Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A Remaja
1 Definisi Remaja
Menurut WHO, remaja adalah masa di mana individu berkembang
dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya
sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami
perkembangan, biologik, psikologik, dan sosiologik yang saling terkait
antara satu dengan lainnya. Secara biologik ditandai dengan percepatan
pertumbuhan

tulang,

secara

psikologik

ditandai

dengan

akhir

perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, dan secara sosiologik


ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya
kelak sebagai seorang dewasa muda. [8]
2. Batasan Usia Remaja
Batasan usia remaja menurut WHO adalah usia 12 18 tahun.
Sementara itu, menurut BKKBN batasan usia remaja adalah 10 21 tahun.
[8]

B. Hipertensi
1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk
otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung), dan
hipertopi ventikel kiri (untuk otot jantung). [1]
Seseorang dianggap terkena hipertensi bila angka tekanan darahnya
menunjukkkan sistolik di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. [9]
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut JNC ( The Joint National Committee
On Detection Evaluation And Treatment of High Blood Pressure ) adalah
sebagai berikut :

Tabel 2.1 Klasifikasi Derajat Hipertensi [9]


Klasifikasi
Normal
Ringan
Sedang
Berat

Sistolik
< 130
140 - 159
160 179
? 180

Diastolik
< 85
90 99
100 109
? 110

3. Gejala-gejala Klinis Hipertensi


Gejala hipertensi antara lain sakit kepala, rasa berat di tengkuk,
susah tidur, kunang-kunang, mudah marah, rasa lelah, gelisah, dan muka
merah. [10]
Pada hipertensi hebat, lama atau tidak diobati, gejala-gejala seperti
sakit kepala disertai mual, muntah, sesak, gelisah dan pandangan kabur
terjadi karena adanya kerusakan pada ginjal, jantung, otak, dan hati. Pada
hipertensi ensefalopati kadang-kadang timbul rasa kantuk sampai koma. [11]
4. Faktor Risiko Hipertensi
Faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi dibagi
menjadi dua golongan yaitu:
aFaktor risiko yang dapat dikontrol , antara lain :
1. Kebiasaan merokok
Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari
lamanya merokok, risiko akibat merokok terbesar tergantung pada
jumlah rokok yang dihisap per hari. [8]
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida
yang dihisap melalui rokok, masuk ke dalam aliran darah dan
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan
proses aterosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakau dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan darah secepat mungkin.
Nikotin menempel di pembuluh darah kapiler di dalam paru-paru
dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam beberapa detik nikotin
sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan

memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin


(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi. [8]
Tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg,
meskipun responden hanya merokok 2 batang. Tekanan darah akan
tetap pada ketinggian ini sampai 30 menit setelah berhenti mengisap
rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan menghilang, tekanan
darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada perokok
berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari.
Secara langsung setelah kontak dengan nikotin akan timbul stimulan
terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan lepasnya epineprin
(adrenalin). [8]
Nikotin mendesak pengeluaran insulin dari pankreas, berarti
perokok sering mengalami hiperglikemi (kelebihan gula dalam
darah). Nikotin secara tidak langsung menyebabkan pelepasan
dopamin dalam otak yang mengontrol kesenangan dan motivasi.
Selain kerusakan organ di atas juga kerusakan kronis syaraf dan
perubahan perilaku. [8]
2. Konsumsi Garam
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan di luar sel agar tidak keluar sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Asupan garam yang
dianjurkan adalah sampai di bawah 6 gram per hari (sekitar 1
sendok teh). Dengan membatasi asupan garam dapat menurunkan
tekanan darah secara signifikan. [12]
3. Obesitas
Obesitas sangat erat kaitannya dengan pola makan yang tidak
seimbang. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang
dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makan ke jaringan tubuh

akibatnya volume darah yang beredar melalui pembuluh darah


meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding
arteri. Obesitas mempunyai korelasi yang positif dengan hipertensi.
Ada dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relative
sebesar 10% mengakibatkan kenaikan tekanan darah sebesar 7
mmHg. [13]
4.Kebiasaan olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit
tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah
dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung
harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi
tertentu. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi.

Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan

kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga


bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi.

Kurangnya

aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena


meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa,
makin besar tekanan yang dibebankan pada

arteri. [14]

5 Stres
Stres adalah kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu
dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara
tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber daya
sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres adalah
hal yang dirasakan saat tuntutan emosi, fisik, atau lingkungan tidak
mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk
mengatasinya dengan efektif. Stres atau ketegangan jiwa (rasa

tertekan, murung, rasa marah, endam, rasa takut, rasa bersalah)


dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat secara kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. [8]
6. Dislipidemia
Dislipidemia merupakan kelainan kadar lemak di dalam darah.
Kelainan dapat berupa kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol
LDL, trigliserida, dan penurunan kolesterol HDL. Penderita
hipertensi biasanya juga mengalami dislipidemia, yang biasanya
ditemukan adalah familial dyslipidemic hypertension yaitu seorang
dengan dua orang atau lebih keluarga dekatnya mempunyai profil
lemak yang abnormal disertai gangguan hipertensi sebelum usia 60
tahun. Faktor genetik yang berperan ini, ditemukan pada sekitar 2%
masyarakat umum, dan 12% penderita hipertensi umumnya.
Kebanyakan orang dengan familial dyslipidemic hypertension ini
memiliki profil lemak yaitu tinggi kadar kolesterol total, rendah
kolesterol HDL, dan tinggi kadar trigliserida. [2]
7. Konsumsi alkohol berlebihan
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah
dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol
masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol, dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi
menunjukkan hubungan langsung antar tekanan darah dan asupan
alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan
darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2 3
gelas ukuran standar setiap harinya. [15]
8. Diet yang tidak seimbang
Konsumsi makanan yang tidak seimbang, banyak mengandung
lemak disertai tinggi garam, meningkatkan risiko terkena hipertensi.

