Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

RETENSIO URIN e.c BPH

Dokter Pembimbing :
dr. H. Yuswardi , Sp.B

Disusun Oleh :
Minaldi Nurgono
Dwi Andrio septadi

KEPANITERAAN SMF BEDAH RSUD SYAMSUDIN,SH


FAKULTAS KEDOKTERAN
2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Tidak lupa salawat serta salam kepada
junjungan besar Rasulullah SAW beserta para sahabatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan kasus Benign Prostat Hyperplasia.
Laporan kasus ini disusun untuk memperdalam materi mengenai Benign Prostat
Hyperplasia berdasarkan tinjauan pustaka dan dari berbagai buku ajar ilmu bedah.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada dokter pembimbing dr. H.
Yuswardi , Sp.B dan juga rekan-rekan yang telah membantu menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas laporan kasus ini masih banyak
terdapat kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna menyempurnakan laporan kasus ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Sukabumi , April 2015

Penulis

BAB I
KASUS

IDENTITAS
Nama

: Tn. I

Usia

: 74 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Status

: Menikah

Alamat

: kp. Sukasirna Rt07/07

Agama

: Islam

Tgl MRS

: 13 April 2015

ANAMNESA (Autoanamnesa)
Keluhan Utama
Sulit buang air kecil
Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang ke RSUD syamsudin,SH dengan keluhan tidak bisa BAK sejak + 2 tahun
SMRS. Os mengatakan setiap BAK yang keluar sedikit-sedikit dan terakhir menetes. Kalau
BAK harus mengedan dulu baru keluar. Dan setiap BAK terasa nyeri. Perasaan ingin BAK
terus-terusan dan rasanya tidak bisa ditahan, tetapi sulit keluar. Saat malam pun sering
terbangun untuk BAK, + 5 kali dan tidak puas saat BAK. Pancaran BAK lemah. Air kencing
yang keluar tidak disertai darah. Nyeri pinggang (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi terkontrol lebih dari 3 tahun

Keluhan tidak bisa BAK sebelumnya disangkal oleh os

Riwayat DM (-)

Riwayat operasi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

Riwayat Pengobatan
Os belum pernah berobat kemana pun

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis

Tanda Vital

Tekanan darah

: 140/70 mmHg

Suhu

: 37 c

Nadi

: 72 x/menit

Pernapasan

: 24 x/menit

Status Generalis
Kepala

: Normocephal

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung

: Tidak ada deformitas, epistaksis (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)

Thorax

: Bentuk dan gerak simetris normal


Cor

: iktus cordis tidak terlihat, bunyi jantung murni reguler, Murmur


(-), Gallop (-)

Pulmo

: bentuk dan gerak simetris normal, pada perkusi Sonor,


Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

: Cembung, Nyeri tekan (-), tympani, BU (+) tidak meningkat,


hepar dan lien tidak teraba,

Ekstremitas

Ekstr. Atas

: Akral hangat, RCT <2 detik, edema (-), sianosis (-)

Ekstr. Bawah : Akral hangat, RCT <2 detik, edema (-), sianosis (-)

Status Lokalis
Status Lokalis
Rectal Toucher
Tonus sfingter ani kuat
Permukaan ampula recti licin
Pole atas teraba
Terdapat massa intraanal arah jam 12
Teraba prostat :
Nyeri tekan (-)
Ukuran kurang lebih 40 gr
Darah (-)
Feses (-)
Lendir (-)
Simetris kanan & kiri
Konsistensi kenyal
Tidak teraba nodul

DIAGNOSA KERJA
Retensio Urin e.c BPH

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BENIGN PROSTAT HYPERPLASI

PENDAHULUAN
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak disebelah
inferior buli-buli dam membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini
membuntu uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari
buli-buli. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa 20
gram. McNeal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona ,antara lain : zona
perifer, merupakan 70 % bagian volume dari kelenjar prostat dewasa muda, zona sentral,
sebanyak 25 %, zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periuretra.
Sebagian besar hiperplasia prostat berasal dari zona transisional, 60 70 % pertumbuhan
karsinoma prostat (CaP) berasal dari zona perifer, 10 20 % berasal dari zona transisional
dan 5 10 % dari zona sentral(McNeal et al, 1988).2

