Anda di halaman 1dari 11

Analisa Resep Kasus Gastritis

R/ Antasida

No X

R/ Omeprazol

No IV

R/ Dexamethasone

No X

Data obyektif : diagnose Dispepsia


Hasil skrining persyaratan administrasi pada resep dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Skrining persyaratan administratif


Kelengkapan Resep

Identitas dokter

Ada

Nama

SIP

Alamat rumah

Alamat praktek

No Telp

Hari dan jam kerja

Superscriptio

Inscriptio

Subscriptio

Signatura

Penutup
Identitas pasien

Simbol R/

Nama Kota

Tanggal resep

Nama obat

Kekuatan/potensi obat
Jumlah obat

Tidak ada

Bentuk sediaan obat

Frekuensi pemberian

Jumlah pemberian obat

Waktu minum obat

Informasi lain

Paraf

Tanda tangan

Nama

Alamat

Umur

Jenis kelamin

Berat badan

Tinggi badan

Skrining Farmasetis

Bentuk sediaan

Dalam resep sudah tidak dicantumkan bentuk sediaan yang akan diberikan kepada pasien.
Namun stelah dilakukan penelusuran berdasarkan nama obat sesuai daftar obat di puskesmas
diketahui bahwa antasida, omeprazol, dan dexamethason adalah sediaan tablet. Dilihat dari
umur pasien 13 tahun bentuk sediaan yang diberikan sudah sesuai. Hanya saja perlu
diinformasikan tentang cara penggunaan obat agar obat dapat memberikan efek yang maksimal.

Potensi/kekuatan

Penulisan kekuatan pada resep pada ketiga obat tidak dicantumkan sehingga digunakan dosis
terendah dan disesuaikan antara bentuk sediaan dari nama obat yang disebutkan dalam resep
dengan sediaan yang ada di pasaran. Bila perlu, apoteker harus berkonsultasi kembali kepada
dokter untuk memastikan bahwa potensi obat yang dimaksud dokter memang sama dengan
potensi obat yang beredar di pasaran.

Stabilitas

Resep tersebut terdiri dari 3 obat yang merupakan sediaan tablet stabil jika dilakukan
penyimpanan dalam suhu ruangan (15-30C) dan sebaiknya disimpan dengan dijauhkan dari
sinar matahari langsung.

Inkompatibilitas

Dalam resep yang diberikan tidak terdapat masalah inkompatibilitas karena semua komponen
obat dalam resep diberikan dalam sediaan tunggal (tidak dicampur).

Dalam skrining farmasetis tidak ditemukan permasalahan karena obat tidak dilakukan proses
peracikan. Proses compounding hanya sebatas penyiapan obat dan pemberian label atau etiket.
Skrining Farmakologi
Tabel 2. Spesifikasi Obat
Nama Sediaan

Kandungan

Kategori Farmakologi

Antasida DOEN

Al(OH)3 200

Tablet
Dosis dalam

mg, Mg(OH)2

sebagai

200 mg

senyawa

Antasida (Sweetman, 2009)

Indikasi
-

resep : 3 kali

Digunakan
yang

memiliki

sehari 1 tablet

kemampuan
menetralkan
asam

lambung

(Sweetman,
omeprazol Tablet
Dosis dalam
resep :1 kali

Omeprazol
(kapsul 20
mg)

sehari 1 kapsul

Bekerja menghambat sekresi

2009)
Digunakan

dengan berikatan pada

untuk mengatasi

pompa (H+K+ ATPase) dan

sekresi asam

mengaktifkannya sehingga

lambung

terjadi pertukaran ion kalium

(Sweetman,

dan ion hydrogen dalam

2009)

lumen sel
dexamethasone
Tablet
Dosis dalam
resep :3 kali
sehari 1 tablet
(0,5 mg).

Dexamethaso
ne (0,5 mg)

Antiinflamasi golongan

Digunakan

kortikosteroid dengan

sebagai pereda

menurunkan permeabilitas

radang dan

kapiler, meningkatkan

nyeri

sintesis surfaktan,
menghambat prostaglandin
dan proinflamatory citokines
(Sweetman, 2009)

a. Omeprazol kapsul miliki kandungan omeprazole 20 mg diindikasikan untuk mengatasi


