Isi THT
Isi THT
PENDAHULUAN
Tuba kataralis merupakan salah satu penyakit telinga bagian tengah yang
sering dijumpai. Penyakit ini paling banyak dijumpai pada anak-anak dan dewasa,
dimana dijumpai adanya gangguan fungsi tuba eustachius. Gangguan fungsi tuba
eustachius merupakan tanda yang paling penting pada penyakit infeksi telinga bagian
tengah, karena dapat menimbulkan ketulian mulai dari yang ringan sampai yang
berat, tergantung pada proses yang timbul pada tuba eustachius dan dipengaruhi oleh
lamanya penyakit yang diderita sehingga penanggulangannya memerlukan tindakan
mulai dari yang sederhana sampai tindakan operasi1,2
Tuba kataralis lebih sering menyerang anak-anak usia di bawah 7 tahun,
dimana 70% anak berusia di bawah 7 tahun mengalami tuba kataralis. Angka kejadian
pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tuba kataralis seperti
infeksi, alergi, tumor dan abnormalitas palatum. Dalam perjalanannya tuba kataralis
akan memicu terjadinya inflamasi yang lebih berat pada telinga seperti otitis media
serosa dan otitis media akut. Juga dapat menjadi penyebab ketulian pada anak.
Pemahaman mengenai patofisiologi, faktor risiko, dan penatalaksanaan tuba
kataralis dipelukan untuk penanganan lebih dini sehingga tidak terjadi kerusakan
lebih pada telinga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Tuba Eustachius
Sebelum membahas mengenai tuba kataralis lebih lanjut ada baiknya kita
mengetahui struktur dari tuba Eustachius itu sendiri. Tuba Eustachius, merupakan
sebuah bangunan yang berbentuk tabung yang berjalan dari telinga tengah ke
nasofaring. Tuba Eustachius telah dikenal sejak zaman yunani kuno oleh Aristoteles,
tetapi kemudian dinamapakai oleh Bartolomeus Eustachius (1520-1574) sebagai
ketua ahli ekonomi di Roma dan orang yang pertama kali mendeskripsikan anatomi
tuba Eustachius. Hal ini tidak dipublikasi sehingga 200 tahun kemudian setelah
kematiannya, didapatkan satu buku yang berjudul Epistola de Audius Organis 1,2,3
Fungsi tuba Eustachius adalah untuk proteksi, aerasi dan drainase telinga
tengah. Bila terjadi oklusi dapat menyebabkan peradangan pada telinga tengah (otitis
media). Tuba Eustachius juga disebut tuba otofaringeal kerana menghubungkan
telinga ke faring. 1,2,3
Tuba Eustachius terdiri dari tulang rawan pada dua pertiga kearah nasofaring
dan sepertiganya terdiri atas tulang. Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru
terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke dalam telinga tengah atau pada saat
mengunyah, menelan dan menguap. Otot-otot dari sistem tuba Eustachius membantu
membuka dan menutup tuba agar berfungsi sebagaimana mestinya.
hampir selalu dalam keadaan terbuka, kemudian kebawah dan menyempit disebut
istmus. Bagian tulang hanya mempunyai peran sedikit atau bahkan tidak ada dalam
mekanisme pembukaan tuba. Fungis istmus adalah membantu melindungi telinga
tengah dari sekret nasofaring. Schwartzbart (1994) mengatakan bahawa bagian tulang
dari tuba disebut sebagai protimpanum. 1,2,3
3
Bagian kartilago merupakan bagian anterior dua pertiga tuba yang memiliki
panjang sekitar 24mm yang terdiri dari jaringan fibrokartilago berbentuk triangular
dengan diameter vertikal 2-3 mm dan diameter horizontal 3-4 mm, pada bagian apex
akan menyempit yang juga merupakan bagian tersempit dari tulang. Ke bawah secara
langsung menjadi membran mukosa dari bagian lateral nasofaring. Umumnya bagian
kartilago ini dalam keadaan tertutup oleh tekanan jaringan tuba Estachius. 1,2,3
Tuba Eustachius dilapisi oleh mukosa yang mengandung sel-sel goblet dan
kelenjar mukus. Lapisan paling luar adalah epitel bersilia yang bergerak ke arah
nasofaring. Makin dekat ke telinga tengah terlihat sel-sel goblet dan kelenjar mukus
semakin berkurang dan mukosa silia juga menghilang. Jumlah sel goblet pada dasar
tuba lebih banyak dibandingkan bagian atap, dengan konsentrasi terbanyak berada di
area tengah tuba bagian kartilago. Bagian superior tuba banyak berperan pada
ventilasi telinga tengah, sedangkan bagian inferior telinga tengah berfungsi sebagai
proteksi telinga tengah. Mekanisme pertahanan mukosilier tuba Eustachius menetap
segera setelah lahir.1,2,3
Pada bagian inferolateral tuba terdapat lapisan lemak yang disebut lemak
Ostman yang ikut membantu proses penutupan tuba. Selain itu, lemak ini membantu
melindungi tuba Eustachius dan telinga tengah terhadap sekret nasofaring.
1,2,3
Bagian
kartilago dari tuba ditunjang oleh otot-otot yang berfungsi untuk mengontrol patensi
tuba. Otot-otot tersebut adalah tensor veli palatine, levator veli palatine,
salphingopharyngeus dan tensor tympani.
1,2,3
dinding tulang fosa scaphoid dan dari seluruh panjang ujung tulang rawan yang
pendek yang membentuk bagian atas dinding depan dari tuba kartilago. Otot
memanjang ke bawah, membentuk tendon yang pendek yang membelok ditengahtengah dan sekeliling pterygoid humulus. Tensor veli palatine memisahkan tuba
Eustachius dari gangliaon optik, saraf mandibular dan cabangnya, korda timpani dan
arteri meningea media. 1,2,3
telinga tengah pada anak. Bagaimanapun, pada saat anak tumbuh, fungsi tuba
Eustachius membaik dan sebagai bukti berkurangnya frekuensi terjadinya otitis
media dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. 1,2,3
Normalnya, tuba Eustachius membuka berulang-ulang, secara stabil
mengatur tekanan bagian tengah antara +50 mm dan -50 mm H 2O. Tekanan di atas
dan di bawah +50 mm -50mm H2O, tidak mengindikasikan akan terjadi penyakit
telinga tengah. Sekitar 1 ml udara dapat diserap dari bagian tengah telinga dalam
jangka waktu 24 jam. Sel-sel sistem mastoid berfungsi sebagai penyimpanan gas
bagian tengah telinga. 1,2,3
b. Perlindungan telinga tengah dari sekresi nasofaring dan tekanan suara
Tuba Eustachius menyalurkan secara normal sekresi dari telinga tengah
dengan sistem pengangkutan mukosiliari dan dengan berulangnya pembukaan atau
penutupan aktif tuba yang memperbolehkan sekresi mengalir ke nasofaring. 1,2,3
Kekacauan dari sistem penutupan bagian tengah telinga, seperti perforasi
membran timpani atau setelah operasi mastoid, terkadang menyebabkan refluks
dari sekresi nasofaring ke dalam tuba menyebabkan otorhea. Demikian juga
dengan mengenduskan hidung yang kuat dapat menciptakan tekanan tinggi pada
nasofaring menuju telinga tengah. 1,2,3
Sebaliknya, tekanan negatif bagian tengah
adalah tersumbatnya hidung dan tuba eustachius yang menyebabkan penderita dapat
mendengar suara sendiri. Beberapa usaha yang terus dikembangkan adalah
bagaimana mengurangi atau menghilangkan sumbatan tuba tersebut. 1,2,3
Tuba kataralis terbagi atas 2, yaitu :
1
2.4 Etiologi
Tuba kataralis merupakan hasil dari
reaksi
Muller.
Kerusakan torus tularis sebagai komplikasi adenoidektomi.
Deviasi septum nasi posterior.
Stenosis atau malformasi langit-langit.
Paralysis atot-otot palatum.
Tumor nasofaring
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan terjadinya tuba kataralis dapat dijabarkan
sebagai berikut
a. Hipertrofi adenoid
Pembesaran adenoid dapat menyebabkan obstruksi pada tuba
Eustachius yang akhirnya menjadi tuli konduktif karena adanya cairan dalam
telinga tengah akibat tuba Eustachius yang tidak bekerja efisien karena adanya
sumbatan.5
b. Tumor Nasofaring
Gangguan pendengaran merupakan salah satu gejala dini dari penyakit
ini, disamping gejala dini lain yang berupa hidung buntu atau hidung keluar
darah, tetapi gejala tersebut sering tidak terpikir oleh dokter pemeriksa
bahawa penyebabnya adalah tumor ganas di nasofaring, sehingga baru
diketahui bila penyakit sudah dalam keadaan lanjut.6
Gangguan pendengaran kadang-kadang disertai juga keluhan rasa
penuh di telinga, telinga berbunyi atau rasa nyeri ditelinga. Banyak penulis
mengatakan, bahawa lokasi permulaan tumbuh tumor ganas nasofaring paling
sering adalah di fosa Rosenmuller, sebab daerah tersebut merupakan daerah
e. Barotrauma
Barotrauma adalah kerusakan dibagian dalam telinga yang disebabkan
oleh tidak samanya tekanan udara dikedua gendang pendengar. 1
2.5 Patofisiologi
Tuba eustachius berfungsi mengatur tekanan kavum timpani ( ventilasi ) agar
tekanan udara dalam telinga tengah sama dengan tekanan udara luar, mengalirkan
keluar sekret dari telinga tengah dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke
telinga tengah.1,2,3,4
Obstruksi tuba eustachius yang disebabkan oleh kejadian-kejadian yang telah
disebutkan di atas akan menyebabkan terhalangnya udara masuk ke telinga tengah.
Sehingga udara yang ada di dalam kavum timpani tidak berhubungan lagi dengan
udara yang di dalam faring, udara yang ada dalam kavum timpani direabsorbsi
sehingga menyebabkan tekanan negative yang akan menarik membrane timpani
hingga menyebabkan retraksi membran timpani.1,2,3
Apabila penyakit ini tidak segera diobati, dapat berlanjut menjadi bentuk
kronis dari tuba kataralis, dimana akibat adanya vakum dalam kavum timpani akan
menyebabkan efusi dan transudasi dari mukosa dan ini biasanya terjadi pada chronic
total obstruction.1,2,3 Dimana hal itu akan berkembang menjadi suatu keadaan otitis
media serosa dan apabila terjadi infeksi bakteri ke telinga tengah akan menyebabkan
otitis media akut
11
lagi.
Pendengaran berkurang.
Autofonie ( mendengar suara sendiri pada telinga yang sakit karena
bertambahnya resonansi dari suara sendiri ).1,3
12
Membrana timpani sedikit hiperemis, reflek cahaya berubah, jika sudah lama
dapat terjadi retraksi.1,3
b. Tuba kataralis kronis
Gejala :
Bentuk eksudatif
Tejadi pemyempitan tuba eustachius akan tetapi didalam kavum timpani
terdapat cairan, ini disebabkan adanya pembendungan urat-urat darah
sehingga cairan masuk ke kavum timpani.1,3
Otoskopi :
agak kekuning-kuningan.
Dijumpai meniscus seperti garis hitam bila cairan tidak penuh atau
Bentuk hipertropi
13
: YA
Umur
: 21 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Bangsa
: Indonesia
15
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Pendidikan
: Sarjana D4
Status Perkawinan
: Belum menikah
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
16
: Baik
Skor Nyeri
: 0/10
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4 V5 M6
Denyut Nadi
: 80 kali/menit
Respirasi
: 18 kali/menit
Temperatur Axila
: 36,5 oC
Status General
Mata
THT
Leher
Thorak
17
Ekstremitas
: Hangat
Edema
Kanan
Bentuk normal
Tidak ada
Tidak ada
Lapang
Kiri
Bentuk normal
Tidak ada
Tidak ada
Lapang
Membrane timpani
Retraksi, hiperemis
Intak
Discharge
Tumor
Mastoid
Reflex cahaya +
Tidak ada
Tidak ada
Normal
Tes Pendengaran
Rinne
Schwabah
Weber
Kanan
Kiri
+
Memanjang
Normal
Lateralisasi ke telinga yang sakit (kanan)
Hidung
Hidung Luar
Kavum Nasi
Septum
Sekret
Mukosa
Tumor
Konka
Sinus
Koana
Kanan
Normal
Normal
Tidak ada deviasi
serous
Hiperemi
Tidak ada
Kongesti
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Tenggorok
Dispneu
Tidak ada
Kiri
Normal
Normal
Tidak ada deviasi
Serous
Hiperemi
Tidak ada
Kongesti
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
18
Sianosis
Mukosa
Dinding belakang faring
Stridor
Suara
Tonsil
Tidak ada
Merah muda
Granulasi (-), post nasal drip (-)
Tidak ada
Normal
T1/T1 tenang
3.4. Resume
Pasien perempuan umur 21 tahun, suku Jawa, Islam, datang ke Poliklinik THT
RS Indera Provinsi Bali dengan Pasien datang ke poliklinik THT RS Indera Provinsi
Bali dengan keluhan telinga kanan terasa penuh sejak satu hari sebelum datang ke
rumah sakit dan terjadi secara tiba-tiba, telinganya terasa penuh seperti tersumbat
yang didahului oleh sakit yang tidak terlalu berat pada telinga kanannya. Keluhan
telinga terasa penuh tersebut dirasakan hilang timbul, hilang saat pasien menguap
atau menelan. Keluhan tersebut disertai suara menggema di telinga dan pendengaran
berkurang. Pasien mengalami pilek sejak 2 hari yang lalu, disertai dengan hidung
tersumbat dan keluar cairan bening dari hidung riwayat demam dan sakit tenggorokan
disangkal. Pada pemeriksaan lokalis THT ditemukan MAE kedua telinga lapang,
discharge tidak ada membran timpani kanan retraksi berwarna hiperemis dengan
refleks cahaya yang berkurang dan suram, pada hidung ditemukan mukosa hiperemis
dan kongesti.
3.5. Diagnosis Banding
-
3.7. Penatalaksanaan
-
19
KIE :
-
timbulnya keluhan
Istirahat yang cukup
Hindari bepergian dengan pesawat atau kegiatan menyelam saat pilek
3.8. Prognosis
Dubius ad bonam.
3.9. Gambaran Pemeriksaan THT
BAB IV
20
PEMBAHASAN
Dari anamnesis yang telah dilakukan didapatkan pasien mengalami keluhan
telinga kanan terasa penuh sejak satu hari sebelum datang ke rumah sakit dan terjadi
secara tiba-tiba. Pasien mengatakan telinganya terasa penuh seperti tersumbat yang
didahului oleh sakit yang tidak terlalu berat pada telinga kanannya. Keluhan telinga
terasa penuh tersebut dirasakan hilang timbul, saat pasien menelan atau menguap
telinganya terasa terbuka dan keluhan membaik, namun setelah itu muncul kembali.
Selain itu pasien juga mengeluh suaranya sendiri bergema di telinganya serta
pendengarannya berkurang karena telinganya terasa penuh. Berdasatkan gejala yang
disebutkan oleh pasien tersebut mengarahkan pada diagnosis tuba kataralis akut
dimana sesuai dengan tinjauan pustaka yang telah disebutkan di atas, dimana pada
pasien ini gejala yang didapatkan adalah telinga terasa penuh yang membaik dengan
menguap atau menelan, juga ada rasa sakit di telinga, suara sendiri yang bergema,
serta pendengaran yang berkurang.
Pasien mengatakan sejak 2 hari yang lalu ia mengalami pilek dengan hidung
tersumbat dan keluar cairan berwarna bening dari hidung. Hali ini menandakan
sebelum terjadi keluhan pada telinga terdapat suatu infeksi dan inflamasi akut pada
hidung pasien yang dapat disebabkan oleh virus. Sesuai dengan patofisiologi tuba
kataralis yang merupakan keadaan yang disebabkan oleh penyempitan dan obstruksi
dari tuba eustachius, yang salah satunya disebabkan oleh edema mukosa hidung dan
berlanjut pada edema mukosa tuba akibat adanya infeksi. Pasien pernah mengalami
hal yang sama sebelumnya, namun riwayat bersin-bersin dan pilek hilang timbul,
serta riwayat atopi disangkal oleh pasien yang cenderung mengarahkan pada keadaan
akut dimana faktor risiko terjadinya keadaan kronis kurang mendukung.Namun
kemungkinan tersebut perlu diperhatikan mengingat riwayat yang sama sebelumnya
agar tidak berlanjut menjadi kronis.
Berdasarkan pemeriksaan THT didapatkan membrane timpani telinga kanan
hiperemi dan refleks cahaya berkurang dan suram yang menandakan adanya retraksi,
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa pada tuba kataralis akut gambaran
otoskopi ditemukan membrana timpani sedikit hiperemis, reflek cahaya berubah, jika
21
sudah lama dapat terjadi retraksi. Dari patofisiologi juga menyebutkan bahwa
obstruksi tuba menyebabkan terhalangnya udara masuk ke telinga tengah, sehingga
udara yang ada dalam kavum timpani direabsorbsi sehingga menyebabkan tekanan
negatif yang akan menarik membrane timpani hingga menyebabkan retraksi membran
timpani.
Pemeriksaan hidung juga menghasilkan adanya hiperemi pada mukosa hidung
dang kongesti konka serta sekret serous encer yang mengindikasikan infeksi virus
mengakibatkan rhinitis akut yang dapat menyebabkan terjadinya tuba kataralis.
Dari anamnesis di atas disimpulkan pasien mengalami tuba kataralis aurikula
dekstra et causa rhinitis akut.
Pendekatan penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan menangani
penyebab obstruksi tuba eustachius tersebut. Pada pasien ini didapatkan rhinitis akut
sebagai penyebabnya, yang menyebabkan adanya kongesti mukosa hidung dan edema
mukosa tuba. Pemberian dekongestan pseudoefedrin 60 mg setiap 8 jam bertujuan
untuk mengurangi kongesti. Pemberian antihistamin chlorpheniramine maleat
bertujuan untuk mengurangi edema yang merupakan respon inflamasi yang salah
satunya disebabkan oleh mediator inflamasi seperti histamin. Selain itu diharapkan
efek sedasi yang dihasilkan menyebabkan pasien dapat beristirahat dengan lebih baik,
sehingga imunitas pasien membaik dan dapat mempercepat penyembuhan dari infeksi
dan tidak terjadi infeksi sekunder bakteri. Dimana kita ketahui rhinitis akut akibat
virus merupakan self limiting disease, yang dapat sembuh sendiri apabila tidak ada
infeksi bakteri sekunder yang memerlukan antibiotik. Asam mefenamat merupakan
salah satu OAINS yang dapat berfungsi sebagai analgetik yang dapat diberikan
apabila pasien mengalami nyeri pada telinganya. Pasien juga disarankan melakukan
manuver valsava untuk membuka tuba eustachius, menghindari minuman dingin,
serta bepergian dan menyelam dengan pesawat untuk menghindari barotrauma.
BAB V
SIMPULAN
22
23