EPIDEMIOLOGI
BPH merupakan tumor jinak yang paling sering pada laki-laki dan insidennya
berdasarkan dari umur. Prevalensi dari hasil studi otopsi BPH menunjukkan peningkatan
kira-kira sebanyak 20% pada pria dengan umur 41-50 tahun, menjadi 50 % pada pria
dengan umur 51-60 tahun dan menjadi > dari 90% pada pria > dari 80 tahun(Berry et al,
1984).1,2 Walaupun bukti klinis dari penyakit lebih jarang muncul, gejala dari obstruksi prostat
juga berhubungan dengan umur. Pada umur 55 tahun, kira-kira sebanyak 25% pria
mengeluhkan gejala voiding symptoms. Pada umur 75 tahun, 50% dari pria mengeluhkan
penurunan dari pancaran dan jumlah dari pembuangan urin. Faktor resiko dari BPH masih
belum terlalu dimengerti. Beberapa hasil studi menyebutkan predisposisi genetik dan
beberapa studi lainny memberi perhatian pada perbedaan ras. Kira-kira 50% dari pria
dibawah umur 60 tahun yang telah menjalani operasi pembedahan BPH mungkin memiliki
suatu bentuk genetika dari penyakit. Bentuk ini paling banyak merupakan bentuk autosomal
dominan trait(Sanda et al, 1994).2,4

ETIOLOGI
Hingga sekarang etiologi dari BPH masih belum diketahui secara pasti, tetapi
beberapa penelitian secara laboratorium maupun klinik menyebutkan bahwa terdapat 2
faktor yang erat kaitannya dengan BPH yaitu; peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT)
dan proses aging (menjadi tua) (McConnell, 1995). Beberapa hipotesis yang diduga
sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prsostat adalah ; 1) teori dihidrotestoteron, 2)
adanya ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron, 3) interaksi antara sel stroma
dan sel epitel prostat, 4) berkurangnya kematian sel (apoptosis) dan 5) teori stem sel.2,3,4

1) TEORI DIHIDROTESTOSTERON
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron didalan sel prostat
oleh enzim 5-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah
terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) yang membentuk kompleks
DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang
menstimulasi pertumbuhan sel prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa
kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal,
hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5-reduktase dan jumlah reseptor androgen
lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif
terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan
prostat normal.

2) KETIDAKSEIMBANGAN ANTARA ESTROGEN TESTOSTERON


Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar estrogen
relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosteron relatif meningkat.
Telah diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya
proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel
prostat terhadap rangsangan hormon androgen, dan menurunkan jumlah kematian
sel-sel prostat(apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun
rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi
sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa
prostat jadi lebih besar.

3) INTERAKSI SEL STROMA DAN EPITEL


Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat
secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui mediator (grwoth factor)
tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi DHT dan estradiol, sel-sel
stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel
stroma itu sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel
secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel
maupun sel stroma.

4) BERKURANGNYA KEMATIAN SEL PROSTAT


Program kematian sel prostat (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme
fisiologik untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apoptosis
terjadi kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami
apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel disekitarnya kemudian didegradasi oleh
enzim lisosom. Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi
sel dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat
dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan
seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang mengalami apoptosis

menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat


sehingga menyebabkan pertambahan massa prostat.

5) TEORI SEL STEM


Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel
baru. Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu suatu sel yang
mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat
tergantung pada keberadaan hormon androgen, sehingga jika hormon ini kadarnya
menurun seperti yang terjadi pada kastrasi, menyebabkan terjadinya apoptosis.
Terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya
aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel
epitel.

