Anda di halaman 1dari 5

Good Corporate Governance

Good corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori


keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan
kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka
investasikan. Good corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor
yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa
manajer tidak akan mencuri dan menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam
proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital
yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para
investor mengendalikan para manajer (El Gammal dan Showeiry, 2012). Konsep
return teory menurut Scott (2000) adalah hubungan atau kontak antara principal
dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk
kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan
dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham,
pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer)
sebagai agent mereka. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang
digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham.
Noronha dan Vinten (2008) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal).
Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer
dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk
ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri.
Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing
masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah
munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian
yang lebih besar atas investasi yang mereka tanamkan sedangkan manajer
menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau
insentif yang sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.
Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak
mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan
perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham.
Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam
perusahaan daripada pemegang saham. Keadaan tersebut dikenal sebagai
asimetri informasi. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik
(principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan
earnings management (Kerstein dan Rai, 2007). Bukit dan Takiah (2009)
menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu
manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), manusia
memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded
rationality) dan manusia selalu menghindari resiko (risk averse). Dari asumsi
sifat dasar manusia tersebut dapat dilihat bahwa konflik agensi yang sering
terjadi antara manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar
tersebut (Rina dan Takiah, 2009). Manajer dalam mengelola perusahaan
cenderung mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku oportunistik dari manajer,
manajer bertindak untuk mencapai kepentingan mereka sendiri, padahal sebagai
manajer seharusnya memihak kepada kepentingan pemegang saham karena
mereka adalah pihak yang memberi kuasa manajer untuk menjalankan
perusahaan.
Good corporate governance system

Di Indonesia istilah Good Corporate Governance seringkali diterjemahkan


sebagai tata kelola perusahaan. Sedangkan pengertian good corporate
governance itu sendiri telah dikemukakan oleh banyak institusi dan para pakar.
Berikut ini disajikan beberapa definisi good corporate governance yang banyak
digunakan sebagai acuan dalam diskusi dan tulisan - tulisan. Usaha untuk
melembagakan good corporate governance untuk kali pertama dilakukan oleh
Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun 1992 dengan
membentuk Cadbury Committee. Komite ini bertugas menyusun Good corporate
governance code yang menjadi acuan utama (Benchmark) di banyak Negara
(Barnhart dan Stuart, 1998). Menurut komite ini good corporate governance
merupakan sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan
tujuan, agar tercapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang
diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan
pertanggung jawaban kepada stakeholders (Van Horne, 1998). Hal ini berkaitan
dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham,
dan sebagainya. Asian Development Bank (ADB), suatu organisasi yang
mendorong perkembangan ekonomi negara-negara di benua Asia menaruh
perhatian yang besar terhadap good corporate governance (Davidson III dan Xu,
2004). Sedangkan Budiono (2005) mengemukakan bahwa pengertian tentang
Good corporate governance dapat dimasukkan dalam dua kategori. Kategori
pertama, lebih condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur
melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para
pemegang saham dan stakeholders. Kategori pertama ini akan sangat cocok
untuk dijadikan dasar analisis dalam mengkaji good corporate governance di
satu negara, misalnya melihat bagaimana dewan direksi memenuhi transparansi
dan akuntabilitas dalam pengambilan keputusan, bagaimana menentukan
kompensasi yang layak bagi eksekutif perusahaan. Kategori kedua, lebih melihat
pada kerangka secara normative, yaitu segala ketentuan hukum, baik yang
berasal dari sistem hukum, sistem peradilan, pasar keuangan dan sebagainya,
yang mempengaruhi perilaku perusahaan. Kategori kedua ini dijadikan dasar
analisis dalam mengkaji good corporate governance secara komparatif, misalnya
melihat bagaimana berbagai perbedaan dalam kerangka normatif yang dibangun
akan mempengaruhi pola perilaku perusahaan, investor dan lainnya.
Berdasarkan beberapa pengertian good corporate governance tersebut di atas,
maka good corporate governance secara ringkas dapat diartikan sebagai suatu
sistem
yang
mengandung
elemen-elemen
tertentu
untuk
menata,
mengendalikan dan mengawasi perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan
secara optimal.
Mekanisme good corporate governance dibagi menjadi dua kelompok yaitu
internal mechanism (mekanisme internal) seperti komposisi dewan direksi/
komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif serta eksternal
mechanism (mekanisme ekseternal) seperti pengendalian oleh pasar dan level
debt financing (Scott, 1997). Prinsip-prinsip good corporate governance yang
diterapkan akan memberikan manfaat seperti meminimalkan return costs
dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal
dengan agen; meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif
kepada para penyedia modal; meningkatkan citra perusahaan; meningkatkan
nilai perusahaan, serta peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholders
terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik. Midiastuty dan Machfoedz
(2003) menyatakan bahwa good corporate governance merupakan suatu proses

dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan untuk meningkatkan


keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan. Pada prinsipnya good
corporate governance menyangkut kepentingan para pemegang saham;
perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham; peranan semua pihak
yang berkepentingan (stakeholders) dalam good corporate governance;
transparansi dan penjelasan; serta peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit.
Unsur-unsur secara umum adalah:
a. Fairness (keadilan), menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham,
serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor
b. Transparancy (tranparansi), mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka,
tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan, yang menyangkut keadaan
keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan
c. Accountability (akuntabilitas), menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta
mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen
dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris
d.
Responsibility
(pertanggungjawaban),
memastikan
dipatuhinya
peraturanperaturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin dipatuhinya
nilainilai sosial. Pada prinsipnya good corporate governance menyangkut
kepentingan para pemegang saham; perlakuan yang sama terhadap para
pemegang saham; peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)
dalam good corporate governance; transparansi dan penjelasan; serta peranan
Dewan Komisaris dan Komite Audit (Darmawati dan Rahayu, 2004).

Pengertian Etika Bisnis


Etika berasal dari kata Yunani yaitu ethos yang berarti tempat tinggal, padang
rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Bentuk
jamaknya adalah ta etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika
sama pengertiannya dengan moral. Menurut Suhardana (2006) dalam Sukirno
Agus dan I Cekik Ardana (2009: 127-128) istilah lain dari etika adalah susila, su
artinya baik, sila artinya kebiasaan. Jadi susila berarti kebiasaan atau tingkah
laku perbuatan manusia yang baik. Menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005)
dalam Sukirno Agus dan I Cekik Ardana (2009) etika adalah suatu konsepsi
tentang perilaku benar dan salah. Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku
kita bermoral atau tidak berkaitan dengan hubungan kemanusiaan yang
fundamental, bagaimana kita berpikir dan bertindak kepada orang lain dan
bagaimana kita inginkan meraka berpikir dan bertindak terhadap kita. Menurut
David P. Baron (2005) dalam Sukirno Agus dan I Cekik Ardana (2009) etika
adalah suatu pendekatan sistematis atas penilaian moral yang didasarkan atas
penalaran, analisis, sintetis, dan reflektif. Menurut Muslich (2004) etika bisnis
dapat diartikan sebagai pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan
pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku
secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan pengetrapan norma dan
moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis. Etika bisnis terkait
dengan masalah penilaian terhadap kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu
pada kebenaran atau kejujuran berusaha (Murti Sumarni, 1995). Chandra R
(1998) menambahkan bahwa perubahan-perubahan besar dalam oraktik
pengelolaan bisnis dewasa ini menyebabkan perhatian terhadap etika bisnis

