Tanggal Praktikum
: 3 Oktober 2012
Tanggal Pengumpulan
: 10 Oktober 2012
Disusun Oleh :
Taufik Rizkiandi (10611028)
Kelompok 3
Asisten :
Maliki (10607069)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kymograph (yang berarti 'penulis gelombang') adalah suatu perangkat yang
memberikan representasi grafis dari posisi spasial terhadap waktu. Perangkat ini pada
dasarnya terdiri dari drum berputar yang dibungkus dengan selembar kertas. Kertas
dihubungkan dengan stylus (pensil / pena) yang bergerak bolak-balik untuk merekam
perubahan suatu keadaan yang dirasakan seperti gerakan atau tekanan. Kymograf dapat
digunakan untuk merekam fisiologi otot rangka dan jantung dalam kertas grafik . Alat ini
terdiri dari sebuah sistem elektromekanik yang menggunakan motor sebagai alat
penggerak/pemutar drum dengan menggunakan suplai listrik. Dengan bantuan sistem
perekaman data oleh pena, setiap respon mekanik dari preparat otot rangka ataupun
kontraksi otot jantung bisa direkam / tercatat di atas kertas grafik yang melapisi drum.
Kecepatan berputar drum, kekuatan dan frekuensi stimulus yang diberikan pada jaringan
otot bisa diatur tergantung apa yang akan kita amati pada percobaan. Alat ini juga
digunakan untuk merekam gerakan respiratori normal/ yang termodifikasi serta digunakan
pada percobaan sejenisnya (Zimmermann, 2007)
Manfaat mempelajari sistem otot yaitu untuk mempelajari mekanisme yang terjadi
dalam tubuh kita. Selain itu pengetahuan mengenai sistem otot ini penting, terutama di
bidang medis. Misalnya untuk mengetahui pengaruh suatu zat/obat terhadap laju detakan
jantung. Tentunya hal ini hanya bisa kita lakukan jika kita memiliki pengetahuan
mengenai sistem otot.
Keuntungan menggunakan otot katak karena prinsip eksitasi, kontraksi, dan cara
kerjanya sama dengan otot semua vertebrata, termasuk manusia. Keuntungan lainnya
yaitu otot ini bisa berfungsi pada suhu kamar tanpa adanya supplai darah. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan oksigen bisa diperoleh melalui difusi dari air ke larutan
preparasi (ringer).
1.2 Tujuan
Menentukan besarnya tegangan untuk tiap-tiap jenis stimulus yang direspon oleh
otot gastrocnemius
Menentukan frekuensi yang dibutuhkan hingga otot mencapai fase treppe, wave of
summation, incomplete tetanus, complete tetanus, dan fatigue.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
garis-garis melintang dan nukleusnya terletak dibagian sentral. Otot jantung terdiri dari
beberapa serabut otot yang bercabang membentuk anyaman anastemesis dan sinsitium.
Serabut ototnya tampak bergaris-garis seperti otot rangka, tetapi nampak tidak begitu
jelas, mempunyai inti yang letaknya ditengah-tengah. Pada jarak tertentu pada serabut
ada garis melintang yang dikenal dengan nama cakram interkalar. Di dalam otot jantung
terdapat jaringan khusus yang disebut jaringan purkinje yang berfungsi merambatkan
impuls dengan cepat. Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Kontraksi otot jantung
bersifat otomatis dan berirama. (Martini, 2012).
Jaringan otot rangka terdiri atas sel-sel panjang yang disebut serabut otot yang
mampu berkontraksi ketika dirangsang oleh impuls syaraf. Tersusun dalam susunan
parallel didalam sitoplasma, serabut otot tersusun oleh sejumlah besar mikrofilamen yang
terbuat dari protein kontraktif aktin dan myosin. Otot adalah jaringan yang paling banyak
terdapat pada sebagian besar dari kerja skeleton. Setiap sel otot rangka berbentuk silinder
panjang, berinti banyak, terletak di tepi sel. Bila dilihat dibawah mikroskop cahaya, akan
nampak adanya garis-garis melintang gelap dan terang berselang-seling sehingga
memberi gambaran-gambaran lurik-lurik pada sel otot (Campbell.2006).
