Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian dilakukan karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia yang
terbatas akan suatu hal serta besarnya rasa ingin tahu manusia yang menyebabkan timbulnya
pertanyaan-pertanyaan dan ketidak puasan akan apa yang telah dimiliki dan diketahui oleh
manusia. Oleh sebab itu, muncullah penelitian-penelitian terbaru akan suatu hal disetiap
tahun, bulan atau bahkan tiap minggunya. Hal ini dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu
dan ketidak puasan manusia.
Dalam menyusun sebuah laporan penelitian, seorang peneliti membutuhkan alat bantu
yang digunakan sebagai alat atau instrumen penelitiannya. Serta membutuhkan data-data
yang valid guna mendukung hasil dari penelitian peneliti tersebut. Oleh karena itu, seorang
peneliti harus mengetahui dan memahami apa itu pengumpulan data, instrumen penelitian
dan teknik-teknik pengumpulan data.
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan dalam
penelitian, pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
rangkai mencapai tujuan penelitian tersebut. Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk
hipotesis, hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. Jawaban
itu masih perlu di uji secara empiris, dan maksud inilah dibutuhkan pengumpulan data.
Pengumpulan data suatu prosedur yang sitematis dan standar untuk memperoleh data
yang diperlukan, selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah
penelitian yang ingin dipecahkan. Banyak hasil peneliian yang tidak akurat dan permasalahan
penelitian tidak terpecahkan, karena metode pengumpulan data yang digunakan tidak sesuai
dengan permasalahan penelitian.
Berikut penyusun makalah akan memaparkan mengenai Tekni/Metode pengumpulan
data, baik pengumpulan data dengan tes maupun non tes dalam melaksnakan suatu penelitian.

B. Rumusan Masalah
1

1. Apa yang dimaksud dengan Teknik Pengumpulan Data ?


2. Bagaimanakah Teknik Pengumpulan Data Tes ?
3. Bagaimanakah Teknik Pengumpulan Data Non Tes ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Pengumpulan Data.
2. Untuk mengetahui Teknik Pengumpulan Data Tes.
3. Untuk mengetahui Teknik Pengumpulan Data Non Tes.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknik Pengumpulan Data
2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pengumpulan data adalah proses,
cara, perbuatan mengumpulkan, atau menghimpun data. Pengumpulan data adalah suatu
proses pengumpulan data primer dan sekunder dalam suatu penelitian. Pengumpulan data
merupakan langkah yang amat penting, karena data yang dikumpulkan akan digunakan untuk
pemecahan masalah yang sedang diteliti atau untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Metode (cara atau teknik) menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan
dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara,
pengamatan, ujian (tes), dokumentasi dan lainya. Metode pengumpulan data ialah teknik atau
cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Peneliti dapat
menggunakan salah satu atau gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi.
Menurut Suharsimi Arikunto, instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang di
pilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.1 Sedangkan menurut Ibnu Hadjar, berpendapat
bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi
kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.2
Instrumen pengumpul data menurut Sumadi Suryabrata, alat yang digunakan untuk
merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas atribut-atribut psikologis.
Atibut-atribut psikol ogis itu secara teknis biasanya digolongkan menjadi atribut kognitif dan
atribut non kognitif . Sumadi mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif , perangsangnya
adalah pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah pernyataan.3
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
adalah alat bantu yang digunakan ol eh peneliti untuk mengumpulkan informasi kuantitat if
tentang variable yang sedang diteliti.

1 Suharsimi Arikunto, Manaj emen Penelitian, (Jakarta: Rineka Ci pta, 2000), hal. 134
2 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Met odologi Penelit ian Kwantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 1996), hal. 160

3 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 52


3

Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian, dilakukan dengan metode tertentu
sesuai dengan tujuannya. Dalam proses pengumpulan data tentu diperlukan sebuah teknik
atau alat atau instrumen pengumpul data. Alat pengumpul data dapat dibedakan menjadi dua
yaitu pertama alat pengumpul data dengan menggunakan metode tes dan metode non tes.
B. Pengumpulan Data dengan Metode Tes
Tes merupakan suatu metode penelitian psikologis untuk memperoleh informasi tentang
berbagai aspek dalam tingkah laku dan kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan
pengukuran (measurement) yang mengshasilkan suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek
yang diteliti. Keunggulan metode ini adalah lebih akurat karena tes berulang-ulang direvisi
dan instrument penelitian yang objektif. Sedangkan kelemahan metode ini adalah hanya
mengukur satu aspek data, memerlukan jangka waktu yang panjang karena harus dilakukan
secara berulang-ulang, dan hanya mengukur keadaan siswa pada saat tes itu dilakukan.
Adapun jenis-jenis tes, yaitu:

a. Tes Intelegensi
Tes kemampuan intelektual, mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama
berkaitan dengan potensi untuk mencapi taraf prestasi tertentu dalam belajar di
sekolah (Mental ability Test; Intelegence Test; Academic Ability Test; Scholastic
Aptitude Test). Jenis data yang dapat diambil dari tes ini adalah kemampuan
intelektual atau kemampuan akademik.
b. Tes Bakat
Tes kemampuan bakat, mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil
dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional tertentu atau bidang
pekerjaan tertentu, lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan intelektual (Test of
Specific Ability; Aptitude Test ). Kemampuan khusus yang diteliti itu mencakup
unsur-unsur intelegensi, hasil belajar, minat dan kepribadian yang bersama-sama
memungkinkan untuk maju dan berhasil dalam suatu bidang tertentu dan mengambil
manfaat dari pengalaman belajar dibidang itu.

c. Tes Minat
Tes minat, mengukur kegiatan-kegiatan macam apa paling disukai seseorang.
Tes macam ini bertujuan membantu orang muda dalam memilih macam pekerjaan
yang kiranya paling sesuai baginya (Test of Vocational Interest).
4

d. Tes Kepribadian
Tes kepribadian, mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat
kognitif, seperti sifat karakter, sifat temperamen, corak kehidupan emosional,
kesehatan mental, relasi-relasi social dengan orang lain, serta bidang-bidang
kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri. Tes Proyektif,
meneliti sifat-sifat kepribadian seseorangmelalui reaksi-reaksinya terhadap suatu
kisah, suatu gambar atau suatu kata; angket kepribadian, meneliti berbagai ciri
kepribadian seseorang dengan menganalisa jawaban-jawaban tertulis atas sejumlah
pertanyaan untuk menemukan suatu pola bersikap, bermotivasi atau bereaksi
emosional, yang khas untuk orang itu.4
e. Tes Perkembangan Vokasional
Tes vokasional, mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal
kesadaran kelak akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan (vocation); dalam
memikirkan hubungan antara memangku suatu jabatan dan cirri-ciri kepribadiannya
serta

tuntutan-tuntutan

social-ekonomis;

dan

dalam

menyusun

serta

mengimplementasikan rencana pembangunan masa depannya sendiri. Kelebihan tes


semacam ini meneliti taraf kedewasaan orang muda dalam mempersiapkan diri bagi
partisipasinya dalam dunia pekerjaan (career maturity).
f. Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Tes yang mengukur apa yang telah dipelajari pada berbagai bidang studi, jenis
data yang dapat diambil menggunakan tes hasil belajar (Achievement Test) ini adalah
taraf prestasi dalam belajar.

C. Pengumpulan Data dengan Metode Non Tes


Untuk melengkapi data hasil tes akan lebih akurat hasilnya bila dipadukan dengan
data-data yang dihasilkan dengan menggunakan tehnik yang berbeda, berikut disajikan
alat pengumpul data dalam bentuk non tes. Adapun jenis-jenis metode non tes, yaitu:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan
pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga,
4 Tohirin, Bimbingan dan Konsseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasi Integrasi), (Jakarta:PT.
RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 223-225
5

penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang
untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu
dengan pancaindra lainnya.
Dari pemahaman observasi dan pengamatan di atas, sesungguhnya yang dimaksud
dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian, data-data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti.
Dalam arti bahwa data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui
penggunaan pancaindra.5
Jadi Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan
data dengan melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan observasi, diantaranya :
a) Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati, baik yang
umum maupun yang khusus. Kegiatan yang umum maksudnya yaitu segala
sesuatu yang terjadi di dalam kelas harus diamati dan dikomentari serta dicatat
dalam catatan lapangan. Sedangkan observasi kegiatan khusus, maksudnya ialah
observasi tersebut hanya memfokuskan pada kegiatan khusus yang terjadi di
dalam kelas, seperti kegiatan tertentu atau praktik pembelajaran tertentu.
b) Menentukan kriteria yang diamati, dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuranukuran apa yang digunakan dalam pengamatan.

1) Langkah-langkah observasi
Dalam melaksanakan observasi ada beberapa langkah/ fase utama yang harus
ditempuh, antara lain :
a) Pertemuan Perencanaan
Dalam menyusun rencana observasi perlu diadakan pertemuan bersama untuk
menentukan urutan kegiatan observasi dan menyamakan persepsi antara observer
(pengamat) dan observee (yang diamati) mengenai fokus permasalahan yang akan
diamati.
5 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana, 2010), hal. 134
6

b) Observasi Kelas
Dalam fase ini, observer mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan
data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran tersebut,
baik yang terjadi pada siswa maupun situasi di dalam kelas.
c) Diskusi Balikan
Pada fase ini, guru sebagai peneliti bersama dengan pengamat mempelajari
data hasil observasi untuk dijadikan catatan lapangan dan mendiskusikan
langkah-langkah selanjutnya. Kegiatan ini harus dilaksanakan dalam situasi
saling mendukung (mutually supportive) serta didasarkan pada informasi yang
diperoleh selama observasi.

2) Jenis-jenis Observasi
Observasi terdiri dari berbagai macam jenis, antara lain jika dilihat dari
segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu observasi berperan serta/ aktif (participant observation) dan observasi
non partisipan/ pasif (non-participant observation), sedangkan jika dilihat dari
segi instrument yang digunakan observasi dibedakan menjadi observasi terstruktur
dan tidak terstruktur. Selain itu ada pula jenis observasi yang lain diantaranya
observasi terbuka, observasi terfokus, dan observasi sistematik. Masing-masing
jenis observasi tersebut akan diuraikan sebagai berikut :
a) Observasi Partisipan (Participant Observation). Dalam observasi ini,
peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan
pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data.
Dengan observasi partisipasi ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap
dan sampai mengetahui apa tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Misalnya, guru yang bertindak sebagai peneliti di dalam kelasnya. Sebagai
guru, peneliti hendaknya mencatat hasil pengamatannya secara sistematis.
b) Observasi Non-partisipan (Non-participant Observation). Didalam jenis
observasi ini, peneliti tidak terlibat secara langsung, peneliti hanya mencatat,
menganalisis, dan membuat kesimpulan tentang perilaku objek yang diteliti.
Pengumpulan data dengan observasi ini tidak akan mendapatkan data yang
7

akurat karena peniliti tidak mengalami secara langsung apa yang dirasakan
oleh objek penelitiannya. Contohnya, seorang guru yang bertindak sebagai
pengamat di kelas guru lain yang mengajar (bukan di kelasnya) dan guru
tersebut hanya mengamati apa yang terjadi di dalam kelas tersebut.
c) Observasi Terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah
dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana
tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah mengetahui
dengan pasti variable apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan,
peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya. Berikut ini adalah contoh bagan observasi terstruktur yang
menunjukan bahwa peneliti sedang menghitung berapa jumlah siswa yang
bersedia menjawab pertanyaan guru tanpa ditunjuk (sukarela), dengan
ditunjuk (tidak sukarela), selain itu juga dinilai secara kualitatif apakan
jawaban yang diberikan siswa benar, salah, atau bahkan tidak menjawab
pertanyaan yang diajukan (di luar sasaran). Kemudian guru menjumlahkan
jawaban dari masing-masing kriteria penilaian..
d) Observasi Terbuka, merupakan teknik observasi yang dilakukan dengan cara
mencatat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas. Misalnya ketika
melakukan tanya jawab dengan siswa, segala sesuatu yang terjadi ketika
kegiatan itu berlangsung dicatat oleh guru sebagai bahan observasi yang
selanjutnya akan dianalisis dan akhirnya dibuat kesimpulan.
e) Observasi Terfokus, dilakukan apabila peneliti ingin mencari data dengan
menfokuskan masalah yang akan ditelitinya, misalnya peneliti ingin
mengumpulkan data tentang pola interaksi antara guru dengan siswa melalui
teknik bertanya guru.
f) Observasi Kelompok, observasi ini dilakukan secara kelompok terhadap
suatu atau beberapa objek sekaligus. Misalnya, suatu tim peneliti yang sedang
mengamati gejolak perubahan harga pasar akibat kenaikan BBM, biasanya
bekerja dengan mengamati sekian banyak gejala lain yang berpengaruh
terhadap perubahan harga pasar tersebut.6
3) Kelebihan Observasi
Keunggulan metode ini adalah banyak gejala yang hanya dapat diselidiki
dengan observasi, hasilnya lebih akurat dan sulit dibantah, banyak objek yang
6 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana, 2010), hal. 139
8

hanya bersedia diambil datanya hanya dengan observasi, misalnya terlalu sibuk
dan kurang waktu untuk diwawancarai atau menisci kuesioner, kejadian yang
serempak dapat diamati dan dan dicatat serempak pula dengan memperbanyak
observer, dan banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap
oleh alat pengumpul data yang lain, yang ternyata sangat menentukan hasil
penelitian.
4) Kekurangan observasi
Kelemahan metode ini adalah observasi tergantung pada kemampuan
pengamatan dan mengingat, kelemahan-kelemahan observer dalam pencatatan,
banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama yang
menyangkut kehidupan peribadi yang sangat rahasia, dan oberservasi sering
menjumpai observer yang bertingkah laku baik dan menyenangkan karena tahu
bahwa ia sedang diobservasi.
b. Angket atau kuesioner (questionnaire)
Berpedoman kepada pendapat Hadjar (1996:160) Angket (questionary)
adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan
kepada subyek, baik secara individual atau kelompok untuk mendapatkan informasi
tertentu, seperti preferensi, keyakinan, minat, dan perilaku.
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia
memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan
penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan
responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak
sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau
alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan
yang harus dijawab atau direspon oleh responden.
Angket dibedakan menjadi dua jenis:
a) Angket terbuka; (angket tidak berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam
bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan
kehendak dan keadaannya.
Contoh 1:
Pertanyaan terbuka angket terbuka:
Pendidikan apa saja yang pernah saudara ikuti? Tulislah dengan sebenarnya,
dimana dan tahun berapa lulusnya.

No

Tingkat pendidikan

Tempat

Tahun kelulusan

1
2
3
4
5
Contoh 2:
1. Bagaimana pendapat Saudara tentang dibentuknya Dewan Sekolah?
2. Apakah Saudara pernah mengikuti Prajabatan tingkat nasional? Jika Pernah,
bagaimana komentar saudara?
b) Angket Tertutup (Angket berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam
bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban
yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tandan silang
(X) atau tanda checlist ( )
Contoh: cara memberikan tanda silang (x)
1. Apakah saudara pernah mempraktekkan materi Prajabatan tingkat nasional
yang menunjang tugas di kantor saudara?
a.

Pernahb. Tidak pernah

2. Jika pernah, materi apa saja yang saudara praktekkan?


a.

Kertas kerja Perorangan (KKP)

b. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)


c. Sistem Informasi Manajemen (SIM)
d. Simulasi dan Kertas Kerja Tema (KKT)
e. Simulasi dan kertas kerja angkatan (KKA)
3. Apakah saudara termasuk dosen yang aktif menulis?
a.Ya

b. Tidak

Jika ya, sudah berapa buku yang saudara tulis dan terbitkan pertahun?
a. 2 5 buku

b. 11 15 buku

b. 6 10 buku

d. 16 20 buku

Kelebihan dan Kekurangan Metode Angket


10

a. Kelebihan Metode Angket


1. Metode angket hanya membutuhkan biaya yang relatif lebih murah.
2. Jumlah responden dapat dalam jumlah yang besar dan cangkupannya
cukup luas, karena kuesioner dapat dikirim melalui pos.7
3. Walaupun penggunaan metode ini pada sampel yang relatif besar, tetapi
pelaksanaannya dapat berlangsung serempak.
4. Metode ini memerlukan waktu yang sedikit.
b. Kelemahan Metode Angket
1. Metode angket hanya dapat digunakan pada responden yang dapat
baca tulis saja, sedangkan responden yang tidak mampu baca tulis,
metode angket tidak berguna sama sekali.
2. Sering terjadi angket diisi oleh orang lain (bukan responden yang
sebenernya), karena dilakukan secara langsung berhadapan muka
antara peneliti dan responden.8
c. Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai,9 dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara. Inti dari metode wawancara ini adalah
bahwa di setiap penggunaan metode ini selalu ada beberapa pewawancara, responden,
materi wawancara, dan pedoman wawancara (yang terakhir ini tidak mesti harus ada).

