PENDAHULUAN
bertanggung jawab atas 70% kasus kanker serviks (Blodt et al., 2011).
Vaksin HPV sebagai vaksin kanker serviks adalah vaksin kedua di dunia
yang dapat mencegah terjadinya kanker (Gottlieb, 2002). Pedoman di sebagian
negara saat ini merekomendasikan vaksinasi HPV untuk semua perempuan
1
berusia 11 sampai 12 tahun dan 9 tahun (Blodt et al., 2011). Catch- up vaksinasi
juga direkomendasikan untuk semua perempuan muda berusia 13 sampai 26 tahun
yang sebelumnya belum pernah divaksinasi (Adam et al., 2007). Mengingat
prevalensi dan beban penyakit kanker serviks, manfaat vaksin HPV pada
kesehatan masyarakat cukup besar. Di sebagian besar negara vaksinasi HPV
sudah diterima, termasuk di negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, dan
Thailand. Sementara itu, baik di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand,
program vaksinasi HPV belum diterapkan dan dicanangkan dalam program
kesehatan secara nasional (Domingo et al., 2008). Program yang telah dilakukan
di Indonesia untuk mengantisipasi kanker serviks barulah skrining dengan
pendekatan Visual Inspection by Acetic acid (VIA) dan cryosurgery pada
perempuan usia 25-49 tahun di 6 provinsi, salah satunya di provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (Noviani cit. Domingo et al., 2008).
Universitas Gadjah Mada merupakan universitas tertua di Indonesia yang
berlokasi di Kampus Bulaksumur Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada resmi
didirikan pada tanggal 19 Desember 1949. (Anonim, 2014a). Sebagian besar
fakultas dalam lingkungan Universitas Gadjah Mada terdiri atas beberapa
jurusan/bagian dan atau program studi. Berdasarkan data statistik pada tahun
2012, mahasiswa Universitas Gadjah Mada berjumlah sebanyak 51.796 yang
tersebar di 18 fakultas, 2 sekolah, 23 program studi diploma, dan 68 program studi
pasca sarjana (Anonim, 2014b).
Perlu ada program pencegahan kanker serviks yang fokus pada mahasiswi
selaku perempuan muda seperti vaksinasi sebagai upaya preventif. Hal ini karena
2
beberapa faktor risiko kanker serviks antara lain seperti hubungan seks pertama
kali pada usia muda atau memiliki lebih dari satu pasangan seksual (Curado et al.,
2007). Tingkat prevalensi kanker serviks tertinggi ada pada remaja yang aktif
melakukan aktivitas seksual dan ketika perempuan melakukan aktivitas seksual
pertama kali di usia kurang dari 25 tahun (National Cancer Institute, 2006 cit.
Juntasopeepun et al., 2012 ).
Terdapat banyak hambatan pada implementasi program pencegahan kanker
serviks yang dihadapi oleh penyedia layanan kesehatan dan pembuat kebijakan.
Menurut penelitian Domingo et al. (2008), respon yang cukup rendah pada
pelaksanaan skrining di sebagian besar negara Asia Pasifik diakibatkan kurangnya
pengetahuan terkait skrining sebagai pencegahan kanker serviks. Sebagai
konsekuensinya, penting untuk mengetahui seberapa jauh masyarakat memahami
HPV dan kanker serviks sehingga edukasi dapat diberikan tepat sesuai dengan
proporsi dan strategi program kesehatan dapat dikembangkan secara lebih efektif.
Di Indonesia, belum ada penelitian yang meninjau pengetahuan dan persepsi
mengenai HPV, kanker serviks, dan vaksinasi HPV pada perempuan muda.
Belum terdapat pula penelitian yang meninjau faktor-faktor yang memiliki
hubungan terhadap penerimaan vaksinasi HPV pada perempuan muda khususnya
kalangan mahasiswi. Informasi mengenai topik tersebut sangatlah penting
mengingat tingginya kejadian dan kematian akibat kasus kanker serviks di
Indonesia. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dan persepsi mengenai HPV, kanker serviks, dan vaksinasi HPV
terhadap penerimaan vaksinasi HPV pada mahasiswi Universitas Gadjah Mada.
3
B. Perumusan Masalah
1. Seperti apa tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswi Universitas Gadjah
Mada mengenai Human Papilloma Virus (HPV), kanker serviks, dan vaksinasi
HPV?
2. Bagaimana penerimaan mahasiswi Universitas Gadjah Mada terhadap
vaksinasi HPV?
3. Adakah hubungan antara karakteristik terhadap pengetahuan mahasiswi
Universitas Gadjah Mada mengenai Human Papilloma Virus (HPV), kanker
serviks, dan vaksinasi HPV?
4. Adakah hubungan antara karakteristik terhadap persepsi mahasiswi Universitas
Gadjah Mada mengenai kanker serviks dan vaksinasi HPV?