semakin penting. Oleh karena itu, etika bisnis merupakan pengetahuan


pedagang tentang tata cara pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas melalui penciptaan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui
transaksi. b. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang
bertujuan memberikan acuan cara yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk
mencapai tujuannya. Muslich (2004) menyatakan bahwa prinsip-prinsip etika
bisnis meliputi: 1) Prinsip ekonomi Perusahaan secara bebas memiliki wewenang
sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi
yang dimilikinya dalam menetapkan kebijakan perusahaan harus diarahkan pada
upaya pengembangan visi dan misi perusahaan yang berorientasi pada
kemakmuran, kesejahteraan para pekerja, komunitas yang dihadapinya. 2)
Prinsip kejujuran Kejujuran menjadi nilai yang paling mendasar dalam
mendukung keberhasilan kinerja perusahaan. Dalam hubungannya dengan
lingkungan bisnis, kejujuran diorientasikan kepada seluruh pihak yang terkait
dengan aktivitas bisnis. Dengan kejujuran yang dimiliki oleh suatu perusahaan
maka masyarakat yang ada di sekitar lingkungan perusahaan akan menaruh
kepercayaan yang tinggi bagi perusahaan tersebut. 16 3) Prinsip niat baik dan
tidak berniat jahat Prinsip ini terkait erat dengan kejujuran. Tindakan jahat tentu
tidak membantu perusahaan dalam membangun kepercayaan masyarakat,
justru kejahatan dalam berbisnis akan menghancurkan perusahaan itu sendiri.
Niatan dari suatu tujuan terlihat cukup transparan misi, visi dan tujuan yang
ingin dicapai dari suatu perusahaan. 4) Prinsip adil Prinsip ini menganjurkan
perusahaan untuk bersikap dan berperilaku adil kepada pihak-pihak bisnis yang
terkait dengan sistem bisnis tersebut. 5) Prinsip hormat pada diri sendiri Prinsip
hormat pada diri sendiri adalah cermin penghargaan yang positif pada diri
sendiri. Hal ini dimulai dengan penghargaan terhadap orang lain. Menjaga nama
baik merupakan pengakuan atas keberadaan perusahaan tersebut. Prinsip etika
bisnis menurut Sonny Keraf (1998) dalam Sukirno Agus dan I Cekik Ardana
(2009) mengatakan bahwa setidaknya ada lima prinsip yang dijadikan titik tolak
pedoman perilaku dalam menjalankan praktik bisnis, yaitu: 1) Prinsip Otonomi
Prinsip
otonomi
menunjukkan
sikap
kemandirian,
kebebasan,
dan
tanggungjawab. Orang yang mandiri berarti orang yang dapat mengambil suatu
keputusan dan melaksanakan tindakan berdasarkan kemampuan sendiri sesuai
dengan apa yang diyakininya, bebas dari tekanan, hasutan, dan ketergantungan
kepada pihak lain. 2) Prinsip Kejujuran Prinsip kejujuran menanamkan sikap
bahwa apa yang dipikirkan adalah apa yang dikatakan, dan apa yang dikatakan
adalah yang dikerjakan. Prinsip ini juga menyiratkan kepatuhan dalam
melaksanakan berbagai komitmen, kontrak, dan perjanjian yang telah disepakati.
3) Prinsip Keadilan Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk memperlakukan
semua pihak secara adil, yaitu suatu sikap yang tidak membeda-bedakan dari
berbagai aspek baik dari aspek ekonomi, hukum, maupun aspek lainnya. 4)
Prinsip saling Menguntungkan Prinsip saling menguntungkan menanamkan
kesadaran bahwa dalam berbisnis perlu ditanamkan prinsip win-win solution,
artinya dalam setiap keputusan dan tindakan bisnis harus diusahakan agar
semua pihak merasa diuntungkan. 5) Prinsip Integritas Moral Prinsip integritas
moral adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain dalam segala keputusan
dan tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini dilandasi oleh kesadaran bahwa
setiap orang harus dihormati harkat dan martabatnya. Prinsip etika bisnis di atas
tidak hanya digunakan pada sebuah perusahaan atau organisasi perdagangan,
akan tetapi dapat pula digunakan pada usaha yang dikelola pedagang kaki lima,

hal ini dikarenakan setiap bisnis yang dijalankan oleh pedagang kaki lima harus
didasarkan pada prinsip-prinsip tersebut agar tidak melanggar hak-hak
konsumen.

Anda mungkin juga menyukai