Jenazah Tn. Palkis (24 th) dibawa oleh managemen Perusahaan Gula ke Departemen
Kedokteran Forensik untuk dilakukan pemeriksaan autopsi. Dr. BS menganjurkan lapor ke
penyidik untuk dibuat Visum et Repertum. Pihak managemen mengatakan tidak perlu, karena
hanya untuk kepentingan perusahaan.
Tn. Palkis setelah makan siang, (10-15) menit kemudian, mual-mual, muntah, terasa
pusing, sakit perut oleh temannya dibawa ke puskesmas, di tengah jalan Tn. Palkis kejangkejang sampai di puskesmas sesak napas, baru dipasang infus meninggal dunia.
Pemeriksaan
Pemeriksaan Luar:
-
Pembuluh darah balik leher dilatasi, ujung-ujung jari sianosis, bintik perdarahan pada
Pemeriksaan Dalam:
-
Alat-alat dalam (paru, hati, ginjal, limfa) distended, congestive (bendungan), pada
Laboratorium:
Diambil darah, urine, isi lambung, usus ginjal, limfa, otak. Untuk pemeriksaan Lab.
Toksitologi.
Klarifikasi istilah
1. Autopsi
3. Penyidik
4. Visum et repertum
6. Kaku mayat
Analisis Masalah
1. a. Apa itu Visum et Repertum?
b. Apa dasar hukumVisum et Repertum?
c. Bagaimana pembagian visum et repertum?
d. Apakah tujuan Visum et repertum?
e. Mengapa Dr. BS menganjurkan lapor ke penyidik untuk dibuat Visum et Repertum?
f. Apakah boleh dilakukan autopsi tanpa disertai permintaan dari penyidik?
g. Mengapa harus pihak berwenang yang meminta visum et repertum?
2. a. Mengapa timbul gejala mual mual, muntah, terasa pusing, sakit perut setelah makan
siang di pabrik gula?
b. Makanan/ zat apa yang dimakan oleh Tn. Palkis?
c. Adakah hubungan antar gejala yang dialami Tn. Palkis dengan kematiannya?
3. Apa yang menyebabkan timbulnya :
a. Pembuluh darah balik leher dilatasi, ujung-ujung jari sianosis, bintik perdarahan pada
kedua bola mata.
b. Lebam mayat lebih gelap warna kemerahan mudah hilang pada penekanan.
c. Kaku mayat terdapat pada mulut dan leher mudah di lawan, belum terdapat pada
kedua lengan + tungkai.
d. Bagaimana perkiraan saat kematian berdasarkan hasil PL yang ditemukan dan
disesuaikan dengan anamnesis dari pihak manajemen?
4. Apa yang menyebabkan timbulnya :
a. Alat-alat dalam (paru, hati, ginjal, limfa) distended, congestive (bendungan), pada
pengirisan keluar darah agak cair merah terang.
b. Lambung berisi makanan baru dicerna, dinding lambung hiperemis.
c. Apakah penyebab pasti kematian berdasarkan hasil autopsi? Bagaimana cara
membuktikannya?
Hipotesis
Tn Palkis, laki-laki 24 tahun, meninggal dunia akibat keracunan makanan setelah
makan siang di pabrik gula.
b.VeR sementara, yaitu VeR yang dibuat untuk sementara waktu, karena korban
memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan sehingga menghalangi pekerjaan
korban. Kualifikasi luka tidak ditentukan dan tidak ditulis pada kesimpulan.
Ada 5 manfaat dibuatnya VeR sementara, yaitu
Menentukan apakah ada tindak pidana atau tidak
Mengarahkan penyelidikan
Berpengaruh terhadap putusan untuk melakukan penahanan sementara terhadap
terdakwa
Menentukan tuntutan jaksa
c. VeR lanjutan, yaitu VeR yang dibuat dimana luka korban telah dinyatakan sembuh
atau pindah rumah sakit atau pindah dokter atau pulang paksa. Bila korban meninggal,
maka dokter membuat VeR jenazah. Dokter menulis kualifikasi luka pada bagian
kesimpulan VeR.
2. VeR jenazah , yaitu VeR yang dibuat terhadap korban yang meninggal. Tujuan
pembuatan VeR ini adalah untuk menentukan sebab, cara, dan mekanisme kematian.
