Anda di halaman 1dari 28

Oleh: Nimah Afifah,M.Ag, M.Pd.

Pengertian:
Ilmu Tauhid berasal dari kata Ilmu dan tauhid
secara bahasa/ etimologi berasal dari bahasa

Arab ilmun yang berarti pengetahuan


Secara istilah/ terminologi ilmu berarti
pengetahuan yag diperoleh melalui metode
ilmiah tertentu dengan obyek tertentu

Tauhid
Secara bahasa/ etimologi berasal dari bahasa

Arab wahhada-yuwahhidu yang berarti


mengesakan
Secara istilah/ terminologi: ilmu yang
membahas tentang Allah swt, sifat-sifat yang
wajib, yang boleh dan tidak boleh bagi-Nya
serta para rasul-Nya

Kesimpulan:
Ilmu tauhid adalah pengetahuan yang pokok

bahasan utamanya adalah menetapkan


keesaan Allah

Pokok bahasan Tauhid


Ma`rifatul mabda: mempercayai dengan

penuh keyakinan bahwa pencipta alam


semesta ini adalah Allah yang Maha Esa. Allah
wajib wujud
Ma`rifatul wasithah: mempercayai dengan
penuh keyakinan tentang utusan Allah baik
para rasul maupun malaikat
Ma`rifatul ma`ad: mempercayai dengan
penuh keyakinan tentang adanya kehidupan
abadi setelah mati.

Jenis dan Sifat Keyakinan


Tauhid Rububiyah: mempercayai bahwa

Allah adalah satu-satunya pencipta,


pengatur dan pemelihara alam semesta
Tauhid Uluhiyah/Ubudiyah: mempercayai
bahwa kepada Allah-lah manusia bertuhan,
beribadah, memohon pertolongan serta
tunduk dan patuh
Tauhid Sifatiyah: mempercayai bahwa Allah
mempunyai segala sifat kesempurnaan dan
terlepas dari sifat tercela atau kekurangan

Termasuk dalam pengertian ini adalah pengakuan

bahwa Allah SWT adalah satu-satunya pemberi


rezeki bagi semua makhluk di alam semesta.
Dalam QS. Fathir (35): 3, Allah SWT berfirman:
Hai Manusia, ingatlah akan nikmat Allah yang
diberikan kepadamu. Adakah pencipta lain selain
Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu
dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan yang
berhak disembah) kecuali Dia. Maka mengapa
kamu berpaling (dari mengesakan-Nya)?

Termasuk dalam pengertian ini adalah

meyakini bahwa hanya Allah SWT-lah satusatuanya pelindung sejati bagi semua
makhluk. Allah SWT berfirman dalam QS.
Thaha (20): 14: Sesungguhnya Aku ini adalah
Allah. Tidak ada tuhan selain Aku. Maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk
mengingat-Ku.

Syarat sempurnanya
Tauhid
Firman Allah "Dan hendaklah kalian hanya
beribadah kepada Allah dan jangan
menyekutukan-Nya dengan sesuatupun"
Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa
tauhid tidak akan sempurna kecuali dengan
dua syarat, yaitu :
Meniadakan segala sesuatu sesembahan
bahwa tidak ada yang berhak untuk disembah
Menetapkan bahwa hanya Allah yang berhak
untuk disembah

Al Qur'an Surat Al An'am : 151


Allah berwasiat kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaih

wasalam dan umat Islam di dalam ayat yang berisi 10 hak


yang harus ditunaikan seorang hamba baik kepada Allah,
Islam, atau sesama manusia. Katakanlah: "Marilah
kubacakan apa yang telah diharamkan atas kamu oleh
Rabb-mu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu
dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang tua, dan
janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut
kemiskinan, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan
kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatanperbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya
maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar".

Hubungan ketiga jenis


tauhid
bagiini umat
Islam
Ketiga jenis tauhid
merupakan satu
kesatuan keyakinan yang tak terpisahkan dan
wajib diterapkan oleh kaum beriman dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain,
seorang yang mengaku percaya kepada Allah
SWT, maka pada saat yang sama ia harus
meyakini bahwa Allah SWT adalah satusatunya pencipta, penguasa, pelindung dan
Tuhan yang berhak disembah di alam semesta
ini.

Sumber utama
Al-Quran: Kalam Allah yang disampaikan

kepada Muhammad dengan melalui perantara


malaikat Jibril
Al-Hadis: perkataan, berbuatan dan
ketetapan Nabi Muhammad saw.

Tujuan
Memantapkan keyakinan melalui akal pikiran

dan memantapkan hati yang didasarkan


wahyu
Membela kepercayaan dan keimanan dengan
menghilangkan berbagai keraguan yang
masih melekat atau keraguan dari luar
(lawan) kepercayaan

Jabaran sumber
pengajaran
Islam
Pengajaran agama khususnya
Islam berdasarkan
sumbernya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber
termasuk
Tauhid
yang berasal dari periwayatan
(naqliyyah) dan

intelektual (aqliyyah). Pengajaran yang berdasarkan


periwayatan adalah seluruh pengetahuan yang
disebarluaskan dari generasi awal yang tidak diperoleh
melalui pemfungsian pikiran manusia pada dirinya
sendiri. Contoh yang khas dari pengertian ini adalah
bahasa, wahyu dan hukum. Pengajaran Intelektual
adalah seluruh pengetahuan yang secara prinsip dapat
diperoleh oleh kesadaran intelek manusia tanpa
bantuan generasi terdahulu atau wahyu

Makna syahadah
berimplikasi penyerahan diri
Peryataan seorang muslim terhadap
absolut
Tuhan
Keberadaanpada
Tuhan atau
yang dikenal dengan
syahadah, penyaksian bahwa Allah adalah
Wujud Absolut, berimplikasi pada proses
penyerahan diri kepada Diri yang Absolut yaitu
Tuhan, sebagaimana salah satu makna Islam
yaitu penyerahan diri kepada Eksistensi
Absolut. Hal ini karena eksisten-eksisten yang
lain selain Eksistensi yang Absolut adalah
eksistensi reflektif yang bergantung pada
Eksistensi Absolut, sebagai Kausa Prima.

Hukum aqliyah keberaan


Tuhan
Secara logis hal ini bisa dipahami melalui relasi sebab
akibat. Sebab (Causal) tidak mungkin bergantung pada
akibat, bahkan sebaliknya akibatlah yang bergantung
secara eksistensial kepada sebab. Karena Tuhan
sebagai Sebab dari segala sebab dan merupakan
Eksistensi Absolut maka seluruh eksistensi selain-Nya
adalah eksistensi yang bergantung atau berserah diri
kepada-Nya. Dengan demikian penyerahan diri kepada
Tuhan bukanlah proses yang dogmatis berdasarkan
pengetahuan riwayat tetapi ia merupakan
pengetahuan yang hadir bersamaan dengan
kemaujudan manusia dan seluruh eksistensi yang lain.

Posisi Nabi sebagai


manusia
bercitra
Persaksian yang kedua
dalam pandangan dunia tauhid
yaitu persaksian adanya Nabi sebagai manusia yang
mempunyai citra gradasional
Tuhan yang tertinggi dari
grafasional
Tuhan
seluruh eksisten-eksisten yang lain. Oleh karena itu para

Nabi adalah orang-orang yang telah mengalami sejenis


penyingkapan ruhani (spiritual disclosure) melalui proses
transformasi spiritual yang dalam bahasa al-Quran disebut
miraj. Persaksian ini menunjukkan bahwa kehadiran para
Nabi atau orang-orang suci bukan semata-mata
merupakan penyampai teks-teks keagamaan yang bersifat
sakral tetapi juga merupakan wakil Tuhan untuk
mengingatkan manusia guna menyadari kembali anugerah
tauhid yang inheren dalam dirinya.

Posisi Nabi sebagai


gradasi
citra
Tuhan
Selanjutnya syahadah
kenabian
juga merupakan
konsepsi tentang manusia suci yang kepadanya
pengelolaan alam semesta menjadi tanggungjawabnya.
Pengelolaan dalam padangan dunia tauhid merupakan
bagian dari proses pembimbingan alam semesta untuk
kembali menyadari posisinya dan yang akan kembali
kepadaNya. Oleh karena itu konsepsi teks-teks agama
tentang ditaklukkannya alam semesta untuk manusia
harus dipahami dalam konteks syahadah kedua yaitu
penyaksian adanya manusia suci yang merupakan citra
Tuhan. Sebagai citra Tuhan yang merupakan eksistensi
gradasional tertinggi Nabi tidak dimungkinkan secara
logis melakukan kesalahan atau kerusakan.

Kesucian nabi dan rasul


Dalam bahasa al-Quran disebut sebagai manusia yang telah
dan sedang mengalami pensucian dari segala jenis
kesalahan (QS:33:33). Sebagaimana Tuhan yang tidak
melakukan kesalahan atau kerusakan, maka manusia suci
sebagai citra Tuhan juga tidak melakukan kesalahan atau
kerusakan. Dan teks-teks agama tentang proses
penaklukan dalam pandagan dunia tauhid adalah ungkapan
adanya gradasi eksistensial dalam sistem alam semesta,
dimana manusia yang telah mentauhid merupakan gradasi
yang tertinggi atau telah mencapai posisi sebagai citra
Tuhan. Oleh karenanya proses pengaturan atau pengelolaan
alam tidak dilimpahkan kepada eksisten-eksisten reflektif
kecuali kepada mereka yang telah mentransformasi dirinya
menjadi citra Tuhan (QS:24:55;QS:21:105)

Tauhid yang merupakan penegasan bahwa tidak

ada Tuhan selain Allah dan karena hanya Allahlah


yang merupakan Wujud Absolut merupakan contoh
yang gamblang dari pengetahuan Intelektual.
Pengetahuan ini dapat diperoleh manusia tanpa
melalui pengajaran yang bersifat periwayatan.
Karena pengetahuan tentang keAbsolutan
Keberadaan Allah merupakan anugerah kepada
manusia ketika ia mengfungsikan akal sehatnya.
Bahkan pengajaran yang bersifat periwayatan
dapat diverifikasi dengan pengajaran yang bersifat
inteleksi ini.

