Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga tugas
Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berjudul Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dapat
kami selesaikan.
Tugas ini kami buat untuk memenuhi persyaratan dalam menjalankan Kepaniteraan
Klinik di SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat yang kami jalani di Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya.

Tidak lupa kami ucapkan terima

kasih

.......................................... selaku pembimbing dalam penyusunan tugas IKM ini.


Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mohon
kritik dan saran untuk kesempurnaannya.

Surabaya, Agustus 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................. 1
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
JUDUL SKENARIO.................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.......................................................................................... 4
B.Rumusan Masalah................................ .................................... 6
C.Tujuan.................................... 6
BAB II ANALISIS KASUS
A. Analisis Secara Epidemiologi...................................... 7
B. Kausa dan Alternatif Kausa................................................................................ 10
C. Alternatif Penyelesaian Masalah......................................................................... 12
BAB III RENCANA PROGRAM
A. Pendekatan Melalui Konsep Kesehatan Masyarakat.......................................... 13
B. Pendekatan Melalui Pengembangan Organisasi.............................................. 17
BAB IV KESIMPULAN/SARAN.......................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA....................................................... 23

JUDUL SKENARIO
2

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)


Desa Duren adalah salah satu desa di Wilayah Kecamatan Madurasa Kabupaten
Madarangka. Desa tersebut terdiri atas 4 RW (Rukun Warga) dan 14 RT (Rukun Tetangga),
dihuni oleh 3809 jiwa dalam 1008 Kepala Keluarga. Proporsi pekerjaan penduduk didominasi
oleh pekerja swasta, menyusul pekerjaan petani atau buruh tani dan sedikit yang bekerja di
lembaga pemerintahan atau lembaga formal lainnya. Tingkat pendidikan penduduk dewasa
umumnya lulusan SD dan SMP dan hanya sedikit yang mengenyam pendidikan tinggi. Dalam
catatan puskesmas Madurasa desa ini hanya memiliki 487 jamban (kakus) dan 3 buah
fasilitas mandi cuci kakus (MCK). Kebiasaan open defecation (OD) sudah menjadi kebiasaan
di masyarakat Duren.
Menghadapi keadaan desa ini dr. Anggi Kepala puskesmas Madurasa, cukup resah
apalagi angka kesakitan penyakit berbasis saluran alat cerna juga masih tinggi. Dalam
membina kesehatan masyarakat Desa Duren memiliki kepala desa dengan perangkatnya yang
cukup koperatif dan telah membina 20 kader kesehatan.
dr. Anggi bertekad untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dengan mendorong masyarakat memiliki fasilitas yang berkaitan dengan program tersebut
secara swadaya, sehingga tercapai open defecation free (ODF) sesuai dengan konsep
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

BAB I
3

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku BABS/Open defecation termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak
sehat. BABS/Open defecation adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang,
hutan, semak semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar
mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air.16
Sanitasi, personal higiene dan lingkungan yang buruk berkaitan dengan penularan
beberapa penyakit infeksi yaitu penyakit diare, kolera, typhoid fever dan paratyphoid fever,
disentri, penyakit cacing tambang, ascariasis, hepatitis A dan E, penyakit kulit, trakhoma,
schistosomiasis, cryptosporidiosis, malnutrisi dan penyakit yang berhubungan dengan
malnutrisi. 16
Pada tahun 2008 telah diputuskan strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
melalui Kepmenkes no.852/menkes.SK/IX/2008. Strategi ini menjadi acuan bagi petugas
kesehatan dan instasi terkait dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi terkait dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.1
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut sebagai STBM adalah
pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan. Komunitas merupakan kelompok masyarakat yang berinteraksi
secara sosial berdasarkan kesamaan kebutuhan dan nilai-nilai untuk meraih tujuan. Open
Defecation Free yang selanjutnya disebut sebagai ODF adalah kondisi ketika setiap individu
dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Cuci Tangan Pakai Sabun adalah
perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir. Pengelolaan
Air Minum Rumah Tangga yang selanjutnya disebut sebagai PAMRT adalah suatu proses
pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk
produksi makanan dan keperluan oral lainnya seperti berkumur, sikat gigi, persiapan
makanan/minuman bayi.1,2