5. Adakah hubungan antara karakteristik terhadap penerimaan vaksinasi HPV
pada mahasiswi Universitas Gadjah Mada?
6. Adakah
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan persepsi mahasiswi Universitas
Gadjah Mada mengenai Human Papilloma Virus (HPV), kanker serviks, dan
vaksinasi HPV.
2. Untuk mengetahui penerimaan mahasiswi Universitas Gadjah Mada terhadap
vaksinasi HPV.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi lembaga kesehatan untuk lebih meningkatkan sarana
dan prasarana perbekalan informasi terkait HPV, kanker serviks, dan
vaksinasi HPV yang memadai, dapat dijangkau oleh masyarakat luas dan
menyediakan informasi yang dibutuhan masyarakat,
2. Sebagai bahan pertimbangan dan koreksi untuk edukasi mengenai kanker
serviks dan vaksinasi HPV oleh para apoteker dan tenaga kesehatan lain yang
berinteraksi dengan masyarakat langsung.
3. Sebagai masukan bagi
E. Tinjauan Pustaka
1.
Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang (Notoatmodjo, 2003).
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan
dalam domain kognitif, yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menghubungkan
bagian-bagian
di
dalam
suatu
bentuk
kesehatan.
Semakin
individu
percaya
bahwa
suatu
kesehatan
yang
berpotensi
dapat
meningkatkan
Persepsi Individu
Keseriusan penyakit
yang dirasakan
Faktor Pemodifikasi
Kecenderungan Bertindak
Manfaat yang
dirasakan dikurangi
hambatan untuk
mengubah perilaku
Ancaman penyakit
yang dirasakan
Kecenderungan
perubahan perilaku
Isyarat untuk
bertindak
- Pendidikan
- Gejala penyakit
- Media informasi
Gambar 1. Komponen Health Belief Model dan Hubungan Antar Komponen
(Glanz et al., 2002)
3.
Kanker serviks
a. Pengertian
Kanker serviks atau atau kanker leher rahim adalah kanker pada
serviks uterus atau leher rahim yaitu area bagian bawah rahim yang
menghubungkan rahim dengan vagina atau daerah pada organ reproduksi
10
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara
rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker serviks tidak
terjadi secara tiba-tiba. Prosesnya bertahap dan memerlukan waktu yang
cukup lama, tetapi progresif. Awalnya bermula dari kelainan sel yang
mengalami mutasi, lalu berkembang menjadi sel displastik sehingga
terjadi kelainan epitel yang disebut displasia (Dalimartha, 2004).
Kanker leher rahim muncul adanya pertumbuhan sel yang tidak
normal sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan pada leher rahim
atau menghalangi leher rahim. Rentang usia terjadinya kanker serviks
antara 40 sampai 50 tahun. Kondisi pra invasif selama 10 sampai 15 tahun
sebelum pengembangan invasif karsinoma (Bobak et al., 1993). Menurut
Dalimartha (2004), klasifikasinya dibedakan menjadi NIS 1 (displasia
ringan), NIS 2 (displasia sedang), NIS 3 (displasia berat), dan akhirnya
karsinoma in-situ (KIS), baru kelainan tersebut berkembang menjadi
karsinoma invasif. Tingkat NIS dan karsinoma in-situ disebut kelainan
pra-kanker. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu berkisar 1-7 tahun, sedangkan dari karsinoma in-situ menjadi kelainan
invasif berkisar 3-20 tahun. Beberapa peneliti menemukan bahwa 30-35%
NIS mengalami regresi, terutama NIS 1 dan NIS 2.
Ada hubungan kuat antara Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16
dan 18 dan cervical intraepitheal neoplasia (CIN). Hal ini diperbaharui
secara inklusif untuk menggambarkan semua kelainan epitel dari serviks.
Dimana lokasi kanker serviks ini di daerah leher rahim pada dua sisi sel
11
14
lebih tua (20 tahun) memiliki risiko terkena kanker serviks yang lebih
rendah (de Boer et al., 2006).
Menurut Diananda (2008), faktor-faktor risiko kanker leher rahim
sebagian besar dari faktor luar (eksternal). Faktor risiko tersebut antara
lain:
1) Melakukan hubungan seksual pada usia yang pada usia kurang dari 20
tahun.
2) Multiple seksual atau lebih dari dua dalam melakukan hubungan
seksual.
Berdasarkan penelitian, risiko kanker serviks meningkat lebih dari 10
kali bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks (Dalimartha,
2004).
3) Riwayat penyakit kelamin dan infeksi virus seperti herpes dan kutil
genetalia.
4) Pemeriksaan Pap Smear yang tidak intens.
5) Wanita yang melakukan persalinan dengan jarak yang terlalu dekat
dan memiliki banyak anak.
6) Wanita dengan aktivitas seksual tinggi.
