Anda di halaman 1dari 19

Deskripsi Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi

di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo


Nilakusuma mahasiswa Program Studi Geografi
Bapak Dr. Mursalin, M. Si dosen Universitas Negeri Gorontalo
Ibu Nova E. Ntobuo, M. Pd dosen Universitas Negeri Gorontalo
Jurusan Fisika, Program Studi S1. Pend. Geografi
F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK
Nilakusuma. 2013. Deskripsi Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi
Di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini dilatar belakangi oleh
banyak mahasiswa yang belum mengetahui dan menyadari gaya belajarnya sendiri, sehingga
dibutuhkan suatu penelitian untuk mengetahui gaya belajar yang dimiliki mahasiswa program
studi Geografi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya belajar mahasiswa
Program Studi S1 Pendidikan Geografi di Jurusan Fisika Uversitas Negeri Gorontalo. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yaitu angket atau kuesioner dan wawancara serta observasi sebagai
pendukung data hasil penelitian. Dalam penelitian terdapat 46 item pernyataan dalam angket
dengan 77 responden dari jumlah populasi sebanyak 385 mahasiswa dan menarik sampel
sebesar 20 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar mahasiswa program studi
Pendidikan Geografi Di Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo adalah gaya belajar
Auditorial dengan jumlah persentase untuk gaya belajar auditorial adalah 45,48%. Dengan
demikian, maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa program studi SI pendidikan geografi di
jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo memiliki gaya belajar Auditorial.

Kata kunci : Gaya Belajar.

1. PENDAHULUAN
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai
tujuan pembangunan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
Tentang Tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Tujuan pendidikan nasional ini menuntut dosen sebagai tokoh sentral dalam kegiatan
pembelajaran di kampus harus mempunyai persiapan yang matang, merespon secara positif
terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, karena tugas dosen dalam dunia pendidikan
sangat penting yaitu tidak hanya merubah peserta didik dari hal yang tidak tahu menjadi tahu,
namun dosen juga berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yaitu dengan cara
mendidik.
Universitas Negeri Gorontalo sebagai salah satu perguruan tinggi negeri yang
mengemban fungsi untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia salah satunya
dibidang pendidikan yang mandiri dan memiliki integritas sesuai dengan tuntutan
pembangunan yang berkelanjutan. Selain itu, kompetensi lulusan yang diharapkan dari
perguruan tinggi ini yaitu kemampuan menguasai dasar-dasar ilmiah, pengetahuan dan
berbagai macam keahlian tertentu sehingga mampu memahami dan menjelaskan cara
penyelesaian suatu masalah yang sesuai dengan bidang keahliannya.
Sesuai dengan salah satu misi Universitas Negeri Gorontalo untuk menghasilkan lulusan
yang bermutu profesional dan beradab, maka tanpa terkecuali semua fakultas, jurusan
maupun program studi harus dapat menjalankan fungsi dan tujuannya. Hal ini dimaksudkan
agar perguruan tinggi ini dapat menghasilkan mahasiswa-mahasiswa yang berkualitas dan
mempunyai kompetensi dibidangnya masing-masing sehingga dapat mengharumkan nama
baik dan citra dari perguruan tinggi khususnya Universitas Negeri Gorontalo .
Untuk mencapai semua itu harus dengan belajar secara terus menerus. Belajar dari tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang maksimal sesuai
yang di harapkan. Menjadi orang yang sukses merupakan harapan bagi semua mahasiswa
baik sukses dalam bidang akademik maupun bidang nonakademik.
Mahasiswa pendidikan Geografi di Universitas Negeri Gorontalo sangat kompleks dan
berasal dari berbagai suku di Indonesia. Kadang-kadang seorang dosen mengeluh mengapa
materi yang sudah disampaikan sulit diterima oleh mahasiswa. Sebagian besar pula
mahasiswa merasa terpaksa dalam mengikuti perkuliahan, tidak jarang mahasiswa
beranggapan mengikuti perkuliahan karena itulah satu-satunya cara untuk lulus matakuliah.
Menghadapi keterpaksaan untuk belajar jelas bukan hal yang menyenangkan dan tidak akan
mudah bagi mahasiswa untuk berkonsentrasi belajar jika mahasiswa tersebut merasa
terpaksa. Namun, mahasiswa selalu mencari cara yang terbaik supaya dapat belajar dan dapat