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan
sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program
(ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke
sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Berdasarkan studi Basic Human Services
(BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah setelah
buang air besar 12%, setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, sebelum makan 14%,
sebelum memberi makan bayi 7%, dan sebelum menyiapkan makanan 6 %.
Sementara studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah
tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari
air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap
tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare
nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pad a semua umur dan 16
provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR)
sebesar 2,52.2
Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan
sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare
menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan
perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman
di rumah tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut,
kejadian diare menurun sebesar 94%.3
Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi dengan
menetapkan Open Defecation Free dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada
tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2004 - 2009. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai target
Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum
dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang
belum mendapatkan akses.4
Banyaknya penyakit berbasis saluran cerna dan kebiasaan open defecation yang
tinggi serta perilaku hidup bersih sehat (PHBS) yang rendah dan tingkat pendidikan yang
rendah serta kepemilikan jamban yang rendah di Desa Duren Kecamatan Madurasa
Kabupaten Madangkara adalah hal yang menarik untuk dibahas pada makalah ini.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara meningkatkan kepemilikan jamban di desa Duren Kecamatan Madurasa
Kabupaten Madangkara?
b. Tingginya penyakit berbasis saluran cerna
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan kepemilikan jamban di desa Duren Kecamatan Madurasa
Kabupaten Madangkara
b. Menurunkan angka kesakitan berbasis saluran cerna
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya
jamban serta penyakit yang timbul akibat open defecation
b. Membantu masyarakat dalam pengadaan fasilitas jamban yang melalui
pengembangan organisasi (Desa Siaga Aktif).

BAB II
6

ANALISA KASUS

A. Analisis Secara Epidemiologi


Perilaku Open defecation termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat.
Open defecation adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan,
semak semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar
mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air.4
Penyebab Open defecation sendiri semata tidak hanya murni kesalahan personal ,
tetapi banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Seperti halnya yang
terjadi pada kasus di wilayah Kecamatan Madurasa Kabupaten Madangkara , dimana salah
satu penyebab Open defecation yang terjadi pada masyarakat sekitar adalah keterbatasan
atau minimnya kepemilikan jamban yang meruapakan akar dari permasalah di daerah
tersebut . 5,6
Peta di bawah ini menun jukan daerah di Jawa Timur yang sudah ODF dan yang
belum : 7

Setiap penyebab tentu akan menimbulkan suatu akibat . Yang menjadi permasalahan
disini adalah banyaknya penyakit saluran cerna yang cukup membuat resah dimana penyakit
7