3. Ekspertise , yaitu VeR khusus yang melaporkan keadaan benda atau bagian tubuh
korban, misalnya darah, mani, liur, jaringan tubuh, tulang, rambut, dan lain-lain. Ada
sebagian pihak yang menyatakan bahwa ekspertise bukan merupakan VeR.
d. Apakah tujuan Visum et repertum?
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis
dalam Pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian
suatu perkara pidana
terhadap
kesehatan
dan
jiwa
manusia,
dimana
VeR
menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam
bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.
e.
berupa
temuan
dan
interpretasinya,
kepentingan peradilan.
f.
Sel mengikat PO2 (racun) sel cukup oksigen ttp tdk dapat digunakan
Hipoksia
7
Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, cara masuk ke dalam tubuh
dapat secara :
-
inhalasi, misalnya gas HCN (gas penerangan, sisa pembakaran seluloid, fumigasi kapal)
oral, yaitu garam CN yang dipakai pada peyepuhan emas, pengelasan besi dan baja, serta
fotografi dan amigdalin yang didapat dari singkong, ubi dan biji apel
Setelah diabsorbsi, CN masuk ke dalam sirkulasi sebagai CN bebas dan tidak dapat
berikatan
terbentuk
Sianida dapat masuk ke tubuh melalui mulut, inhalasi maupun melalui kulit.
Sianida mempunyai afinitas yang kuat terhadap enzim pernafasan yaitu enzim
cytochrome oxydase, kemudian mengikat Fe (ferril heme), sehingga sel tidak dapat
menggunakan zat asam dari HbO akibatnya terbentuk CN bebas sehingga terjadi
gangguan pada transportasi dan pemakaian oksigen dalam sel mengakibatkan anoksia
(sitotoksik anoksia).
Untuk terjadi tanda dan gejala keracunan pada korban tentu sangat bergantung
pada posisi dan lamanya korban terpapar (akut dan kronik).
Gejala-gejala yang sering dijumpai pada keracunan akut antara lain perasaan
seperti terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak nafas, hipersalivasi, mual,
muntah, sakit kepala, vertigo, fotofobia, tinnitus, pusing dan kelelahan.
Selanjutnya dapat pula ditemukan sianosis pada muka, busa keluar dari mulut, nadi
cepat dan lemah, pernafasan yang tidak teratur, pupil dilatasi, refleks melambat, udara
pernafasan berbau amandel dan juga dari muntahan. Menjelang kematian, timbul
kejang kejang dengan inkontinensia urin.
c. Adakah hubungan antar gejala yang dialami Tn Palkis dengan kematiannya?
Gejala yang dialami Tn. Palkis berhubungan dengan kematiannya, karena
gejala tersebut merupakan tanda telah terjadi toksikasi (keracunan) di dalam tubuhnya
yang menyebabkan asfiksia.
Pada orang yang mengalami asfiksia akan timbul gejala yang dapat dibedakan
dalam 4 stadium (Amir, 2008), yaitu:
1. Stadium Dispnea
Terjadi karena kekurangan O2 disertai meningkatnya kadar CO2 akan
merangsang pusat pernafasan, gerakan pernafasan (inspirasi dan ekspirasi)
bertambah dalam dan cepat disertai bekerjanya otot-otot pernafasan tambahan.
Wajah cemas, bibir mulai kebiruan, mata menonjol, denyut nadi dan tekanan
darah meningkat. Bila keadaan ini berlanjut, maka masuk ke stadium kejang.
2. Stadium Kejang
Berupa gerakan klonik yang kuat pada hampir seluruh otot tubuh, kesadaran
hilang dengan cepat, spinkter mengalami relaksasi sehingga feses dan urin
dapat keluar spontan. Denyut nadi dan tekanan darah masih tinggi, sianosis
makin jelas. Bila kekurangan O2ini terus berlanjut, maka penderita akan
masuk ke stadium apnoe.
3. Stadium Apnea
9
Korban kehabisan nafas karena depresi pusat pernafasan, otot menjadi lemah,
hilangnya refleks, dilatasi pupil, tekanan darah menurun, pernafasan dangkal
dan semakin memanjang, akhirnya berhenti bersamaan dengan lumpuhnya
pusat-pusat kehidupan. Walaupun nafas telah berhenti dan denyut nadi hampir
tidak teraba, pada stadium ini bisa dijumpai jantung masih berdenyut beberapa
saat lagi.
