Anda di halaman 1dari 8

Alunan Senja

[9 Mei 2010 | No Comment | 152 views]

Di ufuk barat
Cahaya rinduku meredup sendu
Bias mega seakan memenggal kenangan
Tentang sekeping hati
yang melekat di lamunan
Sungguh
Alunan senja nan teduh
Meredam asmara yang kian rapuh
Nada-nada tak berirama
Mengusik jiwa dalam peraduannya

puisi alam

Kisah Air
[18 Apr 2010 | One Comment | 495 views]

Kami bisa memberitahumu


Banyak airmata yang tertumpah
Dari bukit ke lembah
Kami bisa berkisah
Banyak perasaan terhanyut
Dari hulu ke hilir
Kami bisa membisik
Rahasia rahasia
Dari sungai ke laut

puisi alam

Elegi Rerumputan
[28 Feb 2010 | 2 Comments | 608 views]

Semesta rumput memerankan


ketaatannya
kepala mereka tunduk
oleh bebayangan mentari saga
hidup bersama bertumpuk
dalam dimensi ketenangan
ini nyayian sang raja hijau

angin petang menjadikan


elegi doa rerumputan
luapan kata setiap titah tumbuhnya
mereka tampakkan ketun

puisi alam

Menatap Petang
[14 Feb 2010 | One Comment | 851 views]

Matahari kian renta


mencurahkan aura jingga
ribuan burung berarakan
menuju hutan samaran
aku duduk di beranda
dengan mata tertumbuk
bermain empat mata
sinar jingga kunci raga
mata kian kisut
hari kian lesu
musim kan berganti

puisi alam

Kaki Pelangi
[7 Feb 2010 | No Comment | 952 views]

Ia yang hadir selepas hujan


Hapuskan air mata
Membentang jauh tak terhingga
Lihat masa depan nun jauh di sana
Aku telah menyusuri
Ke tujuh jalan pelangi
Namun masih juga mencari
Hingga akhirnya kusadari
Telah kutemui
Bukan emas maupun harta
Sisihkan kabut yang menghalangi
Karena tiada hujan yang abadi

puisi alam

Lingkaran Empat Musim


[6 Des 2009 | One Comment | 784 views]

Bunga bunga bermekaran


dalam angin musim semi
Kita memulai hari hari
Lihat kuatnya bunga kecil yang rapuh
Ia lalui musim dingin dalam harapan
Dengan indahnya ia merekah
Tidakkah kau tahu kekuatan tekad?
Musim panas saat kita berbagi cerita
Semilir angin di pucuk pucuk cemara
Menaungi aku, kau, kita semua
Daun daun coklat musim gugur
Aku tahu waktuku belum tiba
Semangat juang yang tak jua kendur

puisi alam

Lautku
[22 Nop 2009 | 2 Comments | 2.043 views]

Satu senja
Dipangguk sunyi
Rambutku ditiup
Nyanyian merdu pantai
Kulihat camar-camar
Bermain ria di lautku
Menggebur sukma
Yang menunggu gelap
Tapi lautku hanya terdiam
Tengelamkanku dalam
Cinta yang tiada surut
Puisi tentang Alam
Karya: Wahyu Akbar,
kelas XII IPA-2 MAN Selatpanjang,
anggota Cahaya Pena

puisi alam

Tabir Senja di Dusun Kecil


[14 Jun 2009 | 2 Comments | 1.092 views]

Kidung bulan di kaki langit


Mengalun tembang mentari
merah saga
Menarik selimut langit kelam
sang kegelapan
Siang meronta, dibalik bayangan
megah kerdip bintang
di atas tanah bulan sabit
desa batang hari
Dusun secuil gambut
senja merona kian menghujam

puisi alam

Gerhana
[24 Mei 2009 | One Comment | 1.279 views]

gerhana kali ini


datang menutup segenap rimba
yang gugur daun
selepas kemarau lalu
di musim basah nanti
dahan akan kembali
ditumbuhi pucuk-pucuk baru
menjelma rupa
dahan hatiku kering
tak lagi ditumbuhi pucuk baru
setelah kemarau

puisi alam

Andai Ozon Dapat Bicara


[17 Mei 2009 | 8 Comments | 1.673 views]

