Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2.3 TEORI
Anatomi dan fisiologis kulit
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap
pengaruh luar baik fisik ataupun kimia. Kulit berfungsi sebagai sistem epitel pada
tubuh untuk menjaga keluarnya subtansi-subtansi penting dari dalam tubuh dan
untuk mencegah masuknya subtansi-subtansi asing yang berasal dari luar tubuh
untuk masuk ke dalam tubuh. Meskipun kulit relatif permeabel terhadap senyawasenyawa kimia, namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh
senyawa-senyawa obat atau bahan-bahan yang diaplikasikan ke permukaanya.
Secara mikroskopik kulit tersusun dari berbagai lapisan yang berbeda-beda,
berturut-turut dari luar kedalam yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis yang
tersusun atas pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan lapisan jaringan di
bawah kulit berlemak atau yang disebut lapisan hipodermis (Aiache, 1993 dan
Chein, 1987).
Peningkat Penetrasi Perkutan (Penetration Enhancers)
Bahan tambahan yang dapat berfungsi untuk meningkatkan penembusan zat
aktif (penetrant enhancer) terkadang perlu ditambahkan. zat yang dapat
meningkatkan permeabilitas obat menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi atau
kerusakan permanen struktur permukaan kulit. Bahan-bahan yang dapat
digunakan sebagai peningkat penetrasi antara lain air, sulfoksida, senyawasenyawa azone, pyrollidones, asam-asam lemak, alkohol danglikol, surfaktan,
urea, minyak atsiri, terpen dan fosfolipid.
sebagai
peningkat
penetrasi
pada
konsentrasi
1-10%
prinsip kerjanya yaitu pompa peristaltik menghisap cairan reseptor dari gelas
kimia kemudian dipompa ke sel difusi melewati penghilang gelembung sehingga
aliran terjadi secara hidrodinamis, kemudian cairan dialirkan kembali ke reseptor.
Cuplikan diambil dari cairan reseptor dalam gelas kimia dengan rentang waktu
tertentu dan diencerkan dengan pelarut campur. Kemudian diukur absorbannya
dan konsentrasinya pada panjang gelombang maksimum, sehingga laju difusi
dapat dihitung berdasarkan hukum Fick di atas. Membrane difusi dapat
menggunakan membran sintesis yang menyerupai stuktur stratum korneum
ataupun bisa menggunakan bagian kulit dari hewan uji (membran stratum
korneum ular) (Gummer, 1989).
Absorpsi perkutan
Penggunaam obat dengan mengaplikasikannya pada kulit disebut dengan
pemberian obat secara perkutan. Absorpsi perkutan adalah masuknya molekul
obat dari kulit ke dalam jaringan di bawah kulit, kemudian masuk kedalam
sirkulasi darah dengan mekanisme difusi pasif. Mengacu pada Rothaman,
penyerapan perkutan merupakan gabungan fenomena penembusan senyawa dari
lingkungan luar ke bagian dalam kulit dalam peredaran darah dan kelenjar getah
bening. Istilah perkutan menunjukan bahwa penembusan terjadi pada lapisan
epidermis dan penyerapan dapat terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda.
Absorbsi perkutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi obat
melalui stratum korneum yang terdiri dari kurang lebih 40% protein (pada
umumnya keratin) dan 40% air dengan lemak berupa trigliserida, asam lemak
bebas, kolesterol dan fosfat lemak.
Stratum korneum adalah lapisan terluar dari kulit yang terpapar ke permukaan
yang masuk ke dalam bagian epidermis kulit. Stratum komeum sebagai jaringan
keratin akan berlaku sebagai membran buatan yang semi permeabel, dan molekul
obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif,
Bahan :
-
Asam salisilat
2.4.2 prosedur
Disiapkan membrane lipid buatan sebagai membrane difusi, membrane
milipore dipotong dibentuk dengan ukuran besaran lubang cincin penghubung
antar kompartemen aseptor pada sel difusi, impregnasikan membrane selama
flux
*luas
membrane*
waktu,
digunakan
parameter
Pertanyaan
a. Mengapa uji in vitro perlu dilakukan sebelum melakukan uji secara in
vivo?
DAFTAR PUSTAKA
Junqueira, L.C., and J. Cameiro. 1981. Basic Histology, 3rd edition. Lange
Medical Publication, Drawer Los Altos, California.
Medidata Indonesia. 2011. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 11
2011/2012. Penerbit BIP Kelompok Gramedia, Jakarta.
Said, M.I. 2000. Isolasi dan Identifikasi Kapang serta Pengaruhnya
terhadap Sifat Fisik dan Struktur Jaringan Kulit Kambing Pickle serta Wet Blue
dengan Perlakuan Fungisida Selama Penyimpanan [Tesis], Progam Studi Ilmu
Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Shargel, L.,Wu, S., dan Yu, Andrew B.C. 2012. Biofarmasetika &
Farmakokinetika Terapan, Edisi kelima. Airlangga University Press, Surabaya.
Webb, J.E., J.A Walwork and J.H. Elgord. 1981. Guide to Living
Reptilians, The Mc Millan Press Ltd., New Delhi.