4. Stadium akhir
Paralise total pusat pernafasan, jantung masih berdenyut beberapa saat
postapneu.Pernafasan berhenti setelah kontraksi otomatis otot pernafasan
kecil pada leher.
3. Apa yang menyebabkan timbulnya :
a. Pembuluh darah balik leher dilatasi, ujung-ujung jari sianosis, bintik
perdarahan pada kedua bola mata.
10
kadar
saat dilakukan
asfiksia, dan biasanya ditemukan dalam bentuk lebih cair, namun pada kasus ini darah
yang ditemukan kental.
b. Lambung berisi makanan baru dicerna, dinding lambung hiperemis.
Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi, sehingga tidak dapat
digunakan untuk memberikan petunjuk pasti waktu antara makan terakhir dan saat
mati. Namun, keadaan lambung dapat membantu tentang keputusan dalam
pemeriksaan dalam. Ditemukannya makanan tertentu dapat digunakan untuk
informasi, namun dalam kasus ini terdapat makan yang sudah dicerna. Tidak
dijelaskan jenis makanan apa yang terdapat didalam lambung, jadi susah untuk
menyimpulkan apa makanan yang terakhir kali dimakan oleh Tn. Fatris.
Menurut literatur lainnya, terdapat standar untuk waktu pengosongan
lambung, yakni sekitar 4-6 jam. Dengan demikian penafsiran waku kematian atas
pemeriksaan isi lambung dapat dilihat dari ada tidaknya makanan yang dicerna dalam
lambung, Dalam kasus ini, makanan masih terdapat, sehingga disimpulkan waktu
kematiannya dibawah 4 jam.
Hiperemis pada lapisan dalam lambung, perubahan warna pada jaringan
tubuh, khususnya lapisan dalam lambung menandakan adanya sesuatu yang tertelan.
Pada kasus tertelannya racun sianida terspat perubahan dari lapisan mukosa dalam
lambung. Karena termasuk dari zat korosif, makan akan tampak perubahan dari
bagian dalam lambung, khususnya di daerah kurvatura mayor.
c. Apakah penyebab pasti kematian berdasarkan hasil autopsi? Bagaimana cara
membuktikannya?
Penyebab pasti kematian Tn.Fatris berdasarkan hasil autopsi disebabkan oleh asfiksia
yang dikarenakan keracunan zat makanan. Untuk membuktikannya harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut berupa analisa toksikologi.
TOKSIKOLOGI FORENSIK
DEFINISI
Toksikologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sumber,
karakteristik dan kandungan racun, gejala dan tanda yang disebabkan racun, dosis fatal,
periode fatal,dan penatalaksanaan kasus keracunan. Periode fatal merupakan selang waktu
12
antara masuknya racun dalam dosis fatal rata-rata sampai menyebabkan kematian pada ratarata orang sehat.
Dalam berbagai kepustakaan, terdapat berbagai pengertian tentang keracunan
(poisoning) dan intoksikasi. Beberapa kepustakaan menyatakan pengertian keracunan dan
intoksikasi berbeda, dimana keracunan dinyatakan sebagai overdosis yang mempunyai efek
sentral sedangkan intoksikasi merupakan overdosis yang bersifat umum baik sentral maupun
perifer. Namun kepustakaan lain menyatakan keracunan dan intoksikasi memiliki pengertian
yang sama.
Berbagai definisi racun telah dipublikasikan berdasarkan sudut pandang yang
berbeda dari berbagai ahli. Semua definisi memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri
dalam interpretasi dan banyak definisi yang tumpang tindih satu dengan lainnya. Paracelcus
(1493-1541) yang lebih dikenal sebagai Theopraxis Bombastus von Honhenheim, orang yang
pertama mendefinisikan racun, menyatakan semua substansi di alam adalah racun hanya
dosis yang membedakan substansi tersebut racun atau bukan (sola dosis facit venenum). Ahli
toksikologi SEINEN (1989) menyatakan racun adalah substansi yang diberikan secara
berlebihan sehingga toksikologi dianggap sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang
berlebihan (toxicology is the knowledge of too much).
SANGSTER secara lebih rinci menyatakan tentang sumber substansi yang dianggap
racun. Keracunan dianggap sebagai cidera yang diakibatkan konsentrasi berlebihan dari
substansi eksogenous (dari luar tubuh manusia).
Toksikologi forensik Pemeriksaan racun dan keracunan yang berhubungan dengan perkara
pidana atau perdata.