Sifat-sifat otot yaitu :
a) Kemampuan menegang otot apabila otot mendapat rangsangan, otot
menegang ataumemendek.
b) Kemampuan memanjang apabila otot ditarik/ bila ada gaya bekerja pada otot
itu, ototdapat memanjang sebagai contoh, misalnya otot rangka yang diberi
beban akansedikit memanjang. Juga rahim yang berisi janin akan
membesar.3.
c) Elastisitas/ kekenyalan, setelah mengalami pengembangan atau perpanjangan
ototmampu kembali pada bentuk dan ukuran semula
d) Kepekaan terhadap rangsangan, otot mampu mengadakan tanggapan apabila
otot dirangsang. Dalam menggunakan rangsangan terhadap otot jantung dan
semua jenis otot lain dapat dilangsungkan dengan dua cara yaitu
perangsangan langsung dan tidak langsung. Perangsangan langsung yaitu
dengan jalan menempatkan elektroda dari stimulator ke otot dan
perangsangan tidak langsung yaitu dengan cara menempatkan elektroda
stimulatoris pada syaraf menuju otot itu.
Kita mengenal beberapa macam intensitas, yaitu (Soewolo, 2000):
a) Rangsangan dibawah ambang (sub-treshold), merupakan rangsangan yang
tidak Nampak/ mampu menimbulkan rangsangan
suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik. Pengaruh ini
disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan
aktivitas miofibril.
2. Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan
kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi
unit motor berganda dan summasi bergelombang).
3. Fatigue adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri.
4. Tetanus adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada
sebelum tekanan tersebut dapat melebihi tekanan aorta. Dengan demikian, terdapat
periode waktu singkat antara penutupan katup AV dan pembukakan katup aorta pada saat
ventrikel menjadi bilik tetutup. Karena semua katup tertutup, tidak ada darah yang masuk
atau keluar ventrikel selama waktu ini. Interval waktu ini disebut sebagai kontraksi
ventrikel isovolumetrik (isovolumetric berarti volume dan panjang konstan). Karena tidak
ada darah yang masuk atau keluar ventrikel, volume bilik ventrikel tetap dan panjang
serat-serat otot juga tetap. Selama periode kontraksi ventrikel isovolumetrik, tekanan
ventrikel terus meningkat karena volume tetap (Martini, 2012).
Pada saat tekanan ventrikel melebihi tekanan aorta, katup aorta dipaksa membuka
dan darah mulai menyemprot. Kurva tekanan aorta meningkat ketika darah dipaksa
berpindah dari ventrikel ke dalam aorta lebih cepat daripada darah mengalir pembuluhpembuluh yang lebih kecil. Volume ventrikel berkurang secara drastis sewaktu darah
dengan cepat dipompa keluar. Sistol ventrikel mencakup periode kontraksi isovolumetrik
dan fase ejeksi (penyemprotan) ventrikel (Martini, 2012).
Ventrikel tidak mengosongkan diri secara sempurna selam penyemprotan. Dallam
keadaan normal hanya sekitar separuh dari jumlah darah yang terkandung di dalam
ventrikell pada akhir diastol dipompa keluar selama sistol. Jumlah darah yang tersisa di
ventrikel pada akhir sistol ketika fase ejeksi usai disebut volume sistolik akhir (end
sistolik volume,ESV), yang jumlah besarnya sekitar 65 ml. Ini adalah jumlah darah
paling sedikit yang terdapat di dalam ventrikel selama siklus ini. Jumlah darah yang
dipompa keluar dari setiap ventrikel pada setiap kontraksi dikenal sebagai volume /isi
sekuncup (stroke volume,SV); SV setara dengan vvolume diastolik
akhir dikurangi
volume sistolik akhir; dengan kata lain perbedaan antara volume darah di ventrikel
sebelum kontraksi dan setelah kontraksi adalah jumlah darah yang disemprotkan selama
kontraksi (Martini, 2012).
