Anda di halaman 1dari 11

Embung

Pedoman Teknis Konservasi Air


Melalui Pembangunan Embung
KATA PENGANTAR

Dampak kekeringan dan banjir kini dirasakan semakin besar dan resiko
pertanian semakin meningkat dan sulit diprediksi. Sementara itu, tekanan
penduduk yang luar biasa menyebabkan kerusakan hutan dan daur hidrologi
tidak terelakkan lagi. Indikatornya, debit sungai merosot tajam di musim
kemarau, sementara di musim penghujan debit air meningkat tajam.
Rendahnya daya serap dan kapasitas simpan air di DAS ini menyebabkan
pasokan air untuk pertanian semakin tidak menentu. Kondisi ini diperburuk
dengan terjadinya kekeringan agronomis akibat pemilihan komoditas yang
tidak sesuai dengan kemampuan pasokan airnya. Gadu nekad adalah
teladannya.
Untuk mengatasi kekeringan, maka salah satu strategi yang paling murah,
cepat dan efektif serta hasilnya langsung terlihat adalah dengan memanen
aliran permukaan dan air hujan di musim penghujan melalui water
harvesting. Teknologi ini sudah berkembang sangat pesat dan luas tidak saja
di negara maju seperti Eropa, Amerika dan Australia, melainkan juga di
negara seperti China yang padat penduduk dan luas pemilikan lahannya
sangat terbatas. Upaya water harvesting yang dibarengi dengan
memperbesar daya simpan air tanah di sungai, waduk dan danau yang akan
dapat menjaga pasokan sumber-sumber air untuk keperluan pertanian,
domestik, municipal dan industri. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk memanfaatkan limpahan air hujan adalah dengan membangun
embung ( onfarm reservoir).

Buku Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung ini


disusun untuk memberikan informasi praktis bagi para petugas terkait dalam
melakukan upaya melestarikan keberadaaan air. Pedoman ini supaya
ditindaklanjuti dengan penyusunan juklak di propinsi dan juknis di kabupaten
agar petugas dapat memahami dan melaksanakan tugas dan kewajibannya
dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan dan sasaran kegiatan ini dapat
terwujud sesuai harapan yang ingin dicapai.

A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya dan faktor determinan yang menentukan kinerja
sektor pertanian, karena tidak ada satu pun tanaman pertanian dan ternak
yang tidak memerlukan air. Meskipun perannya sangat strategis, namun
pengelolaan air masih jauh dari yang diharapkan, sehingga air yang
semestinya merupakan sehabat petani berubah menjadi penyebab bencana
bagi petani. Indikatornya, di musim kemarau, ladang dan sawah sering kali
kekeringan dan sebaliknya di musim penghujan, ladang dan sawah banyak
yang terendam air.
Secara kuantitas, permasalahan air bagi pertanian terutama di lahan kering
adalah persoalan ketidaksesuaian distribusi air antara kebutuhan dan
pasokan menurut waktu ( temporal) dan tempat ( spatial). Persoalan
menjadi semakin kompleks, rumit dan sulit diprediksi karena pasokan air
tergantung dari sebaran curah hujan di sepanjang tahun, yang sebarannya
tidak merata walau di musim hujan sekalipun. Oleh karena itu, diperlukan
teknologi tepat guna, murah dan aplicable untuk mengatur ketersediaan air
agar dapat memenuhi kebutuhan air ( water demand) yang semakin sulit
dilakukan dengan cara-cara alamiah ( natural manner). Teknologi embung
atau tandon air merupakan salah satu pilihan yang menjanjikan karena
teknologinya sederhana, biayanya relatif murah dan dapat dijangkau
kemampuan petani.
Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro di lahan
pertanian ( small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung
kelebihan air hujan di musim hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya
digunakan sebagai sumber irigasi suplementer untuk budidaya komoditas
pertanian bernilai ekonomi tinggi ( high added value crops) di musim
kemarau atau di saat curah hujan makin jarang. Embung merupakan salah
satu teknik pemanenan air ( water harvesting) yang sangat sesuai di segala
jenis agroekosistem. Di lahan rawa namanya pond yang berfungsi sebagai
tempat penampungan air drainase saat kelebihan air di musim hujan dan
sebagai sumber air irigasi pada musim kemarau.
Sementara pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas
dan distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat digunakan untuk

menahan kelebihan air dan menjadi sumber air irigasi pada musim kemarau.
Secara operasional sebenarnya embung berfungsi untuk mendistribusikan
dan menjamin kontinuitas ketersediaan pasokan air untuk keperluan
tanaman ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan.
Embung adalah bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk menampung
air hujan dan air limpasan ( run off) serta sumber air lainnya untuk
mendukung usaha pertanian, perkebunan dan peternakan.
G. Konstruksi
Konstruksi pembangunan embung dilakukan oleh pelaksana yang telah
ditunjuk (kelompok tani) dan dilaksanakan secara padat karya agar petani
mampu mengembangkan embung dan merasa ikut memiliki sejak dini.
Pelaksanaaan pembuatan embung dilakukan dalam beberapa tahap antara
lain :
1. Bentuk permukaan embung

Gambar 1. Bentuk Permukaan Embung (Tidak Beraturan) Sesuai


Kondisi Di Lapangan
a. Bentuk permukaan embung disesuaikan dengan kondisi di lapangan

b. Volume galian merupakan volume air yang akan ditampung. Besaran


volume yang dibuat minimal 170 m3. Besaran volume embung ini akan
tergantung kepada konstruksi embung yang akan digunakan atau ada
partisipasi dari masyarakat. Embung dengan kontruksi sederhana (tanpa
memperkuat dinding) dimungkinkan akan lebih luas dari volume minimal
tersebut.

