Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN (BI-2103)


OTOT DAN KYMOGRAPH

Tanggal Praktikum

: 3 Oktober 2012

Tanggal Pengumpulan

: 10 Oktober 2012

Disusun Oleh :
Taufik Rizkiandi (10611028)
Kelompok 3
Asisten :
Maliki (10607069)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kymograph (yang berarti 'penulis gelombang') adalah suatu perangkat yang
memberikan representasi grafis dari posisi spasial terhadap waktu. Perangkat ini pada
dasarnya terdiri dari drum berputar yang dibungkus dengan selembar kertas. Kertas
dihubungkan dengan stylus (pensil / pena) yang bergerak bolak-balik untuk merekam
perubahan suatu keadaan yang dirasakan seperti gerakan atau tekanan. Kymograf dapat
digunakan untuk merekam fisiologi otot rangka dan jantung dalam kertas grafik . Alat ini
terdiri dari sebuah sistem elektromekanik yang menggunakan motor sebagai alat
penggerak/pemutar drum dengan menggunakan suplai listrik. Dengan bantuan sistem
perekaman data oleh pena, setiap respon mekanik dari preparat otot rangka ataupun
kontraksi otot jantung bisa direkam / tercatat di atas kertas grafik yang melapisi drum.
Kecepatan berputar drum, kekuatan dan frekuensi stimulus yang diberikan pada jaringan
otot bisa diatur tergantung apa yang akan kita amati pada percobaan. Alat ini juga
digunakan untuk merekam gerakan respiratori normal/ yang termodifikasi serta digunakan
pada percobaan sejenisnya (Zimmermann, 2007)
Manfaat mempelajari sistem otot yaitu untuk mempelajari mekanisme yang terjadi
dalam tubuh kita. Selain itu pengetahuan mengenai sistem otot ini penting, terutama di
bidang medis. Misalnya untuk mengetahui pengaruh suatu zat/obat terhadap laju detakan
jantung. Tentunya hal ini hanya bisa kita lakukan jika kita memiliki pengetahuan
mengenai sistem otot.
Keuntungan menggunakan otot katak karena prinsip eksitasi, kontraksi, dan cara
kerjanya sama dengan otot semua vertebrata, termasuk manusia. Keuntungan lainnya
yaitu otot ini bisa berfungsi pada suhu kamar tanpa adanya supplai darah. Hal ini
disebabkan karena kebutuhan oksigen bisa diperoleh melalui difusi dari air ke larutan
preparasi (ringer).
1.2 Tujuan

Menentukan periode siklus jantung beserta fase-fasenya melalui pengamatan


gerakan otot jantung.

Menentukan besarnya tegangan untuk tiap-tiap jenis stimulus yang direspon oleh

otot gastrocnemius
Menentukan frekuensi yang dibutuhkan hingga otot mencapai fase treppe, wave of
summation, incomplete tetanus, complete tetanus, dan fatigue.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis-jenis otot


Jaringan otot terspesialisasi untuk kontraksi. ketika sel otot berkontraksi, sel ini
memendek dan menghasilkan beberapa tipe gerakan. Ada tiga jenis otot yaitu otot polos,
otot rangka, dan otot jantung. Pada dasarnya mekanisme kontraksi untuk setiap jenis otot
adalah sama, hal yang membedakannya yaitu struktur internalnya.
Sel otot polos berbentuk seperti gelendong dengan 1 inti ditengah ditengah sel,
penampangnya berukuran 2-10 m, sedangkan panjangnya 50-200m (penampang otot
rangka dapat mencapai 20 kali otot polos). Otot polos tidak memperlihatkan adanya garis
melintang dan terdapat pada sistem-sistem yang menjalankan fungsinya secara otomatis.
Otot polos vertebrata dapat dijumpai pada dinding-dinding organ dalam dan pembuluh
darah, saluran pencernaan, uterus, kandung kemih, ureter, arteri, dan arteriola. Otot ini
yang terdapat pada dinding traktus digestivus yang berperan menggerakkan dan
mencampur makanan dari lambung ke intestinum (usus), gerakannya tidak dipengaruhi
oleh kehendak (involunter) dan apabila dilihat dari sifat kerjanya, otot polos bergerak
lamban dan dipengaruhi oleh saraf otonom. Otot polos disebut juga otot otonom, karena
protoplasmanya licin dan tidak mempunyai garis-garis melintang. Otot polos berbentuk
seperti gelondong karena bagian tengahnya besar, sedangkan kedua ujungnya meruncing
dan mempunyai inti sel yang terletak di tengah-tengah. Diameter pembuluh darah dan
jumlah aliran darah pada suatu daerah ditentukan oleh otot polos yang terdapat pada suatu
daerah ditentukan oleh otot polos yang terdapat pada dinding pembuluh. Kontraksi otot
polos tetap stabil tanpa membutuhkan rangsangan saraf. Meskipun demikian, kontraksi
otot diatur oleh sistem saraf otonom dan dapat dipengaruhi oleh beberapa obat-obat
tertentu.. (Frandson, 1992).
Otot jantung juga gerakannya tidak dipengaruhi kehendak sama seperti pada otot
polos. Otot ini terdapat hanya pada jantung. Sel-sel otot jantung tersusun sebagai
anyaman. Kontraksi otot jantung bersifat inharen dan berirama serta tidak membutuhkan
rangsangan saraf, Meskipun demikian, laju kontraksi diatur oleh sistem saraf otonom,
biasanya tidak ada kontrakstil sadar pada otot jantung. Sel-sel otot jantung mempunyai