menerima materi perkuliahan dengan baik. Oleh sebab itu, dosen perlu mencari jalan keluar
untuk menanggulangi masalah tersebut, yaitu dengan cara mengenali gaya belajar masingmasing mahasiswa sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat maksimal. Mengenali gaya
belajar sendiri, belum tentu membuat seseorang menjadi lebih pandai tetapi dengan mengenal
gaya belajar seseorang akan dapat menentukan cara belajar yang lebih efektif . Jadi, dengan
mengenali gaya belajar setiap mahasiswa, seorang dosen bisa dengan mudah menerapkan
model atau metode yang cocok untuk mata kuliah yang akan di ajarkan, dengan begitu
mahasiswa pun akan lebih mudah memahami mata kuliah yang di ajarkan oleh dosen mata
kuliah tersebut. Karena, mahasiswa dalam belajar memiliki berbagai macam cara, ada yang
belajar dengan cara mendengarkan, ada yang belajar dengan membaca, serta belajar dengan
cara menemukan. Cara belajar mahasiswa yang berananeka ragam tersebut disebut sebagai
gaya belajar (learning style) yang dipengaruhi oleh pengalaman, jenis kelamin, etnis dan
secara khusus melekat pada setiap individu.
Di lingkungan Jurusan FMIPA, khusunya Program Studi Pendidikan Geografi belum
pernah dilakukan penelitian tentang kecendrungan gaya belajar. Oleh sebab itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Deskripsi Gaya Belajar Mahasiswa Prodi
Pendidikan Geografi Di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah deskripsi gaya
belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi di Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Negeri Gorontalo? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya belajar
mahasiswa program studi pendidikan Geografi di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri
Gorontalo. Manfaat dari penelitian ini adalah Bagi mahasiswa : Dengan mengetahui gaya
belajar masing-masing mahasiswa program studi geografi dapat meningkatkan hasil belajar.
Bagi dosen: Dapat mempermudah dalam proses pengajaran khususnya dalam menentukan
model dan metode yang akan diterapakan saat proses pembelajaran berlangsung. Bagi
peneliti: Untuk menambah wawasan peneliti sebagai seorang calon guru, sehingga setelah
peneliti memiliki pengalaman dan pengetahuan tentang kecendrungan gaya belajar, maka
dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran selanjutnya.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gaya Belajar
Sebagian mahasiswa lebih suka dosen mereka mengajar dengan cara menuliskan
segalanya di papan tulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba
memahaminya. Akan tetapi sebagian mahasiswa lebih suka dosen mereka mengajar dengan
cara menyampaikannya secara lisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya.

Sementara itu, ada mahasiswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk
mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran tersebut. Apapun cara yang dipilih,
perbedaan gaya belajar itu menunjukan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu bisa
menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.
Menurut Klob (dalam Gufron dan Risnawita 2012 : 11) gaya belajar merupakan metode
yang dimiliki individu untuk mendapatkan informasi, yang pada prinsipnya gaya belajar
merupakan bagian integral dalam siklus belajar aktif. Sedangkan menurut Gunawan (dalam
Gufron dan Risnawita 2012 : 11) gaya belajar adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam
melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat di simpulkan bahwa gaya belajar
adalah suatu metode atau cara yang disukai oleh individu dalam melakukan kegiatan berfikir,
memproses dan mengerti suatu informasi dalam proses pembelajaran.
Menurut Nasution (dalam Ghupron & Risnawita 2012 : 39), para peneliti kemudian
mengklasifikasikan adanya gaya belajar siswa sesuai kategori-kategori sebagai berikut:
a. Tiap siswa belajar menurut cara sendiri yang kemudian sering disebut gaya belajar. Lain
dari pada itu, pengajar juga mempunyai gaya mengajar sendiri-sendiri.
b. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
c. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar dapat mempertinggi efektivitas belajar.
Informasi tentang adanya gaya belajar yang berbeda-beda mempunyai pengaruh atas
kurikulum, administrasi, dan proses mengajar-belajar. Masalah ini sangat kompleks, sulit,
memakan waktu banyak, biaya yang tidak sedikit, frustasi.
Menurut DePorter dan Hernacki (2000 : 110) gaya belajar merupakan suatu kombinasi
dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.
Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar,
menulis dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau
otak kiri-otak kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar
(diserap secara abstrak dan konkret).
Berikut merupakan kecenderungan masing-masing gaya belajar beserta situasi saaat proses
pembelajaran berlangsung. Tabel di bawah ini merupakan table kecenderungan untuk ketiga
gaya belajar yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik.
Situasi
Mencatat

Visual
Banyak
catatan,
menggunakan lagi,
menggunakan
diagram
dan
gambar-gamnbar

Gaya belajar
Auditorial
Sedikit mencatat, lebih
suka mendengar tanpa
beban dan mencatat
dengan cepat hanya
benar-benar

Kinestetik
Banyak
sekali
catatan,beberapa
tentang
pertemuan,tidak pernah
memeriksa catatannya.

Duduk

Duduk di tengah
agar dapat melihat
banyak hal.
Mengingat kata Melihat
angkaatau angka
angka
tersebut
dalam kepalanya
dan membacanya
ketika
memasukinya.
Kesenian
musik

atau Menyenangi musik

Menerima
respon
orang lain

Ingin
melihat
dari gambar, grafik dan
laporan-laporan
yang
diwarnai
dengan
banyak
halaman.

dibutuhkan.
Duduk di depan agar
dapat
mendengar
dengan baik.
Mengucapkan angkaangka
tersebut
di
kepalanya atau dengan
suara keras ketika
memasukinya,
jika
berbicara
melalui
telepon
Musik
mengganggu
kemampuan
mendengarnya
jika
terlalu
dekat
atau
terlalu keras
Hanya mendengarkan
anda menceritakan apa
yang terjadi, dengan
keriuhan minimal.

