Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sementara itu
pendukung kebudayaan adalah makhluk manusia itu sendiri. Sekalipun makhluk manusia
akan mati, tetapi kebudayaan yang dimilikinya akan diwariskan pada keturunannya, demikian
seterusnya. Pewarisan kebudayaan makhluk manusia, tidak selalu terjadi secara vertikal atau
kepada anak-cucu mereka; melainkan dapat pula secara horisontal yaitu manusia yang satu
dapat belajar kebudayaan dari manusia lainnya. Berbagai pengalaman makhluk manusia
dalam rangka kebudayaannya, diteruskan dan dikomunikasikan kepada generasi berikutnya
oleh indiividu lain.
Dapat dikatakan, sistem persekolahan adalah salah satu pilar penting yang menjadi
riang penyangga sistem sosial yang lebih besar dalam suatu tatanan kehidupan masyarakat,
untuk mewujudkan cita-cita kolektif. Maka, pendidikan yang diselenggarakan melaluimeskipun tidak hanya terbatas pada-sistem persekolahan semestinya dimaknai sebagai
sebuah strategi kebudayaan. Dalam hal ini, pendidikan merupakan medium transformasi
nilai-nilai budaya, penguatan ikatan-ikatan sosial antarwarga masyarakat, dan pengembangan
ilmu pengetahuan untuk mengukuhkan peradaban umat manusia.
Berikut pemakalah akan memaparkan mengenai apa itu Masyarakat, Kebudayaan dan
Pendidikan, serta hubungan antara ketiganya yang saling berkaitan satu dengan yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat, Kebudayaan dan Pendidikan ?
2. Apa saja tujuan dari pendidikan ?
3. Bagaimana hubungan Sekolah dengan Masyarakat ?
4. Bagaimana hubungan Pendidikan dengan Kebudayaan ?
5. Bagaimana hubungan Kebudayaan dengan Masyarakat ?
6. Bagaimana hubungan Hubungan Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat ?

BAB II
1

PEMBAHASAN
A. Pengertian Masyarakat, Kebudayaan dan Pendidikan
1. Pengertian Masyarakat
Istilah masyarakat kerap dipadankan dengan istilah sosial. Istilah masyarakat
sendiri pada mulanya berasal dari kata syarikat dalam bahasa Arab, kemudian mengalami
proses kebahasaan sedemikian rupa sehingga dalam bahasa Indonesia menjadi kata
serikat yang kurang-lebih berarti kumpulan atau kelompok yang saling
berhubungan.1 Sedang, istilah sosial berasal dari bahasa Latin, socius yang berarti
kawan. Sehingga bisa dikatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia yang
berinteraksi dalam suatu hubungan sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya,
wilayah, dan identitas.
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah

society) adalah sekelompok orang yang

membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab (musyarak). Lebih abstraknya,
sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Dalam sosiology suatu masyarakat dibentuk hanya dalam kesejajaran kedudukan
yang diterapkan dalam suatu organisasi. Alvin L. Bertrand (1980) mendefinisikan
masyarakat sebagai suatu kelompok yang sama identifikasinya, teratur sedemikian rupa
di dalam menjalankan segala sesuatu yang diperlukan bagi hidup bersama secara
harmonis.
2. Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Adapun menurut Pak Parsudi
dalam bukunyaHubungan Antar Sukubangsa mendefinisikan Kebudayaan sebagai
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk
1 Sidi Gazalba, Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 11
2

memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi


landasan bagi tingkah-lakunya.
Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjukpetunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian modelmodel kognitif yang dipunyai oleh manusia,dan digunakannya secara selektif dalam
menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakantindakannya. Ada pendirian lain mengenai asal dari kata kebudayaan itu, ialah bahwa
kata itu adalah suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, artinya daya dari budi,
kekuatan dari akal.2 Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengemukakan
kebudayaan adalah semua karya dari cipta rasa dan karsa masyarakat. 3 Budaya juga
didefinisikan seluruh hasil usaha manusia dengan budinya berupa segenap jiwa, yakni :
cipta, rasa dan karsa.
Definisi kebudayaan selalu mengalami perkembangan seiring bergulirnya waktu,
namun definisi-definisi yang timbul tersebut secara keseluruhan dapat diambil garis
merah bahwa tidak memiliki perbedaan signifikan yang bersifat prinsip jika harus
berpatokkan pada definisi pertama yang berhasil dicetuskan oleh E. B. Taylor (1871),
yakni sebagai suatu keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
3. Pengertian Pendidikan
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

2 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, (Gramedia, Jakarta : 2002) , hal: 9


3 Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 16
3

Pengertian Pendidikan, secara Sederhana dapat merujuk pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI). Pendidikan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan
proses pengubahan sikap tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian kamus
terlihat bahwa melalui pendidikan: satu, orang mengalami pengubahan sikap dan tata
laku; dua, orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku;
tiga, proses pendewasaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.4
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan
tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia secara manusiawi yang harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan zaman.5 Dalam pengertian
yang sederhana atau umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.6
Pendidikan adalah suatu proses menaburkan benih-benih budaya dan peradaban
manusia yang hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang di dalam
suatu masyarakat. Inilah pendidikan suatu proses pembudaya. 7 Pendidikan ialah memiliki
dan melaksanakan nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku di dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat. Nilai-nilai tersebut hidup dan berkembang, dikembangkan di
lingkungan keluarga dan masyarakat yang berbudaya. Orientasi kebudayaan tersebut
merupakan tuntutan kehidupan masa depan termasuk kehidupan global.
B. Tujuan Pendidikan

4 Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2011), Hal.8


5 Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 54
6 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 2
7 HAR. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta), hal. 53
4

UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah


mengusahakan

dan

menyelenggarakan

satu

sistem pendidikan

nasional,

yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang". Pasal 31, ayat 5 menyebutkan,
"Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilainilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat
manusia."
Sedangkan tujuan pendidikan nasional menurut Dalam pasal 3 UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dikatakan :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak, mulia, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.8
Bila dipelajari, secara konseptual tujuan pendidikan nasional masih sesuai dengan
substansi Pancasila, yaitu menjadikan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
yang Maha Esa.
Sedangkan tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana
pendidikan itu diarahkan (Dirto Hadisusanto, Suryati Sudartho dan Dwi
Siswoyo, 1995)
ruang

lingkup

sasaran yang dicapai melalui pendidikan memiliki


sama

dengan

fungsi

pendidikan.

Wujud

tujuan

pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap.


Sehingga tujuan pendidikan dapat dimaknakan sebagai suatu sistem
nilai yang disepakati kebenaran dan kepentingannya yang dicapai
melalui berbagai kegiatan, baik dijalur pendidikan sekolah maupun luar
sekolah.9

8 Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Tentang Sisdiknas Pasal 3, (Surabaya:Wacana Intelektual, cet. I, 2009),
hal, 339.

Dari rumusan tujuan pendidikan nasional kita dapat menyimpulkan


bahwa manusia yang ingin dihasilkan dari sistem pendidikan di
Indonesia adalah manusia yang mumpuni, yang mampu menjawab
tantangan jaman namun tetap berakar pada nilai-nilai moral yang
dianut oleh bangsa Indonesia.

C. Hubungan Sekolah dengan masyarakat


Pembahasan mengenai hubungan satuan pendidikan dengan masyarakat yang biasa
dikenal dengan istilah humas pendidikan pada dasarnya juga membahas mengenai
pemberdayaan terhadap masyarakat itu sendiri lewat peran serta, keterlibatan dan
partisipasinya terhadap pendidikan secara menyeluruh, baik itu mengenai pengertiannya
secara konfrehensif, pengembangan, kebutuhan dan kepuasannya terhadap sesuatu yang
berwujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible), atau juga deferensiasi daerah di
mana mereka tinggal dan sebagainya.
Usaha yang dapat dilakukan sekolah ialah menghubungkannya dengan masyarakat
yang menjadikan masyarakat sebagai sumber pelajaran. Pada umumnya untuk memanfaatkan
sumber-sumber itu, masyarakat dapat dibawa ke dalam kelas, misalnya mengundang
narasumber ke sekolah. Atau, sekolah dibawa ke dalam masyarakat melalui karyawisata,
praktik

lapangan,

atau

kuliah

kerja

nyata

(KKN)

mahasiswa

pada

perguruan

tinggi/Universitas.10
Jika dilihat dari sisi maknanya, hubungan sekolah dan masyarakat memiliki
pengertian yang sangat luas. Sehingga masing-masing ahli memiliki persepsi yang berbeda,
seperti diungkapkan Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
bahwa : hubungan

masyarakat dan sekolah merupakan komunikasi dua arah antara

organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan

9 Rochmad Wahab, Memahami pendidikan dan ilmu pendidikan. (Yogyakarta: CV Aswaja Pressindo,
2011), hal. 87
10 S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara Press, 2009), hal. 154
6

manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama serta pemenuhan kepentingan


bersama.11
Menurut Kinred Leslia, hubungan sekolah dan masyarakat adalah suatu proses
komunikasi antar sekolah dan masyarakat untuk berusaha menanamkan pengertian warga
masyarakat tentang kebutuhan dan karya pendidikan , serta mendorong minat dan tanggung
jawab masyarakat dalam usaha memajukan sekolah. Demikian pula hasil pendidikan sekolah
akan menjadi harapan bahkan dambaan masyarakat. Maka kegiatan-kegiatan sekolah juga
harus terpadu dengan derap masyarakat, tidak boleh sekolah itu merupakan Menara gading
bagi masyarakat.12
D. Hubungan Pendidikan Dengan Kebudayaan
Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan
menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan
merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar
nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara, tulis Hasan Langgulung.

Maka sudah jelas

bahwa pendidikan dan kebudayaan sangat erat sekali huibugan karena keduanya
berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu sama lainnya.
Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan
utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah
jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan
pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak
dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya.
Beberapa fungsi sekolah yang berkaitan dengan kebudayaan:
1. Sekolah mentransmisi kebudayaan
Demi kelansungan hidup bangsa dan Negara, kepada generasi muda disampaikan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa itu. Setiap warga Negara diharapkan
menghormati pahlawannya, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang diwariskan
nenek moyang dan dengan demikian meresapkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa.
11 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 278
12 Ary H Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 168
7

2. Sekolah merupakan alat mentransformasi kebudayaan


Sekolah terutama perguruan tinggi diharapkan menambah pengetahuan dengan
mengadakan penemuan-penemuan baru yang dapat membawa perubahan dalam
masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan
yang besar di dunia ini. Ada pun tokoh pendidikan yang beranggapan bahwa sekolah
dapat digunakan untuk menskontruksi masyarakat bahkan dapat mengontrol perubahanperubahan itu dengan cara social engineering.
E. Hubungan kebudayaan dengan masyarakat
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan
lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,
yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Suatu sistem nilai budaya sering juga berupa pandangan hidup atau world view bagi
manusia yang menganutnya. Namun istilah pandangan hidup sebaiknya dipisahkan dari
konsep sistem nilai budaya. Pandangan hidup itu biasanya mengandung sebagian dari nilainilai yang dianut oleh suatu masyarakat, yang dipilih secara efektif oleh para individu dan
golongan-golongan dalam masyarakat. Dengan demikian apabila sistem nilai itu merupakan
pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar oleh warga masyarakat. pandangan hidup
itu merupakan suatu sistem pedoman yang dianut oleh golongan-golongan lebih sempit lagi

individu-individu khusus dalam masyarakat. karena itu hanya ada pandangan hidup
golongan/ individu tertentu, tetapi tak ada pandangan hidup seluruh masyarakat.13
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari
definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat. Kebudayaan dapat menjadi indicator majunya suatu kehidupan
masyarakat. Masyarakat yang maju akan menghasilkan kebudayaan yang bernilai tinggi.
Kebudayaan menggambarkan pola perilaku masyarakat.
F. Hubungan Pendidikan, Kebudayaan dan Masyarakat
Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta
kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut. Hal ini dapat
dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap
masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi
bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai
generasi penerus. Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses
pendidikan. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program
pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan
pendidikan formal.
Masyarakat modern pada umumnya memandang pendidikan sebagai peranan penting dalam
mencapai tujuan sosial. Pemerintah bersama orang tua menyediakan anggaran pendidikan
yang diperlukan untuk kemajuan pendidikan, sosial dan pembangunan bangsa, sebagai upaya
mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan.

13 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal.193-194


9

Seperti rasa hormat kepada orang tua dan pemimpin, kewajiban mematuhi aturan dan normanorma berlaku, dan meningkatkan jiwa patriotisme.14

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam suatu hubungan
sosial. Mereka mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas. kebudayaan merupakan
serangkaian

aturan-aturan,

petunjuk-petunjuk,

rencana-rencana,

dan

strategi-strategi

yangterdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia,dan


digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam
tingkah-laku dan tindakan-tindakannya. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 )
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
14 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan pendidikan, (Jakarta : Rajawali
pers, 2013), hal. 71
10

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Hubungan Masyarakat, Kebudayaan dan Pendidikan adalah, Tradisi sebagai muatan
budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan
ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat
menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus. Transfer nilai-nilai
budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam masyarakat modern
proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab
itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal.
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai masyarakat yang telah menjalani Pendidikan atau Bersekolah
harus memahami norma-norma dan nilai-nilai yang terkandung dalam lingkungan sekitar kita
dan memahaminya agar tidak ada kesalah pahaman antar masyarakat dilingkungan yang kita
tempati, dan agar tidak terjadi dampak-dampak negative dalam kehidupan kita sebagai
masyarakat yang berbudaya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi. 2013. Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat dan pendidikan.


Jakarta : Rajawali pers
Ary H. Gunawan. 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Damsar. 2011. Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Kencana
Fuad Ihsan. 1997. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
HAR. Tilaar. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia
S.Nasution. 2009. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Press
Sidi Gazalba. 1967. Masyarakat Islam: Pengantar Sosiologi & Sosiografi. Jakarta:
Bulan Bintang
11

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2009.


Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. 2009. Tentang Sisdiknas Pasal 3, Surabaya:
Wacana Intelektual, cet. I
Rochmad Wahab. 2011. Memahami pendidikan dan ilmu pendidikan. Yogyakarta: CV
Aswaja Pressindo

12

Anda mungkin juga menyukai