Anda di halaman 1dari 13

DIAGENESIS

1. PENDAHULUAN
Material sedimen yang baru terendapkan dicirikan oleh material lepas, tidak
kompak, porositas tinggi, dan kandungan air yang tinggi pula. Pengendapan yang terus
berlangsung, terutama bersamaan dengan penurunan

cekungan sedimentasi,

menyebabkan sedimen yang lebih muda akan memberikan tekanan pada sedimen
dibawahnya. Proses ini akan diiringi oleh perubahan sifat fisik dan kimia sedimen
akibat tekanan dan perubahan temperatur pada lingkungan yang semakin dalam.
Perubahan tersebut akan menyebabkan terjadinya proses kompaksi dan litifikasi pada
material sedimen sehingga terjadilah perubahan, dari material sedimen lepas menjadi
batuan sedimen. Semua proses yang mengakibatkan perubahan sedimen menjadi batuan
sediment, disebut proses diagenesis. Proses diagenesis terjadi pada temperatur dan
tekanan yang lebih tinggi dari temperatur dan tekanan pada proses pelapukan, tetapi
lebih rendah dari kondisi proses metamorfisme. Meskipun demikian tidak diketahui
batas yang pasti antara proses diagenesis dengan proses metamorfisme (Gambar1).
Proses diagenesis dimulai ketika adanya aktivitas organik atau awal dari proses
sementasi ketika material sedimen masih di dasar cekungan sedimentasi. Komposisi
mineral asal, kemungkinan mengalami perubahan karena terjadinya reaksi kimia yang
mengakibatkan terjadinya penggantian mineral, terbentuknya mineral baru dan
pelarutan mineral. Proses-proses tersebut mengakibatkan perubahan tekstur batuan,
struktur, komposisi dan porositas batuan sedimen. Porositas awal endapan sedimen
dapat mengalami perubahan karena adanya proses yang berlangsung selama proses
diagenesis. Porositas awal akan mengalami penurunan karena adanya proses kompaksi
dan sementasi. Sedangkan peningkatan porositas awal disebabkan oleh adanya proses
pelarutan dari mineral-mineral yang tidak stabil.
2. PROSES DIAGENESIS

58

Proses diagenesis dapat disebabkan oleh proses fisika, kimia, dan biologi. Bermacam
proses diagenesis dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 1. Alterasi sedimen akibat
aktivitas organik merupakan proses awal dari proses diagenesis. Kompaksi merupakan
proses fisika yang terjadi segera setelah material sedimen mengalami penimbunan dan
berlanjut terus sampai ke tempat yang lebih dalam. Proses sementasi merupakan proses
kimia yang dapat terjadi pada awal proses diagenesis dan dapat terus berlanjut pada
waktu material sedimen mengalami penimbunan dan pengangkatan.
Gambar 1. Diagram yang
menggambarkan hubungan antara tekanan dan
temperatur yang mengontrol proses diagenesis
dan metamorfisme

Tabel 1. Proses-proses diagenesis yang mengubah komposisi mineral dan sedimen


menjadi batuan sedimen.

59

Aktivitas Organisme
Aktivitas organisme terjadi pada awal proses diagenesis segera setelah material sediment
mengalami pengendapan. Aktivitas organisme akan mempercepat atau memacu terjadi
proses diagenesis lainnya. Organisme yang menyebabkan proses ini dapat merupakan
organisme yang sangat kecil (mikrobia) atau organisme yang besar (bioturbasi).
Bioturbasi, merupakan proses pada endapan sedimen oleh organisme seperti burowing,
boring. Kebanyakan bioturbasi terjadi pada sedikit dibawah permukaan pengendapan,
setelah pengendapan material sedimen dengan kedalaman beberapa puluh sentimeter.

60

Proses ini akan membentuk kenampakan yang khas pada batuan sediment yang disebut
struktur sediment.
Aktifitas mikrobia. Aktivitas jasad renik sangat berhubungan dengan proses
dekomposisi material organik. Proses dekomposisi material organik akan
mempengaruhi pH dan Eh air pori sehingga mempercepat terjadinya reaksi kimia
dengan mineral penyusun sediment. Aktivitas mikrobia ini antara lain fermentasi,
respirasi, pengurangan nitrat, mangan, besi, sulfat dan pembentukan gas methan.
Proses ini akan menghasilkan bermacam senyawa seperti gas CO2, N, PO4,
amonia, bikarbonat, H2S, gas metane, dan pelepasan ion logam (Fe dan Mg).
Proses Diagenesis Fisika
Kompaksi merupakan proses penyusunan kembali

butiran sedimen sehingga

menghasilkan hubungan antara butiran yang lebih rapat. Hasil dari proses kompaksi
adalah

