Anda di halaman 1dari 1

Edisi 152 Februari 2015

Thinking Out of The Box


Alkisah, ada sebuah perusahaan yang membuat tes
kepada calon pegawai yang bertugas menjual di lapangan.
Karena yang lolos hingga tahap akhir ada tiga orang, maka
diadakanlah tes terakhir pada mereka. Tesnya cukup unik,
yakni menjual sisir ke sebuah biara yang ada di atas bukit.
Tes ini ini mengandung kesulitan karena seperti
diketahui, semua penghuninya adalah orang-orang yang
gundul.

Orang ketiga melihat, biara yang ramai dikunjungi turis itu


punya potensi. Maka, ia pun menemui kepala biara dan
mengatakan, bahwa ia punya produk sisir yang bisa
dijadikan suvenir unik dari biara tersebut. Apalagi jika
dibubuhi tanda tangan kepala biara, sebagai tanda
keaslian souvenir! Maka sisir tersebut juga bisa jadi
barang promosi keberadaan biara. Kepala biara setuju dan
ia membeli sisir dari orang ketiga sebanyak 500 buah.

Orang pertama, merasa sangat kesulitan dengan tugas


tersebut. Dari awal mendapat tugas tersebut, ia sudah
berpikir, hal itu sangat mustahil. Orang-orang gundul
sudah pasti tak butuh sisir. Namun, karena telah bertekad
untuk mendapat pekerjaan itu, ia pun terus berusaha.
Hampir setiap orang di biara ditawarinya sisir. Namun saat
ia hampir menyerah oleh rasa lelah dan panas, ada
seorang biksu yang iba hatinya. Ia pun membeli satu buah
sisir dari si orang pertama. Hari itu, setelah seharian
berjuang, ia berhasil menjual satu sisir.

Kisah tersebut menggambarkan satu hal yang sama,


kondisi yang tak jauh berbeda antara satu orang dengan
yang lainnya. Namun sudut pandang yang lain dari yang
lainatau out of the boxbisa membuat perbedaan
besar. Bagi yang mau membuka diri dan pikirannya,
kesempatan akan selalu ada. Dengan mengubah sudut
pandang, kita akan menemukan banyak solusi.

Orang kedua rupanya punya pikiran lain. Dilihatnya, di


biara tersebut, selain para biksu, banyak turis yang datang
berkunjung. Mengetahui hal tersebut, ia pun fokus
menjual sisir itu kepada para pengunjung. Memang,
daerah di atas bukit, anginnya cukup kencang. Sehingga,
sisir pun dibutuhkan untuk merapikan rambut para turis
yang berantakan karena angin. Hari itu, kepada turis-turis
tersebut, ia berhasil menjual hingga 20 sisir.

Kita memang tak akan bisa mengatur situasi dan kondisi


selalu seperti yang kita kehendaki. Tapi, kita bisa
mengerahkan segenap kekuatan kita untuk mencari solusi
terbaik. Singkatnya,kreativitas otak dan upaya fisik harus
menjadi kombinasi kekuatan yang harus selalu bisa kita
maksimalkan.
Mari, kita ubah sudut pandang. Jadikan berbagai
hambatan dan halangan sebagai teman untuk
mendatangkan kesempatan. Niscaya, peluang demi
peluang akan datang dan kita pun siap untuk
menangkapnya untuk mendatangkan kesuksesan!

Saran dan usulan untuk Newsletter dapat dikirim ke maria.kumalararas@mnc-corporation.com

Anda mungkin juga menyukai