Racun zat/bahan yang dalam jumlah tertentu bila terjadi kontak atau masuk kedalam tubuh
akan menyebabkan penyakit dan/atau kematian.
13
Sumber Racun :
Racun rumah tangga : desinfektan, detergen, insektisida
Racun pertanian
: pestisida, herbisida
Racun kedokteran
Racun industri
Racun bebas
Cara Masuk :
Mulut/peroral
Saluran pernafasan/inhalasi
Suntikan/parenteral
Perrektal
pervaginal
Melalui kulit
14
(men rhea). Motif keracunan harus ditentukan sebagai unsur men rhea, apakah timbul akibat
kecerobohan (recklessness), kealpaan (negligence) atau kesengajaan (intentional).
Secara umum, motif keracunan dapat dibedakan menjadi dua bentuk (tipe)
berdasarkan korban keracunan, yaitu:
1. Tipe S (spesific target)
Menunjukkan bahwa korban keracunan hanya orang tertentu dan biasanya antara pelaku
dan korban sudah saling kenal. Motivasi yang biasanya melatarbelakangi, antara lain:
uang, membunuh, pembunuhan lawan politik dan balas dendam. Keracunan tipe S
berdasarkan terjadinya dibagi ke dalam dua sub grup yaitu:
a. Sub grup S tipe S/S (spesific/slow) dimana keracunan terjadi secara perlahan dan
direncanakan oleh pelaku.
b. Sub grup Q tipe S/Q (spesific/quick) dimana keracunan terjadi secara mendadak dan
tanpa perencanaan sebelumnya.
Pemeriksaan terhadap korban keracunan tipe S/S perlu mendapat perhatian lebih sebab
kegagalan pembuktian tanda-tanda keracunan oleh dokter sangat sering membuat kasus
tersebut menjadi kasus tersebut menjadi kasus pembunuhan yang sempurna (the perfect
murder). Pembunuhan yang sempurna adalah kematian korban yang sesungguhnya akibat
tindaan pidana tetapi dokter menyatakan sebagai kematian wajar karena faktor penyakit.
Kasus pembunuhan yang sempurna terjadi bukan karena keahlian si pembunuh, tetapi
akibat kegagalan dokter mengenali tanda-tanda keracunan pada korban.
2. Tipe R (random target)
Terjadi pada korban yang acak. Motivasi bentuk keracunan ini biasanya ego, sadistik, dan
teror. Berdasarkan kejadiannya keracunan tipe R dibagi:
a. Sub grup S tipe R/S (random/slow), terorisme merupakan salah satu benuk keracunan
tipe ini bila racun yang dipakai sebagai alat untuk menjalankan teror.
b. Sub tipe Q tipe R/Q (random/quick).
PEMERIKSAAN FORENSIK KASUS KERACUNAN TERHADAP KOBAN YANG
SUDAH MENINGGAL
Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan keracunan pada
korban yang sudah meninggal antara lain:
15
Racun jenis tertentu mengeluarkan bau aroma yang khas, misalnya asam
hidrosianida, asam karbonat, kloroform, alkohol, dll. Untuk menjaga keutuhan
jenazah tidak boleh menggunakan cairan desinfektan yang mempunyai bau
(aroma).
Perubahan warna kulit, misalnya menjadi kuning pada keracunan fosfor dan
keracunan akut akibat unsur tembaga sulfat.
Keadaan pupil mata dan jari tangan yang lemas atau mengepal.
Pemeriksaan lubang pada tubuh jenazah untuk melihat adanya tanda-tanda bekas
zat korosif atau benda asing.
Livor mortis yang khas, merah terang, cherry red atau merah coklat (bila
racunnya menyebabkan perubahan warna darah sehingga warna lebam jenazah
mengalami perubahan.
b. Pemeriksaan dalam
Pada umumnya tanda-tanda keracunan tampak pada traktus gastrointestinal, terutama
jika keracunan akibat zat korosif atau iritan. Perubahan yang terjadi adalah:
-
Hiperemia
Warna kemerahan pada membran mukosa paling jelas terlihat pada bagian cardiac
lambung dan pada bagian curvatura major. Warnanya adalah merah gelap dan
hiperemia ini bentuknya bisa merata atau bercak, misalnya pada keracunan arsen
hiperemia adalah merah merata.