tersebut memiliki angka yang cukup tinggi. Sanitasi, personal higiene dan lingkungan yang
buruk berkaitan dengan penularan beberapa penyakit . Berdasarkan data WHO pada tahun
2010 diperkirakan sebesar 1.1 milyar orang atau 17% penduduk dunia masih buang air
besar di area terbuka, dari data tersebut diatas sebesar 81% penduduk yang BABS terdapat
di 10 negara dan Indonesia sebagai Negara kedua terbanyak ditemukan masyarakat buang
air besar di area terbuka, yaitu India (58%), Indonesia (5%), China (4,5%), Ethiopia (4,4%),
Pakistan (4,3%), Nigeria (3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger
(1,1%). Ini merupakan salah satu permasalahan bukan hanya untuk kita sebagai tenaga
medis , melainkan juga untuk penduduk pada khususnya agar dapat mengetahui nantinya
pentingnya jamban serta beberapa penyakit yang nantinya dapat ditimbulkan akibat
kebiasaan mereka tersebut .6,7
Di Indonesia sendiri , penduduk yang masih buang air besar di area terbuka sebesar
5% merefleksikan 26% total penduduk Indonesia.1 Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan
penduduk yang buang air besar di area terbuka sebesar 36,4% Sedangkan akses sanitasi
dasar sebesar 55,5 % . Dari data tersebut sudah dapat kita lihat dan kita nilai berapa jumlah
penyakit saluran cerna yang dialami oleh penduduk Indonesia sendiri yang salah satu
penyebabnya sendiri adalah kurangnya fasilitas jamban . 4
Penyebab penyakit Infeksi yang berhubungan dengan sanitasi buruk adalah bakteri,
virus, parasit dan jamur. Proses transmisi agent penyebab infeksi tersebut melalui 4 F
yaitu Fluids, Fields, Flies dan Fingers, siklus ini dimulai dari kontaminasi tinja manusia
melalui pencemaran air dan tanah, penyebaran serangga dan tangan kotor yang dipindahkan
ke makanan sehingga dikonsumsi oleh manusia atau fecal - oral transmission. Proses
penularan penyakit tersebut dipengaruhi oleh karakteristik penjamu (imunitas, status gizi,
status kesehatan, usia dan jenis kelamin) dan perilaku penjamu (kebersihan diri dan
kebersihan makanan).5
Prevalensi penyakit akibat sanitasi buruk di Indonesia adalah penyakit diare sebesar
72%, kecacingan 0,85%, , hepatitis A 0,57%, hepatitis E 0,02% dan malnutrisi 2,5% .
Prevalensi ini juga penting untuk kita ketahui dimana kita nantinya dapat memperkirakan
salah satu penyebab dari penyakit tersebut terutama dari suatu desa yang memang memiliki
kebiasaan Open defecation. Selain itu hal ini juga berguna agar kita berhati hati akan angka
kematia yang terjadi dari penyakit tersebut sehingga nantinya kita akan lebih mudah untuk
mengobati serta mengedukasi penduduk sekitar akan bahaya dari penyakit saluran cerna
akibat kebiasaan Open defecation .6

Dalam suatu studi disebutkan bahwa meningkatnya sistem pembuangan tinja efektif
mencegah beberapa penyakit tersebut . Sebagai contoh kita ambil kasus diare , sebuah studi
di Indonesia menyebutkan bahwa keluarga yang buang air besar sembarangan (OD) dan
tidak mempunyai jamban berrisiko anaknya terkena diare akut dan terjadi kematian pada
anak usia dibawah lima tahun dan sarana jamban berrisiko dengan prevalensi angka
kematian akibat sanitasi buruk adalah diare sebesar 46%, kecacingan 0,1%, scabies 1,1%,
hepatitis A 1,4% dan hepatitis E 0,04% . Mengapa hal tersebut dapat terjadi tentu
dipengaruhi oleh banyak hal , tidak hanya karena penyakit ataupun komplikasi dari penyakit
itu sendiri , namun kembali lagi ke setiap individu untuk mengetahui akan betapa
pentingnya mengetahui efek dari kebiasaan Open defecation serta memahami dan nantinya
membiasakan diri untuk menggunakan fasilitas jamban serta mengubah persepsi seseorang
tentang tinja dan hubungannya dengan penyakit.4,5,7
Apa hanya itu yang dapat diakibatkan karena kebiasaan Open defecation , tentu
tidak . Penyakit yang berhubungan dengan sanitasi dan higiene yang buruk memberikan
dampak kerugian finansial dan ekonomi termasuk biaya perawatan kesehatan, produktivitas
dan kematian usia dini. Kerugian ekonomi di Indonesia mencapai Rp.56 triliun/tahun dan
53% kerugian adalah dampak kesehatan, adapun kerugian waktu senilai Rp.10,7
triliun/tahun dan kehilangan hari kerja berkisar 2 10 hari. Kerugian akibat kematian
diperkirakan Rp.25 triliun/tahun dan 95% kematian terjadi pada anak usia 0 4 tahun .
Tentunya hal itu lebih buruk untuk dibayangkan dari pada hanya sekedar meningkatkan
kesadaran kita akan pentingnya suatu jamban dalam sebuah rumah .4