Gambar 2. Sketsa Bentuk Embung Tampak Atas Dan Samping

2. Menggali Tanah
Penggalian dapat pula dilakukan di dekat alur alami/saluran drainase/mata
air untuk dapat dijadikan sebagai sumber pengisian air ke dalam embung.
3. Dinding pinggir embung
Dinding pagar embung dibuat miring atau tegak dengan kedalaman 2 s/d 2,5
m (tergantung kondisi lapangan). Tanggul dibuat agak tinggi untuk
menghindari kotoran yang terbawa air limpasan.
4. Memperkokoh dinding embung
a. Prinsip tahapan ini adalah agar embung tidak mudah retakdan air yang
telah berada embung tidak bocor. Jika struktur tanah yang ada kuat dan
memungkinkan air di embung tidak bocor, maka kegiatan ini tidak
diperlukan. Penguatan dinding embung ini juga dapat dilakukan pada bagianbagian tertentu yang rawan bocor, seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Dinding Embung Yang Tidak Diperkokoh (Tanah Asli)

b. Untuk memperkokoh dinding embung, ada beberapa bahan yang bisa


digunakan tergantung dari bahan/material yang mudah diperoleh di lokasi
dan biaya yang tersedia. Adapun bahan/material yang dapat dipakai untuk
dinding embung antara lain pasangan batu bata, pasangan batu kali,
pasangan beton. Proses pembuatan dinding embung seperti membangun
kolam, kemudian permukaan dinding embung dapat dilapisi dengan adukan
pasir dan semen.
c. Jika diperlukan dasar embung dapat dipasangi batu bata/batu kali yang
dilapisi semen agar tidak bocor.
d. Untuk mengurangi longsor pada dinding embung, dapat dibuat tangga
atau undakan di sekeliling dinding selain dapat juga berfungsi untuk
mempermudah pengambilan air.

Gambar 4. Tangga Atau Undakan Di Sekeliling Dinding Embung


4. Pembuatan saluran pemasukan ( inlet).
Pembuatan saluran pemasukan berupa sudetan dari saluran air ke embung
sangatlah penting. Saluran pemasukan dibuat untuk mengarahkan aliran air
yang masuk ke dalam embung, sehingga tidak merusak dinding/tanggul.

Saluran pemasukan ini dapat dilengkapi dengan pintu pembuka/penutup


berupa sekat balok yang mudah dibuka dan ditutup.
5. Membuat pelimpas air/saluran pembuangan ( outlet).
Pelimpas air sangat diperlukan bagi embung yang dibuat pada alur alami
atau saluran drainase. Hal ini untuk melindungi bendung sekaligus
mengalirkan air berlebih. Demikian pula pembuatan saluran pembuangan
bagi embung. Secara skematis embung dapat direpresentasikan pada
gambar berikut:

Gambar 5. Desain Sederhana Embung


H. Pengawasan
Aparat Dinas Pertanian sebagai penanggung jawab kegiatan harus
melakukan pengawasan selama proses pembangunan sejak perencanaan
hingga konstruksi selesai.
I. Pembiayaan

Biaya disediakan melalui dana Tugas Pembantuan, yang terdiri dari Belanja
Uang Honor Tidak Tetap yang digunakan untuk upah tenaga (Padat Karya)
sebesar 50% (Rp. 25 juta/unit), dan Belanja Lembaga Sosial lainnya,
digunakan untuk pembelian bahan bangunan sebesar 50% (Rp. 25
juta/unit). Biaya Belanja Lembaga Sosial Lainnya semua akan ditransfer ke
rekening kelompok tani setelah mereka membuat proposal rencana
kebutuhan biaya pembangunan embung. Proposal harus disetujui oleh
Kepala Desa dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

https://bebasbanjir2025.wordpress.com/teknologi-pengendalian-banjir/embung/

Waduk
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Reservoir)
Belum Diperiksa
Waduk atau reservoir (etimologi: rservoir dari bahasa Perancis berarti "gudang")
[1]
adalah danau alam atau danau buatan, kolam penyimpan atau pembendungan sungai yang
bertujuan untuk menyimpan air. Waduk dapat dibangun di lembah sungai pada saat
pembangunan sebuah bendungan atau penggalian tanah atau teknik konstruksi konvensional
seperti pembuatan tembok atau menuang beton. Istilah 'reservoir' dapat juga digunakan untuk
menjelaskan penyimpanan air di dalam tanah seperti sumber air di bawah sumur minyak atau
sumur air.