garis-garis melintang dan nukleusnya terletak dibagian sentral. Otot jantung terdiri dari
beberapa serabut otot yang bercabang membentuk anyaman anastemesis dan sinsitium.
Serabut ototnya tampak bergaris-garis seperti otot rangka, tetapi nampak tidak begitu
jelas, mempunyai inti yang letaknya ditengah-tengah. Pada jarak tertentu pada serabut
ada garis melintang yang dikenal dengan nama cakram interkalar. Di dalam otot jantung
terdapat jaringan khusus yang disebut jaringan purkinje yang berfungsi merambatkan
impuls dengan cepat. Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Kontraksi otot jantung
bersifat otomatis dan berirama. (Martini, 2012).
Jaringan otot rangka terdiri atas sel-sel panjang yang disebut serabut otot yang
mampu berkontraksi ketika dirangsang oleh impuls syaraf. Tersusun dalam susunan
parallel didalam sitoplasma, serabut otot tersusun oleh sejumlah besar mikrofilamen yang
terbuat dari protein kontraktif aktin dan myosin. Otot adalah jaringan yang paling banyak
terdapat pada sebagian besar dari kerja skeleton. Setiap sel otot rangka berbentuk silinder
panjang, berinti banyak, terletak di tepi sel. Bila dilihat dibawah mikroskop cahaya, akan
nampak adanya garis-garis melintang gelap dan terang berselang-seling sehingga
memberi gambaran-gambaran lurik-lurik pada sel otot (Campbell.2006).
Sifat-sifat otot yaitu :
a) Kemampuan menegang otot apabila otot mendapat rangsangan, otot
menegang ataumemendek.
b) Kemampuan memanjang apabila otot ditarik/ bila ada gaya bekerja pada otot
itu, ototdapat memanjang sebagai contoh, misalnya otot rangka yang diberi
beban akansedikit memanjang. Juga rahim yang berisi janin akan
membesar.3.
c) Elastisitas/ kekenyalan, setelah mengalami pengembangan atau perpanjangan
ototmampu kembali pada bentuk dan ukuran semula
d) Kepekaan terhadap rangsangan, otot mampu mengadakan tanggapan apabila
otot dirangsang. Dalam menggunakan rangsangan terhadap otot jantung dan
semua jenis otot lain dapat dilangsungkan dengan dua cara yaitu
perangsangan langsung dan tidak langsung. Perangsangan langsung yaitu
dengan jalan menempatkan elektroda dari stimulator ke otot dan
perangsangan tidak langsung yaitu dengan cara menempatkan elektroda
stimulatoris pada syaraf menuju otot itu.
Kita mengenal beberapa macam intensitas, yaitu (Soewolo, 2000):
a) Rangsangan dibawah ambang (sub-treshold), merupakan rangsangan yang
tidak Nampak/ mampu menimbulkan rangsangan