pulmonalis ke dalam atrium kiri. Karena darah yeng masuk ini terkumpul dalam atrium,
tekanan atrium terus meningkat. Ketika katup AV terbuka pada akhir sistol ventrikel,
darah yang terkumpul di atrium selama sistol ventrikel dengan cepat mengalir ke
ventrikel. Dengn demikian, mula-mula pengisian ventrikel berlangsung cepat karena
peningkatan tekanan atrium akibat penimbunan darah di atrium. Kemudian pengisian
ventrikel melambat karena darah yang tertimbun tersebut telah disalurkan ke ventrikel,
dan tekanan atrium mulai turun. Selama periode penurunan pengisian ini, darah terus
mengalir dari vena-vena pulmonalis ke dalam atrium kiri dan melalui katup AV yang
terbuka ke dalam ventrikel kiri. Selama diastol ventrikel tahap akhir, sewaktu pengisian
ventrikel berlangsung lambat, nodus SA kembali mengeluarkan potensial aksi dan siklus
jantung dimulai kembali. (Martini, 2012)
2.4 Kymograph
Kymograph ialah alat untuk mencatat atau melukiskan variasi tekanan atau
gerakan, misalnya gerak gelombang denyut nadi dan tekanan darah. Kymograph (yang
berarti 'penulis gelombang') adalah suatu perangkat yang memberikan representasi grafis
dari posisi spasial terhadap waktu. Perangkat ini pada dasarnya terdiri dari drum berputar
yang dibungkus dengan selembar kertas. Kertas dihubungkan dengan stylus (pensil / pena)
yang bergerak bolak-balik untuk merekam perubahan suatu keadaan yang dirasakan
seperti gerakan atau tekanan. (Zimmermann, 2007). Perangkat ini ditemukan oleh ahli
fisiologi Jerman Carl Ludwig pada 1840-an dan ia menemukan kegunaannya pertama kali
sebagai sarana untuk memonitor tekanan darah. Ia juga telah menemukan beberapa
penerapannya di bidang kedokteran. Kegunaan utamanya adalah untuk mengukur suatu
keadaan seperti perubahan kontraksi otot atau proses fisiologis lainnya, termasuk getaran
suara. Kymographs juga digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer, getaran garpu tala,
dan fungsi mesin uap (Zimmermann, 2007).
BAB III
METODOLOGI
Bahan
Bufo sp.
Larutan Ringer
Eter
Rana sp.
hingga seri detak jantung terbaca. Hasil pencatatan gerakan otot jantung pada
kertas drum dianalisis untuk menentukan periode siklus jantung beserta fasefasenya.
Katak digenggam dengan tangan kiri dengan kuat. Guillotine dan jarum
jara disiapkan kemudian masukan kepala katak ke dalam lubang Guillotine dan
kepala katak didekapitasi. Setelah itu jarum jara dimasukkan ke dalam rongga
vertebral dan sumsum tulang dirusak.
BAB IV
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Data
4.1.1 pengamatan histologi
Pengamatan
Literatur
4.1.2
Gambar 4.1.1.1
4.1.3
Grafik
cardiac
pengamatan
cycle
Panjang 1 cycle 25 mm
Kecepatan putar drum = 2, 5 mm/detik
Periodesistol =
Siklus Kardiak
x Periodemaksimum (s)
x 0,01 = 2, 5 s
Frekuensi sistol = =
= 24, 02 Hz (denyut/menit)
Periodediastol =
Frekuensidiastol = =
= 72, 07 Hz (denyut/menit)
Pada fase laten frekuensi 5 dan dengan diberi voltase 0,5 volt. Pada fase kontraksi
frekuensi 10 dan diberi voltase 2 volt. Pada fase relaksasi frekuensi 20 dan diberi voltase 5
volt. Pada fase fatigue frekuensi 50 dan diberi voltase 10 volt.