Penurunan porositas dan permeabilitas sedimen

Pengeluaran fluida dari pori antar butiran

Penipisan perlapisan

Proses kompaksi pada material sedimen silisiklastik terutama yang berukuran pasir, dan
sedimen karbonat banyak diminati oleh para sedimentologist, karena batupasir dan
batugamping merupakan batuan reservoir minyak bumi yang sangat penting.
Proses kompaksi sedimen silisiklastik
Secara teori, proses kompaksi pada sedimen lisiklastik dengan bentuk butir yang
membundar akan menurunkan porositas dari sekitar 48% menjadi sekitar 26% (Gambar
2). Tetapi karena bentuk butir sedimen pasir dan lumpur di alam tidak beraturan,
sehingga perubahan porositas akibat kompaksi sulit untuk diperkirakan. Proses

61

kompaksi pada pasir sangat tergantung pada porositas dan orientasi awal, ukuran butir,
bentuk butir, keseragaman butiran, dan komposisi partikel sedimen.
Dengan banyaknya faktor yang berpengaruh pada proses kompaksi menyebabkan sangat
sulit untuk mengeneralisir penurunan porositas akiat proses kompaksi. Pada material
sedimen yang berbutir halus (lumpur), proses ini dapat menyebabkan penurunan
kandungan air dan porositas dari 60 80 % menjadi 10 15%.
Gambar 2. Diagram yang menggambarkan perubahan
porositas sedimen pasir mulai dari porositas awal
50% (A), 40% (B), 30% (C), dan terakhir 20% (C)
akibat proses kompaksi.

Proses kompaksi pada batuan karbonat


Pengurangan ketebalan lapisan sampai 50%
Penurunan porositas awal dari 65 70% menjadi 35 45% pada kedalaman sekitar 350
meter.
Proses Diagenesis Kimia
Proses diagenesis kimia merupakan reaksi yang komplek antara batuan dan
cairan yang terdapat di dalam lubang antar butiran (pori-pori). Ada beberapa macam
proses diagenesis kimia, yaitu, sementasi, autogenetik, rekristalisasi, inversi,
replacement, dan dissolution (Tabel 1).
Sementasi
Proses sementasi merupakan pembentukan mineral baru dalam pori batuan oleh
proses presipitasi. Proses ini dapat juga terjadi karena adanya penambahan unsur kimia
pada butiran mineral penyusun sedimen sehingga menyebabkan mineral tersebut
semakin bertumbuh. Semen dapat mengisi semua lubang pori batuan, sehingga dapat

62

menurunkan porositas batuan menjadi nol. Semen juga mengikat material sedimen, dan
proses sementasi merupakan proses kimia yang menyebabkan terjadinya proses
pembatuan. Proses sementasi terjadi terutama pada tingkat awal hingga pertengahan
proses diagenesis, atau dapat juga terjadi pada akhir atau bahkan setelah terjadinya
proses pengangkatan batuan sedimen. Proses sementasi yang terjadi lebih awal dapat
mengurangi proses pemadatan mekanik sedimen, kecuali semen yang terbentuk
mengalami pelarutan kembali.
Pada batupasir, semen dapat diamati dengan baik pada sayatan tipis batuan
dengan menggunakan mikroskop polarisasi. Mineral kalsit dan kuarsa merupakan
semen yang sangat umum pada batupasir atau batuan silisiklastik lainnya. Sedang
mineral lain yang dapat menjadi semen pada batupasir antara lain aragonit, dolomit,
siderit, chert, opal, hematit, felspar, anhidrit, gipsum, barit, mineral zeolit, dan mineral
lempung.
Pada batuan karbonat proses sementasi juga merupakan fenomena yang sangat
menarik. Bersama dengan proses rekristalisasi, proses sementasi merupakan proses yang
menyebabkan terjadinya litifikasi pada batuan karbonat. Mineral aragonit, dolomit dan
kalsit merupakan mineral yang umum sebagai semen dalam batuan karbonat. Pada
waktu proses diagenesis, mineral aragonit mengalami alterasi menjadi mineral kalsit
dengan bertambahnya waktu, sehingga semen kalsit umumnya terdapat pada
batugamping yang berumur tua.
Autogenetik
Pada pengertian yang luas, autigenetik merupakan semua proses, termasuk proses
sementasi dan replacement, yang mengakibatkan terbentuknya mineral baru didalam
sedimen atau batuan sedimen. Tetapi pada proses diagenetik, autigenetik merupakan
proses pembentukan mineral baru, selain proses sementasi dan replacement. Mineral
baru ini terbentuk akibat proses kristalisasi larutan atau alterasi dari mineral atau
fragmen batuan. Ada enam (6) proses pembentukan mineral baru dalam sedimen, yaitu

