darah agak cair merah terang.
Alat dalam distended, warna merah agak gelap, pada pengirisan darah
berwarna merah agak gelap pada pengirisan darah, berwarna merah gelap dan kental .
Ini merupakan tanda yang lebih tidak spesifik dibandingkan dengan ptekie. Kongesti
adalah terbendungnya pembuluh darah, sehingga terjadi akumulasi darah dalam organ
yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah. Pada kondisi vena
yang terbendung, terjadi peningkatan tekanan hidrostatik intravaskular (tekanan yang
mendorong darah mengalir di dalam vaskular oleh kerja pompa jantung)
menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma
ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan rongga badan (terjadi
oedema)
Pada pengirisan, keluar darah agak cair merah terang, Darah berwarna merah
agak cair merah terang diakibatkan oleh proses kematian yang diakibatkan oleh
11

asfiksia, dan biasanya ditemukan dalam bentuk lebih cair, namun pada kasus ini darah
yang ditemukan kental.
b. Lambung berisi makanan baru dicerna, dinding lambung hiperemis.
Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga tidak dapat
digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat
mati. Namun, keadaan lambung dapat membantu tentang keputusan dalam
pemeriksaan dalam. Ditemukannya makanan tertentu dapat digunakan untuk
informasi, namun dalam kasus ini terdapat makan yang sudah dicerna. Tidak
dijelaskan jenis makanan apa yang terdapat didalam lambung, jadi susah untuk
menyimpulkan apa makanan yang terakhir kali dimakan oleh Tn. Fatris.
Menurut literatur lainnya, terdapat standar untuk waktu pengosongan
lambung, yakni sekitar 4-6 jam. Dengan demikian penafsiran waku kematian atas
pemeriksaan isi lambung dapat dilihat dari ada tidaknya makanan yang dicerna dalam
lambung, Dalam kasus ini, makanan masih terdapat, sehingga disimpulkan waktu
kematiannya dibawah 4 jam.
Hiperemis pada lapisan dalam lambung, perubahan warna pada jaringan
tubuh, khususnya lapisan dalam lambung menandakan adanya sesuatu yang tertelan.
Pada kasus tertelannya racun sianida terspat perubahan dari lapisan mukosa dalam
lambung. Karena termasuk dari zat korosif, makan akan tampak perubahan dari
bagian dalam lambung, khususnya di daerah kurvatura mayor.
c. Apakah penyebab pasti kematian berdasarkan hasil autopsi? Bagaimana cara
membuktikannya?
Penyebab pasti kematian Tn.Fatris berdasarkan hasil autopsi disebabkan oleh asfiksia
yang dikarenakan keracunan zat makanan. Untuk membuktikannya harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut berupa analisa toksikologi.

TOKSIKOLOGI FORENSIK

DEFINISI
Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sumber,
karakteristik dan kandungan racun, gejala dan tanda yang disebabkan racun, dosis fatal,
periode fatal,dan penatalaksanaan kasus keracunan. Periode fatal merupakan selang waktu
12

antara masuknya racun dalam dosis fatal rata-rata sampai menyebabkan kematian pada ratarata orang sehat.
Dalam berbagai kepustakaan, terdapat berbagai pengertian tentang keracunan
(poisoning) dan intoksikasi. Beberapa kepustakaan menyatakan pengertian keracunan dan
intoksikasi berbeda, dimana keracunan dinyatakan sebagai overdosis yang mempunyai efek
sentral sedangkan intoksikasi merupakan overdosis yang bersifat umum baik sentral maupun
perifer. Namun kepustakaan lain menyatakan keracunan dan intoksikasi memiliki pengertian
yang sama.
Berbagai definisi racun telah dipublikasikan berdasarkan sudut pandang yang
berbeda dari berbagai ahli. Semua definisi memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri
dalam interpretasi dan banyak definisi yang tumpang tindih satu dengan lainnya. Paracelcus
(1493-1541) yang lebih dikenal sebagai Theopraxis Bombastus von Honhenheim, orang yang
pertama mendefinisikan racun, menyatakan semua substansi di alam adalah racun hanya
dosis yang membedakan substansi tersebut racun atau bukan (sola dosis facit venenum). Ahli
toksikologi SEINEN (1989) menyatakan racun adalah substansi yang diberikan secara
berlebihan sehingga toksikologi dianggap sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang
berlebihan (toxicology is the knowledge of too much).
SANGSTER secara lebih rinci menyatakan tentang sumber substansi yang dianggap
racun. Keracunan dianggap sebagai cidera yang diakibatkan konsentrasi berlebihan dari
substansi eksogenous (dari luar tubuh manusia).
Toksikologi forensik Pemeriksaan racun dan keracunan yang berhubungan dengan perkara
pidana atau perdata.