Perubahan warna juga bisa muncul karena berbagai unsur lainnya seperti sari
buah. Asam nitrat menyebabkan warna kuning pada usus. Hiperemia harus
dibedakan dengan kongesti vena secara menyeluruh yang terjadi pda kematian
akibat asfiksia. Gambaran yang membedakan dengan hiperemia yang disebabkan
oleh penyakit adalah pada hiperemia karena penyakit sifatnya merata dan terdapat
pada seluruh permukaan serta tidak berupa bercak, selain itu gambaran membran
mukosa lebih banyak terkena pada kasus keracunan.
16
Perlunakan
Keadaan ini terjadi pada keracunan korosif, lebih sering terlihat pada kardiak
lambung, kurvatura mayor, mulut, tenggorokan dan esofagus. Jika disebabkan
karena penyakit, gambaran ini hanya tampak pada lambung. Juga harus
dibedakan dengan perlunakan post mortem yang terdapat pada bagian yang lebih
rendah dan mengenai seluruh lapisan dinding lambung. Pada bagian yang
mengalami perlunakan tidak ada tanda-tanda inflamasi.
Ulserasi
Paling sering ditemukan ditemukan pada curvatura major lambung dan harus
dibedakan dengan tukak peptik yang paling sering terdapat di curvatura minor
lambung dan ditandai dengan adanya hiperemia di sekitar tukak tersebut.
Perforasi
Sangat jarang terjadi, kecuali pada kasus keracunan asam sulfat. Perforasi juga
bisa terjadi akibat tukak kronis, tetapi bentuk perforasi pada kasus ini biasannya
lonjong atau bulat, pinggirnya melekuk ke arah luar dan lambung menunjukkan
tanda-tanda perlekatan dengan jaringan sekitar.
Darah
Hati
Uterus dan organ-organ yang berkaitan dengan uterus, jika ada kecurigaan abortus
kriminalis
KERACUNAN SIANIDA
Sianida adalah racun yang digunakan baik untuk bunuh diri, kecelakaan atau
pembunuhan. Meskipun diagnosis autopsi tentang keracunan sianida sangat jarang diragukan,
analisis toksikologi mungkin sulit untuk interpretasi akibat destruksi maupun produk sianida
dalam tubuh yang sudah mati dan bahkan pada sampel darah yang disimpan untuk menunggu
diperiksa. Keracunan sianida akut merupakan kasus yang paling sering dilaporkan sendiri,
dalam beberapa kasus biasanya garam natrium maupun kalium ikut masuk ke saluran cerna.
Hal ini bisa tiba-tiba maupun dalam kecelakaan kerja (industri) yang dalam beberapa kasus
garam-garam tersebut ikut dilibatkan, atau mungkin gas-gas yang dibebaskan dari beberapa
proses komersil.
Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik, cara masuk ke dalam tubuh dapat
secara :
-
inhalasi, misalnya gas HCN (gas penerangan, sisa pembakaran seluloid, fumigasi kapal)
oral, yaitu garam CN yang dipakai pada peyepuhan emas, pengelasan besi dan baja, serta
fotografi dan amigdalin yang didapat dari singkong, ubi dan biji apel
Setelah diabsorbsi, CN masuk ke dalam sirkulasi sebagai CN bebas dan tidak dapat
berikatan
dengan
Hb
kecuali
dalam
bentuk
methemoglobin
akan
terbentuk
Tanda dan gejala keracunan akut CN yang ditelan dapat dengan cepat menyebabkan
kegagalan pernafasan dan kematian dapat timbul dalam beberapa menit. Dalam interval yang
pendek antara menelan racun sampai kematian, korban mengeluh merasa terbakar pada
kerongkongan dan lidah, hipersalivasi, mual, muntah, sakit kepala, vertigo, photophobia,
tinitus, pusing, kelelahan dan sesak napas. Dapat pula ditemukan sianosis pada muka, keluar
busa dari mulut, nadi cepat dan lemah, napas cepat dan kadang-kadang tidak teratur, refleks
melambat, udara pernapasan berbau amandel. Menjelang kematian sianosis nyata dan timbul
kedutan otot-otot berlanjut dengan kejang dengan inkontinensia urin dan alvi. Racun yang
diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernapas, mual muntah sakit kepala, salivasi,
lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing, kelemahan ekstremitas, kolaps, kejang,
koma, dan meninggal.
Pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang merupakan tanda
patognomonik untuk keracunan CN. Selain itu didapatkan sianosis pada wajah dan bibir, busa
keluar dari mulut, dan lebam jenazah berwarna merah terang. Pemeriksaan selanjutnya
biasanya tidak memberikan gambaran yang khas.