Ekspresi keberagamaan
Perilaku agama (fenomena keagamaan):

berupa: kesalehan pribadi dan kesalehan


sosial
Contoh fenomena keagamaan: penggunaan
jilbab sebagai identitas seorang muslimah, dll.
Studi ilmiah tentang kajian keagamaan

Tantangan tauhid di abad


21
komples
. Era lebih
globalisasi yang
dialami manusia modern
menciptakan tuhan-tuhan modern yang lebih canggih
dan menggoda. Globalisasi dapat dipahami sebagai
sebuah proses dimana orang-orang di seluruh dunia
dipersatukan dalam sebuah komunitas tunggal, baik
secara ekonomi, teknologi, sosial budaya dan politik.
Tidak dapat dipungkiri, materialisme kini menjadi salah
satu tuhan yang disembah oleh manusia-manusia
modern. Nilai-nilai spiritual terabaikan, sementara
prestasi-prestasi material menjadi berhala-berhala baru.
Di Indonesia, materialisme bahkan menjadi orientasi
pembangunan selama bertahun-tahun.

Fenomena materialisme
Di dunia pendidikan misalnya, siswa-siswa kita

diperas energinya siang malam untuk sebuah


angka. Kerja keras para guru dan orang tua
dalam bentuk les-les tambahan di luar sekolah
menjadi indikasi materialisme dalam sistem
pendidikan kita. Orientasi belajar anak
diarahkan pada perolehan target-target formal.
Tanpa kita sadari, kita telah melakukan
pengerdilan potensi kemanusiaan.. Bangsa kita
sedang bekerja keras mencetak robot-robot
masa depan zonder nilai-nilai kemanusiaan.

Agama hanya sebatas


pengetahuan
Tidak hanya itu, pemahaman keagamaan kita
ikut-ikutan hanya pada dataran formal. Asal
sudah berbau agama, seakan sudah
dianggap religius. Tidak ada implikasi
keagamaan dalam realitas sosial. Pelajaran
agama di sekolah-sekolah berorientasi pada
aspek-aspek kognitif. Sementara aspek afektif
dan psikomotorik kurang mendapat
penekanan. Polanya cenderung mengacu pada
transfer pengetahuan, dan bukan pengamalan.

Sekulerisme
Di sisi lain, sekularisme menjadi fenomena

yang tak terbantahkan. Banyak manusia


modern yang tanpa sadar memisahkan antara
urusan agama dengan urusan dunia. Ibadah
ditegakkan, namun kejahatan kemanusiaan
juga dilestarikan. Tidak heran, kendati jumlah
jamaah haji terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, namun praktik korupsi pun
bak cendawan di musim hujan.

Orientasi materialisme
Orientas-orientasi materialismesekularisme

inilah yang kemudian tanpa sadar


mengantarkan banyak manusia modern
kepada penghambaan terhadap nafsu-nafsu
duniawi. Menghamba kepada kepentingan
ekonomi, kekuasaan, prestise, dan
kepentingan-kepentingan lain yang
berlandaskan hawa nafsu

Bahaya menuhankan
hawanafsu
Allah SWT menyindir dalam QS. Jatsiyah: 23:

Maka pernahkah kamu melihat orang yang


menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya
dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan
ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan
tutup atas penglihatannya? Maka siapakah
yang akan memberinya petunjuk sesudah
Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa
kamu tidak mengambil pelajaran?.

Pemurnian tauhid
Karena itu, pemurnian tauhid di tengah arus

globalisasi menjadi sebuah keniscayaan yang harus


dilakukan oleh manusia modern. Setiap penghambaan
terhadap tuhan-tuhan materi perlu segera
dibersihkan dari lubuk hati kaum beriman. Dan Allah
SWT harus dijadikan sebagai satu-satunya orientasi
kehidupan yang sejati, karena Dia adalah satusatunya Pencipta dan Harapan (tauhid rububiyyah),
satu-satunya Pemilik dan Penguasa alam raya (tauhid
mulkiyyah), dan satu-satunya Zat yang berhak
disembah oleh manusia dan seluruh makhluk di alam
semesta (tauhid uluhiyyah). Wallahu Alam.

Anda mungkin juga menyukai