Kata Racun, tidak disebutkan dalam undang-undang yang berlaku di Indonesia


KUHAP ps 133 ayat 1: hanya ada kata keracunan
KUHP ps 356

: ada kata meracuni penyaniayaan

Racun zat/bahan yang dalam jumlah tertentu bila terjadi kontak atau masuk kedalam tubuh
akan menyebabkan penyakit dan/atau kematian.
13

Sumber Racun :
Racun rumah tangga : desinfektan, detergen, insektisida
Racun pertanian

: pestisida, herbisida

Racun kedokteran

: hipnotika, sedatif, analgetika, obat


o penenang, antidepresan, antibiotika

Racun industri

: asam dan basa kuat, logam berat

Racun bebas

: opium, ganja, sianida, racun pada jamur

Cara Masuk :

Mulut/peroral

Saluran pernafasan/inhalasi

Suntikan/parenteral

Perrektal

pervaginal

Melalui kulit

BENTUK KERACUNAN BERDASARKAN MOTIF


Salah satu tujuan pelayanan forensik klinik adalah memberikan informasi atau faktafakta yang membuat terang kasus keracunan yang mencurigakan termasuk motif yang
melatarbelakangi kasus tersebut. Dalam kasus tindak pidana harus dibuktikan adanya
perbuatan yang salah (actua rheus) dan situasi batin yang melatarbelakangi tindakan tersebut

14

(men rhea). Motif keracunan harus ditentukan sebagai unsur men rhea, apakah timbul akibat
kecerobohan (recklessness), kealpaan (negligence) atau kesengajaan (intentional).
Secara umum, motif keracunan dapat dibedakan menjadi dua bentuk (tipe)
berdasarkan korban keracunan, yaitu:
1. Tipe S (spesific target)
Menunjukkan bahwa korban keracunan hanya orang tertentu dan biasanya antara pelaku
dan korban sudah saling kenal. Motivasi yang biasanya melatarbelakangi, antara lain:
uang, membunuh, pembunuhan lawan politik dan balas dendam. Keracunan tipe S
berdasarkan terjadinya dibagi ke dalam dua sub grup yaitu:
a. Sub grup S tipe S/S (spesific/slow) dimana keracunan terjadi secara perlahan dan
direncanakan oleh pelaku.
b. Sub grup Q tipe S/Q (spesific/quick) dimana keracunan terjadi secara mendadak dan
tanpa perencanaan sebelumnya.
Pemeriksaan terhadap korban keracunan tipe S/S perlu mendapat perhatian lebih sebab
kegagalan pembuktian tanda-tanda keracunan oleh dokter sangat sering membuat kasus
tersebut menjadi kasus tersebut menjadi kasus pembunuhan yang sempurna (the perfect
murder). Pembunuhan yang sempurna adalah kematian korban yang sesungguhnya akibat
tindaan pidana tetapi dokter menyatakan sebagai kematian wajar karena faktor penyakit.
Kasus pembunuhan yang sempurna terjadi bukan karena keahlian si pembunuh, tetapi
akibat kegagalan dokter mengenali tanda-tanda keracunan pada korban.
2. Tipe R (random target)
Terjadi pada korban yang acak. Motivasi bentuk keracunan ini biasanya ego, sadistik, dan
teror. Berdasarkan kejadiannya keracunan tipe R dibagi:
a. Sub grup S tipe R/S (random/slow), terorisme merupakan salah satu benuk keracunan
tipe ini bila racun yang dipakai sebagai alat untuk menjalankan teror.
b. Sub tipe Q tipe R/Q (random/quick).
PEMERIKSAAN FORENSIK KASUS KERACUNAN TERHADAP KOBAN YANG
SUDAH MENINGGAL
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan keracunan pada
korban yang sudah meninggal antara lain:

15

1. Pemeriksaan post mortem


a. Pemeriksaan luar
Pada pemeriksaan luar untuk kasus keracunan, kemungkinan didapatkan:
-

Racun jenis tertentu mengeluarkan bau aroma yang khas, misalnya asam
hidrosianida, asam karbonat, kloroform, alkohol, dll. Untuk menjaga keutuhan
jenazah tidak boleh menggunakan cairan desinfektan yang mempunyai bau
(aroma).