Dari luar, ada banyak variasi dalam penampilanya. Yang klasik, lebam mayat
dikatakan menjadi berwarna merah bata, sesuai dengan kelebihan oksi hemoglobin (karena
jaringan dicegah dari penggunaan oksigen) dan ditemukannya cyanmethemoglobin. Banyak
deskripsi lebam mayat yang mengarah pada kulit yang berwarna merah muda gelap atau
bahkan merah terang, terutama bergantung pada daerahnya, yang mana dapat dibingungkan
dengan karboksi hemoglobin.
Mungkin bau sianida ada pada tubuh dan dapat dikenal, tapi perlu diketahui bahwa
banyak orang tidak bisa mendeteksi bau ini, kemampuan menciumnya berhubungan dengan
genetik (bukan berdasarkan pengalaman). Ini penting diketahui oleh ahli patologi dan
pegawai kamar mayat, bahwa keracunan sianida dapat membawa resiko. Para petugas terkait
menjadi sakit dan untuk sementara mengalami gangguan fungsi setelah mengautopsi mayat
bunuh diri yang telah menelan sejumlah besar kalium sianida. Diasumsikan mungkin akibat
menghirup hidrogen sianida dari isi perut mayat ketika melakukan pemeriksaan organ dalam.
Pada autopsi dapat tercium bau amandel waktu membuka rongga dada, perut dan
otak. Darah, otot dan penempang organ berwarna merah terang. Juga ditemukan tanda-tanda
asfiksia. Pemastian diagnosis keracunan CN dilakukan dengan pemeriksaan toksikologis
terhadap isi lambung dan darah.
19
Perut dapat berisi darah maupun rembesan darah akibat erosi maupun pendarahan di
dinding perut. Jika sianida berada dalam larutan encer, mungkin ada sedikit kerusakan pada
perut, terpisah dari warna merah muda pada mukosa dan mungkin beberapa pendarahan
berupa petechiae. Mungkin juga sianida tersebut menjadi kristal / bubuk putih yang tidak
dapat larut, dengan bau seperti almond.
Seperti kematian yang biasanya berlangsung cepat, sedikit bagian dari sianida dapat
sudah melewati masuk ke dalam sel cerna. Esofagus dapat mengalami kerusakan, terutama
pada bagian mukosa esofagus yang ketiga yang lebih bawah, yang bisa mengalami perubahan
post mortem dari regurgitasi isi perut melalui relaksasi sphincter jantung setelah mati. Organ
lain tidak menunjukkan perubahan yang spesifik dan diagnosis dibuat berdasarkan ceritanya,
bau dan warna kemerahan pada jaringan dalam tubuh maupun kulit.
Analisis Toksikologi
Darah, isi perut, urin dan muntahan harus diserahkan ke laboratorium, membutuhkan
perhatian khusus bahwa sampel terhindar dari resiko dalam pengemasannya, transportasinya
atau tidak dikemasnya sampel tersebut. Pemerikasaan laboratorium harus dilakukan dan
diperhatikan jika ada kemungkinan terjadinya keracunan sianida.
Jika kematian mungkin disebabkan oleh inhalasi gas hidrogen sianida, paru-parunya
harus dikirim utuh, dibungkus dalam kantong yang terbuat dari nilon (bukan polivinil
klorida).
Penting untuk membawa sampel ke laboratorium sesegera mungkin (dalam beberapa
hari) untuk menghindari struktur sianida yang tidak seperti aslinya lagi dalam sampel darah
yang telah disimpan. Hal ini biasanya dapat terjadi akibat suhu ruangannya, sehingga jika ada
penundaan, adanya kulkas pendingin menjadi penting. Jika dibandingkan, beberapa sampel
positif sesungguhnya dapat menurun kualitasnya pada penyimpanan. Lebih dari 70% isi
sianida dapat hilang setelah beberapa minggu, akibat reaksi dengan komponen jaringan dan
konversi menjadi thiosianad. Dikatakan bahwa tidak ada struktur sianida yang tidak seperti
aslinya lagi, sianida yang ditemukan dalam jumlah cukup adalah bukti bahwa sianida masuk
dalam tubuh yang mana hal itu sendiri tidak normal dan dikonfermasi sebagai barang bukti
dari terjadinya keracunan.
20
21