63

1. Pembentukan mineral pirit dari mineral yang mengandung besi pada kondisi
reduksi. Proses ini biasanya berasosiasi dengan batupasir dan batulunpur yang
berwarna gelap dan kaya material organik.
2. Pembentukan mineral hematit dan limonit dari mineral yang mengandung besi
karena porses oksidasi.
3. Pembentukan mineral-mineral biotit, muskovit, klorit, ilit, dan glokonit dari
alterasi mineral lempung
4. Alterasi mineral felspar dan membentuk mineral lempung dan muskovit yang
berbutir halus.
5. Alterasi debu vulkanik yang membentuk mineral smektit dan zeolit.
6. Pembentukan mineral kuarsa dan felspar autigenik.
Penggantian (Replacement)
Proses penggantian (replacement) merupakan proses pelarutan mineral atau
sebagian mineral pada waktu terjadinya proses diagenesis, dan terjadinya proses
kristalisasi mineral baru yang berbeda komposisinya pada tempat mineral yang
mengalami pelarutan. Tekstur dan struktur awal pada umumnya tidak mengalami
perubahan (terawetkan). Contoh yang baik adalah proses pembentukan fosil kayu
(petrified wood). Proses penggantian mineral pada proses diagenesis merupakan proses
yang sangat umum terjadi pada batuan sedimen silisiklastik maupun sedimen karbonat.
Proses ini dikontrol oleh pH, Eh, temperatuir, tekanan, dan kehadiran ion lainnya
didalam larutan.
Inversi
Proses penggantian mineral oleh bentuknya yang lain biasanya terjadi pada
mineral yang polimorf (mineral dengan komosisi kimia sama tetapi bentuknya berbeda).
Contohnya adalah perubahan mineral aragonit (CaCO3 ortorombik) menjadi kalsit
(CaCO3 rombohedral). Contoh lain adalah perubahan dari opal A (SiO2 amorf), menjadi
opal CT yang mengandung kristobalit (SiO 2
tetragonal),

ortorombik), kemudian tridimit (SiO2

dan akhirnya menjadi kuarsa (SiO2 rombohedral). Proses ini biasanya

bersama-sama dengan proses rekristalisasi.

64

Rekristalisasi
Proses

ini

sering

dikacaukan

dengan

pengertian

proses

penggantian

(replacement) dan inversi. Tetapi pada pengertian yang lebih sempit, rekristalisasi
merupakan proses perubahan ukuran dan bentuk kristal mineral tanpa perubahan yang
berarti pada komposisi kimianya. Oleh sebab itu akibat rekristalisasi, tekstur dan struktur
awal mineral mengalami perubahan total. Proses rekristalisasi dapat terjadi pada semua
batuan sedimen, tetapi proses ini sangat umum pada batuan sedimen nonsilisiklastik,
terutama batuan karbonat.Contohnya perubahan dari lumpur karbonat menjadi
batugamping kristalin kasar. Oolit menjadi mosaik kristal yang kasar.
Pelarutan
Proses pelarutan merupakan proses diagenesis yang penting yang menyebabkan
meningkatnya porositas dan penipisan lapisan batuan sediment, terutama pada batuan
yang mudah larut seperti batuan karbonat dan evaporit. Proses ini dikontrol oleh pH, Eh,
temperatur, tekanan, tekanan parsial CO2, komposisi kimia dan ionik strengh. Proses
pelarutan juga dikontrol oleh porositas dan permeabilitas awal, mineralogi dan ukuran
butir sedimen
Material yang paling mudah larut dalam batupasir adalah semen kalsit, sehingga
efek utama dari proses pelarutan adalah penghilangan semen. Proses ini disebut
desementasi. Mineral metastabil pada batupasir seperti felspar, fragmen batuan dan
mineral berat, dapat juga mengalami proses pelarutan. Proses ini disebut intrastratal
solution.
Proses pelarutan semen dan sebagian mineral-mineral tidak stabil dalam
batupasir merupakan proses penting terbentuknya porositas sekunder batupasir. Porositas
primer batupasir akan mengalami penurunan sampai nol karena proses penimbunan dan
sementasi sampai kedalaman lebih dari 3000 meter. Tetapi porositas sekunder akan
bertambah karena proses pelarutan semen kalsit dan berkurangnya mineral tidak stabil
pada kedalaman lebih dari 7000 meter (gambar 3)

65

Gambar 3. Perubahan porositas primer dan


sekunder pada batupasir karena perubahan
kedalaman.