Pembangunan waduk buatan[sunting | sunting sumber]


Pembangunan waduk buatan sendiri umumnya dilakukan di lahan yang bebas
dari jangkauan warga ataupun jauh dari kawasan keramaian. Namun, setelah
selesai, fungsi waduk ini dapat digunakan untuk menarik wisatawan ataupun
menjadi objek wisata. Waduk ini biasanya dibangun mengunakan semin
dibagian sisi waduk.
Iklim kering dan kelangkaan air di India menyebabkan perkembangan awal
teknik pengelolaan air, termasuk pembangunan waduk di Girnar pada 3000
SM.[7] Danau buatan yang dibuat pada abad ke-5 SM telah ditemukan di
Yunani kuno.[8]
Kegunaan[sunting | sunting sumber]

Penyedia air langsung[sunting | sunting sumber]


Banyak sungai yang dibendung dan kebanyakan bagian sisi waduk digunakan
untuk menyediakan pakan air baku instalasi pengolahan air yang mengirim air
minum melalui pipa-pipa air. Waduk tidak hanya menahan air sampai tingkat
yang dibutuhkan, waduk juga dapat menjadi bagian pertama dalam proses
pengolahan air. Waktu ketika air ditahan sebelum dikeluarkan dikenal sebagai
waktu retensi. Ini merupakan salah satu fitur desain yang memudahkan

partikel dan endapan lumpur untuk mengendap seperti ketika melakukan


perawatan biologi alami menggunakan alga, bakteri, dan zooplankton yang
hidup secara alami dengan air.
Namun, proses alami limnologis dalam danau beriklim sedang menghasilkan
stratifikasi suhu di dalam badan air yang cenderung membagi kedalam
beberapa elemen sepertimangan dan fosfor kedalam air anoxic dingin selama
bulan musim panas. Dalam musim gugur dan musim dingin danau menjadi
bercampur lagi secara penuh. Selama kondisi kekeringan, danau kadang
perlu menarik ke bawah air dingin dan terutama meningkatkan
kadar mangan yang menyebabkan masalah dalam pengolahan air.[9]

Kontrol sumber daya air[sunting | sunting sumber]


Waduk bisa digunakan dengan berbagai cara untuk mengontrol aliran air
melalui saluran ke hilir.

Suplai air ke hilir - Air bisa dilepaskan dari waduk yang lebih tinggi
sehingga bisa disaring menjadi air minum di daerah yang lebih rendah,
kadang bahkan ratusan mil lebih rendah dari waduk tersebut.

Irigasi - Air di waduk untuk irigasi bisa dialirkan ke jaringan


sejumlah kanal untuk fungsi pertanian atau sistem pengairan sekunder.
Irigasi juga bisa didukung oleh waduk yang mempertahankan aliran air
yang memungkinkan air diambil untuk irigasi di bagian yang lebih rendah
dari sungai.[11]

Kontrol banjir - juga dikenal sebagai atenuasi atau penyeimbangan


waduk, waduk sebagai pengendali banjir mengumpulkan air saat terjadi
curah hujan tinggi, dan perlahan melepaskannya selama beberapa minggu
atau bulan. Beberapa dari waduk seperti ini dibangun melintang tehadap
aliran sungai dengan aliran air dikontrol melalui orrifice plate. Saat aliran
sungai melewati kapasitas orrific plate di belakang waduk, air akan
berkumpul di dalam waduk. Namun saat aliran air berkurang, air di dalam
waduk akan dilepaskan secara perlahan sampai waduk tersebut kembali
kosong. Dalam beberapa kasus waduk hanya berfungsi beberapa kali
dalam satu dekade dan lahan di dalam waduk akan difungsikan sebagai
tempat rekreasi dan berkumpulnya komunitas. Generasi baru dari

bendungan penyeimbang dikembangkan untuk mengatasi konsekuensi


perubahan iklim, yang disebut Flood Detention Reservoir (waduk penahan
banjir). Karena waduk seperti ini bisa menjadi kering dalam waktu yang
sangat lama, maka bagian intinya yang terbuat dari tanay liat terpengaruh
dan mengurangi kekuatan strukturnya. Karena itu kini mulai dikembangkan
penggunaan material daur ulang untuk menggantikan tanah liat.

Kanal-kanal - Di tempat-tempat yang tidak memungkinkan aliran air


alami dialirkan ke kanal, waduk dibangun untuk menjamin ketersediaan air
ke sungai. Contohnya saat kanal dibangun memanjat melintasi barisan
perbukitan untuk sarana transportasi lock.[12]

Waduk Kupferbach untuk kepentingan rekreasi diAachen,Jerman.

Rekreasi - Air bisa dilepaskan dari waduk untuk menciptakan atau


meperkuat air bersih untuk olahraga kayak ataupun olahraga air lainnya[13].
Di sungai yang dipenuhi salmon seperti di Inggris, air secara khusus
dilepaskan untuk mendorong aktivitas migrasi ikan dan menghasilkan
variasi ikan bagi para pemancing.

http://id.wikipedia.org/wiki/Waduk

Anda mungkin juga menyukai