Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Skizofrenia
Disusun oleh
GALIH ARYA WIJAYA
20090310130
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan, presentasi kasus dengan judul
Skizofrenia
Disusun oleh :
Nama : Galih Arya Wijaya
No. Mahasiswa : 20090310130
Telah dipresentasikan
Hari/Tanggal:
Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS
Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 48 tahun
Tanggal Lahir
: 13 Maret 1966
Agama
: Islam
: Jawa/ Indonesia
Status Pernikahan
: Menikah
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
Alamat
ulang bahwa dia merasa lemah dan tak bertenaga. Pasien terus menanyakan obat
vitamin tambahan yang bisa mengurangi ngantuk dan lemah nya pasien. Perasaan
sedih dan putus asa disangkal. Pasien juga menyangkal jika dia merasa was-was.
Pasien terus berkata bahwa dirinya baik-baik saja karena pasien yakin bahwa dirinya
memang tidak sakit. Kadang pasien keluar-keluar berinteraksi dengan tetangga,
namun beberapa hari ini pasien merasa enggan untuk keluar rumah. Pasien malas
memasak dan bersih-bersih rumah beberapa hari ini. Pasien tidak mendengar suarasuara aneh dan tidak melihat bayangan atau penampakan.
2. Alloanamnesis
Alloanamnesis dilakukan pada suami pasien yaitu Tn. Sriman. Menurut suami
pasien sudah 3 hari ini keadaan pasien memburuk pasien menjadi tak bersemangat
dan tidak mau melakukan apa-apa. Padahal sudah sekitar 2 bulan keadaan pasien
sudah sangat baik dan tak ada keluhan. Menurut suami pasien, pasien tiap malam
tak bisa tidur dan kadang berbicara sendiri seperti mengigau. Selain itu pasien juga
sering bingung jalan keliling rumah tanpa tau jelas tujuannya. Suami pasien
merasa tak ada hal-hal khusus yang terjadi belakangan ini. Tak ada masalah atau
kejadian spesifik. Gejala pasien memburuk secara tiba-tiba.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatri
Menurut suami pasien, gejala pasien dimulai sekitar 2 tahun yang lalu. Pasien
tiba-tiba seperti orang kesurupan dan marah-marah. Setelah itu pasien dibawa ke
klinik dan akhirnya dirujuk ke RSUD Wonosari. Gejala tersebut mendadak, pasien
tidak mengurung diri terlebih dulu atau memperlihatkan tanda-tanda orang dengan
depresi. Keluhan pasien membaik ketika sudah mulai diobati jalan. Dan akhirnya
beberapa bulan yang lalu pasien nampak sehat dan tak menunjukkan gejala. Namun
beberapa hari ini pasien mulai kambuh dan gejala-gejala yang dulu muncul mulai
muncul lagi.
2. Riwayat Penyakit Sistemik
4. Agama
Pasien merupakan seorang pemeluk agama Islam yang taat, rajin melakukan
ibadah sholat 5 waktu.
5. Riwayat psikoseksual
Pasien memiliki orientasi seksual yang normal, yaitu heteroseksual.
6. Aktivitas sosial
Sebenarnya pasien adalah orang yang suka bersosialisasi dengan tetangga.
Sebelum nya pasien aktif mengikuti arisan dan pengajian. Pasien juga sering bergaul
dengan tetangga. Namun, belakangan ini pasien lebih menarik diri dan malas
melakukan kegiatan di luar rumah.
7. Riwayat keluarga
Keluarga pasien terdiri dari suami, istri dan dua orang anak. Hubungan antar
suami dan pasien baik. Anak pasien sudah bekerja di Jakarta dan di Yogyakarta.
Sekarang pasien hanya hidup berdua dengan suami
Genogram
Keterangan
Laki-laki
perempuan
pasien
Pasien berjenis kelamin perempuan dengan rawat diri baik. Pasien nampak
terbebani. Pasien memakai celana pendek dan kaos ketika diwawancarai.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :
Pasien kooperatif selama wawancara, pasien duduk tenang. Kontak mata
dengan pemeriksa selama wawancara cukup baik.