Konsumsi gula berlebihan berpengaruh terhadap tekanan darah,


sedangkan banyak mengkonsumsi serat dapat membantu menjaga
tekanan darah dalam batas normal. [16]
9.Konsumsi kopi
Pemberian kafein 150 mg atau 2 3 cangkir kopi akan
meningkatkan tekanan darah 5 15 mmHg dalam waktu 15 menit.
Konsumsi kafein dalam jangka lama tidak terbukti menyebabkan
terjadinya hipertensi, kemungkinan tubuh mengadakan adaptasi dan
toleransi terhadap efek dari kafein tersebut. [17]
a. Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol , antara lain :
1.Umur
Umur

mempengaruhi

terjadinya

hipertensi.

Dengan

bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar.


Sehingga, prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi,
yaitu sekitar 40 %, dengan kematian sekitar 50% da atas usia 65
tahun. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur,
disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar,
yang terutama menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik. [18]
2.Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana
pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan
wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah
sistolik, dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik. Hal
tersebut disebabkan karena pria memiliki gaya hidup yang
cenderung meningkatkan tekanan darah dibandingkan wanita.
Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada
wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65 tahun, terjadinya
hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang
diakibatkan oleh faktor hormonal. [18]

3.Riwayat hipertensi dalam keluarga


Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terurama
pada hipertensi primer (esensial). Tentunya faktor genetik ini juga
dipengaruhi

faktor-faktor

lingkungan

lain,

yang

kemudian

menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga


berkaitan dengan metabolisme pengaturangaram dan renin membran
sel. [19]
4.Ras
Hipertensi lebih banyak terjadi pada kulit hitam daripada kulit
putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun dalam
orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan
sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar. [2]
5Mekanisme Terjadinya Hipertensi
Melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh enzim
konversi angiotensin (angiotensin I-convertying enzyme ACE). Enzim ini
memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah
mengandung angiotensinogen yang diproduksi hati, yang oleh hormone
rennin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh
ACE ini, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah
yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
jalur, yaitu
a. Jalur pertama adalah meningkatkan sekresi hormone antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH ini diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitary) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur volume urine.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urine yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis) sehingga urine menjadi pekat. Untuk
mengencerkan, volume cairan di luar sel akan ditingkatkan dengan cara
menarik cairan dari bagian di dalam sel.

Akibatnya, volume darah meningkat sehingga terjadi peningkatan


tekanan darah.
b.Jalur kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakanhormon steroid yang berperan penting di ginjal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
pengeluaran Nacl (garam) dengan cara menyerap kembali dari tubulus
ginjal. [2]
5 Cara Pengukuran Tekanan darah
Tekanan

darah

penderita

diketahui

dengan

pengukuran

menggunakan alt sphygmomanometer air raksa yang dikenal sebagai alat


pengukur tekanan darah yang umum dipakai. Mengukur tekanan darah juga
menggunakan stetoskop sebagai bantuan untuk mendengar denyut nadi.
Pada orang normal, tekanan darah biasanya tidak sama sepanjang hari. Pada
waktu bangun, bekerja, apalagi dalam keadaan emosi, setelah makan atau
sakit, tekanan darah dapat meningkat. Sedangkan pada waktu tidur dan
beristirahat, tekanan darah akan turun. Oleh karena itu, pengukuran
tekanan darah perlu dilakukan berulang kali, bila ada kecurigaan menderita
hipertensi. Pengukuran tekanan darah dilaksanakan sebagai berikut:
a. Penderita diminta untuk beristirahat dulu 5 10 menit, dan pengukuran
bisa dilakukan dengan posisi terlentang di tempat tidur atau duduk dan
rileks, sehingga tidak terpengaruh oleh faktor emosional.
b. Manset dipasang berdasarkan ukuran lengan responden, dan balon
diletakkan di sebelah dalam dan tepat di atas pembuluh darah yang besar.
c. Balon diisi udara, dan perabaan nadi dilakukan untuk menentukan
tekanan sistolik supaya bunyi yang hilang tidak terlewatkan.
d. Kemudian balon diisikan lagi dengan udara lebih tinggi daripada
hilangnya nadi pada perabaan, sambil di atas pembuluh darah dengarkan
melalui alat stetoskop.
e

Lalu balon mulai dikempiskan, sampai bunyi keras menjadi lembut, dan

hilang sama sekali dan inilah yang dicatat sebagai tekanan diastolik. [2]

AKerangka Teori
Faktor karakteristik :

Perilaku :

Umur
Jenis kelamin
Ras
Riwayat hipertensi dalam keluarga

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Modifikasi 2, 5, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17
AKerangka Konsep
Variabel Bebas
Umur
Jenis kelamin
Riwayat hipertensi dalam keluarga
Obesitas
Kebiasaan merokok

Variabel Terikat

Kebiasaan olahraga
Kejadian hipertensi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
AHipotesis
1Ada hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi pada remaja
anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan Semarang
Selatan.
2Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada
remaja anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan
Semarang Selatan.
3Ada hubungan antara riwayat hipertensi dalam keluarga dengan kejadian
hipertensi pada remaja anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan
Kecamatan Semarang Selatan.
4Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada remaja
anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan Semarang
Selatan.
5Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada
remaja anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan
Semarang Selatan.
6Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi pada
remaja anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan
Semarang Selatan.

Anda mungkin juga menyukai