B. Kausa dan Alternatif Kausa

Gambar 1. Fish bone tentang Kausa dan Alternatif Kausa rendahnya


kepemilikan jamban di desa Duren.

a. Faktor Manusia
Rendahnya pengetahuan dan pemahaman penduduk tentang pentingnya kepemilikan
jamban menyebabkan jumlah yang rendah dalam hal kepemilikan jamban. Penyebab lain
yang mengakibatkan rendahnya kepemilikan jamban adalah kebiasaan buang air besar di
tempat selain jamban seperti sungai dan sawah yang sudah mendarah daging pada
masyarakat. Kebiasaan ini dapat kita sebut sebagai open defecation. Penduduk masih belum
sadar bahwa kebiasaan buruk tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah yang
merugikan diri mereka sendiri dan juga orang lain. Kebiasaan mereka ini berpengaruh
terhadap tingginya masalah kesehatan yang berhubungan dengan OD contohnya adalah
penyakit saluran cerna. 8
10

b. Faktor Metode
Selain faktor manusia, faktor metode juga dapat dikategorikan sebagai salah satu
kausa rendahnya kepemilikan jamban pada penduduk desa Turen ini. Metode yang
dimaksud antara lain adalah penyuluhan, koordinasi lintas sektor atau mungkin kurangnya
motivasi dari tenaga kesehatan.8
Seperti yang telah kita ketahui, penyuluhan dapat memberikan kontribusi besar
terhadap perubahan perilaku penduduk ke arah yang lebih baik Salah satu contohnya ,
dengan adanya penyuluhan dapat meningkatkan kesadaran penduduk akan betapa
pentingnya kepemilikan jamban pada suatu desa pada umumnya , dan dalam rumah pada
khususnya , serta efek yang ditimbulkan bagi penduduk serta lingkungan dengan adanya
jamban pada masing masing rumah. Sebagian penduduk mungkin saja pernah mendapat dan
mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh tenaga kesehatan pada daerah domisili mereka
tersebut tentang pentingnya Buang Air Besar di jamban. Namun demikian, mungkin
penyampaian materi yang diberikan kurang mengena bagi sebagian besar dari mereka.
Penyampaian materi yang kurang mengena ini disebabkan karena bahasa yang tidak praktis,
tidak populer, materi kurang berisi ataupun pembicara kurang komunikatif sehingga
penduduk kurang dapat mencerna dan mengaplikasikan materi tersebut. Hal ini juga dapat
dikaitkan dengan tingkat pendidikan penduduk yang rendah.4,5
Selain itu, koordinasi lintas sektor juga dapat dianggap sebagai salah satu penyebab
rendahnya kepemilikan jamban. Sektor-sektor yang terkait dengan masalah jamban ini
antara lain sektor kesehatan, sektor lingkungan, sektor budaya dan pendidikan. Perlu
komunikasi lebih lanjut dan kerja sama yang baik antara lintas sektor tersebut dengan
penduduk desa, sehingga tujuan akhir yang diinginkan dapat tercapai yaitu peningkatan
kepemilikan jamban yang dpat meningkatkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat yang dapat
mendorong masyarakat memiliki fasilitas yang berkaitan dengan program tersebut sesuai
dengan konsep Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).6
Tidak lupa tenaga kesehatan juga memegang peranan penting dalam meningkatkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Kalau tidak ada atensi dari tenaga kesehatan yang terkait
serta kurangnya motivasi dari tenaga kesehatan tersebut maka Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat.9
Ketiga hal tersebut diatas dapat diibaratkan sebagai suatu mata rantai yang tidak
dapat dipisahkan karena jika ada salah satu kofaktor yang tidak berfungsi maka tujuan akhir
tidak dapat dicapai dengan sempurna. 4
11