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam percobaan tidak teramati adanya kontraksi dengan tegangan lebih kecil
daripada 1,5 V . tegangan yang digunakan sampai mencepai treshold yaitu 1 volt. Tegangan
yang diperlukan untuk memperoleh kontraksi maksimal yaitu 20 V. Setelah itu mencapai ke
tingkat ini, tidak ada lagi kontraksi yang bisa teramati. Tahap ini adalah tahap tetanus dan
diamati pada 10V dan frekuensinya 50 Hz.
Pada tahap treppe, grafik berulangkali naik turun dengan ketinggian dan pola yang
hampir seragam. Hal ini menunjukkan adanya kontraksi otot yang berulang-kali karena
adanya stimulasi berulang dan berurutan yang berseling beberapa detik. Hal ini disebabkan
karena adanya ion kalsium yang meningkat dalam serabut otot sehingga meningkatkan
aktivitas myofibril dimana kontraksi ini terjadi karena melalui adanya rangsangan yang
diterima oleh otot melalui motor dan plate (Frandson, 1992).
Pada siklus summasi, kontraksi kedua selalu lebih tinggi dibanding kontraksi
pertama karena adanya influks kalsium tambahan yang berasal dari kontraksi pertama yang
menyebabkan juga kontraksi kedua (adanya penumpukan ion kalsium).
Dari grafik terlihat adanya adanya garis yang naik kemudian garis lurus yang
konstan . pada saat ini tidak terlihat adanya kontraksi yang lebih tinggi ataupun terjadinya
relaksasi. Hal ini terjadi karena adanyab penyiapan energi untuk kontraksi berikutnya,
kemudian dengan rangsangan yang terus menerus diberikan sehingga otot belum terjadi
relaksasi sempurna rangsangan yang datang lagi yang memperkuat tegangan sehingga akan
terjadi kontraksi yang maksimum dan sesudah kontraksi tidak akan maksimum lagi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Frandson (1993), yang menyatakan bahwa tetanus adalah frekuensi
di mana stimulus menjadi cepat sehingga tidak ada peningkatan kontraksi atai tenaga
terbesar telah dicapai oleh otot tersebut.
Ketika tahap tetanus ini dibiarkan berlanjut, maka terlihat adanya penurunan respon
dan pada akhirnya otot tidak merespon sama sekali. Tahap ini disebut fatigue. Jika otot
mendapatkan rangsang terus menerus maka dalam kondisi itu berarti kepala myosin
menempel kepada aktin secara terus menerus maka hal itu dapat menyebabkan otot
mengalami kejang otot, keadaan otot pada saat itu otot dalam keadaan tegang dan kaku.
untuk menghindari fatigue, pemberian stimulus yang berulang-ulang harus dihindari dan
otot dibiarkan beristirahat selama percobaan
Dalam percobaan digunakan larutan Ringer/ Menurut literatur, fungsi larutan ringer
untuk memperbesar rangsangan dan menghindari pengeringan otot. menjaga organ tubuh
tetep berfungsi di luar tubuh dalam selang waktu tertentu dengan menyediakan elektrolit
bagi sel, mengatur pH, dan membasuh asam laktat yang dihasilkan oleh metabolisme otot
yang berkontraksi. Ringer terdiri dari (NaCl, 115mM; KCl, 2.5mM; CaCl2, 1.8mM;
Na2HPO4, 2.15mM ; NaH2PO4, 0.85) ((Ahmed et al., 1999) dalam (Aisha et a , 2005)). Di
sisi lain, ringer laktat dapat masuk ke dalam membran plasma sel otot dengan cara difusi
fasilitasi. Difusi fasilitasi
kinetik molekuler ataupun ion yang butuh interaksi antara molekul maupun ion tersebut
dengan protein pembawa dalam membran (Guyton dan Hall 1997). Ringer laktat merupakan
larutan garam yang terdiri dari natrium, kalium, laktat, dan klorida, yang merupakan ion-ion
yang dibutuhkan otot untuk menjaga kondisi fisiologis sel dan berguna untuk kontraksi otot.