b) Rangsang ambang (treshold), rangsangan terkecil yang cepat menimbulkan


tanggapan
c) Rangsang sub maksimal, rangsangan yang intensitasnya bervariasi dari sisa
ambang sampai rangsang maksimal
d) Rangsang supramaximal, merupakan rangsangan yang intensitasnya lebih
besardari rangsang maksimal
e) Rangsang maksimal, merupakan rangsang yang menimbulkan tanggapan
maksimal.
Potensial aksi merupakan depolarisasi dan repolarisasi membran sel yang
terjadi secara cepat . Pada sel otot (serabut-serabut otot), potensial aksi menyebabkan
otot berkontraksi. Sebuah potensial aksi tunggal akan menghasilkan peningkatan
tegangan otot yang berlangsung sekitar 100 milidetik atau kurang yang disebut sebuah
kontraksi tunggal (Campbell, 2004). Jika potensial aksi kedua tiba sebelum respons
terhadap potensial aksi pertama selesai, tegangan tersebut akan menjumlahkan dan
menghasilkan respons yang lebih besar. Jika otot menerima suatu rentetan potensial
aksi yang saling tumpang tindih, maka akan terjadi sumasi yang lebih besar lagi
dengan tingkat tegangan yang bergantung pada laju perangsangan. Jika laju
perangsangan cukup cepat, sentakan tersebut akan lepas menjadi kontraksi yang halus
dan bertahan lama yang disebut tetanus. Waktu antara datangnya rangsang ke neuron
motoris dengan awal terjadinya kontraksi disebut fase laten; waktu terjadinya
kontraksi disebut fase kontraksi, dan waktu otot berelaksasi disebut fase relaksasi
(Martini, 2012).
2.2 Otot rangka
Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam
menggerakkan tulang-tulang tubuh. Otot rangka dapat kita kaji lebih dalam misalnya
dengan mempelajari otot gastroknemus pada katak. Otot gastroknemus katak banyak
digunakan dalam percobaan fisiologi hewan. Otot ini lebar dan terletak di atas fibiofibula,
serta disisipi oleh tendon tumit yang tampak jelas (tendon Achillus) pada permukaan
kaki.
Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan
yang relatif dari filamen-filamen aktin dan myosin. Selama kontraksi otot, filamenfilamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen
tersebut tidak bertambah banyak.Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan

perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya


garis H. selain itu filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z
dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi.
Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek
aktin-miosin
Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1. Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada

suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik. Pengaruh ini
disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan
aktivitas miofibril.
2. Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan

kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi
unit motor berganda dan summasi bergelombang).
3. Fatigue adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri.
4. Tetanus adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada

peningkatan tegangan kontraksi.


5. Rigor terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga kalsium

tidak lagi dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme pemompaan.


Metode pergeseran filamen dijelaskan melalui mekanisme kontraksi pencampuran
aktin dan miosin membentuk kompleks akto-miosin yang dipengaruhi oleh ATP. Miosin
merupakan produk, dan proses tersebut mempunyai ikatan dengan ATP. Selanjutnya ATP
yang terikat dengan miosin terhidrolisis membentuk kompleks miosin ADP-Pi dan akan
berikatan dengan aktin. Selanjutnya tahap relaksasi konformasional kompleks aktin,
miosin, ADP-pi secara bertahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP, proses terkait dan
terlepasnya aktin menghasilkan gaya fektorial.
Mekanisme umum kontraksi otot pada otot kerangka dapat diurutkan sebagai berikut
yaitu (Syaifuddin, 2002) :
1. Potensial aksi berjalan sepanjang saraf motorik sampai ke ujung serat saraf.
2. Setiap ujung saraf mensekresi substansi neurotransmister yaitu asetikolin dalam
jumlah sedikit.
3. Asetikolin bekerja untuk area setempat pada membran serat otot guna membuka
saluran asetikolin melalui molekul-molekul protein dalam membran serat otot.

4. Terbukanya saluran asetikolin memungkinkan sejumlah besar ion natrium


mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini
menimbulkan potensial aksi serat saraf.
5. Potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf otot dengan cara yang sama
seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.
6. Potensial aksi berjalan akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot.
Berjalan dalam serat otot dimana potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma
melepas sejumlah ion kasium yang disimpan dalam retikulum ke dalam miofibril.
7. Ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin yang
menyebabkan gerak bersama-sama dan menimbulkan kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu titik, kalsium dipompakan kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma, tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot yang baru lagi.
Selama kontraksi kuat, filamen aktin dapat ditarik bersama-sama dengan erat hingga
ujung filamen miosin melekuk. Kontraksi otot terjadsi karena mekanisme pergeseran
filamen. Kekuatan mekanisme yang dibentuk oleh interaksi jembatan penyebrangan dari
filamen miosin dengan filamen aktin. Bila sebuah poptensial aksi berjalan ke seluruh
membran maka serat otot akan menyebabkan retikulum saroplasmik melepaskan ion
kalsium dalam jumlah besar yang dengan cepat menembus miofibril (Watson, 2002).
Kontraksi otot terjadi akibat implus saraf. Implus saraf yang bersifat elektrik,
dihantar ke sel-sel otot secara kimiawi dan hal ini dilakukan oleh sambungan otot saraf.
Implus saraf sampai ke sambungan otot saraf yang mengandung gelembung kecil
asetikolin. Asetikolin dilepas ke dalam ruangan antara saraf dan otot (celah sinaps) dan
ketika asetikolin menempel pada sel otot, ia akan merangsang terjadinya depolarisasi dan
aktivitas listrik akan menyebar ke seluruh sel otot sehingga timbul kontraksi. Untuk bisa
berkontraksi serabut otot memerlukan energi yang didapat dari oksidasi makanan,
terutama karbohidrat akan dipecah menjadi gula sederhana yang disebut glukosa.
Glukosa yang tidak diperlukan dengan segera oleh tubuh akan dikonversi menjadi
glikogen dan disimpan dihati dan di otot. Glikogen otot merupakan sumber panas dan
energi bagi aktivitas otot. Selama aktivitas otot oksidasi glikogen menjadi karbondioksida
dan air, terbentuk suatu senyawa yang kaya akan energi. Senyawa ini disebut adenosin
trifosfat (ATP). Apabila otot harus melakukan kontraksi, energi ATP akan dilepas seiring
dengan perubahannya menjadi adenosin difosfat (ATP) (Martini, 2012).
\

