R/ Antasida
No X
R/ Omeprazol
No IV
R/ Dexamethasone
No X
Identitas dokter
Ada
Nama
SIP
Alamat rumah
Alamat praktek
No Telp
Superscriptio
Inscriptio
Subscriptio
Signatura
Penutup
Identitas pasien
Simbol R/
Nama Kota
Tanggal resep
Nama obat
Kekuatan/potensi obat
Jumlah obat
Tidak ada
Frekuensi pemberian
Informasi lain
Paraf
Tanda tangan
Nama
Alamat
Umur
Jenis kelamin
Berat badan
Tinggi badan
Skrining Farmasetis
Bentuk sediaan
Dalam resep sudah tidak dicantumkan bentuk sediaan yang akan diberikan kepada pasien.
Namun stelah dilakukan penelusuran berdasarkan nama obat sesuai daftar obat di puskesmas
diketahui bahwa antasida, omeprazol, dan dexamethason adalah sediaan tablet. Dilihat dari
umur pasien 13 tahun bentuk sediaan yang diberikan sudah sesuai. Hanya saja perlu
diinformasikan tentang cara penggunaan obat agar obat dapat memberikan efek yang maksimal.
Potensi/kekuatan
Penulisan kekuatan pada resep pada ketiga obat tidak dicantumkan sehingga digunakan dosis
terendah dan disesuaikan antara bentuk sediaan dari nama obat yang disebutkan dalam resep
dengan sediaan yang ada di pasaran. Bila perlu, apoteker harus berkonsultasi kembali kepada
dokter untuk memastikan bahwa potensi obat yang dimaksud dokter memang sama dengan
potensi obat yang beredar di pasaran.
Stabilitas
Resep tersebut terdiri dari 3 obat yang merupakan sediaan tablet stabil jika dilakukan
penyimpanan dalam suhu ruangan (15-30C) dan sebaiknya disimpan dengan dijauhkan dari
sinar matahari langsung.
Inkompatibilitas
Dalam resep yang diberikan tidak terdapat masalah inkompatibilitas karena semua komponen
obat dalam resep diberikan dalam sediaan tunggal (tidak dicampur).
Dalam skrining farmasetis tidak ditemukan permasalahan karena obat tidak dilakukan proses
peracikan. Proses compounding hanya sebatas penyiapan obat dan pemberian label atau etiket.
Skrining Farmakologi
Tabel 2. Spesifikasi Obat
Nama Sediaan
Kandungan
Kategori Farmakologi
Antasida DOEN
Al(OH)3 200
Tablet
Dosis dalam
mg, Mg(OH)2
sebagai
200 mg
senyawa
Indikasi
-
resep : 3 kali
Digunakan
yang
memiliki
sehari 1 tablet
kemampuan
menetralkan
asam
lambung
(Sweetman,
omeprazol Tablet
Dosis dalam
resep :1 kali
Omeprazol
(kapsul 20
mg)
sehari 1 kapsul
2009)
Digunakan
untuk mengatasi
sekresi asam
mengaktifkannya sehingga
lambung
(Sweetman,
2009)
lumen sel
dexamethasone
Tablet
Dosis dalam
resep :3 kali
sehari 1 tablet
(0,5 mg).
Dexamethaso
ne (0,5 mg)
Antiinflamasi golongan
Digunakan
kortikosteroid dengan
sebagai pereda
menurunkan permeabilitas
radang dan
kapiler, meningkatkan
nyeri
sintesis surfaktan,
menghambat prostaglandin
dan proinflamatory citokines
(Sweetman, 2009)
Gambar 1. Algoritma : Pedoman untuk evaluasi dan pengelolaan pasien yang datang dengan
gejala seperti dispepsia atau maag. COX-2, siklooksigenase-2; GERD (gastroesophageal reflux
disease); HP (Helicobacter pylori); H2-RA, antagonis reseptor H2; PPI, pompa proton inhibitor;
NSAID, nonsteroidal obat anti-inflamasi; NUD, dispepsia nonulcer (Dipiro et al, 2005).
Penggunaan antasida dan omeprazole memiliki indikasi untuk mengurangi sekresi asam lambung
serta menetralkan asam lambung. Tujuan terapi antasida dan PPI memiliki tujuan
menghilangkan nyeri tukak yang diakibatkan abrasi asam lambung serta mencegah progresivitas
tukak lambung akibat sekresi lambung berlebihan.