Andai ozon bisa bicara


Dia akan berkata
Ohbetapa kejamnya manusia
Andai ozon bisa bicara

Dia akan berkata


Hidupku sudah tak lama
Andai ozon bisa bicara
Dia akan berkata
Aku kini sakit digerogoti
berbagai penyakit
Andai ozon bisa bicara
Dia akan mengabarkan kepada kita
Wahai para manusia kini aku telah tertembus.

puisi alam

Mengikuti Tanda
[3 Mei 2009 | No Comment | 708 views]

Jika kau ingin menemukanku


Lihatlah bulan
Aku akan menjadi cahaya
Jika kau belum jua berjumpa
Duduklah bersama burung di sangkar
Yang tak berpintu
Jika aku tetap tidak ada di sana
Hilangkan dulu kecemburuanmu
Pada malam yang memanggil
Tapi jangan sentuh pekatnya
Karena itulah aku
Jika belum jua kau bersua denganku
Carilah aku di antara hempasan ombak
Yang mencium bibir pantai
Aku akan menjadi buih putih
Tersenyum untukmu
Jika kau malas ke sana mencariku
Bersualah dengan angin
Sebab aku bergulung dalam hembusannya
Jika tak jua aku kautemukan di sana
Cobalah bermimpi di tidurmu
Aku akan menjadi pendongeng
Di antara lelapmu
Namun jika malam tak menyenggol kantukmu
Bukalah pintu
Aku akan turun bersama embun

Melembabkan dedaunan
Aku akan ada

puisi alam

Setangkai Kata, Sebait Bunga


[26 Apr 2009 | No Comment | 1.105 views]

Suara yang memanggilku


Di sayap-sayap cahaya terdengar bisu
Pandangan itu, melalakkan angin
Untuk mengeja lirik-lirik sua
Saat kita di taman rindu
Kutadahkan setangkai kata sebait bunga
Sekarang diri merisaukan dedaunan
Terus berembunkan air mata
Rentannya luka dari duri
Juga lapuknya tangkai menopang bunga.
Karya: Andri Eka Saputra, Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi

(SOSIAL)
Jenuh
Sejenak aku pandangi
Batas cakrawala
Sang surya pun perlahan
Tinggalkan bayangan
Ada setangkup rasa
Yang akan tertinggal
Dan mungkin terus tertinggal
Jauh disana
Seakan aku terkunci tanpa dapat dan sempat bertanya
Biarlah sepi mengurung diri
Dalam seribu tanya yang ada
Biarlah saja serangga malam
Menjadi temanku
Hari-hari tetap sama
Tanpa ada yang berubah
Membuat diriku semakin

-imam amry(Budaya)
Ke timurkah kita
Ku jejaki pulau mentari terbit seawal pagi
Tanpa ku duga
Tanpa ku rasa
Tanpa ku impikannya
Tanpa upaya kesana di awalnya
Rupanya kegigihan negara serumpun ASIA
Menggamit memori perjalananku
Bersama desupan shinkansen meluncur laju
Sakura, Fuji, Hokkaido sehinggakan
Sushi, tempura, sashimi telah ku kenali dan hayati
Wakarimasen, sumimasen, soudesune
Ku mengerti dan menusuk mindaku
Untuk apa ku jelajahi
Untuk apa ku terokai
Untuk apa ku menyusahi diri
Untuk apa ku mamahkan usiaku di bumi sakura ini
Jika dulu datuk, nenekku membenci
Kesiksaan, kepayahan diselubungi
Linangan air mata mengenang kembali
Akhirnya
Tatkala petir peluru, guruh atom di Hiroshima dan Nagasaki melewati mereka
Bangkit semula mereka
Memulakan satu era penaklukan baru
Kemajuan teknologi berteraskan etika
25 tahun lalu
Kita bangun
Merenung semula
Membuka bicara
Menganggukkan kata
Materai suatu pengembaraan
Untuk generasi anak bangsa
Mencontohi hasil tuaian emas di sebelah Timur sana
Anak-anak muda desa dan kota
Yang gemilang mindanya
Bersama mengampuhkan negara

-zainol zainoru-

Anda mungkin juga menyukai