c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan terkait dengan kebiasaan serta sosial budaya yang berlangsung
lama dan diwariskan secara turun temurun sehingga mereka terbiasa buang air besar dengan
beratapkan langit yang berdampak secara psikologis bagi perkembangan kebiasaan hidup
sehat masyarakat sehingga mereka berasumsi jika mereka tidak buang air besar di luar maka
mereka tidak dapat buang air besar secara teratur laiknya kebiasaan mereka melakukan
open defecation selama ini.8
d. Faktor Material
Faktor ekonomi juga merupakan penyebab rendahnya kepemilikan jamban. Mereka
berpikir, dengan adanya jamban umum mereka tidak harus membuat jamban sendiri dengan
biaya sendiri pula. Akhirnya mereka menjadi lebih senang melakukan open defecation
secara bersama-sama di sungai, sawah, ataupun tempat lainnya.8
C. Alternatif Penyelesaian Masalah dan Prioritas Pemecahan Masalah yang Dipilih
Dengan tingginya angka kesakitan penyakit berbasis saluran cerna yang disebabkan
oleh kebiasaan open defecation (OD) dan rendahnya kepemilikan fasilitas jamban serta
tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, dr. Anggi selaku kepala Puskesmas Desa Duren
Kecamatan Madurasa Kabupaten Madangkara berupaya untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan dengan alternatif sebagai berikut.
1.
2.
3.

4.

5.

Menurunkan faktor yang menyebabkan rendahnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Meningkatkan kepemilikan jamban sehat dan bersih
Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga tercapainya Open Defecation
Free (ODF)
Menyadarkan

kualitas

tingkat

pendidikan

masyarakat

untuk

meningkatkan

pengetahuan dari dampak kebiasaan Open Defecation (OD)


Mengoptimalkan kinerja kader kesehatan untuk membina kesehatan masyarakat17

Efektivitas
Alternatif Jalan Keluar
M

Efisiens
i
C

Hasil
MxIx
V
P=
C

1. Menurunkan

faktor

yang

6
12

menyebabkan

rendahnya

Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat


2. Meningkatkan kepemilikan jamban

30

20

sehat dan bersih


3. Meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat sehingga tercapainya Open
Defecation Free (ODF)
4. Menyadarkan
pendidikan
meningkatkan

kualitas

tingkat

masyarakat

untuk

pengetahuan

dari

dampak kebiasaan Open Defecation


(OD)

5. Mengoptimalkan kinerja kader


kesehatan untuk membina kesehatan
masyarakat

BAB III
RENCANA PROGRAM
Rencana Pelaksanaan Program
Kepemilikan Jamban Sehat
No. Kegiatan

Sasaran

Target

Volume

Rincian

Lokasi

Tenaga

Jadwal
13

Kebutuhan

kegiatan

pelaksanaan

pelaksanaan

pelaksana

Balai Desa

Dokter
muda

1 tahun
4x

- Lcd
- Laptop
- Brosur

Dokter
muda

Setiap
bulan

- Lcd
- Laptop

1.

Penyuluhan

Seluruh
masyrakat
desa

70%
1 hari
dari jml
sasaran

Pemberian
materi

2.