sekresi asam lambung dengan menghambat sekresi dengan berikatan pada pompa (H+K+
ATPase) dan mengaktifkannya sehingga terjadi pertukaran ion kalium dan ion hydrogen
dalam lumen sel (Sweetman, 2009).
b. Antasida Doen Tablet memiliki kandungan Al(OH)3 250 mg, Mg(OH)2 250 mg,
diindikasikan sebagai penetral asam lambung. Magnesium hidroksida merupakan
antasida yang mampu menetralkan asam lambung berlebih dan mengurangi aktivitas
proteolitik pepsin. Efek diperpanjang dengan aluminium hidroksida yang merupakan
antasida kerja lambat. Efek katartik magnesium hidroksida dinetralkan dengan efek
konstipasi aluminium hidroksida.(Sweetman, 2009).
c. Dexamethasone tablet 0,5 mg merupakan antiinflamasi golongan kortikosteroid dengan
menurunkan permeabilitas kapiler, meningkatkan sintesis surfaktan, menghambat
prostaglandin dan proinflamatory cytokines (Sweetman, 2009).
Berdasarkan penilaian indikasi dan farmakologi dari obat-obatan yang diresepkan pleh
dokter, Apoteker dapat melakukan anamnesa kefarmasian bahwa pasien mengalami tukak
lambung. Berdasarkan guidelence therapy, omeprazole 20 mg merupakan obat yang digunakan
dalam tukak lambung. Omeprazole bekerja dengan dengan berikatan pada pompa (H+K+ ATPase)
(PPI) sehingga dapat mengurangi sekresi asam lambung. Dexamethasone merupakan
antiinflmasi golongan kortikosteroid yang selektif cox-2 relatif lebih aman digunakan untuk
mengatasi inflmasi yang dialami pasien. Guideline therapy dari ketiga indikasi yang
dimungkinkan tersebut ditampilkan dalam gambar 1.

Gambar 1. Algoritma : Pedoman untuk evaluasi dan pengelolaan pasien yang datang dengan
gejala seperti dispepsia atau maag. COX-2, siklooksigenase-2; GERD (gastroesophageal reflux
disease); HP (Helicobacter pylori); H2-RA, antagonis reseptor H2; PPI, pompa proton inhibitor;
NSAID, nonsteroidal obat anti-inflamasi; NUD, dispepsia nonulcer (Dipiro et al, 2005).
Penggunaan antasida dan omeprazole memiliki indikasi untuk mengurangi sekresi asam lambung
serta menetralkan asam lambung. Tujuan terapi antasida dan PPI memiliki tujuan
menghilangkan nyeri tukak yang diakibatkan abrasi asam lambung serta mencegah progresivitas
tukak lambung akibat sekresi lambung berlebihan.
Anamnese Kefarmasian
Anamnese kefarmasian dilakukan berdasarkan penilaian jenis dan indikasi masing-masing
obat yang diresepkan oleh dokter kepada pasien. Adapun obat yang diresepkan memiliki indikasi
sebagai berikut:

Tabel 3. Anamnese kefarmasian

Nama Sediaan

Dosis

Dosis dalam

(Kandungan)

dalam

literatur

Indikasi

KETERANGAN

Resep
Antasida
(Al(OH)3 200
mg, Mg(OH)2

3 kali

Untuk

Digunakan

Tidak

sehari 1

dewasa 600-

untuk

dengan

tablet

1200 mg

menetralkan

pustaka

dalam dosis

asam lambung

200 mg)

terbagi,
untuk anak
usia 13
tahun 300600 mg
dalam dosis
terbagi
(rumus
Gaubius)
(Medscape,

2014)
Untuk

omeprazole

1 kali

Bekerja

kapsul (20 mg)

sehari 1

dewasa

20

menghambat

tablet

mg

PO

sekresi dengan

untuk

berikatan pada

GERD dan

pompa (H+K+

40 mg PO

ATPase) dan

untuk

mengaktifkan

gastric ulcer.

nya sehingga

Untuk anak

terjadi

>20 kg (13

pertukaran ion

tahun)

20

kalium dan

mg

PO

ion hydrogen

untuk

dalam lumen

Sesuai

sesuai

GERD dan

sel

Gastric

(Sweetman,

ulcer

2009)

(Medscape,

2014)
Untuk

Dexamethasone

3 kali

Digunakan

Tablet

sehari 1

dewasa

tablet

0,75-9

(0,5mg).

PO/hari

alergi dan

terbagi tiap

antinyeri.