ANATOMI & FISIOLOGI


Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli, di depan
rektum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah kemiri dengan ukuran 4 x
3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram. Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskuler
dan glandular yang terbagi dalam beberapa daerah atau zona, yaitu zona perifer, zona
sentral, zona transisional, zona preprostatik sfingter dan zona anterior (McNeal 1970).
Secara histopatologik kelenjar prostat terdiri atas komponen kelenjar dan stroma.
Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf, dan jaringan
penyanggah yang lain.1,2

Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari
cairan ejakulat. Cairan ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara di uretra
posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi.
Volume cairan prostat merupakan 25% dari seluruh volume ejakulat.2,4
Prostat mendapatkan inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari pleksus
prostatikus. Pleksus prostatikus (pleksus pelvikus) menerima masukan serabut parasimpatik
dari korda spinalis S2-4 dan simpatik dari nervus hipogastrikus (T10-L2 ). Stimulus parasimpatik
meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat, sedangkan rangsangan simpatik
menyebabkan pengeluaran cairan prostat ke dalam uretra posterior, seperti pada saat
ejakulasi. Sistem simpatik memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsula prostat dan
leher buli-buli. Di tempat-tempat itu banyak terdapat reseptor adrenergik-. Rangsangan
simpatik menyebabkan dipertahankan tonus otot polos tersebut.4
Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker ganas
dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya obstruksi saluran kemih.

PATOFISIOLOGI HIPERPLASIA PROSTAT


Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesike.
Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan
tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik buli-buli
berupa hipertrofi oto detrusor, tarbekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel bulibuli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai keluhan
pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu
dikenal dengan gejala prostatimus.1,2,3,4
Tekanan intravesikel yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan
akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.

Hiperplasia prostat

Penyempitan lumen uretra posterior

Tekanan intravesikel

Buli-buli

Hipertrofi otot detrusor


Trabekulasi
Selula
Divertikel buli-buli

Ginjal dan Ureter

Refluks vesiko ureter


Hidroureter
Hidronefrosis
Pionefrosis
Gagal ginjal

Obstruksi yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak hanya disebabkan
oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapi juga disebabkan oleh
tonus otot polos yang ada pada stroma prostat, kapsul prostat, dan otot polos pada leher
buli-buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus pudendus.
Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel. Kalau pada
prostat normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2:1, pada BPH, rasionya
meningkat menjadi 4:1, hal ini menyebabkan pada BPH terjadi peningkatan tonus otot polos
prostat dibandingkan dengan prostat normal. Dalam hal ini massa prostat yang
menyebabkan obstruksi komponen statik sedangkan tonus otot polos yang merupakan
komponen dinamik sebagai penyebab obstruksi prostat.2,4

GAMBARAN KLINIS
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan
di luar saluran kemih.

KELUHAN PADA SALURAN KEMIH BAWAH(LUTS)

Lower Urinary Track Symptom terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif seperti
terlihat pada tabel di bawah.
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah bawah,
beberapa ahli/organisasi urologi membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat diisi
dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah
International Prostatic Symptom Score (I-PSS).

OBSTRUKSI

HESITANSI
PANCARAN MIKSI LEMAH
INTERMITENSI (Kencing tibatiba berhenti dan lancar kembali)
MIKSI TIDAK PUAS
TERMINAL
DRIBBLING
( Menetes setelah miksi)

IRITASI

Frekuensi ( Anyang-anyangan)
Nokturia ( Sering kencing
malam hari)
Urgensi
(
Merasa ingin
kencing yang tidak bisa
ditahan)
Disuria ( Rasa tidak enak saat
kencing)

Sistem skoring I-PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan
keluhan miksi (LUTS) dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup
pasien. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai
dengan 5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1
hingga 7. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, (1)
Ringan : 0 -7 Watchfull waiting, (2) Sedang : 8 - 19 Medikamentosa, (3) Berat : 20 - 35
Operasi.
Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot bulibuli untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami kepayahan
(fatique) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi
urine akut. Timbulnya dekompensasi buli-buli biasanya didahului oleh beberapa faktor
pencetus antara lain : (1) volume buli-buli tiba-tiba terisi penuh yaitu pada cuaca
dingin,menahan kencing terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minuman yang
mengandung diuretikum (alkoholo, kopi), dan minum air dalam jumlah yang berlebihan, (2)
massa prostat tiba-tiba membesar, yaitu setelah melakukan aktivitas seksual atau
mengalami infeksi prostat akut, dan (3) setelah mengkonsumsi obat-obatan yang dapat
menurunkan kontraksi otot detrusor atau yang dapat mempersempit leher buli-buli, antara
lain : golongan antikolinergik atau adrenergik alfa.1,2,4

GEJALA PADA SALURAN KEMIH BAGIAN ATAS


Keluhan akibat penyulit hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas berupa
gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda
hidronefrosis), atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.

GEJALA PADA LUAR SALURAN KEMIH


Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis
atau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba
massa kistus didaerah supra simfisis akibat retensi urine. Kadang-kadang didapatkan urine
yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien yang merupakan pertanda dari
inkontinensia paradoksa. Pada DRE (direct rectal examination) diperhatikan : (1) tonus
sfingter ani/refleks bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan adanya kelainan buli-buli
neurogenik, (2) mukosa rektum, dan (3) keadaan prostat: kemungkinan adanya nodul,
krepitasi, konsistensi prostat, simteris antara lobus, volume prostat dan batas prostat(batas
atas, kiri dan kanan, sulcus teraba/tidak).2,4
Colok dubur pada pembesaran prostat benigna menunjukkan konsistensi prostat
kenyal seperti meraba ujung hidung, halus, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak
didapatkan nodul; sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras/teraba
nodul dan mungkin di antara lobus prostat tidak simetris.4

DIAGNOSIS BANDING
Kondisi obstruksi dari saluran kemih bagian bawah seperi striktur uretra, contracture
leher buli-buli, batu buli-buli atau karsinoma prostat (CaP) harus ditunjukkan saat melakukan
evaluasi laki-laki dengan kecurigaan BPH. Riwayat melakukan tindakan pada saluran kemih,
radang atau trauma harus ditanyakan untuk menyingkirkan kemungkinan striktur uretra atau
contrrcture leher buli-buli. Hematuria dan nyeri biasanya berhubungan dengan batu buli-buli.
CaP mungkin dideteksi saat melakukan pemeriksaan DRE atau elevasi dari kadar penanda
tumor PSA. Infeksi saluran kemih bisa mirip gejalanya seperti pada iritatif BPH, bisa
diidentifikasi dengan pemeriksaan urinalisa dan kultur urin; bagaimanapun juga infeksi
saluran kemih bisa juga sebagai komplikasi dari BPH.2,4

PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau
inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman
yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa
antimikroba yang diujikan.
Faal ginjal diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai
saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk ,mencari
kemungkinan adanya penyakit diabetes melitus yang dapat menimbulkan kelainan
persarafan pada buli-buli (buli-buli neurogenik).1,2,3

PENCITRAAN
Foto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,
adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat menunjukkan bayangan buli-buli yang
penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu retensi urine. Pemeriksaan IVP dapat
menerangkan kemungkinan adanya: (1) kelainan pada ginjal maupun ureter berupa
hidroureter atau hidronefrosis, (2) memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang
ditunjukkan oleh adanya indentasi prostat/filling defect (pendesakan buli-bli oleh kelenjar
prostat) atau ureter disebelah distal yang berbentuk seperti mata kail atau hooked fish dan
(3) penyulit yng terjadi pada buli-buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi bulibuli. Pemeriksaan ini sekarang tidak direkomendasikan pada BPH.2,3

PEMERIKSAAN LAIN
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat :3,4

Residual urine yaitu jumlah sisa urine setelah miksi. Sisa urine ini dapat
diukur dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi atau ditentukan
dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi.
Pancaran urine atau flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu dengan
menghitung jumlah urine dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik)
atau dengan alat uroflometri ysng mrnyajikan gambaran grafik pancaran
urine. Dari uroflometri dapat diketahui lama waktu miksi, lama pancaran,
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pancaran maksimum, rerata
pancaran, maksimum oancaran, dan volume urine yang dikemihkan.