Larutan ini bersifat isotonis sehingga sering digunakan pada resusitasi cairan pada kondisi
kekurangan cairan tubuh (Farhan 2009).
5. 2 Pengamatan otot jantung
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan pada praktikum ini, diperoleh data besar
stimulus pada subthreshold hingga maximal threshold sebagai berikut :
Subthreshold = 1 Volt
Treshold = 1,5 Volt
Maximum 20 Volt
Tiap
Periode sistol yang didapatkan dari hasil pengamatan 2,497 s dan frekuensi sistol
sebesar 24, 02 Hz. Sedangkan periode diastol yang didapatkan dari hasil pengamatan
yaitu 0,832 s dan frekuensi sistol sebesar 72, 07 Hz sehingga berdasarkan hasil
percobaan kami bisa mengetahui periode satu siklus jantung dari Bufo sp. yang
digunakan yaitu selama 3,33 s
Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi periode dan siklus kardiak Bufo Sp.
Diantaranya yaitu usia katak, kondisi katak dan jenis kelamin (Frandson, 1992)
5. 3 Perbedaan otot jantung, otot rangka, dan otot polos
Berdasarkan hasil pengamatan preparat histologi, terdapat beberapa ciri khas
yang membedakan antara otot jantung, rangka, dan polos. Perbedaan tersebut bisa kita
amati dengan perbesaran yang tidak terlalu besar. Ciri khas yang teramati yaitu
adanya pola gelap-terang (lurik) pada otot rangka,
(menggembung di tengah dan runcing di kedua ujungnya) pada otot polos, dan adanya
percabangan keping interkalar pada otot jantung.
Perbedaan antara otot jantung, rangka, dan polos dapat ditunjukkan melalui
tebel berikut (Gibson, 2003):
Tabel 5.3.1 Perbedaan otot
BAB V
KESIMPULAN
Siklus jantung dan fase-fasenya melalui pengamatan gerakan otot jantung Bufo sp.
yaitu :
o Periode cardiac cycle (s )= 3,33 s
o Periode sistol = 2,497 s
o Frekuensi sistol = 24, 02 Hz (denyut/menit)
o Periode diastol = 0,832 s
o Frekuensi diastol = 72, 07 Hz (denyut/menit)
Fase kontraksi otot gastrocnemius dan voltase tiap siklusnya adalah sebagai
berikut :
o Voltase subtreshold = 1 Volt dan voltase Treshold = 1,5 Volt
o Pada fase laten frekuensi 5Hz dan dengan diberi voltase 0,5 volt.
o Pada fase kontraksi frekuensi 10 Hz dan diberi voltase 2 volt.
o Pada fase relaksasi frekuensi 20 Hz dan diberi voltase 5 volt.
o Pada fase fatigue frekuensi 50 Hz dan diberi voltase 10 volt.
DAFTAR PUSTAKA
Azmat, Aisha, Mohammad Abdul Azeem, Navaid-Ul-Zafar, S.I. Ahmad. Physiological And
Pharmacological Effect Of Somina (Herbal Preparation) On Cardiac Parameters
Pakistan Journal of Pharmacology Vol.22, No.2, July 2005, pp.35-40
Campbell, A Neil. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga
Farhan FS. 2009. Pengaruh Laktat dan H+ terhadap Timbulnya Kelelahan Otot pada Rana
Sp. [Tesis ]. Jakarta: Program Studi Ilmu Biomedik Kekhususan Fisiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Gibson, John. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta : Penerbit Buku
Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Irawati Setiawan,
editor. Jakarta : EGC. Terjemahan dari : Textbook of Medical Physiology.
Bill Glosser, http://www.pathguy.com/histo/000.htm diakses pada tanggal 16 Oktober 2012
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Kedokteran EGC
Martini. 2012. Fundamental Anatomy and Physiology 9th ed. San Fransisco : Pearson
Education, Inc
Saifuddin, 2002. Ilmu Kebidanan Perkata Edisi Ke-3. Jakarta : EGC.
Soewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Bandung : DIKTI
Zimmermann,
Leipzig.
2007.
Vertical
Kymograph