7) Kebersihan genetalia yang rendah.
8) Wanita yang merokok.
Wanita perokok mempunyai risiko kanker serviks 2 kali lipat
dibandingkan wanita bukan perokok. Dalam lendir serviks wanita
perokok terkandung nikotin dan zat lainnya yang terdapat di dalam
15
5. Vaksin HPV
Pengembangan vaksin HPV dimulai dari seorang peneliti kanker
bernama IH Frazer dari Department of Medicine, Princess, Alexandra
Hospital, Woolloongabba, Queensland, Australia, dengan mekanisme
merangsang antibodi untuk merespons kekebalan tubuh terhadap HPV.
Menurut spesialis obstetri dan ginekologi dari Brawijaya Women&Children
Hospital Jakarta, dr. Nugroho Kampono, Sp.OG. (K) dalam konferensi pers
bertema Vaksinasi sebagai terobosan baru dalam upaya pencegahan kanker
leher rahim, saat ini telah tersedia vaksin quadrivalent HPV yang efektif
untuk HPV tipe 6,11, 16, dan 16 (Diananda, 2008).
18
6. Skrining/Deteksi Dini
Deteksi dini dilakukan dengan pemeriksaan Pap Smear. Pemeriksaan
ini berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan pelacak adanya
perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan pra-kanker
dapat terdeteksi serta pengobatannya menjadi lebih mudah dan murah. Bagi
wanita berusia 25 tahun yang telah menikah atau sudah melakukan senggama,
dianjurkan untuk Pap Smear secara teratur sekali setahun seumur hidup. Bila
pemeriksaan tahunan tiga kali berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan
selanjutnya dapat dilakukan setiap tiga tahun. Namun pada perempuan
dengan risiko tinggi, pemeriksaan dilakukan sekali dalam setahun atau sesuai
petunjuk dokter. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit,
serta dapat dilakukan setiap saat kecuali pada masa haid. Terdapat larangan
untuk tidak menggunakan obat-obatan yang dimasukkan ke liang senggama
(vagina) selama dua hari sebelum dilakukan pemeriksaan Pap Smear. Jika
hasil pemeriksaan Pap Smear ditemukan adanya sel-sel epitel serviks yang
bentuknya abnormal (displasia), maka diperlukan pemeriksaan lebih lanjut
(Dalimartha, 2004).
Syarat deteksi dini yaitu insidens atau prevalensi cukup tinggi di
masyarakat, perkembangan penyakit cukup lama, ada teknik pemeriksaan
yang sensitif dan spesifik serta ada cara pengobatan yang efektif. Alasan
melakukan deteksi dini didasarkan pada kenyataan sebagai berikut
(Dalimartha, 2004):
20
tetap
hidup.
Angka
harapan
hidup
dinilai
dengan
21
itu,
terdapat
program
pilot
skrining
kanker
serviks
F. Landasan Teori
Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan
persepsi mengenai HPV ataupun kanker serviks, salah satunya faktor
karakteristik. Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman terhadap informasi, pengetahuan seseorang terhadap suatu hal
(Ismiyati, 2000). Penelitian Moreira et al. (2006) menunjukkan perempuan yang
memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih
baik mengenai infeksi HPV. Secara spesifik, klaster pendidikan atau jurusan juga
berpengaruh terhadap pengetahuan. Menurut Medeiros dan Ramada (2011),
mahasiswa klaster kesehatan memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai
HPV dan kanker serviks dibandingkan mahasiswa klaster non kesehatan.
Umur juga dapat mempengaruhi kemampuan daya ingat sehingga akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang (Ismiyati, 2000). Penelitian yang
dilakukan oleh Juntasopeepun
24
25
G. Kerangka Konsep
Karakteristik:
- Klaster
- Usia
- Agama
- Pendidikan terakhir
- Penghasilan keluarga
- Riwayat kanker pada keluarga
Pengetahuan
- HPV
- Kanker Serviks
- Vaksinasi HPV
Penerimaan
vaksinasi HPV
Karakteristik lain:
- Pernah tidaknya mendengar kanker
serviks
- Pernah tidaknya mendengar
vaksinasi HPV
- Pernah tidaknya mendengar skrining
Persepsi
- Kanker Serviks
- Vaksinasi HPV
H. Hipotesis
1. Ada hubungan antara karakteristik terhadap pengetahuan dan persepsi
mahasiswi Universitas Gadjah Mada mengenai HPV, kanker serviks dan
vaksinasi HPV .
2. Ada hubungan antara karakteristik terhadap penerimaan vaksinasi HPV pada
mahasiswi Universitas Gadjah Mada.
3. Ada hubungan antara pengetahuan dan persepsi mengenai HPV, kanker
serviks, dan vaksinasi HPV terhadap penerimaan vaksinasi HPV pada
mahasiswi Universitas Gadjah Mada.
26