Anamnese Kefarmasian
Anamnese kefarmasian dilakukan berdasarkan penilaian jenis dan indikasi masing-masing
obat yang diresepkan oleh dokter kepada pasien. Adapun obat yang diresepkan memiliki indikasi
sebagai berikut:
Nama Sediaan
Dosis
Dosis dalam
(Kandungan)
dalam
literatur
Indikasi
KETERANGAN
Resep
Antasida
(Al(OH)3 200
mg, Mg(OH)2
3 kali
Untuk
Digunakan
Tidak
sehari 1
dewasa 600-
untuk
dengan
tablet
1200 mg
menetralkan
pustaka
dalam dosis
asam lambung
200 mg)
terbagi,
untuk anak
usia 13
tahun 300600 mg
dalam dosis
terbagi
(rumus
Gaubius)
(Medscape,
2014)
Untuk
omeprazole
1 kali
Bekerja
sehari 1
dewasa
20
menghambat
tablet
mg
PO
sekresi dengan
untuk
berikatan pada
GERD dan
pompa (H+K+
40 mg PO
ATPase) dan
untuk
mengaktifkan
gastric ulcer.
nya sehingga
Untuk anak
terjadi
>20 kg (13
pertukaran ion
tahun)
20
kalium dan
mg
PO
ion hydrogen
untuk
dalam lumen
Sesuai
sesuai
GERD dan
sel
Gastric
(Sweetman,
ulcer
2009)
(Medscape,
2014)
Untuk
Dexamethasone
3 kali
Digunakan
Tablet
sehari 1
dewasa
tablet
0,75-9
(0,5mg).
PO/hari
alergi dan
terbagi tiap
antinyeri.
6-12
Kemungkinan
sesuai
sebagai anti
mg
jam.
inflamasi, anti
Untuk anak
pasien
0,08-0,3
mengalami
mg/kg/hari.
inflamasi(Swe
Dosis
etman, 2009)
maksimum
anak dengan
persamaan
Gaubius
adalah 0,37
mg 4,5 mg
(13 tahun)
1. TerapiFarmakologi
a. omeprazole
Indikasi: penanganan tukak lambung, GERD
Cara penggunaan: diminum dengan air putih
Aturan pakai: satu kali sehari (20 mg) untuk anak >20 kg indikiasi GERD,
gastritis
Waktu pemberian: sebelum makan
Efek samping: sakit kepala, konstipasi, pusing,mual, diare
Penyimpan : obat disimpan pada tempat kering dan terhindar dari
matahari
b. Antasida
Indikasi : Pengobatan hiperasiditas, gastritis, tukak lambung
Cara penggunaan: tablet dikunyah terlebih dahulu
Aturan pakai: untuk anak 6-12 tahun 1/2-1 tablet 3-4 kali sehari
Waktu pemberian : dikonsumsi pada perut kosong (1 atau 2 jam sebelum/sesudah
makan
Efeksamping : susah buang air besar, diare, mual, muntah
Penyimpanan : obat disimpan pada tempat kering dan terhindar dari matahari
c. dexamethasone
Indikasi: antialergi, antiinflamasi golongan kortikosteroid,
Terapi nonfarmakologi yang paling penting dalam konseling dan edukasi pasien adalah
perubahan gaya hidup yang mencakup
a. Diet atau mengurangi berat badan. Resiko tukak lambung akan meningkat pada pasien
obesitas karena adanya pengaruh tekanan pada bagian abdomen yang berlebih,
sehingga dengan berkurangnya berat badan dapat meringankan simtom dari tukak
lambung yang dialami pasien.
b. Pengaturan pola makan dengan mengkonsumi sesedikit makanan tetapi berulang
(sering). Tukak dapat dicegah dengan mengkonsumsi makanan secara teratur. Pasien
juga harus menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan iritasi atau dapat
merangsang terjadinya tukak, misalnya makanan pedas, asam, kafein, susu dan
alkohol.
c. Pengaturan pola hidup, pasien dianjurkan cukup istirahat dan menghindari atau
mengurangi stress. Stress merupakan penyebab tukak lambung karena dalam kondisi
tertekan akan terjadi peningkatan produksi hormon adrenalin yang akan berpengaruh
terhadap peningkatan produksi asam oleh reseptor asetilkolin. Akibatnya produksi
asam lambung akan menjadi meningkat. Kelebihan asam lambung ini dapat
menyebabkan rusaknya jaringan selaput lender lambung dan jaringan halus usus dua
belas jari (duodenum).
d. Menghindari merokok, merokok dapat memicu pengeluaran asetilkolin yang dapat
mempengaruhi pelepasan histamin di sel parietal sehingga meningkatkan sekresi asam
lambung.
3. Monitoring efektivitas terapi
Monitoring efektifitas terpai dapat dilahat dari hilangnya keluhan pasien salama 3 hari
terapi. Jika selama 3 hari terapi belum bisa mengatasi keluhan, pasien dianjurkan untuk
kembali kontrol ke dokter. Semua pengobatan pasien dicatat dalam Patient Medication
Record (PMR) agar apoteker dapat memantau setiap pengobatan pasien. Begitu pula PMR
khusus dibuatkan untuk pasien agar pasien tidak lupa meminum obat, serta mengetahui dan
mengerti mengernai penggunaan obat yang didapatkan sehingga kepatuhan pasien dapat
ditingkatkan.