PENATALAKSANAAN
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadangkadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa mendapatkan
terapi apapun atau hanya dengan nasehat dan konsultas saja. Tujuan terapi pada pasien
hiperplasia prostat adalah (1) memperbaiki keluhan miksi (2) meningkatkan kualitas hidup,
(3) mengurangi obstruksi infravesika, (4) mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal
ginjal, (5) mengurangi volume residu urine setelah miksi, dan (6) mencegah progresifitas
penyakit.2,4

Pilihan Terapi pada Hiperplasia Prostat Benigna

Obsevasi

Medikamentosa

Watchfull waiting

Operasi

adrenergik
inhibitor
reduktase
inhibitor
Fitoterapi
Hormonal

Prostatektomi
terbuka
TURP
TUIP
TULP

Elektro
vaparosasi

Invasif Minimal

TUBD
TUMT
Stent Uretra
TUNA

WATCHFULL WAITING
Pilihan terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor I-PSS < 7, yaitu keluhan
ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak diberikan terapi apapun dan
hanya diberi penjelasan ,mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk
keluhannya, misalnya :
1. Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam
2. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi atau
cokelat)
3. Batasi penggunaan obat-obatan yang mengandung fenilpropanolamin
4. Kurangi makanan pedas dan asin, dan
5. Jangan menahan kencing terlalu lama
Secara periodik pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya keluhannya apakah
menjadi lebih baik, disamping itu dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urine, atau
uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah jelek, perlu dipikirkan memilih terapi lain.2,3,4

MEDIKAMENTOSA
Tujuan terapi ini adalah untuk :2,4
1. Mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab
obstruksi intravesika dengan obat-obatan penghambat -adrenergik (adrenergik
blocker)
2. Mengurangi volume prostat sebagai komponen statik dengan cara menurunkan
kadar hormon testosteron/dihidrotestosteron (DHT) melalui penghambat 5reduktase.
3. Selain kedua cara diatas, sekarang banyak dipakai terapi menggunakan fitofarmaka
yang mekanisme kerjanya belum terlalu jelas.

PENGHAMBAT RESEPTOR ADRENERGIK


Caine adalah yang pertama kali melaporkan penggunaan obat penghambat
adrenergik alfa sebagai salah satu terapi BPH. Pada saat itu dipakai fenoksibenzamin, yaitu
penghambat alfa tidak selektif yang ternyata mampu memperbaiki laju pancaran miksi dan
mengurangi keluhan miksi. Sayangnya obat ini tidak disenangi oleh pasien karena
komplikasi sistemiknya, antara lain hipotensi postural dan kelainan kardiovaskular lain.
Diketemukannya obat penghambat adrenergik-1 dapat mengurangi beberapa
penyulit yang diakibatkan oleh fenoksibenzamin. Beberapa golongan obat penghambat
adrenergik-1 ini adalah : Prazosin yang diberikan 2x/hari, Terazosin, Afluzosin dan
Doksazosin yang diberikan 1x/hari. Obat-obatan ini dilaporkan dapat memperbaiki keluhan
miksi dan laju pancaran urine.
Akhir-akhir ini telah diketemukan pula golongan penghambat adrenergik--1A, yaitu
Tamsulosin yang sangat selektif terhadap otot polos prostat dan obat ini dilaporkan mampu
memperbaiki keluhan pancaran miksi tanpa menimbulkan kardiovaskuler.2,3,4

PENGHAMBAT 5-REDUKTASE
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosterone (DHT)
dari testosteron yang dikatalisis oleh enzim 5-reduktase didalam sel-sel prostat.
Menurunnya kadar DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat
menurun.
Dilaporkan bahwa pemberian obat ini, Finasteride 5mg/hari yang diberikan 1x
setelah enam bulan mampu menyebabkan penurunan prostat hingga 28%.3,4