3. LINGKUNGAN PROSES DIAGENESIS


Tekanan pada lingkungan proses diagenesis
Pembebanan sediment pada sediment di bawahnya akan meningkatkan tekanan
pada sediment seperti halnya peningkatan tekanan fluida yang terdapat pada lubang
antar butiran. Tekanan yang dihasilkan dari pembebanan ini menyebabkan batuan akan
mengalami diagenesis. Tekanan yang diakibatkan oleh pembebanan ini disebut geostatic
pressure atau lithostatic pressure. Perubahan geostatic pressure karena perubahan
kedalaman disebut geostatic gradient. Besarnya geostatic gradient bervariasi tergantung
dari densitas material penyusun lapisan yang menjadi beban.

Akibat peningkatan

lithostatic pressure selama proses diagenesis, adalah proses pemadatan dan


berkurangnya nilai porositas sediment. Tekanan ini juga mempengaruhi stabilitas
mineral, sehingga mineral penyusun sediment dapat lenyap dan atau terjadinya
pembentukan mineral autigenik. Tekanan fluida terjadi karena peningkatan berat dari
fluida yang terdapat di dalam rongga pori antar butiran dan peningkatan besarnya karena
bertambahnya kedalaman, tergantung pada densitas dari fluidanya. Tekanan fluida ini
disebut hydrostatic pressure, dan peningkatannya karena kedalaman disebut hydrostatic
gradient. Peningkatan tekanan fluida menakibatkan larutnya gas-gas yang terdapat di
dalam pori antar butiran. (Gambar 4)
Temperatur proses diagenesis.

66

Gradient temperature. Penumpukan sediment disertai dengan peningkatan temperature


sekitar 20 - 30C setiap kedalaman I km. Peningkatan temperature dengan bertambahnya
kedalaman dikenal dengan gradient temperature (geothermal gradient). Besarnya
gradient temperature di setiap tempat tidak sama mulai dari yang sangat rendah sekitar
5C/km sampai yang paling ekstrim sekitar 65C/km. Gradient temperature yang tinggi
terdapat pada daerah dengan aktivitas vulkanik yang tinggi, pada system rift, dan di
sepanjang pematang lantai dasar samudera. Sedang harga gradient temperature yang
rendah terdapat pada palung laut dalam, dan yang nilainya menengah terdapat pada
daerah non vulkanik pada kerak benua.
Gambar 4. Nilai rata geothermal gradient,
geostatic pressure gradient, dan hydrostatic
pressure gradient.

Komposisi kimia, pH, dan Eh airtanah.


Pengukuran langsung harga pH dan Eh air tanah sulit dilakukan, sehingga
pengukuran nya sering dilakukan pada air hasil pemboran. Harga pH dan Eh dari air
pemboran ini tidak sepenuhnya benar, karena adanya kontaminasi maupun proses
oksidasi, dan lepasnya gas yang terkandung di dalamnya. Harga pH kebanyakan air
formasi berkisar antara 7 sampai 9. Meskipun tidak ada data yang akurat mengenai
hubungan antara pH dengan kedalaman, tetapi harga pH cenderung meningkat dengan
meningkatnya kedalaman. Peningkatan harga pH ini disebabkan oleh lepasnya ion
hidrogen dari air pori yang masuk ke dalam mineral selama proses diagenesis. Naiknya
pH juga disebabkan karena meningkatnya temperatur air pori, meskipun tidak begitu

