Anda di halaman 1dari 5

PKM GT

Nama lengkap Ketua

: Muh. Ismunandar. Ys

NIM

: 145080301111015

No HP

: 082343545573

Nama Anggota Kelompok :


No
1.
2.

Nama
Misdya Candra. S
Muh. Johansyah

NIM
145080301111007
145080300111023

Fakultas/ Jurusan
Teknologi hasil perikanan
Teknologi hasil perikanan

Judul Karya

: Bak Susun Budidaya Kepitng Soka untuk Pengaplikasian


di Daerah Pesisir.

Tahun Karya Dibuat

: 2014

Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara bahari dengan kekayaan laut yang luar biasa, mulai dari
daerah pesisir sampai dengan lautnya penuh dengan potensi sumber daya yang dapat
digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Salah satu potensi yang cukup mennjanjikan
untuk dikelola lebih lanjut adalah kepiting soka, yakni kepiting bakau cangkang lunak hasil
rekayasa moulting. Untuk beberapa daerah di Indonesia seperti daerah Sulawesi Selatan yang
telah memulai budidaya ini sejak beberapa tahun terakhir dan melayani permintaan dalam
dan luar negeri. Hal ini menunjukan potensi budidaya dan pangsa pasar yang cukup
menjanjikan Di Indonesia kepiting bakau dapat dijumpai di 33 provinsi di daerah pesisir.
Diperkirakan perkembangan usaha perdagangan kepiting bakau dimasa mendatang
akan terus meningkat antara lain dengan adanya indikasi: (1) peluang pasar ekspor terbuka
luas dengan sedikitnya ada 11 negara konsumen, (2) potensi lahan bakau yang merupakan
habitat hidupnya cukup besar dan belum digali secara optimal, (3) pengetahuan budidaya
yang semakin meningkat baik budidaya pembenihan maupun pembesaran.(Rangka,2007).
Menurut Rangka(2007) pada umumnya prinsip budidaya kepiting bakau yang menjadi
kepiting cangkang lunak adalah menciptakan lingkungan budidaya sesuai dengan habitatnya
sehingga kepiting bakau bisa kerasan, cukup makan dan tumbuh normal. Pada lingkungan
aslinya (perairan di lahan bakau) yang merupakan habitatnya diduga merupakan tempat yang
sangat cocok Saat ini untuk budidaya kepiting ini dilakukan di tambak air payau budidaya
yang luas.

Namun masalah yang sering terjadi dalam usaha budidaya adalah masalah permodalan
yang menyangkut biaya besar untuk biaya pembangunan tambak baru yang lengkap dengan
saluran sekunder dan tersier. Hal ini tentunya menjadi masalah bagi pembudidaya dengan
modal yang minim. (Nurjannah,2009)
Berdasarkan hal tersebut penulis merumuskan Bak susun budidaya kepiting soka
untuk pengaplikasian di daerah pesisir sebagai alternative media budidaya yang
efisien,ekonomis dan fleksibel.

Ide/ Gagasan

Ide atau gagasan yang di rumuskan oleh penulis yaitu Bak susun Budidaya kepiting
soka untuk pengaplikasian di daerah Pesisir, yang di gunakan sebagai alternative
pembudidayaan kepiting soka di tambak, sehingga akan lebih efisien,ekonomis dan fleksibel
dalam pembudidayaannya.

Pembahasan Ide/ Gagasan :

1. Kondisi kekinian
Kepiting yang di moulting untuk menjadi kepiting soka yaitu kepiting bakau
(Scylla serrata) merupakan salah satu jenis Crustacea dari famili Portunidae yang
mempunyai nilai protein tinggi, dapat dimakan dan merupakan salah satu spesies yang
mempunyai ukuran paling besar dalam genus Scylla (Hill, 1992 dalam Monoarfa
2014).
Menurut Kasry (1996) dalam Monoarfa (2014), kepiting banyak ditemukan di
daerah hutan bakau, sehingga di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan kepiting
bakau (Mangove Crab). Kepiting mangrove atau kepiting lumpur (Mud Crab) ini
dapat hidup pada berbagai ekosistem. Sebagian besar siklus hidupnya berada
diperairan pantai meliputi muara atau estuarin, perairan bakau dan sebagian kecil di
laut untuk memijah. Jenis ini biasanya lebih menyukai tempat yang agak berlumpur
dan berlubang-lubang di daerah hutan mangrove.
Umumnya saat ini lokasi budidaya kepiting soka bisa dilakukan di perairan
alami maupun tambak,lokasi alami yang dimaksud adalah perairan bakau sedangkan
tambak yang dimaksud adalah bisa tambak tradisional,semi-tradisional,maupun
intensif yang mampu menahan gempuran gelombang dan arus laut (Nurdin &
Armando, 2009).
Tanah yang untuk pemeliharaan kepiting adalah liat berpasir untuk tanah dasar
sesuai dengan sifat kepiting yang aktiv di dasar kolam pada siang hari. Tanah yang
digunakan untuk pemeliharaan kepiting mempunyai pH yang Netral atau basa, yaitu
berkisar 7.0 8,5 . Tanah semacam ini kaya akan garam nutrient,sehingga dapat