3. Sikap terhadap pemeriksa :
Pasien bersikap kooperatif dan berusaha menjawab sesuai pertanyaan
pemeriksa selama wawancara. Namun, pasien selalu mengulangi bahwa pasien
merasa lemah dan ingin diberi vitamin penambah tenaga.
B. Mood dan Afek
1. Mood
: anhedonia
a. Afek
: tumpul
2. Keserasian
: tak sesuai
C. Pembicaraan
Pembicaraan spontan, dalam menjawab pertanyaan volume suara sedang,
intonasi cukup, artikulasi baik dan jelas. Pasien menjawab pertanyaan pemeriksa
dengan jawaban yang baik, isi pembicaraan dapat dimengerti dan sesuai dengan
apa yang ditanya.
D. Gangguan persepsi
1. Halusinasi visual : disangkal .
2. Halusinasi auditorik : disangkal
3. Halusinasi taktil : disangkal
E. Pikiran
1. Arus pikiran
Koheren
pasien
menjawab
pertanyaan
pemeriksa
sesuai
dengan
Waktu
Tempat
Orang
rumah
: Baik, pasien dapat mengenali suami
3. Daya Ingat
Daya ingat jarak jauh
Baik, pasien ingat nama SD, SMP, SMA dan PT.
Daya ingat masa lalu yang belum lama
Baik, pasien dapat mengingat siapa yang mengantarnya ke rumah sakit
Daya ingat yang baru saja
Baik, pasien dapat mengingat apa yang dilakukannya sebelum diwawancarai
Penyimpanan dan daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat 3 benda yang diucapkan oleh dokter.
4. Konsentrasi dan Perhatian
dokter muda
perempuan
maupun laki-laki.
2. Penilaian realita
Dinilai dari sikap, pikiran, dan perilaku pasie, pasien masih dapat
membedakan mana yang nyata dan mana yang tak nyata.
3. Tilikan
Derajat 2, pasien tak merasa memiliki penyakit yang berhubungan
dengan kejiwaan namun pasien merasa butuh untuk rutin pergi ke
poliklinik kejiwaan .
8. Taraf Dapat Dipercaya (Reliabilitas)
Secara umum, tidak dapat dipercaya
karena
berdasarkan
a. Keadaan Umum
: Baik
b. Kesadaran
: Compos Mentis
c. Status Gizi
: Cukup
: 110/70 mmHg
: 84 kali/menit, reguler
: 18 kali/menit
: 36,5C
: Konjungtiva tidak anemik, Sklera tidak ikterik
: Perdarahan (-), palpasi pada daerah sinus pada
bagian sinus nyeri (-), deviasi septum (-)
: Terdapat plaque gigi, tidak ada stomatitis,
h. Jantung
tidak palatoskisis
: Bunyi jantung I-II regular, tidak ada murmur,
i. Paru
j. Abdomen
2. Status Neurologis
a. GCS
: 15
: negatif
: 5
VI.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Aksis III :
Penyakit lain belum ditemukan
Aksis IV :
Sebenarnya permasalahan yang mendasari terjadi nya gejala pasien belum terlalu
jelas. Namun dari anamnesis didapatkan bahwa gejala-gejala pasien terjadi
setelah anak-anaknya mulai meninggalkan rumah dan bekerja. Namun faktor
beban ekonomi juga dapat menjadi stressor.
Aksis V :
Untuk saat ini didapatkan 70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
Aksis II
Aksis III
: belum ditemukan
Aksis IV
Aksis V
X.
RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka :
o Amitryptiline
2 x mg
o Risperidone
2 x tablet
o Trihexyphenidil
2 x tablet
XI.