2.3 Otot Jantung


Jantung adalah organ berotot yang berongga dan berbentuk kerucut. Jantung terletak
di rongga toraks (dada) sekitar garis tengah antara sternum (tulang dada) disebelah
anterior dan vertebra (tulang punggung) di sebelah posterior. Jantung memiliki pangkal
yang lebar di sebelah atas dan meruncing membentuk ujung yang disebut apeks di dasar.
Siklus jantung terdiri dari periode sistol (kontraksi dan pengosongan isi) dan diastole
(relaksasi dan pengisian jantung). Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan
diastole yang terpisah. Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi ke seluruh jantung,
sedangkan relaksasi timbul satelah repolarisasi otot jantung (Martini, 2012).
Selama diastole ventrikel dini, atrium juga masih berada dalam keadaan distol.
Karena aliran darah masuk secara kontinu dari system vena ke dalam atrium, tekanan
atrium sedikit melebihi tekanan ventrikel walaupun kedua bilik tersebut melemas. Karena
perbedaan tekanan ini, katup AV terbuka, dan darah mengalir mengalir langsung dari
atrium ke dalam ventrikel selama diastole ventrikel. Akibatnya, volume ventrikel perlahalahan meningkat bahkan sebelum atrium berkontraksi. Pada akhir diastol ventrikel, nodus
SA mencapai ambang dan membentuk potensial aksi. Impuls menyebar keseluruh atrium.
Depolarisasi atrium menimbulkan kontraksi atrium, yang memeras lebih banyak darah ke
dalam ventrikel, sehingga terjadi peningkatan kurva tekanan atrium. Peningkatan tekanna
ventrikel yang menyertai berlangsung bersamaan dengan peningkatan tekanan atrium
disebabkan oleh penambahan volume darah ke ventrikel oleh kontraksi atrium. Selama
kontraksi atrium, tekanan atrium tetap sedikit lebih tinggi daripa tekanan ventrikel,
sehingga katup AV tetap terbuka (Martini, 2012).
Diastol ventrikel berakhir pada awal kontraksi ventrikel. Pada saat ini, kontraksi
atrium dan pengisian ventrikel telah selesai. Volume darah di ventrikel pada akhir diastol
dikenal sebagai volume diastolik akhir (end diastilic volume,EDV), yang besarnya sekitar
135 ml. Selama siklus ini tidak ada lagi darah yang ditambahkan ke ventrikel. Dengan
demikian, volume diastolik akhir adalah jumlah darah maksimum yang akan dikandung
ventrikel selama siklus ini. Setelah eksitasi atrium, impuls berjalan melalui nodus AV dan
sistem penghantar khusus untuk merangsang ventrikel. Secara simultan, terjadi kontraksi
atrium. Pada saat pengaktifan ventrikel terjadi, kontraksi atrium telah selesai. Ketika
kontraksi ventrikel dimulai, tekanan ventrikel segera melebihi tekanan atrium. Perbedaan
yang terbalik ini mendorong katup AV ini menutup. Setelah tekanan ventrikel melebihi
tekanan atrium dan katup AV telah tertutup,tekanan ventrikel harus terus meningkat

sebelum tekanan tersebut dapat melebihi tekanan aorta. Dengan demikian, terdapat
periode waktu singkat antara penutupan katup AV dan pembukakan katup aorta pada saat
ventrikel menjadi bilik tetutup. Karena semua katup tertutup, tidak ada darah yang masuk
atau keluar ventrikel selama waktu ini. Interval waktu ini disebut sebagai kontraksi
ventrikel isovolumetrik (isovolumetric berarti volume dan panjang konstan). Karena tidak
ada darah yang masuk atau keluar ventrikel, volume bilik ventrikel tetap dan panjang
serat-serat otot juga tetap. Selama periode kontraksi ventrikel isovolumetrik, tekanan
ventrikel terus meningkat karena volume tetap (Martini, 2012).
Pada saat tekanan ventrikel melebihi tekanan aorta, katup aorta dipaksa membuka
dan darah mulai menyemprot. Kurva tekanan aorta meningkat ketika darah dipaksa
berpindah dari ventrikel ke dalam aorta lebih cepat daripada darah mengalir pembuluhpembuluh yang lebih kecil. Volume ventrikel berkurang secara drastis sewaktu darah
dengan cepat dipompa keluar. Sistol ventrikel mencakup periode kontraksi isovolumetrik
dan fase ejeksi (penyemprotan) ventrikel (Martini, 2012).
Ventrikel tidak mengosongkan diri secara sempurna selam penyemprotan. Dallam
keadaan normal hanya sekitar separuh dari jumlah darah yang terkandung di dalam
ventrikell pada akhir diastol dipompa keluar selama sistol. Jumlah darah yang tersisa di
ventrikel pada akhir sistol ketika fase ejeksi usai disebut volume sistolik akhir (end
sistolik volume,ESV), yang jumlah besarnya sekitar 65 ml. Ini adalah jumlah darah
paling sedikit yang terdapat di dalam ventrikel selama siklus ini. Jumlah darah yang
dipompa keluar dari setiap ventrikel pada setiap kontraksi dikenal sebagai volume /isi
sekuncup (stroke volume,SV); SV setara dengan vvolume diastolik

akhir dikurangi

volume sistolik akhir; dengan kata lain perbedaan antara volume darah di ventrikel
sebelum kontraksi dan setelah kontraksi adalah jumlah darah yang disemprotkan selama
kontraksi (Martini, 2012).

Gambar 2.1 siklus jantung


Sumber : Martini, 2012

Ketika ventrikel mulai berelaksasi karena repolarisasi, tekanan ventrikel turun


dibawah tekanan aorta dan katup aorta menutup. Penutupan katup aorta menimbulkan
gangguan atau takik pada kurva tekanan aorta yang dikenal sebagai takik dikrotik
(dikrotik notch). Tidak ada lagi darah yang keluar dari ventrikel selama siklus ini karena
katup aorta telah tertutup. Namun katup AV belum terbuka karena tekanan ventrikel
masih lebih tinggi dari daripada tekanan atrium. Dengan demikian semua katup sekali
lagi tertutup dalam waktu singkat yang disebut relaksasi ventrikel isovolumetrik. Panjang
serat otot dan volume bilik tidak berubah. Tidak ada darah yang masuk atau keluar seiring
dengan relaksasi ventrikel dan tekanan terus turun. Ketika tekanan ventrikel turun
dibawah tekanan atrium, katup AV membuka dan pengisian ventrikel terjadi kembali.
Diastol ventrikel mencakup periode ralaksasi isovolumetrik dan fase pengisian ventrikel.
(Martini, 2012)
Repolarisasi atrium dan depolarisasi ventrikel terjadi secara bersamaan, sehingga
atrium berada dalam diastol sepanjang sistol ventrikel. Darah terus mengalir dari vena

pulmonalis ke dalam atrium kiri. Karena darah yeng masuk ini terkumpul dalam atrium,
tekanan atrium terus meningkat. Ketika katup AV terbuka pada akhir sistol ventrikel,
darah yang terkumpul di atrium selama sistol ventrikel dengan cepat mengalir ke
ventrikel. Dengn demikian, mula-mula pengisian ventrikel berlangsung cepat karena
peningkatan tekanan atrium akibat penimbunan darah di atrium. Kemudian pengisian
ventrikel melambat karena darah yang tertimbun tersebut telah disalurkan ke ventrikel,
dan tekanan atrium mulai turun. Selama periode penurunan pengisian ini, darah terus
mengalir dari vena-vena pulmonalis ke dalam atrium kiri dan melalui katup AV yang
terbuka ke dalam ventrikel kiri. Selama diastol ventrikel tahap akhir, sewaktu pengisian
ventrikel berlangsung lambat, nodus SA kembali mengeluarkan potensial aksi dan siklus
jantung dimulai kembali. (Martini, 2012)
2.4 Kymograph
Kymograph ialah alat untuk mencatat atau melukiskan variasi tekanan atau
gerakan, misalnya gerak gelombang denyut nadi dan tekanan darah. Kymograph (yang
berarti 'penulis gelombang') adalah suatu perangkat yang memberikan representasi grafis
dari posisi spasial terhadap waktu. Perangkat ini pada dasarnya terdiri dari drum berputar
yang dibungkus dengan selembar kertas. Kertas dihubungkan dengan stylus (pensil / pena)
yang bergerak bolak-balik untuk merekam perubahan suatu keadaan yang dirasakan
seperti gerakan atau tekanan. (Zimmermann, 2007). Perangkat ini ditemukan oleh ahli
fisiologi Jerman Carl Ludwig pada 1840-an dan ia menemukan kegunaannya pertama kali
sebagai sarana untuk memonitor tekanan darah. Ia juga telah menemukan beberapa
penerapannya di bidang kedokteran. Kegunaan utamanya adalah untuk mengukur suatu
keadaan seperti perubahan kontraksi otot atau proses fisiologis lainnya, termasuk getaran
suara. Kymographs juga digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer, getaran garpu tala,
dan fungsi mesin uap (Zimmermann, 2007).

BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Tabel 3.1 Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan
Alat
Kymograph universal
Alat bedah
Guillotine
Jarum jara

Bahan
Bufo sp.
Larutan Ringer
Eter
Rana sp.

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Pengamatan otot jantung
Kodok dibius terlebih dahulu kemudian diletakan di papan bedah dengan
bagian ventral menghadap ke atas. Lapisan ototnya disayat hingga menemukan
sternum.

Sternum diangkat dengan menggunakan pinset kemudian tulang

rusuknya dipotong. Prricardium dihilangkan dengan hati-hati. Larutan Ringer


diteteskan secara terus menerus ke jantung.
Clip dikaitkan pada bagian apex ventrikel. Clip disambungkan dengan
benang ke starling pada kimograf. Ketegangan tali diatur hingga Starling
Heart Level mendatar dan ketinggian papan myograph sampai jantung sedikit
terangkat secara vertikal.
mm/detik.

Kecepatan rotasi drum diatur pada kecepatan 5

Jarum tinta ditempelkan pada drum yang sudah dilapisi kertas

hingga seri detak jantung terbaca. Hasil pencatatan gerakan otot jantung pada
kertas drum dianalisis untuk menentukan periode siklus jantung beserta fasefasenya.

3.2.2 Pengamatan otot rangka

Katak digenggam dengan tangan kiri dengan kuat. Guillotine dan jarum
jara disiapkan kemudian masukan kepala katak ke dalam lubang Guillotine dan
kepala katak didekapitasi. Setelah itu jarum jara dimasukkan ke dalam rongga
vertebral dan sumsum tulang dirusak.

Setelah otot-otot rangkanya terasa

lemas, otot gastrocnemius diisolasi dari kaki kanan atau kiri.


Otot gastrocnemius ditempatkan pada tempat yang tersedia. Tendon
achilles dikaitkan dengan benang dan diikat pada tangkai lengan lever.
Stimulator dipasang dengan menyentuhkan ujung probe pada otot. Setelah itu,
otot diberikan stimulus tunggal untuk menentukan stimulus subminimum
hingga maksimum. Kemudian otot diberi stimulus ritmis untuk menentukan
fase-fase kontraksi otot.

BAB IV
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data
4.1.1 pengamatan histologi
Pengamatan

Literatur

Gambar 4.1 Otot Jantung


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012)

Gambar 4.4 Otot Jantung


(Sumber : Glosser, 2012)

Gambar 4.2 Otot Polos


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012)

Gambar 4.5 Otot Polos


(Sumber : Glosser, 2012)

Gambar 4.3 Otot rangka


(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012)

4.1.2

Grafik hasil pencatatan cardiac cycle

Gambar 4.1.1.1

4.1.3

Gambar 4.6 Otot rangka


(Sumber : Glosser, 2012)

Grafik cardiac cycle

Grafik
cardiac

pengamatan
cycle

Gambar 4.1.1.2 Grafik Pengamatan Siklus Kardiak

Panjang 1 cycle 25 mm
Kecepatan putar drum = 2, 5 mm/detik

4.1.4 Periode dan frekuensi cardiac cycle

Periodecardiac cycle (s)=

Periodecardiac cycle (s) =

Periodesistol =

Siklus Kardiak

x Periodemaksimum (s)

x 0,01 = 2, 5 s

x Periode (s) = x 2,5 = 3,33 s

x Periodecardiac cycle = x 3,33 = 2,497 s

Frekuensi sistol = =

= 24, 02 Hz (denyut/menit)

Periodediastol =

Frekuensidiastol = =

x periode cardiac cycle = x 3,33 = 0,832 s

= 72, 07 Hz (denyut/menit)

Hasil pengamatan gastrocnemius


4.1.1 Grafik pencatatan dari subtreshold hingga maksimal stimulus beserta besar
stimulus

Gambar 4.1.1 Grafik pengamatan subtreshold

Voltase subtreshold = 1 Volt


Voltase Treshold = 1,5 Volt

Gambar 4.1.2 Grafik pengamatan maximal stimulus


Voltase maximal stimulus = 20 Volt

4.1.1.2 Grafik pencatatan twitches hingga fatigue

Pada fase laten frekuensi 5 dan dengan diberi voltase 0,5 volt. Pada fase kontraksi
frekuensi 10 dan diberi voltase 2 volt. Pada fase relaksasi frekuensi 20 dan diberi voltase 5
volt. Pada fase fatigue frekuensi 50 dan diberi voltase 10 volt.