merangsang pertumbuhan pakan kepiting. Kondisi ini dapat di ciptakan dengan


pemberian kapur.
Di daerah sumatera,Kalimantan dan irian jaya sering di jumpai sulfat asam.
Tanah mengandung senyawa pyrit, yaitu senyawa yang dapat menyebabkan pH tanah
menjadi rendah sehingga kurang baik untuk pemeliharaan kepiting. (Afrianto dan
liviawaty, 1992).
Lahan budidaya untuk kepitng soka merupakan hal yang dapat menjadi sebuah
problematika melihat rumitnya sistem pengolahannya, dan tentunya hal ini akan
berdampak pada penggunaan biaya . untuk itu perlu adanya konsep baru dalam
pembudidayaan kepiting soka yang efisien,ekonomis dan fleksibel untuk digunakan.
Untuk pembudidayaan di tambak,setelah mendapatkan lahan yang cocok
untuk pembudidayaan, hal yang perlu diperhatikan yakni peruntukan lahan yang akan
digunakan, sehingga pada masa mendatang tidak menimbulkan kesulitan. Peruntukan
lahan harus jelas dan pasti agar tidak terjadi beturan kepetingan dengan instansi lain
dalam penggunaan lahan, seperti pemukiman,kawasan industry, lahan pertanian dan
hutan lindung.
2. Solusi yang pernah di dilakukan.
Dialam bebas kepiting bakau akan mulai molting 2 bulan sekali sehingga
produktivitas
rendah. Beberapa tahun belakangan ini mulai di lakukan
pembudidayaan kepiting bakau di tambak bekas budidaya ikan bandeng yang dimana
capit dan kaki jalan di potong untuk merangsang moulting. Didalam kolam 4000 m
dapat menghasilkan 600 kg kepiting soka atau kepiting cangkang lunak. Dalam
system pembudidayaan ini lahan yang di gunakan harus luas karena kepiting soka
tidak dapat di budidaayakan seperti udang dan lobster sebab kepitng soka bersifat
kanibal, sehingga kepiting ini harus diletakkan di box ukuran 15 x 15 yang berisi 4
kepiting yang diberi 4 sekat. Pengolahan lahan juga sangat berpengaruh dalam
keberhasilan budidaya ini sehingga akan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Untuk itu penulis mencetuskan ide pembudidayaan kepiting soka dalam bak susun
guna mengatasi masalah penggunaan lahan serta pengoptimalan produktivitas kepiting
soka.
3. Kehandalan gagasan
Dalam konsep budidaya bak susun ini lahan yang digunakan relative kecil dari
pembudidayaan di tambak,serta produksi 3 kali akan lebih besar dari pada tambak.
Budidaya ini tergolong ekonomis karena pebudidaya tidak harus membuat dan
mengolah lahan tambak lagi karena media hidup kepiting berupa bak persegi yang
disusun secara bertumpuk dan aerasi menggunakan mesin air dengan rangkaian seri.
Konsep budidaya daya ini juga bersifat fleksibel karena bak dalam budidaya ini
memungkinkan untuk dapat di bongkar dan dapat di susun sedemikian rupa sehingga
akan memudahkan dalam pembersihan setelah panen dan pengkondisian lingkungan.
Konsep budidaya ini juga di lakukan di pesisr pantai guna memanfaatkan lahan yang
masih sangat kosong di daerah pesisir pantai. Konsep budidaya ini juga dapat di
kolaborasikan dengan usaha restoran makan karena hanya membuthkan lahan yang

tidak terlalu luas dan mudah untuk dipanen. Selain itu budidaya ini jika di terapkan di
daerah pesisir yang memiliki potensi wisata, akan meningkatkan daya jual wisata
tersebut mengingat kepitng soka merupakan kuliner baru yang mulai di sukai oleh
masyarakat.
4. Pihak pihak yang berperan.
Dalam menerapkan konsep budidaya ini di perlukan pihak pihak yang berperan
didalamnya, antara lain konselor dalam bidang budidaya dan ahli dalam bidang
pengairan yang berperan dalam pengaplikasian konsep ini. Serta Ahli di bidang
ekologi yang berperan dalam menganalisis dampak konsep ini terhadap lingkungan.
5. Langkah langkah implementasi gagasan.
Untuk merakit bak susun pembudidayaan kepiting soka ini hanya di butuhkan bak
berukuran 25 x 30 x 11 cm ,bamboo,pipa paralon diameter 3cm, dan mesin air yang
jumlahnya disesuaikan dengan banyaknya rangkaian bak susun. Bak di susun secara
berderet kemudia di susun 4 tingkat dengan jarak antara bak atas dan bawah yaitu 20
cm. aerasi di lakukan dengan mengalirkan air ke setiap bak melalui pipa yang
dihubungkan pada bak, yang kemudian airnya akan mengalir secara searah. Bak di
beri sekat yang gunanya agar kepiting tidak saling memangsa, sekat dapat terbuat dari
jaring atau benda lain yang dapat membatasi antar kepiting. Agar terlindung dari sinar
matahari susunan bak di beri pelindung berupa atap dengan empat tiang penopang. Air
untuk aerasi diambil dari laut dengan pipa ujung pipa inlet yang menuju sumber air di
beri saringan. Gambaran sederhana dari susunan bak ini dapat di lihat pada gambar di
bawah ini.

Manfaat yang Diharapkan :


Dalam penerapan konsep ini manfaat yang di harapkan antara lain :

Dapat meningkatkan produksi kepiting soka yang memiliki potensi besar dalam
usaha.
Sebagai alternative media budidaya yang menggunakan lahan kecil dan modal yang
lebih sedikit.
Dapat memberdayakan masyarakat pesisir dengan peningkatan kegiatan ekonomi di
daerah pesisir.

Dapat meningkatkan daya jual daerah wisata pesisir potensial dengan konsep
kolaborasi bisnis restoran dengan pembudidayaan kepiting soka di daerah pesisir,
yang di mana kepiting soka merupakan kuliner yang unik dan memiliki daya jual
tinggi.

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya yang saya tuliskan adalah data yang benar
dan saya bersedia menyiapkan hal-hal terkait karya tersebut serta saya siap mengikuti
segala peraturan yang telah di tetapkan panitia.

Malang, Desember 2014

MUH.ISMUNANDAR.YS

Anda mungkin juga menyukai