67

jelas apakah meningkatnya pH terjadi pada semua peningkatan kedalaman atau pada
setiap peningkatan temperatur.
Harga Eh lebih sulit untuk diketahui dari pada pH. Hal ini disebabkan karena
kebanyakan air permukaan mengalami oksidasi, dan air tersebut mengalami sirkulasi
sampai kedalaman tertentu, sehingga air bawah tanah yang berasal dari air permukaan
diasumsikan juga mengalami oksidasi. Sebaliknya air bawah permukaan yang berasal
dari air konat, merupakan air yangterjebak pada pembentukan batuan sediment, telah
tersimpan lama di dalam formasi batuan, sehingga sudah tidak berhubungan dengan
atmosfer. Beberapa air konat, terutama yang berhubuingan dengan minyak bumi
mempunyai nilai Eh yang negative. Nilai Eh negatif juga dijumpai pada serpih yang
kaya bahan organik dan pada lapisan batubara.
Komposisi kimia air bawah tanah pada lingkungan diagenesis sangat berbeda
dengan komposisi air laut dan air tawar di permukaan. Komposisi air bawah tanah
tergantung pada beberapa faktor yang dapat berubah tergantung pada proses diagenesis,
juga pada perbedaan cekungan sedimentasi, dan kedalamannya. Faktor-faktor yang
mengontrol komposisi kimia air bawah permukaan adalah, 1. komposisi air yang
terdapat pada cekungan sedimentasi, 2. interaksi airtanah dengan batuannya, 3.
percampuran air tanah dengan air tanah dari tempat lain yang berbeda komposisinya
pada saat migrasi air melalui pori antar butiran.
4. KONTROL UTAMA PROSES DIAGENESIS
Komposisi mineral awal. Selain kondisi lingkungan proses diagenesis, perubahan
komposisi mineral akibat proses diagenesis tergantung pada komposisi awal sediment
sebelum mengalami proses diagenesis. Sediment yang kaya material vulkanik dan
feldspar akan mengandung mineral autigenik klorit dan monmorilonit yang kaya
magnesium, besi, kalsium, dan potassium. Sebaliknya mineral autigenik dari batupasir
kuarsa adalah kaolinit dan kuarsa.
Komposisi kimia air pada lingkungan pengendapan. Lingkungan pengendapan
batuan sediment kehadiran macam mineral autigenik di dalam batuan sediment. Air

68

bawah tanah yang mengisi pori antar butiran pada waktu sediment terendapkan, akan
mengkristal dan membentuk mineral autigenik
Tatanan tektonik. Kondisi fisika dan kimia lingkungan bawah permukaan yang
mengontrol proses diagenesis tergantung pada letak cekungan sedimentasi pada tatanan
tektoniknya. Tatanan lempeng tektonik yang berasosiasi dengan proses diagenesis
termasuk mid-ocean ridges, trailing edge continental margins, subduction zones,
continent-to-continent collision zones, rift valleys, dan interplate settings.
5. AKIBAT DARI PROSES DIAGENESIS
Proses diagenesis menyebabkan terjadinya variasi tekstur, komposisi mineral,
sifat fisika, dan sifat kimia batuan sediment.Perubahan utma akibat proses diagenesis
dapat dikelompokkan menjadi perubahan sifat fisikanya, perubahan komposisi mineral,
dan perubahan sifat kimia batuan sediment.
Perubahan sifat fisik
Sifat fisik yang mengalami perubahan selama proses diagenesis adalah tekstur.
Proses diagenesis yang menyebabkan perubahan tekstur antara lain bioturbation,
kompaksi, sementasi, dan pelarutan.
Perubahan komposisi mineral
Perubahan komposisi mineral yang terjadi selama proses diagenesis dihasilkan
dari proses sementasi, autigenik, replacement, inversion, dan solution. Tergantungb dari
prosesnya, mineral penyusun sediment akan hilang atau terbentuknya mineral yang baru.
Meskipun demikian perubahan mineralogy akibat proses diagenesis tidak selalu dapat
dikenali dengan mudah. Hanya semen pada batuan sediment yang mudah dikenali
karena mengisi pori antar butiran.
Perubahan sifat kimia

69

Perubahan komposisi mineral batuan sediment selama proses diagenesis diiringi


dengan perubahan komposisi kimia batuan sediment Beberapa senyawa kimia dalam
sedimen dapat mengalamai penambahan atau hanya perubahan yang terjadi pada
komponen penyusun sedimen itu sendiri. Seperti misalnya kalsium atau silika bertambah
karena proses sementasi selama diagenesis atau kah penambahan itu disebabkan karena
terjadinya pelarutan mineral karbonat atau silikat penyusun sediment itu sendiri. Oleh
sebab itu sangat sulit menghitung jumlah perubahan komposisi kimia sediment karena
tidak diketahui dengan pasti komposisi awal sediment tersebut. Oleh sebab itu para
sedimentologist tidak menggunakan kom,posisi kimia batuan sediment untuk
mempelajari lingkingan pengendapan dan provenance batuan sediment.

70

Anda mungkin juga menyukai