Bentuk-bentuk/ Pedoman Wawancara


1. Wawancara Sistematik
Wawancara sistematik adalah wawancara yang dilakukan dengan terlebih dahulu
pewawancara mempersiapkan pedoman (guide) tertulis tentang apa yang hendak
ditanyakan kepada responden.
7 Sofiyan Siregar, Statistik Parametrik untuk Penlitian Kuantitatif, (Jakarta : bumi Aksara, 2014),
hal. 45
8 Syahrum dan Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung : Citapustaka Media, 2012), hal.
138
9 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bandung : Ghalia Indonesia, 1999), hal. 234
11

Pada kondisi tertentu, pedoman wawancara terasa amat penting bagi


pewawancara, hal ini disebabkan beberapa fungsi sebagai berikut :
1. Pedoman wawancara berfungsi membimbing alur wawancara terutama
mengarah tentang hal-hal yang harus ditanyakan.
2. Dengan pedoman wawancara dapat dihindari kemungkinan melupakan
bberapa persoalan yang relevan dngan permasalahan peneliian.10
3. Mampu meningkatkan kredibilitas penelitian, karena secara ilmiah wawancara
jenis ini dapat meyakinkan orang lain tentang apa yang dilakukannya, karena
dapat dipertanggungjawabkan secara tertulis.
Wawancara sistematik, kadang kala membutuhkan waktu yang agak lama bagi
pewawancara untuk menyesuaikan dirinya dengan pedoman wawancara tersebut.
Terutama bagi peneliti pemula, hal ini amat dirasakan. Penyesuaian ini lebih baik
dilakukan dari pada justru akan menggangu jalannya wawancara. Karena bisa jadi
pewawancara harus berulang kali mngulang pertanyaannya disebabkan pewawancara
sendiri kurang memahami isi pertanyaan yang ditanyakan.
Untuk membuat pedoman wawancara yang baik, pewawancara seharusnya lebih
dulu mengerti secara pasti siapa responden sebenarnya, bagaimana budayanya, bahasa
apa yang biasa dipakai, dan sebagainya. Dengan pengetahuan seperti ini, kemudian
poin-poin pertanyaan disusun.
2. Wawancara Terarah
Bentuk wawancara yang kedua ini sedikit lebih formal dan sistematik bila
dibandingkan dengan wawancara mendalam, tetapi lebih jauh tidak formal dan tidak
sitematik bila dibandingkan dengan wawancara sistematik. Wawancara terarah
dilaksanakan secar bebas tetapi kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok
permasalahan yang akan ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan
sebelumnya oleh pewawancara. Metode terarah ini lebih mudah dilakukan oleh
pewawancara senior dari pada digunakan oleh pewawancara pemula, karena
wawancara ini membutuhkan skill yang bernilai lebih bila dibandingkan dengan
penggunaan metode wawancra sistematik.

10 Sutrisno Hadi, Metode Research II, (Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM,
1979), Hal. 235
12

Dengan pedoman permasalahan yang harus ditanyakan kepada responden,


saesungguhnya terlebih dulu pewawancara telah memiliki pengetahuan yang cukup
tentang permasalahan secara utuh. Pewawancara kemudian dengan keterampilannya
dengan mudah mempermainkan pertanyaan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
yang ada.
Kesulitan yang muncul pada wawancara terarah ini biasanya pada pencatatan hasil
wawancara, yaitu kapan harus mencatat dan bagaimana bentuk pencatatan yang tepat.
Kesulitan ini muncul, disebabkan tidak semua pewawancara memiliki daya ingatan
yang baik untuk menyimpan atau meningat-ingat semua jawban pertanyaan yang
diberikan oleh responden.
Sebelum melakukan proses wawancara, ada beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian, antara lain :11
a.
b.
c.
d.

Persiapan wawancara
Menentuka jenis dan struktur pertanyaan
Menyiapkan instrumen wawancara
Menghubungi.buat janji dengan calon responden untuk melakukan kunjungan,

atau emilih tempat dan situasi yang nyaman.


e. Membuat kesan positif
f. Sikap pewawancara harus adil , netral, ramah dan menghindari ketegangan.
g. Peranan wawancara dengan menciptakan hubungan yang baik,
merekam/mencatat semua jawaban lisan dan menggali informasi yang
dibutuhkan.
Faktor faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Wawancara
1. Situasi Wawancara : Waktu, tempat, Kehadiran orang lain dan Masyarakat.
2. Pewawancara
: Karakteristik Sosial, Keterampilan Berwawancara,
Motivasi dan Rasa aman.
3. Responden
: Karakteristik sosial, kemampuan menangkap
pertanyaan, kemampuan menjawab prtanyaan.
4. Isi Wawancara
: Peka untuk ditanyakan , sukar untuk ditanyakan dan
sumber kekhawatiran.12
d. Studi Dokumenter
11 Sofiyan Siregar, Statistik Parametrik untuk Penlitian Kuantitatif, (Jakarta : bumi Aksara, 2014),
hal. 41
12 Mari Singarimbun dan Sofyan effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta : LP3ES, 1989), Hal.
193
13

Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam
metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode dokumenter adalah metode yang
digunakan untuk menelusuri data historis. Dengan demikian, pada penelitian sejarah,
maka bahan dokumenter memegang peranan yang amat penting.
Sebagian besar data yang tersedia adala berbentuk surat-surat, catatan harian, kenangkenangan, laporan dan sebagainya. Sifat utama dari data ini tak terbatas pada ruang dan
waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk hal-hal yang telah silam.
Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen dalam arti luas termasuk monumen,
artefak, foto, tape, mikrofilm, disc, cdrom, harddisk, dan sebagainya.13
Bahan dokumen secara eksplisit berbeda dengan literatur teapi kemudian perbedaan
antara keduanya hanya dapat dibedakan secara gradual. Oleh karena itu, kalau literatur
adalah bahan-bahan yang diterbitkan, baik secara rutin maupun berkala. Namun,
dokumenter adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan
dokumenter. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu :
Autobiografi
Surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial.
Kliping
Dokumen pmerintah maupun swasta
Cerita roman dan cerita rakyat
Film, mikrofilm, foto, dan sebagainya.
Persoalan sekarang bahwa kebanyakan autobiografi diterbitkan sebagai buku. Oleh
karena itu, apabila autobiografi telah diterbitkan, maka sifatnya telah berubah menjadi
literatur atau sebagai buku bacaan. Sama halnya dngan surat pribadi, kliping, roman atau
crita rakyat yang diterbitkan.
Selain macam-macam bahan dokumenter di atas, dokumenter dibagi menjadi dua,
yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi.
a.

Dokumen Pribadi
Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulistentang
tindakan, pengalaman, dan kepercayaan. Dokumen pribadi dapat berupa buku harian,
surat pribadi, dan autobiografi.
13 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana, 2010), hal. 144
14

b.

Dokumen Resmi
Dokumen resmi terbagi atas, dokumen intern dan ekstern. Dokumen intern dapat
berupa memo, pengumuman, instruksi, aturan lembaga untuk lapangan sebdiri seperti
risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, konvensi yaitu kebiasaankebiasaan yang berlangsung di suatu lembaga dan sebagainya. Dokumen ekstern berupa
bahan-bahan informasi yang dikeluarkan suatu lembaga, seperti majalah, buletin, beritaberita yang disiarkan ke media massa, pengumuman atau pemberitahuan. Kebiasaan
suatu lembaga untuk menggunakan dokumen ekstern sebagai media kontak sosial dngan
dunia luar. Oleh karena itu, peneliti dapat menggunakan dokumen kstern sebagai bahan
untuk menelaah suatu kebijakan atau kepemimpinan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian, dilakukan dengan metode tertentu
sesuai dengan tujuannya. Dalam proses pengumpulan data tentu diperlukan sebuah teknik
atau alat atau instrumen pengumpul data. Alat pengumpul data dapat dibedakan menjadi
dua yaitu pertama alat pengumpul data dengan menggunakan metode tes dan metode non
tes. Adapun jenis-jenis tes, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Tes Intelegensi
Tes Bakat
Tes Minat
Tes Kepribadian
Tes Perkembangan Vokasional
Tes Hasil Belajar (Achievement Test)
Adapun jenis-jenis metode non tes, yaitu:

a.
b.
c.
d.

Observasi
Angket (Kuesioner)
Wawancara
Dokumenter

B. Saran

15

Setelah kita membaca dan memahami teknik pengumpulan data dalam penelitian,
diharapkan sekali agar saat hendak melakukan penelitian dan mengumpulkan data-datanya,
menggunakan salah satu atau lebih teknik/metode pengumpulan data tersebut, sesuai dengan
apa yang akan diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta


Burhan Bungin. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Kencana
Hadi, Sutrisno. 1979. Metode Research II. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM
Hadjar, Ibnu. 1996 .

Dasar-dasar Met odologi Penelit ian Kwantitatif dalam

Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada


Mari Singarimbun dan Sofyan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta :
LP3ES
Moh. Nazir. 1999. Metode Penelitian. Bandung : Ghalia Indonesia
Sofiyan Siregar. 2014. Statistik Parametrik untuk Penlitian Kuantitatif. Jakarta : bumi
Aksara
Suryabrata, Sumadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Syahrum dan Salim. 2012. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung : Citapustaka
Media

16

Tohirin. 2007.

Bimbingan dan Konsseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasi

Integrasi). Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada

17

Anda mungkin juga menyukai