Gambar 4.1.4 Grafik pengamatan treppe, frekuensi 1 Hz, 20v

Gambar 4.1.5 Grafik complete tetanus, 10V, frekuensinya 50 Hz

BAB V

PEMBAHASAN

5. 1 Pengamatan otot gastrocnemius


Pada percobaan ini, nilai threshold (nilai kontraksi pertama) yang teramati yaitu
1,5V.

Dalam percobaan tidak teramati adanya kontraksi dengan tegangan lebih kecil

daripada 1,5 V . tegangan yang digunakan sampai mencepai treshold yaitu 1 volt. Tegangan
yang diperlukan untuk memperoleh kontraksi maksimal yaitu 20 V. Setelah itu mencapai ke
tingkat ini, tidak ada lagi kontraksi yang bisa teramati. Tahap ini adalah tahap tetanus dan
diamati pada 10V dan frekuensinya 50 Hz.
Pada tahap treppe, grafik berulangkali naik turun dengan ketinggian dan pola yang
hampir seragam. Hal ini menunjukkan adanya kontraksi otot yang berulang-kali karena
adanya stimulasi berulang dan berurutan yang berseling beberapa detik. Hal ini disebabkan
karena adanya ion kalsium yang meningkat dalam serabut otot sehingga meningkatkan
aktivitas myofibril dimana kontraksi ini terjadi karena melalui adanya rangsangan yang
diterima oleh otot melalui motor dan plate (Frandson, 1992).
Pada siklus summasi, kontraksi kedua selalu lebih tinggi dibanding kontraksi
pertama karena adanya influks kalsium tambahan yang berasal dari kontraksi pertama yang
menyebabkan juga kontraksi kedua (adanya penumpukan ion kalsium).
Dari grafik terlihat adanya adanya garis yang naik kemudian garis lurus yang
konstan . pada saat ini tidak terlihat adanya kontraksi yang lebih tinggi ataupun terjadinya
relaksasi. Hal ini terjadi karena adanyab penyiapan energi untuk kontraksi berikutnya,
kemudian dengan rangsangan yang terus menerus diberikan sehingga otot belum terjadi
relaksasi sempurna rangsangan yang datang lagi yang memperkuat tegangan sehingga akan
terjadi kontraksi yang maksimum dan sesudah kontraksi tidak akan maksimum lagi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Frandson (1993), yang menyatakan bahwa tetanus adalah frekuensi
di mana stimulus menjadi cepat sehingga tidak ada peningkatan kontraksi atai tenaga
terbesar telah dicapai oleh otot tersebut.
Ketika tahap tetanus ini dibiarkan berlanjut, maka terlihat adanya penurunan respon
dan pada akhirnya otot tidak merespon sama sekali. Tahap ini disebut fatigue. Jika otot
mendapatkan rangsang terus menerus maka dalam kondisi itu berarti kepala myosin
menempel kepada aktin secara terus menerus maka hal itu dapat menyebabkan otot
mengalami kejang otot, keadaan otot pada saat itu otot dalam keadaan tegang dan kaku.
untuk menghindari fatigue, pemberian stimulus yang berulang-ulang harus dihindari dan
otot dibiarkan beristirahat selama percobaan

Dalam percobaan digunakan larutan Ringer/ Menurut literatur, fungsi larutan ringer
untuk memperbesar rangsangan dan menghindari pengeringan otot. menjaga organ tubuh
tetep berfungsi di luar tubuh dalam selang waktu tertentu dengan menyediakan elektrolit
bagi sel, mengatur pH, dan membasuh asam laktat yang dihasilkan oleh metabolisme otot
yang berkontraksi. Ringer terdiri dari (NaCl, 115mM; KCl, 2.5mM; CaCl2, 1.8mM;
Na2HPO4, 2.15mM ; NaH2PO4, 0.85) ((Ahmed et al., 1999) dalam (Aisha et a , 2005)). Di
sisi lain, ringer laktat dapat masuk ke dalam membran plasma sel otot dengan cara difusi
fasilitasi. Difusi fasilitasi

atau difusi yang dipermudah

didefinisikan sebagai gerakan

kinetik molekuler ataupun ion yang butuh interaksi antara molekul maupun ion tersebut
dengan protein pembawa dalam membran (Guyton dan Hall 1997). Ringer laktat merupakan
larutan garam yang terdiri dari natrium, kalium, laktat, dan klorida, yang merupakan ion-ion
yang dibutuhkan otot untuk menjaga kondisi fisiologis sel dan berguna untuk kontraksi otot.
Larutan ini bersifat isotonis sehingga sering digunakan pada resusitasi cairan pada kondisi
kekurangan cairan tubuh (Farhan 2009).
5. 2 Pengamatan otot jantung
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan pada praktikum ini, diperoleh data besar
stimulus pada subthreshold hingga maximal threshold sebagai berikut :

Subthreshold = 1 Volt
Treshold = 1,5 Volt
Maximum 20 Volt

Dalam terlihat adanya pola naik turun pada


kertas grafik. Menurut literatur tahap-tahap yang
teramati yaitu diastol (ditunjukkan oleh garis yang
menurun dari atas) dan sistol (ditunjukkan oleh
garis yang naik dan berlekuku-lekuk).

Tiap

lekukan pada grafik menunjukkan tahapan distol,


yaitu sinus venous , kontraksi atrium, dan kontraksi
ventrikel.
Gambar 5.2.1 Grafik siklus kardiak

Periode sistol yang didapatkan dari hasil pengamatan 2,497 s dan frekuensi sistol
sebesar 24, 02 Hz. Sedangkan periode diastol yang didapatkan dari hasil pengamatan
yaitu 0,832 s dan frekuensi sistol sebesar 72, 07 Hz sehingga berdasarkan hasil

percobaan kami bisa mengetahui periode satu siklus jantung dari Bufo sp. yang
digunakan yaitu selama 3,33 s
Beberapa faktor yang bisa mempengaruhi periode dan siklus kardiak Bufo Sp.
Diantaranya yaitu usia katak, kondisi katak dan jenis kelamin (Frandson, 1992)
5. 3 Perbedaan otot jantung, otot rangka, dan otot polos
Berdasarkan hasil pengamatan preparat histologi, terdapat beberapa ciri khas
yang membedakan antara otot jantung, rangka, dan polos. Perbedaan tersebut bisa kita
amati dengan perbesaran yang tidak terlalu besar. Ciri khas yang teramati yaitu
adanya pola gelap-terang (lurik) pada otot rangka,

bentuk sel seperti gelendong

(menggembung di tengah dan runcing di kedua ujungnya) pada otot polos, dan adanya
percabangan keping interkalar pada otot jantung.
Perbedaan antara otot jantung, rangka, dan polos dapat ditunjukkan melalui
tebel berikut (Gibson, 2003):
Tabel 5.3.1 Perbedaan otot

BAB V
KESIMPULAN

Siklus jantung dan fase-fasenya melalui pengamatan gerakan otot jantung Bufo sp.

yaitu :
o Periode cardiac cycle (s )= 3,33 s
o Periode sistol = 2,497 s
o Frekuensi sistol = 24, 02 Hz (denyut/menit)
o Periode diastol = 0,832 s
o Frekuensi diastol = 72, 07 Hz (denyut/menit)
Fase kontraksi otot gastrocnemius dan voltase tiap siklusnya adalah sebagai
berikut :
o Voltase subtreshold = 1 Volt dan voltase Treshold = 1,5 Volt
o Pada fase laten frekuensi 5Hz dan dengan diberi voltase 0,5 volt.
o Pada fase kontraksi frekuensi 10 Hz dan diberi voltase 2 volt.
o Pada fase relaksasi frekuensi 20 Hz dan diberi voltase 5 volt.
o Pada fase fatigue frekuensi 50 Hz dan diberi voltase 10 volt.

DAFTAR PUSTAKA

Azmat, Aisha, Mohammad Abdul Azeem, Navaid-Ul-Zafar, S.I. Ahmad. Physiological And
Pharmacological Effect Of Somina (Herbal Preparation) On Cardiac Parameters
Pakistan Journal of Pharmacology Vol.22, No.2, July 2005, pp.35-40
Campbell, A Neil. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga
Farhan FS. 2009. Pengaruh Laktat dan H+ terhadap Timbulnya Kelelahan Otot pada Rana
Sp. [Tesis ]. Jakarta: Program Studi Ilmu Biomedik Kekhususan Fisiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Gibson, John. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat. Jakarta : Penerbit Buku
Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Irawati Setiawan,
editor. Jakarta : EGC. Terjemahan dari : Textbook of Medical Physiology.
Bill Glosser, http://www.pathguy.com/histo/000.htm diakses pada tanggal 16 Oktober 2012
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Kedokteran EGC
Martini. 2012. Fundamental Anatomy and Physiology 9th ed. San Fransisco : Pearson
Education, Inc
Saifuddin, 2002. Ilmu Kebidanan Perkata Edisi Ke-3. Jakarta : EGC.
Soewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Bandung : DIKTI
Zimmermann,

Leipzig.

2007.

Vertical

Kymograph

http://www.psych.utoronto.ca/museum/verticalkym.htm. Diakses tanggal 17 Oktober


2012

Anda mungkin juga menyukai