Pada permukaan tubuh jenazah mungkin ditemukan bercak-bercak yang berasal


dari muntahan, feses dan kadang-kadang jenis racun itu sendiri.

Perubahan warna kulit, misalnya menjadi kuning pada keracunan fosfor dan
keracunan akut akibat unsur tembaga sulfat.

Keadaan pupil mata dan jari tangan yang lemas atau mengepal.

Pemeriksaan lubang pada tubuh jenazah untuk melihat adanya tanda-tanda bekas
zat korosif atau benda asing.

Livor mortis yang khas, merah terang, cherry red atau merah coklat (bila
racunnya menyebabkan perubahan warna darah sehingga warna lebam jenazah
mengalami perubahan.

b. Pemeriksaan dalam
Pada umumnya tanda-tanda keracunan tampak pada traktus gastrointestinal, terutama
jika keracunan akibat zat korosif atau iritan. Perubahan yang terjadi adalah:
-

Hiperemia
Warna kemerahan pada membran mukosa paling jelas terlihat pada bagian cardiac
lambung dan pada bagian curvatura major. Warnanya adalah merah gelap dan
hiperemia ini bentuknya bisa merata atau bercak, misalnya pada keracunan arsen
hiperemia adalah merah merata.
Perubahan warna juga bisa muncul karena berbagai unsur lainnya seperti sari
buah. Asam nitrat menyebabkan warna kuning pada usus. Hiperemia harus
dibedakan dengan kongesti vena secara menyeluruh yang terjadi pda kematian
akibat asfiksia. Gambaran yang membedakan dengan hiperemia yang disebabkan
oleh penyakit adalah pada hiperemia karena penyakit sifatnya merata dan terdapat
pada seluruh permukaan serta tidak berupa bercak, selain itu gambaran membran
mukosa lebih banyak terkena pada kasus keracunan.
16

Perlunakan
Keadaan ini terjadi pada keracunan korosif, lebih sering terlihat pada kardiak
lambung, kurvatura mayor, mulut, tenggorokan dan esofagus. Jika disebabkan
karena penyakit, gambaran ini hanya tampak pada lambung. Juga harus
dibedakan dengan perlunakan post mortem yang terdapat pada bagian yang lebih
rendah dan mengenai seluruh lapisan dinding lambung. Pada bagian yang
mengalami perlunakan tidak ada tanda-tanda inflamasi.

Ulserasi
Paling sering ditemukan ditemukan pada curvatura major lambung dan harus
dibedakan dengan tukak peptik yang paling sering terdapat di curvatura minor
lambung dan ditandai dengan adanya hiperemia di sekitar tukak tersebut.

Perforasi
Sangat jarang terjadi, kecuali pada kasus keracunan asam sulfat. Perforasi juga
bisa terjadi akibat tukak kronis, tetapi bentuk perforasi pada kasus ini biasannya
lonjong atau bulat, pinggirnya melekuk ke arah luar dan lambung menunjukkan
tanda-tanda perlekatan dengan jaringan sekitar.

2. Pemeriksaan kimia/toksikologi pada organ tubuh bagian dalam


Ditemukannya jenis racun pada darah, feses, urin atau dalam organ tubuh merupakan
bukti yang memastikan bahwa telah terjadi keracunan. Racun bisa ditemukan dalam
lambung, usus halus, dan kadang-kadang pada hati, limpa dan ginjal. Organ tubuh dan
bahan yang diperiksa antara lain :
-

Urin dan feses

Darah

Lambung dan isinya

Bagian dari usus halus (duodenum dan jejunum)

Hati

Setengah bagian dari masing-masing ginjal

Otak dan medulla spinalis, terutama pada keracunan striknin

Uterus dan organ-organ yang berkaitan dengan uterus, jika ada kecurigaan abortus
kriminalis

Paru-paru terutama pada keracunan kloroform

Tulang, rambut, gigi dan kuku


17

Organ tubuh lainnya yang dicurigai mengandung racun.