6-12

Kemungkinan

sesuai

sebagai anti
mg

jam.

inflamasi, anti

Untuk anak

pasien

0,08-0,3

mengalami

mg/kg/hari.

inflamasi(Swe

Dosis

etman, 2009)

maksimum
anak dengan
persamaan
Gaubius
adalah 0,37
mg 4,5 mg
(13 tahun)

Penyerahan Obat (Dispensing) dan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE)


Penyerahan obat-obat dalam resep disertai dengan pemberian KIE kepada pasien. Dalam
hal ini diberikan edukasi kepada pasien untuk perbaikan kondisi secara nonfarmakologi.
Penyerahan obat dan KIE bertujuan untuk mengoptimalkan terapi pada pasien. Pada penyerahan
obat dan KIE informasi mengenai obat yang perlu disampaikan antara lain: cara penggunaan
obat, aturan pakai obat, waktu penggunaan obat, dan efek samping yang mungkin terjadi.
Penyerahan obat dan KIE kepada pasien meliputi:

1. TerapiFarmakologi
a. omeprazole
Indikasi: penanganan tukak lambung, GERD
Cara penggunaan: diminum dengan air putih
Aturan pakai: satu kali sehari (20 mg) untuk anak >20 kg indikiasi GERD,
gastritis
Waktu pemberian: sebelum makan
Efek samping: sakit kepala, konstipasi, pusing,mual, diare
Penyimpan : obat disimpan pada tempat kering dan terhindar dari
matahari
b. Antasida
Indikasi : Pengobatan hiperasiditas, gastritis, tukak lambung
Cara penggunaan: tablet dikunyah terlebih dahulu
Aturan pakai: untuk anak 6-12 tahun 1/2-1 tablet 3-4 kali sehari
Waktu pemberian : dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah
makan
Efeksamping : susah buang air besar, diare, mual, muntah
Penyimpanan : obat disimpan pada tempat kering dan terhindar dari matahari
c. dexamethasone
Indikasi: antialergi, antiinflamasi golongan kortikosteroid,

Cara penggunaan: diminum dengan air putih


Aturan pakai: tiga kali sehari 1 tablet maksimal 6 tablet sehari
Waktu pemberian: setelah makan
Efek samping: otot lemas, tukak lambung, kejang, aritmia, bradikardia
Penyimpanan : obat disimpan pada tempat kering dan terhindar dari
matahari.
Pemberian terapi farmakologi dengan omeprazole) adalah pada pagi hari sebelum
makan untuk menghambat sekresi dari asam lambung sehingga dapat mengurangi nyeri
pada saat makan dengan pemakaian 1 kali sehari. Pemberian Antasida dapat diminum 2
jam sebelum atau setelah makan 3 kali sehari.
Apabila obat omeprazole dan antasida Doen telah habis dan pasien masih
mengeluhkan sakit,maka pasien dianjurkan untuk kembali berkonsultasi ke dokter untuk

memeriksakan perkembangan penyakitnya.


2. Terapi Non farmakologi

Terapi nonfarmakologi yang paling penting dalam konseling dan edukasi pasien adalah
perubahan gaya hidup yang mencakup
a. Diet atau mengurangi berat badan. Resiko tukak lambung akan meningkat pada pasien
obesitas karena adanya pengaruh tekanan pada bagian abdomen yang berlebih,
sehingga dengan berkurangnya berat badan dapat meringankan simtom dari tukak
lambung yang dialami pasien.
b. Pengaturan pola makan dengan mengkonsumi sesedikit makanan tetapi berulang
(sering). Tukak dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan secara teratur. Pasien
juga harus menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan iritasi atau dapat
merangsang terjadinya tukak, misalnya makanan pedas, asam, kafein, susu dan
alkohol.
c. Pengaturan pola hidup, pasien dianjurkan cukup istirahat dan menghindari atau
mengurangi stress. Stress merupakan penyebab tukak lambung karena dalam kondisi
tertekan akan terjadi peningkatan produksi hormon adrenalin yang akan berpengaruh
terhadap peningkatan produksi asam oleh reseptor asetilkolin. Akibatnya produksi
asam lambung akan menjadi meningkat. Kelebihan asam lambung ini dapat
menyebabkan rusaknya jaringan selaput lender lambung dan jaringan halus usus dua
belas jari (duodenum).
d. Menghindari merokok, merokok dapat memicu pengeluaran asetilkolin yang dapat
mempengaruhi pelepasan histamin di sel parietal sehingga meningkatkan sekresi asam
lambung.
3. Monitoring efektivitas terapi
Monitoring efektifitas terpai dapat dilahat dari hilangnya keluhan pasien salama 3 hari
terapi. Jika selama 3 hari terapi belum bisa mengatasi keluhan, pasien dianjurkan untuk
kembali kontrol ke dokter. Semua pengobatan pasien dicatat dalam Patient Medication
Record (PMR) agar apoteker dapat memantau setiap pengobatan pasien. Begitu pula PMR
khusus dibuatkan untuk pasien agar pasien tidak lupa meminum obat, serta mengetahui dan

mengerti mengernai penggunaan obat yang didapatkan sehingga kepatuhan pasien dapat
ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai