Anda di halaman 1dari 13

PENYELENGGARAAN

IBADAH HAJI MENURUT


PERUNDANG-UNDANGAN
DI INDONESIA
Oleh
KHUSAENI
MAMAK

PENDAHULUAN
Ibadah Haji adalah berkunjung ke Bayt Allah (kabah) di
tanah suci Mekah dan melaksankaan sejumlah pekerjaan
tertentu (manasik, haji) pada masa tertentu. Ibadah umrah
adalah berkunjung ke Bayt Allah (Kabah) di tanah suci
meka melakukan thawaf, sai dan bercukur (tahalull).
Ibadah haji dan umrah dilakukan dalam rangka memenuhi
panggilan dan perintah dari Allah Swt.

Syarat Haji

Beragama islam
Baligh (Dewasa)
Aqil (berakal sehat)
Merdeka (bukan budak)
Istithaah
melaksaknakannya)

(mampu

Rukun Haji

Niat ihram dan miqat


Wukuf di arafah
Tawaf ifadah
Sai
Mencukur rambut
tertib

Wajib Haji

Ihram dari miqat


Mabit di muzdalifah
Mabit di Mina
Melontar jamrah ula, wusta dan aqabah
Tawaf wada bagi yang akan
meninggalkan Makkah

Hikmat Haji dan Keutamannya

Pelaksanaan ibadah haji dan umrah


mengandung sejumlah hikmah bagi
peningkatan iman dan takwa kepada
Allah Swt serta bagi persaudaraan,
kesatuan dan persatuan umat Islam.

Ibadah haji Memerlukan


manajemen yang baik
Salah satu bentuk perwujuduan pengalaman nilainilai pancasila adalah meningkatnya keimanan
dan ketaqwaan kepada Tuhan yang maha esa yang
tercermin dari meningkatnya amalan ibadah bagi
masing-masing pemeluk agama di indonesia

Asas dan Tujuan


Penyelenggaraan ibadah haji berdasarkan asa
keadilan memperoleh kesempatan, perlindingan,
dan kepastian hukum sesuai dengan pancasila dan
undang-undang dasar 1945 pasal 4.

Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji

Biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH)


diatur sebagai berikut (pasal 9, 10, 11)
undang-undang jo, pasal 12 s.d 16 KMA.
1. Besarnya BPIH ditetapkan oleh presiden
atas usulan menteri agama setelah
mendapat persetujuan DPR
2. Pembayaran BPIH dilakukan kepada
rekening menteri agama melalui bank
pemerintah dan atau bank swasta yang
ditunjuk oleh menteri agama setelah
mendapatkan pertimbangan gumbernur
bank Indonesia.

Ketentuan Pidana
Ancaman pidana dalam undang-undang
penyelenggaraan ibadah haji, tercantum dalam
pasal 27 dan 28 yang berbunyi sebagai berikut:
Pasal 27
1) Barangsiapa yang dengan sengaja bertindak
sebagai penerima pem-bayarari BPIH
sebagaimana dimaksud dalam pasal lu ayat (1)
dan/atau bertindak sebagai penerima
pendaftaran calon haji sebagaimana dimaksud
dalam pasal 12 ayat (1), padahal ia tidak berhak
untuk itu? diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 500.0000.000,00 (Lima ratus juta

2) Barangsiapa yang dengan sengaja


bertindak sebagai penyelenggara
perjalanan ibadah umrah dengan
mengumpulkan dan/atau memberangkatkan jemaah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3)
padahal dia tidak berhak untuk itu,
diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun dan/atau
denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (Lima ratus juta
rupiah).

Pasal 28
1. Penyelenggara ibadah haji khusus yang tidak
melaksanakan
keten-tuan
sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) diancam
dengan pidana penjara paling lama enam
tahun dan/atau denaa paling banyak Rp
1000.0000.0000,00 (satu miliar rupiah).
2. ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1) diancam dengan pidana
penjara paling lama enam tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 1000.000.000,00
(satu miliar rupiah)

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai