Dosen Pembimbing :
Noer Ulfah, drg., Mkes, Sp.Perio (K)
Disusun Oleh :
Fitriah Hasan Zaba
021211131010
Ayu Larissa Putri
021211131011
Isnainy Noviantari Z.H. 021211131012
Putri Andika S.
021211131013
Shufiyah Nurul Aini
021211131014
jika terdapat perubahan patologis periodontal atau faktor penyebab yang masih
ada.
1. ACUTE NECROTIZING ULCERATIVE GINGIVITIS
Necrotizing ulcerative gingivitis (NUG) merupakan akibat dari respon host
yang mengalami gangguan pada mikroflora patogen. Tergantung pada tingkat
imunosupresi, NUG dapat terjadi di dalam rongga mulut yang utamanya terjadi di
bagian margin gingiva atau bagian lain gingiva, atau mungkin akibat
superimposed dari penyakit gingival kronis. Pengobatan harus mencakup upaya
pengurangan gejala akut dan koreksi dari penyakit gingiva kronis. Yang pertama
adalah bagian sederhana dari pengobatan, sedangkan selanjutnya memerlukan
prosedur yang lebih komprehensif.
Pengobatan NUG terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
hati-hati
swab
dengan
cotton
pellet
basah
untuk
membuang
sensitive
2.
3.
4.
5.
6.
disarankan
untuk
mengikuti
sejumlah
treatment
yang
dibutuhkan
dan
mengingatkan bahwa treatment belum selesai walaupun rasa nyeri telah hilang.
Pasien harus diberitahu mengenai adanya penyakit gingiva kronis atau penyakit
periodontal, yang harus dihilangkan, untuk megurangi kemungkinan gejala akut
yang bisa mengalami kekambuhan.
Gambar 1. Respon awal terhadap perawatan acute necrotizing gingivitis (ANUG). A. ANUG yang parah
B. 3 hari setelah perawatan. Beberapa area masih terdapat eritema, tetapi kondisi membaik.
Gambar 2. Perawatan dari ANUG. A. Sebelum perawatan, terdapat lesi interdental. B. Setelah
perawatan, menunjukkan hasil kontur gingiva normal.
Gambar 3. Kontur fisiologis dan perlekatan jaringan gingiva setelah perawatan dari ANUG. A.
Pada ANUG menunjukkan tanda margin gingiva dengan gambaran terkikis dengan terdapat
pseudomembran pada permukaannya. B. Setelah perawatan, terjadi perbaikan secara fisiologis dari
kontur gingiva dan perlekatan kembali gingiva pada permukaan gigi rahang bawah, yang
sebelumnya terekspos.
dapat terjadi meskipun dalam rentang waktu yang lama. Namun pada keadaan bila
telah terjadi kehilangan tulang alveolar, susunan gigi menjadi tidak teratur, atau
bila seluruh interdental papilla menghilang, penyembuhan dapat terjadi namun
struktur gingiva tidak dapat kembali dengan normal. Keadaan tersebut memicu
adanya retensi dari plak dan kekambuhan dari penyakit gingiva, serta dapat
menimbulkan masalah estetik. Pada kasus seperti di atas, terapi lanjutan dapat
dilakukan dengan mencoba untuk mengembalikan jaringan yang hilang melalui
prosedur operasi plastik dengan cara membentuk ulang gingiva. Kontrol plak
yang efektif oleh pasien sangat diperlukan untuk menjaga dan mempertahankan
kontur gingiva normal.
2.
NUG, dimana terapi ini hanya digunakan untuk terapi lanjutan. Tidak ada suatu
jenis obat, yang dimana obat tersebut digunakan untuk terapi tunggal, dapat
dinyatakan sebagai terapi yang memenuhi persyaratan.
penyakit
sistemik
lainnya,
misalnya
penyakit-penyakit
limfoproliferatif.
3. Terapi lokal yang kurang adekuat
Dalam banyak kasus yang terjadi, pasien maupun dokter gigi
memberhentikan perawatan setelah gejala-gejala klinis tidak tampak lagi.
Kesalahan ini sering terjadi karena setelah perawatan awal dapat
menghilangkan gejala penyakit yang akut, terkadang poket periodontal
masih belum sembuh. Kalkulus dan faktor lokal lainnya yang dapat menjadi
predisposisi penyakit periodontal bisa saja masih berada dalam rongga
mulut dan menyebabkan kekambuhan.
4. Prasyarat terapi yang tidak dipenuhi
Prasyarat untuk mempertahankan dan menjaga hasil terapi seperti
kontrol plak, pengurangan konsumsi tembakau, manajemen stress, dan
nutrisi yang cukup tidak dapat dipenuhi oleh pasien, sehingga dapat
menimbulkan rekurensi maupun penyakit yang menetap.
Untuk mendukung hasil terapi yang sempurna, dokter gigi harus
melakukan evaluasi pada pasien. Berikut poin-poin yang harus dievaluasi:
1. Dokter gigi yang merawat harus mengevaluasi kualitas dan konsistensi
dari pasien dalam melakukan kontrol plak.
2. Pemantauan dan konseling lebih lanjut
tentang
penggunaan
tembakau/merokok.
3. Kontrol psikososial pasien; bila dokter gigi merasa pasien timbul gejala
psikososial dimana perilakunya dapat mempengaruhi kesehatan serta
menyebabkan imunosupresi, maka dokter gigi dapat merujuk ke ahli
psikiatri.
Penilaian ulang status gizi pasien, dengan menganalisa potensial diet atau
pengujian gizi.
2. ACUTE PERICORONITIS
Pengobatan perikoronitis tergantung pada tingkat keparahan peradangan,
komplikasi sistemik, dan kelayakan mempertahankan gigi yang terlibat. Semua
flap pericoronal harus diperhatikan dengan baik.
Pengobatan perikoronitis akut terdiri dari:
1. Irigasi di mukosa ruang perikoronal dengan air hangat menghilangkan
eksudat
2. Swab dengan antiseptik, setelah flap diangkat menggunakan scaler.
Debris yang ada dihilangkan, dan dibersihkan dengan air hangat (Gambar
4). Oklusi dilakukan untuk menentukan apakah gigi antagonisnya menghambat
Gambar 4. Pengobatan perikoronitis akut . A , Inflamasi pericoronal flap (panah) dalam kaitannya
dengan gigi molar ketiga rahang bawah . B , Tampak anterior pada molar ketiga dan flap . C ,
Tampak lateral dilihat dengan scaler untuk menghilangkan kotoran di balik flap . D , Tampak
anterior dengan scaler . E , Pembuangan ujung flap , F , Pembuangan bagian distal gingiva pada
molar ketiga , setelah gejala akut mereda . Garis sayatan ditunjukkan oleh garis putus-putus . G ,
Tampilan daerah yang sudah sembuh .
telah berubah. Dalam suatu studi menunjukkan bahwa terapi antivirus dengan
15mg/kg acyclovir yang diberikan 5 kali sehari selama 7 hari secara substansial
dapat mengubah perjalanan penyakit tanpa efek samping yang signifikan.
Acyclovir mengurangi gejala seperti demam dari 3 hari menjadi 1 hari;
mengurangi lesi ekstraoral 5,5 - 0 hari; dan mengurangi kesulitan makan selama
7-4 hari. Selain itu, pelepasan virus berhenti selama 1 hari untuk kelompok
acyclovir dibandingkan dengan kelompok kontrol, yaitu 5 hari. Secara
keseluruhan, lesi oral terjadi hanya 4 hari pada kelompok acyclovir, tapi pada
kelompok kontrol terjadi selama 10 hari.
Jika gingivostomatitis herpetik primer didiagnosis dalam waktu 3 hari,
maka diberikan acyclovir dengan resep: 15mg/kg 5 kali sehari selama 7 hari. Jika
diagnosis terjadi setelah 3 hari pada pasien imunokompeten, akan mengurangi
khasiat dari acyclovir. Semua pasien, termasuk pasien yang terinfeksi sudah lebih
dari 3 hari, dapat dilakukan perawatan paliatif termasuk membersihkan plak dan
sisa-sisa makanan. NSAID (misalnya, ibuprofen) dapat diberikan secara sistemik
untuk mengurangi demam dan rasa sakit. Pasien juga bisa menggunakan
suplemen gizi atau anestesi topikal (misalnya, lidokain) sebelum makan untuk
membantu
dalam
memberikan
nutrisi
yang
tepat
selama
fase
awal