FITOFARMAKA
Beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk memperbaiki
gejala akibat obstruksi prostat, tetapi data-data farmakologik tentang kandungan zat aktif
yang mendukung mekanisme kerja obat fitoterapi ini belum diketahui dengan pasti.
Kemungkinan fitoterapi bekerja sebagai: anti- estrogen, anti-androgen, menurunkan kadar
sex hormone binding globulin (SHBG), inhibisi basic fibroblast growth factor (bFGF) dan
epidermal growth factor (IGF), mengacaukan metabolisme prostaglandin, efek antiinflammasi, menurunkan outflow resistance dan memperkecil volume prostat.
Diantara fioterapi yang banyak digunakan adalah: Pygeum africanum, Serenoa
repens, Hypaxis rooperi, Radix urtica dan masih banyak lainnya.2,3,4

OPERASI
PEMBEDAHAN
Penyelesaian masalah pasien BPH jangka panjang saat ini yang pa;ing baik adalah
pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non invasif lainnya membutuhkan
jangka waktu yang sangat lama untuk melihat hasil terapi
Pembedahan mempunyai indikasi pada pasien BPH dengan:1,2,4
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa


Mengalami retensi urine, > 2 x
Infeksi saluran kemih yang berulang
Hematuria, > 2 x
Gagal ginjal
Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih
bagian bawah

PEMBEDAHAN TERBUKA
Beberapa macam teknik operasi prostatektomi terbuka adalah metode dari Millin
yaitu melakukan enukleasi kelenjar prostat melalui pendekatan retropubik infravesika. Freyer
melalui pendekatan suprapubik transvesika, atau transperineal. Prostatektomi terbuka
adalah tindakan yang paling tua yang masih banyak dikerjakan saat ini, paling invasif dan
efisien sebagai terapi BPH. Prostatektomi terbuka dapat dilakukan melalui pendekatan
suprapubik transvesikal (Freyer) atau retropubik infravesikel (Millin). Dianjurkan untuk
prostat yang sangat besar (> 100 gr).
Penyulit yang dapat terjadi setelah prostatektomi terbuka adalah: inkontinensia urine
(3%), impotensia (5-10%), ejakulasi retrograd (60-80%) dan kontarktor leher buli-buli (3-5%)

PEMBEDAHAN ENDOUROLOGI
Saat ini tindakan TURP (Trans Uretral Recection Prostat) merupakan operasi yang
paling banyak dilakukan di seluruh dunia. Disenangi karena tidak memerlukan insisi pada
kulit perut, massa mondok lebih cepat, dan memberikan hasil yang tidak banyak berbeda
dengan operasi terbuka. Pembedahan endourologi transuretra dapat dilakukan dengan
memakai tenaga elektrik TURP atau dengan memakai energi Laser. Operasi terhadap
prostat berupa reseksi (TURP), insisi (TUIP), atau evaporasi.

TURP (Transuretral Resection of the Prostate)

Reseksi kelenjar prostate dilakukan transuretra dengan mempergunakan cairan


irigan (pembilas) agar daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh
darah. Cairan yang dipergunakan adalah berupa larutan non ionic, yang dimaksudkan agar
tidak terjadi hantaran listrik saat operasi. Cairan yang sering dipakai dan harganya cukup
murah yaitu H2O steril (aquades).

DAFTAR PUSTAKA

1. Kim L Hyung and Belldregun. A, Urology. Schwartzs Principles of Surgery, eight


edition, Mcgraw-Hill : USA. 2005.
2. Jr, Presti C Joseph. ,MD. Neoplasms of the Prostate Gland. Page 399-417.
Smiths General Urology, fifteenth edition. Tanagho-McAninch. USA.2000.
3. Rahardjo Djoko, Prostat Hipertrofi, Urologi BAB IV. Ilmu Bedah FKUI. Universitas
Indonesia : Jakarta. 2007.
4. Purnomo B Basuki. Hiperplasia Prostat BAB 5. Dasar-dasar Urologi, edisi ke 2.
Jakarta. 2008

Anda mungkin juga menyukai