Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya alam semesta dan segala isinya dimanfaatkan untuk manusia. Manusia ini
merupakan makhluk sentral yang unik dan karena keunikannya mengurus manusia ini
merupakan pekerjaan yang paling sulit dibanding dengan mengurus makhluk lain sehingga
memerlukan ilmu tersendiri yang disebut ilmu manajemen atau lebih khusus disebut Human
Resources management, yang merupakan ilmu untuk mengurus manusia.
Salah satu fungsi manajemen adalah Pengawasan yang merupakan unsur penting dalam
sebuah organisasi, Pengawasan sebagai upaya agar setiap kegiatan berjalan sesuia dengan yang
diharapkan dan yang lebih penting tidak terjadi penyimpangan terhadap perencanaan yang telah
ditetapkan.
Sedangkan dalam perspektif islam pengawasan lebih ditujukan kepada kesadaran dalam
diri sendiri tentang keyakinan bahwa Allah SWT selalu mengawasi kita, sehingga takut untuk
melakukan kecurangan. juga kesadaran dari luar diri kita, dimana ada orang yang juga
mengawasi kinerja kita. Pada makalah ini, pemakalah membahas mengenai Pengawasan dalam
islam lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pengawasan?
2. Apa yang dimaksud dengan Pengawasan dalam pandangan islam?
3. Jelaskan apa fungsi dan prinsip dari Pengawasan?
4. Apa saja Tipe-tipe Pengawasan?
5. Seberapa pentingnya Pengawasan?
6. Bagaimanakan tahap-tahap dalam proses Pengawasan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Pengawasan
1

2.
3.
4.
5.
6.

Untuk mengetahui Pengawasan dalam pandangan islam


Untuk mengetahui Fungsi dan Prinsip dari Pengawasan
Untuk mengetahui Tipe-tipe Pengawasan
Untuk mengetahui Pentingnya Pengawasan
Untuk mengetahui Tahap-tahap dalam proses Pengawasan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengawasan
Kata pengawasan secara etimologi terdiri dari satu suku kata, yakni: awas yang
berarti dapat melihat dengan jelas; hati-hati (untuk peringatan), dengan imbuhan pe dan an
di awal dan akhir suku kata sehingga membentuk kata pengawasan yang dapat diartikan
sebagai penilikan dan penjagaan; penilikan dan pengarahan kebijakan. Sedangkan secara
terminologi, kata pengawasan ini dalam determinan ilmu administrasi, tidak dapat dipisahkan
dari kata perencanaan, sehingga, Sondang P. Siagian mendefinisikannya sebagai proses
pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya
semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
Menurut Robinson control sebagai proses memonitor aktivitas-aktivitas untuk
mengetahui apakah individu-individu dan organisasi itu sendiri memperoleh dan memanfaatkan
sumber-sumber secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuannya, dan memberikan
koreksi bila tidak tercapai.1
Controlling dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan
organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan
sesuai yang direncanakan. Pengertian ini menunjukan adanya hubungan yang sangat erat antara
perencanaan dan pengawasan.
Menurut Winardi Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak
manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan.
Sedangkan menurut Basu Swasta Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa
kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan. Sedangkan menurut
Komaruddin Pengawasan adalah berhubungan dengan perbandingan antara pelaksana aktual
rencana, dan awal Unk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti.2
1 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 168
2 Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik, (Bumi Aksara: Jakarta, 2000), hal. 257
3

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan (controlling)


merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud agar tujuan yang ditetapkan tercapai
dengan mulus tanpa penyimpangan-penyimpangan yang berarti, dan apabila dalam
pelaksanaannya ada penyimpangan atau kekurangan maka diperlukan adanya perencanaan ulang
(revisi).
B. Pengawasan dalam Pandangan Islam
Sedangkan dalam perspektif islam Proses pengawasan atau Ar-riqobah ialah mengetahui
kejadian-kejadian yang sebenarnya dengan ketentuan dan ketetapan peraturan, serta menunjuk
secara tepat terhadap dasar-dasar yang telah ditetapkan dalam perencanaan semula.
Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka
menjamin terlaksananya kegiatan dengan konsisten. Dalam konsep pendidikan Islam,
pengawasan dilakukan baik secara material maupun spiritual, artinya pengawasan tidak hanya
mengedepankan hal-hal yang bersifat materil saja, tetapi juga mementingkan hal-hal yang
bersifat spiritual. Hal ini yang secara signifikan membedakan antara pengawasan dalam konsep
Islam dengan konsep sekuler yang hanya melakukan pengawasan bersifat materil dan tanpa
melibat Allah Swt sebagai pengawas utama.
Dalam pandangan islam, pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus,
mengoreksi yang salah, dan membenarkan yang hak. Pengawasan dalam islam terbagi menjadi
dua hal, yaitu :
1. Control yang berasal dari diri sendiri yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepada Allah
SWT. Seperti sabda Rasulullah berikut ini:
( )
Artinya: Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain. Lihatlah terlebih dahulu
atas kerjamu sebelum melihat kerja orang lain. (HR. Tirmidzi: 2383).
Dan seseorang yang yakin bahwa Allah pasti selalu mengawasi hamba-hambanya, maka
ia akan bertindak hati-hati dalam surat Al-Mujadalah ayat 7 telah dijelaskan bahwa :

Tidakkah kamu perhatikan, bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di
langit dan di bumi? tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah
keempatnya. dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya.
dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak,
melainkan dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian dia akan
memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang Telah mereka kerjakan.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Al Mujadalah : 7)
Kemudian juga harus didasari atas ketakwaan yang tinggi kepada Allah, dimana dengan
adanya ketakwaan kepada Allah, maka akan ada rasa takut untuk melakukan suatu
kecurangan dalam pekerjaan dan merasa diri bahwa Allah selalu melihat apa yang kita
perbuat.
2. Sebuah pengawasan akan lebih efektif jika system pengawasan tersebut dilakukan dari luar
diri sendiri. System pengawasan ini dapat terdiri atas mekanisme pengawasan dari pemimpin
yang berkaitan dengan penyelesaian tugas yang telah didelegasikan, kesesuaian antara
penyelesaian tugas dan perencanaan tugas, dan lain-lain sebagainya.
C. Fungsi dan Prinsip Pengawasan
Fungsi manajerial pengawasan adalah untuk mengukur dan mengoreksi prestasi kerja
bawahan guna memastikan bahwa tujuan organisasi disemua tingkat dan rencana yang di desain
untuk mencapainya, sedang dilaksanakan. Sedangkan prinsip pengawasan yaitu :
1. Memastikan pelaksanaan pekerjaan sesuai rencana, sehingga harus ada perencanaan
tertentu dan intruksi dan wewnang kepada bawahan kita.
2. Harus mengrefleksikan sifat-sifat dan kebutuhan dari aktifitas yang harus dievaluasi,
dapat dengan segera melaporkan penyimpangan-penyimpangan, fleksibel, dapat
5

merefleksikan pola organisasi, ekonomis, dapat dimengerti dan dapat menjamin


diadakannya tindakan korektif.3

D. Tipe-Tipe Pengawasan
Ada 3 tipe-tipe dasar dari Pengawasan, yaitu :
1. Pengawasan Pendahuluan (feedforward control)
Pengawasan pendahuluan, atau sering disebut steering controls, dirancang untuk
mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan
memungkingkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi
pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan
mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi. Pengawasan ini akan efektif
apabila manajer mampu mendapatkan informasi akurat dan tepat pada waktunya tentang
perubahan-perubahan dalam lingkungan atau tentang perkembangan terhadap tujuan yang
diinginkan.4
Tipe pengawasan seperti ini berprinsip pada peribahasa sedia payung sebelum hujan.
Karena pengawasan tersebut dilakukan pada tahap awal, sebelum penyimpangan-penyimpangan
terjadi, sedangkan solusinya juga telah dibuat diawal. Maka, pimpinannya biasanya berfikir lebih
kritis lagi, apa saja masalah yang akan terjadi apabila melakukan kegiatan ini sedangkan
solusinya itu apa.
2. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent
control)
Pengawasan ini sering disebut pengawasan ya-tidak, screening control atau berhenti- terus,
dilakukan selama kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek
tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum
kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan double check yang lebih
menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan. tipe seperti ini memerlukan beberapa kali kerja,
pertama biasanya dilakukan sebelum melakukan pekerjaan, yang kedua dilakukan disaat
pekerjaan, dan yang ketiga dilakukan setelah kegiatan dilakukan. Tidak mungkin suatu organisasi
3 http://said-iqbal.blogspot.com/2012/01/fungsi-pengawasan-dalam-islam.html
4 T.Hani Handoko, Manajemen, (BPFE Yogjakarta, Yogjakarta, 1984), hal. 361
6

melakukan pengawasan diakhir kegiatan. Pengawasan ini lebih efektif karena pengawasan tidak
hanya dilakukan disalah satu waktu saja.
3. Pengawasan Umpan Balik (feedback control)
Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai past- action controls, mengukur hasil-hasil dari
suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab- sebab penyimpangandari rencana atau standar
ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang
akan datang. Pengawasan ini bersifat historis, segala penyimpangan atau pun penemuan selama
kegiatan berlagsung akan berulang pada kegiatan yang serupa di masa yang akan datang.
Ketiga bentuk pengawasan di atas dalam manajemen pendidikan menjadi sangat berguna.
Akan tetapi, perlu adanya pertimbangan untuk melakukan pengawasan tipe pertama dan kedua.
Hal ini dikarenakan biayanya yang mahal dan tidak semua kegiatan memungkinkan untuk terus
dipantau serta pengawasan berlebihan pun juga akan menurunkan produktivitas. Akan lebih
aman jika setiap manajer menggunakan tipe pengawasan yang disesuaikan dengan situasi
masing- masing sekolah.
E. Pentingnya Pengawas
Pada dasarnya, kata

pengawasan mengandung konotasi negatif

karena dianggap

mengancam kebebasan dan otonomi pribadi. Padahal itu sangat diperlukan untuk menemukan
keseimbangan antara pengawasan organisasi/ lembaga pendidikan dan kebebasan pribadi atau
untuk mencari tingkat pengawasan yang tepat. Walaupun sesungguhnya, pengawasan yang
berlebihan dapat mematikan kreatifitas tenaga dan peserta didik, menimbulkan deretan birokrasi
dan lain sebagainya yang tentu saja akan merugikan organisasi atau lembaga pendidikan itu
sendiri. Sementara pengawasan yang tidak memadai akan menimbulkan pemborosan sumber
daya dan mempersulit pencapaian tujuan pendidikan. Pengawasan diperlukan oleh berbagai
organisasi atau lembaga pendidikan karena faktor- faktor berikut:5
1. Perubahan lingkungan organisasi
Perubahan lingkungan terjadi terus- menerus dan tidak dapat dihindari seperti
munculnya inovasi pendidikan, lembaga pendidikan baru dan lainnya. Melalui

5 Op.Cit, Manajemen. hal. 366


7

pengawasan, seorang atasan akan dapat mendeteksi setiap tantangan atau kesempatan
yang ada.
2. Peningkatan kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi atau lembaga pendidikan, maka akan semakin penting adanya
pengawasan yang berhati- hati. Kualitas output, desentralisasi pendidikan, fasilitas
pendidikan dan pasar organisasi atau lembaga pendidikan yang mencakup reliability,
responsiveness, assurance, emphaty, tangiable6 serta lain sebagainya. Semua memerlukan
pengawasan yang lebih efektif dan efisien.
3. Kesalahan- kesalahan Atasan,
dalam hal ini kepala sekolah atau lembaga, dapat melakukan pengawasan secara
sederhana bila bawahan atau tenaga pendidik dan peserta didik tidak pernah melakukan
kesalahan. Akan tetap itu mustahil karena kebanyakan mereka tetap melakukan
kesalahan, seperti penyampaian bahan ajar yang salah, atau penggunaan metode yang
kacau. Untuk itu, pengawasan memungkinkan kepala sekolah mendteksi kesalahankesalahan tersebut sebelum menjadi parah.
4. Kebutuhan kepala sekolah/ lembaga pendidikan mendelegasikan wewenang.
Pendelegasian wewenang oleh kepala sekolah/ lembaga pendidikan seperti yang sudah
pernah dibahas oleh pemakalah sebelumnya, tidak menyebabkan tanggung jawabnya
berkurang. Dan satu- satunya cara untuk mengetahui apakah bawahan telah
melaksanakan tugas- tugas yang telah dilimpahkan tersebut adalah dengan penerapan
sistem pengawasan.
F. Tahap-tahap proses Pengawasan
Ada lima tahapan dalam proses pengawasan, yaitu sebagai berikut:7
1. Penetapan standar pelaksanaan
Biasanya tahap ini kita sebut dengan tahap perencanaan. Perencanaan sekolah
merupakan gambaran masa depan dari sosok institusi sekolah yang dikehendaki oleh
6 Mukhar, Merambah Manajemen Baru Pendidikan Tinggi Islam, (Misaka Galiza: Jakarta. 2003), hal.
218
7 Ibid, hal. 363
8

warganya.8 Perencanaan pendidikan yang mantap adalah yang sudah memenuhi standar.
Standar tersebut adalah standar fisik, yang meliputi kuantitas kegiatan, jumlah input dan
kualitas pendidikan. Standar kedua yaitu standar moneter yang berkaitan dengan biaya
tenaga pendidik, kegiatan belajar mengajar dan segala hal yang masih berhubungan
dengan anggaran atau pembiayaan pendidikan. Yang terakhir adalah standar waktu yang
meliputi masa kegiatan pendidikan atau target penyelesaiannya. Standar- standar yang
sudah ditetapkan perlu dikomunikasikan dengan bawahan sehingga tahapan lain dalam
proses perencanaan dapat berjalan efektif.
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan/ kinerja
Penentuan standar akan menjadi sia- sia jika disertai cara mengukur pelaksanaan
kegiatan pendidikan tersebut. Kita dapat menggunakan pertanyaan how often atau berapa
kali seharusnya pelaksanaan kegiatan pendidikan diukur, what form atau dalam bentuk
apa pengukuran dilakukan, serta who atau siapa saja yang akan terlibat dalam proses
pengukuran tersebut. Pengukuran ini hendaknya dapat dilakukan dengan mudah dan
dipahami oleh semua yang terlibat di dalamnya. Dan untuk kinerja ini dapat diukur
dengan metode UCLA yaitu meliputi assessment sebagai lanhkag korektif didasarkan
pada data9 , planning, implementation, improvement, certification dan metode balancedscorecard10.
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan
Setelah frekuensi pengukuran dan system monitoring ditentukan, tahap selanjutnya
adalah pengukuran pelaksanaan kegiatan pendidikan yang dilakukan berulang- ulang
seperti observasi (pengamatan),laporan (tertulis/ lisan) dan metode serta inspeksi,
pengujian ( test). Bisa juga digunakan jasa pengawas sekolah agar lebih efektif.
8 Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah ( dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik). Cet.II,
(Bumi Aksara: Jakarta. 2007), hal. 109
9 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu(Prinsip- prinsipPerumusan dan Tata Langkah
Penerapan). (Terj. Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2005), hal. 32
10 Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kerja Perusahaan, (Bumi Aksara: Jakarta.
2006), hal. 124 - 125
9

4. Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisis penyimpangan


Tahap ini adalah tahap kritis. Walaupun mudah dilakukan tapi akan terjadi kompleksitas
dalam

menginterpretasikan

penyimpangan-

penyimpangan

yang

ada.

Analisis

penyimpangan akan menjawab pertanyaan mengapa standar tidak tercapai dan ini juga
berguna untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya penyimpangan sehingga tidak perlu
terjadi kembali.
5. Pengambilan tindakan koreksi
Apabila hasil analisa menunjukkan perlunya diambil tindakan koreksi, maka koreksi
harus dilakukan. Kita dapat mengambil koreksi dalm bentuk perubahan standar awal
yakni standar input yang terlalu tinggi atau rendah, perubahan frekuensi pengukuran dan
perubahan penganalisisaan dan penginterpretasian penyimpangan yang mungkin ada.

10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam islam pengawasan lebih ditujukan kepada kesadaran dalam diri sendiri tentang
keyakinan bahwa Allah SWT selalu mengawasi kita, sehingga takut untuk melakukan
kecurangan. juga kesadaran dari luar diri kita, dimana ada orang yang juga mengawasi kinerja
kita. Seorang pemimpin harus mampu mengawasi semua kinerja dari karyawannya agar tujuan
dari sebuah perusahaan dapat tercapai sebagaimana yang telah direncanakan. Untuk mendukung
jalannya pengawasan dengan baik, maka setiap elemen yang ada dalam perusahaan memiliki
ketakwaan yang tinggi kepada Allah SWT, kesadaran anggota untuk mengontrol sesamanya, dan
penetapan aturan yang tidak bertentangan dengan syariah. Dengan demikian, pengawasan dapat
berjalan sebagaiman mestinya.
B. Saran
Setelah membaca dan memahami mengenai makalah ini, yakni tentang pengawasan
dalam islam diharapkan sekali agar kedepannya kita dapat mengawasi diri kita masing-masing
terlebih dahulu lalu setelah itu mengawasi orang lain. Dengan catatan kita mengawasi dengan
rasa taqwa kepada Allah SWT.

11

DAFTAR PUSTAKA

http://said-iqbal.blogspot.com/2012/01/fungsi-pengawasan-dalam-islam.html
Jerome S. Arcaro. 2005. Pendidikan Berbasis Mutu(Prinsip- prinsipPerumusan dan Tata
Langkah Penerapan). Terj. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Made Pidarta. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bina Aksara
Moh. Pabundu Tika. 2006 Budaya Organisasi dan Peningkatan Kerja Perusahaan. Bumi
Aksara: Jakarta
Mukhar. 2003.

Merambah Manajemen Baru Pendidikan Tinggi Islam. Misaka Galiza:

Jakarta
Sondang P. Siagian. 2000. Manajemen Stratejik. Bumi Aksara: Jakarta
Sudarwan Danim. 2007. Visi Baru Manajemen Sekolah ( dari Unit Birokrasi ke Lembaga
Akademik). Cet.II. Bumi Aksara: Jakarta
T.Hani Handoko. 1984. Manajemen. BPFE Yogjakarta, Yogjakarta

12

Anda mungkin juga menyukai