Pengawasan

Kader
kesehatan

100%
1 hari
dari jml
sasaran

Evaluasi
-Balai desa
penyerapan
-Puskesmas
materi terhadap
kader kesehatan

pelaksanaan

BAB IV
KESIMPULAN/SARAN
14

Kesimpulan
Perilaku Open defecation termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat.
Open defecation adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja di ladang, hutan,
semak semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan dibiarkan menyebar
mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air
Penyebab Open defecation sendiri semata tidak hanya murni kesalahan personal ,
tetapi banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi. Seperti halnya yang
terjadi pada kasus di wilayah Kecamatan Madurasa Kabupaten Madangkara , dimana salah
satu penyebab Open defecation yang terjadi pada masyarakat sekitar adalah keterbatasan
atau minimnya kepemilikan jamban yang meruapakan akar dari permasalah di daerah
tersebut
Perlunya penyuluhan tentang peningkatan kepemilikan jamban di Desa Duren
Kecamatan Madurasa Kabupaten Madangkara dan peningkatan pemahaman masyarakat
tentang pentingnya jamban untuk kehidupan sehari-hari merupakan salah satu upaya
pendekatan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat.
Selain itu diperlukan peran aktif masyarakat dalam pengadaan kepemilikan jamban
melalui pengembangan organisasi contohnya dengan adanya Desa Siaga Aktif. Dimana
hasil akhir pendekatan tersebut adalah terciptanya masyarakat yang sadar akan pentingnya
hidup sehat. Dengan demikian angka kesakitan dan kematian penyakit saluran cerna yang
disebabkan oleh kebiasaan open defecation yang tinggi dapat ditekan.
Saran
Perubahan perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat setempat
yang menimbulkan kesadaran bahwa kebiasaan open defecation adalah masalah

bersama dan harus dipecahkan bersama-sama.


Pengembangan organisasi yang efektif untuk mengembangkan usaha kesehatan
bersumberdaya masyarakat dan berbasis masyarakat sehingga masyarakat mampu

menerapkan hidup bersih dan sehat.


Diperlukan peran aktif dan kesadaran bukan hanya dari masyarakat namun dari
pemerintah san seluruh elemen terkait untuk menciptakan lingkungan open defecation
free

15

DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes. 2011. Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes .Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif. Jakarta : Kementrian Kesehatan.
2. Kemendagri. 2011. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor :
140/1508/SJ

tentang

PEDOMAN

PELAKSANAAN

PEMBENTUKAN

KELOMPOK KERJA OPERASIONAL DAN FORUM DESA DAN KELURAHAN


SIAGA AKTIF. Jakarta : kementrian Dalam Negeri.
16

3. Depkes RI, Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue,


World Health Organization dan Depkes RI, Jakarta.2004.
4. Sulistiyani, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Gaya Media, Yogyakarta.
2004.
5. Depkes RI, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Pusat Promosi Kesehatan Depkes
RI, Jakarta.2002.
6. Masli, Jonneri. 2010. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengadaan Jamban
Keluarga dalam Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 26, No. 3, September 2010
halaman 145
7. Republika

Online.

2010.

Jamban

Sehat

http://www.republika.co.id/indeks/hot_topic/jamban%20sehat

(.jpg)

diakses 12 Agustus

2014
8. Kemenkes. 2010. Pusat Promosi Kesehatan. Pedoman Umum Pengembangan Desa
Siaga dan Kelurahan Aktif. Jakarta : Kementrian Kesehatan.
9. Dinas Kesehatan Kabupaten karawang. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan sehat (.jpg).
http://promkesdinkeskarawang.com/wp-content/uploads/2014/05/10phbs-150x150.jpg
diakses 13 Agustus 2014
10. Nasdian FT. 2006. Pengembangan Masyarakat (Commmunity Development). Bagian
Sosiologi dan Pengembangan Masyarakat: Institut Pertanian Bogor
11. Nurcahyo A. 2008. Sepotong tentang pengembangan masyarakat (community
development). (Internet). diakses pada 29 Agustus 2014. dapat diunduh di
(http://islamkuno.com/2008/01/16/sepotong-tentang-pengembangan-masyarakatcommunity-development/)
12. Suharto E. (tidak ada tahun). Metodologi pengembangan masyarakat [Internet].
Diakses

pada

29

Agustus

2014.

dapat

diunduh

di

(http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_19.htm)
13. Ilmu kesehatan masyarakat oleh syarifudin, SKM, M. Kes; theresia EVK, SST, SKM;
Dra. Jomima, M.Kes 8.4 PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT
14. Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Rineka Cipta. Jakarta.
15. Mubarak, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2009.Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori
dan Aplikasi.Salemba Medika:Jakarta
16. http://eprints.undip.ac.id/42524/1/Bab_I-IV.pdf
17. Modul Pelatihan Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS), Depkes RI,
Ditjen PP-PL bekerjasama dengan Pokja AMPL Pusat, jakarta 2008.

17

Anda mungkin juga menyukai