3. Pengumpulan bukti-bukti dari sekitar tempat kejadian

KERACUNAN SIANIDA
Sianida adalah racun yang digunakan baik untuk bunuh diri, kecelakaan atau
pembunuhan. Meskipun diagnosis autopsi tentang keracunan sianida sangat jarang diragukan,
analisis toksikologi mungkin sulit untuk interpretasi akibat destruksi maupun produk sianida
dalam tubuh yang sudah mati dan bahkan pada sampel darah yang disimpan untuk menunggu
diperiksa. Keracunan sianida akut merupakan kasus yang paling sering dilaporkan sendiri,
dalam beberapa kasus biasanya garam natrium maupun kalium ikut masuk ke saluran cerna.
Hal ini bisa tiba-tiba maupun dalam kecelakaan kerja (industri) yang dalam beberapa kasus
garam-garam tersebut ikut dilibatkan, atau mungkin gas-gas yang dibebaskan dari beberapa
proses komersil.
Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, cara masuk ke dalam tubuh dapat
secara :
-

inhalasi, misalnya gas HCN (gas penerangan, sisa pembakaran seluloid, fumigasi kapal)

oral, yaitu garam CN yang dipakai pada peyepuhan emas, pengelasan besi dan baja, serta
fotografi dan amigdalin yang didapat dari singkong, ubi dan biji apel
Setelah diabsorbsi, CN masuk ke dalam sirkulasi sebagai CN bebas dan tidak dapat

berikatan

dengan

Hb

kecuali

dalam

bentuk

methemoglobin

akan

terbentuk

sianmethemoglobin. CN akan mengaktifkan enzim oksidatif beberapa jaringan secara radikal,


terutama sitokrom oksidase juga merangsang pernapasan bekerja pada ujung sensorik sinus
(kemoreseptor) sehingga pernapasan cepat. Dengan demikian proses oksidasi-reduksi dalam
sel tidak berlangsung dan oksihemoglobin tidak dapat berdisosiasi melepaskan O 2 ke sel
jaringan sehingga timbul anoksia jaringan. Hal ini merupakan keadaan paradoksal karena
korban meninggal akibat hipoksia tetapi darahnya kaya akan O2.
Takaran toksik per oral untuk HCN adalah 60-90 mg, sedangkan KCN atau NaCN
adalah 200 mg. Gas CN 200-400 ppm akan menyebabkan kematian dalam 30 menit
sedangkan gas CN 20000 ppm akan menyebabkan meninggal seketika.
Penemuan Autopsi pada Keracunan Sianida
18