DISKUSI
menjadi dokter, kekambuhan gangguan kejiwaan yang sudah lebih dari 10x, dan
masalah ekonomi.
Terapi yang diberikan adalah antipsikotik untuk menghilangkan/ mengurangi
gejala psikosis dominan gejala positif seperti waham yang menonjol. juga
gangguan perasaan yang tidak sesuai situasi dan perilaku yang tidak terkendali
dapat juga dikurangi oleh obat ini. Dalam memilih obat antipsikotik harus
dipertimbangkan gejala psikotik yang dominan dan efek sampingnya.
Pada pasien ini, untuk antipsikotik diberikan Risperidone yang merupakan
golongan antipsikotik atipikal. Risperidone dipilih karena efektif dalam
menghilangkan gejala positif seperti waham, namun memiliki efek sedatif yang
tidak terlalu kuat. Risperidone juga memiliki efek samping ekstrapiramidal yang
rendah. Pada pasien pertimbangan pemberian Clozaryl yang mengandung
Clozapine adalah untuk mengambil efek sedasi yang kuat karena pada pasien ini
ditemukan banyak gaduh gelisah, sulit tidur serta disorganisasi pikiran dan
perasaan sehingga sebaiknya diberikan pada malam hari. Clozapine juga tidak
mempunyai efek samping ekstrapiramidal. Juga pertimbangkan pemberian
Trihexyphenidyl untuk mengobati adanya gejala ekstrapiramidal (distonia akut ,
sindrom parkinson, akathisia).
Pengaturan dosis dalam pemberian terapi biasanya dimulai dengan dosis awal,
dinaikkan secara cepat sampai mencapai dosis efektif, dinaikkan secara gradual
sampai mencapai dosis optimal dan dipertahankan untuk jangka waktu tertentu
sambil disediakan terapi yang lain, kemudian diturunkan secara gradual sampai
mencapai dosis pemeliharaan, yaitu dosis terkecil yang masih mampu mencegah
kambuhnya gejala. Bila sampai jangka waktu tertentu dinilai sudah cukup
mantap hasil terapinya, maka dosis dapat diturunkan secara gradual sampai
berhenti (tappering obat). Pada pasien ini dipertimbangkan memberikan 2 obat
antipsikotik dengan pertimbangan agar gejala dapat dengan cepat dikontrol.
Prinsip pemberian antipsikotik seharusnya dengan memberikan dahulu terapi
tunggal baru kemudian jika setelah 1-2mg belum ada perbaikan baru pergantian
obat dan kemudian kombinasi.
Pada pasien ini juga diberikan Lithium Carbonate yang merupakan pilihan
utama untuk meredakan gejala mania. Efek anti-mania dari Lithium Carbonate
disebabkan kemampuannya mengurangi dopamine receptor supesensitivity
dengan meningkatkan cholinergic-muscarinic activity dan menghambat AMP
siklik. Karena mania sendiri disebabkan oleh tingginya kadar serotinin dalam
celah sinaps neuron, khususnya pada sistem limbik, yang berdampak terhadap
dopamine receptor supesensitivity.
Perlu diperhatikan bahwa selain psikofarmaka, juga dibutuhkan psikoterapi
berupa penjelasan yang komunikatif, edukatif, dan informatif tentang penyakit
pasien kepada pasien dan keluarga, sehingga pasien punya bekal yang mantap
untuk menghadapi penyakitnya, juga keluarga diharapkan dapat mendukung
usaha pengobatan pasien, terutama dalam hal kepatuhan minum obat dan
keluarga lebih supportif mengenai masalah kehidupan pribadi pasien ( membantu
mengatasi atau memberi nasehat ), sehingga pasien sebagai individu dapat
berfungsi secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa.Rujukan ringkasan dari
PPDGJ III.1997. Jakarta
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Skizofrenia dalam Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta. Binarupa Aksara, 2010: 699742
3. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK Unika Atma Jaya.2007.Jakarta