Tanda dan gejala keracunan akut CN yang ditelan dapat dengan cepat menyebabkan
kegagalan pernafasan dan kematian dapat timbul dalam beberapa menit. Dalam interval yang
pendek antara menelan racun sampai kematian, korban mengeluh merasa terbakar pada
kerongkongan dan lidah, hipersalivasi, mual, muntah, sakit kepala, vertigo, photophobia,
tinitus, pusing, kelelahan dan sesak napas. Dapat pula ditemukan sianosis pada muka, keluar
busa dari mulut, nadi cepat dan lemah, napas cepat dan kadang-kadang tidak teratur, refleks
melambat, udara pernapasan berbau amandel. Menjelang kematian sianosis nyata dan timbul
kedutan otot-otot berlanjut dengan kejang dengan inkontinensia urin dan alvi. Racun yang
diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernapas, mual muntah sakit kepala, salivasi,
lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing, kelemahan ekstremitas, kolaps, kejang,
koma, dan meninggal.
Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang merupakan tanda
patognomonik untuk keracunan CN. Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa
keluar dari mulut, dan lebam jenazah berwarna merah terang. Pemeriksaan selanjutnya
biasanya tidak memberikan gambaran yang khas.
Dari luar, ada banyak variasi dalam penampilanya. Yang klasik, lebam mayat
dikatakan menjadi berwarna merah bata, sesuai dengan kelebihan oksi hemoglobin (karena
jaringan dicegah dari penggunaan oksigen) dan ditemukannya cyanmethemoglobin. Banyak
deskripsi lebam mayat yang mengarah pada kulit yang berwarna merah muda gelap atau
bahkan merah terang, terutama bergantung pada daerahnya, yang mana dapat dibingungkan
dengan karboksi hemoglobin.
Mungkin bau sianida ada pada tubuh dan dapat dikenal, tapi perlu diketahui bahwa
banyak orang tidak bisa mendeteksi bau ini, kemampuan menciumnya berhubungan dengan
genetik (bukan berdasarkan pengalaman). Ini penting diketahui oleh ahli patologi dan
pegawai kamar mayat, bahwa keracunan sianida dapat membawa resiko. Para petugas terkait
menjadi sakit dan untuk sementara mengalami gangguan fungsi setelah mengautopsi mayat
bunuh diri yang telah menelan sejumlah besar kalium sianida. Diasumsikan mungkin akibat
menghirup hidrogen sianida dari isi perut mayat ketika melakukan pemeriksaan organ dalam.
Pada autopsi dapat tercium bau amandel waktu membuka rongga dada, perut dan
otak. Darah, otot dan penempang organ berwarna merah terang. Juga ditemukan tanda-tanda
asfiksia. Pemastian diagnosis keracunan CN dilakukan dengan pemeriksaan toksikologis
terhadap isi lambung dan darah.
19

Perut dapat berisi darah maupun rembesan darah akibat erosi maupun pendarahan di
dinding perut. Jika sianida berada dalam larutan encer, mungkin ada sedikit kerusakan pada
perut, terpisah dari warna merah muda pada mukosa dan mungkin beberapa pendarahan
berupa petechiae. Mungkin juga sianida tersebut menjadi kristal / bubuk putih yang tidak
dapat larut, dengan bau seperti almond.
Seperti kematian yang biasanya berlangsung cepat, sedikit bagian dari sianida dapat
sudah melewati masuk ke dalam sel cerna. Esofagus dapat mengalami kerusakan, terutama
pada bagian mukosa esofagus yang ketiga yang lebih bawah, yang bisa mengalami perubahan
post mortem dari regurgitasi isi perut melalui relaksasi sphincter jantung setelah mati. Organ
lain tidak menunjukkan perubahan yang spesifik dan diagnosis dibuat berdasarkan ceritanya,
bau dan warna kemerahan pada jaringan dalam tubuh maupun kulit.
Analisis Toksikologi
Darah, isi perut, urin dan muntahan harus diserahkan ke laboratorium, membutuhkan
perhatian khusus bahwa sampel terhindar dari resiko dalam pengemasannya, transportasinya
atau tidak dikemasnya sampel tersebut. Pemerikasaan laboratorium harus dilakukan dan
diperhatikan jika ada kemungkinan terjadinya keracunan sianida.
Jika kematian mungkin disebabkan oleh inhalasi gas hidrogen sianida, paru-parunya
harus dikirim utuh, dibungkus dalam kantong yang terbuat dari nilon (bukan polivinil
klorida).
Penting untuk membawa sampel ke laboratorium sesegera mungkin (dalam beberapa
hari) untuk menghindari struktur sianida yang tidak seperti aslinya lagi dalam sampel darah
yang telah disimpan. Hal ini biasanya dapat terjadi akibat suhu ruangannya, sehingga jika ada
penundaan, adanya kulkas pendingin menjadi penting. Jika dibandingkan, beberapa sampel
positif sesungguhnya dapat menurun kualitasnya pada penyimpanan. Lebih dari 70% isi
sianida dapat hilang setelah beberapa minggu, akibat reaksi dengan komponen jaringan dan
konversi menjadi thiosianad. Dikatakan bahwa tidak ada struktur sianida yang tidak seperti
aslinya lagi, sianida yang ditemukan dalam jumlah cukup adalah bukti bahwa sianida masuk
dalam tubuh yang mana hal itu sendiri tidak normal dan dikonfermasi sebagai barang bukti
dari terjadinya keracunan.

20

21

Anda mungkin juga menyukai