Duduk di belakang,
gelisah dan sering
bergerak.
Mengingat lokasi dan
gerakan kunci, hanya
dapat mengingat angka
ketika mengetuk-ketuk

Musik mempengaruhi
emosinya dan tingkat
energinya.

Ingin memperoleh data


secepatnyakemudian
ingin memperdebatkan
titik-titik
emosional
yang paling baik.

Apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu menunjukan cara tercepat dan terbaik
bagi setiap individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya, jika kita bisa
memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang itu, mungkin akan lebih mudah
bagi kita jika suatu ketika, misalnya, kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya
belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya. ( Ghupron & Risnawita
2012 : 39)
2.2 Klasifikasi Gaya Belajar
Sejak awal tahun 1997, telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengenali dan
mengkategorikan cara manusia belajar, cara memasukkan informasi ke dalam otak. Secara
garis besar, ada 7 pendekatan umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan
dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variansinya masing-masing.
Menurut Adi Gunawan dalam bukunya Born to be a Genius (dalam Sagitasari 2010 :
27) merangkum ketujuh cara belajar tersebut, yaitu:
a. Pendekatan berdasarkan pada pemprosesan informasi; menentukan cara yang berbeda
dalam memandang dan memproses informasi yang baru. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey dan Umford Gregorc, Butler, dan McCharty.
b. Pendekatan berdasarkan kepribadian; menentukan tipe karakter yang berbeda-beda.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs, Lawrence, Keirsey & Bartes, Simon
& Byram, Singer-Loomis, Grey-Whellright, Holland,dan Geering.

c. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat ketergantungan


terhadap indera tertentu. Pendekatan ini dikembangkan oleh Bandler & Grinder, dan
Messick.
d. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang berbeda terhadap
kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional. Pendekatan ini dikembangkan oleh
Witkin dan Eison Canfield.
e. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang berbeda dalam
berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini dikembangkan oleh GrashaReichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs, dan Merill.
f. Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang berbeda.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy.
g. Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif dari berbagai
bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan. Pendekatan ini dikembangkan oleh
Sperry, Bogen, Edwards, dan Herman.
Menurut Gardner (dalam Subini 2011 : 24) manusia mempunyai 8 kecerdasan yaitu:
linguistik, logika/matematika, interpersonal, intrapersonal, musik, spasial, sosial dan
kinestetik. Teori kecerdasan ganda ini mewakili definisi sifat manusia, dari perspektif
kognitif, yaitu bagaimana kita melihat, bagaimana kita menyadari hal ini benar-benar
memberikan indikasi yang sangat penting dan tidak dapat dihindari untuk orang-orang
preferensi gaya belajar, serta perilaku mereka dan bekerja gaya, dan kekuatan alami mereka.
Jenis-jenis kecerdasan yang dimiliki seseorang (Gardner menunjukkan sebagian besar dari
kita kuat dalam tiga jenis) tidak hanya menunjukkan kemampuan orang, tetapi juga cara atau
metode di mana mereka lebih suka belajar dan mengembangkan kekuatan mereka dan juga
untuk mengembangkan kelemahan-kelemahan mereka .
2.3 Manfaat Pemahaman Gaya Belajar
Honey dan Mumford (dalam Gufron dan risnawita 2012 : 144) berpendapat bahwa
mengetahui gaya belajar penting untuk individu masing-masing karena dapat meningkatkan
kesadaran kita tentang aktivitas belajar mana yang cocok atau tidak cocok dengan gaya
belajar kita, membantu menentukan pilihan yang tepat dari sekian banyak aktivitas.
Menghindarkan kita dari pengalaman belajar yang tidak tepat, individu dengan kemampuan
belajar efektif yang kurang, dapat melakukan improvisasi dan membantu individu untuk
merencanakan tujuan dari belajarnya, serta menganalisa tingkat keberhasilan seseorang.
Nasution menyatakan bahwa, berbagai macam metode mengajar telah banyak diterapkan
dan diujicobakan kepada siswa untuk memperoleh hasil yang efektif dalam proses
pembelajaran. Pada kenyataannya tidak ada satu metode mengajar yang lebih baik daripada
metode mengajar yang lain. Jika berbagai metode mengajar telah ditetapkan dan tidak
menunjukkan hasil yang diharapkan, maka alternatif lain yang dapat dilakukan oleh guru

secara individual dalam proses pembelajaran yaitu atas dasar pemahaman terhadap gaya
belajar siswa (Nasution:2008:115).
Bobbi DePotter dan Hernacki menyebutkan bahwa mengetahui gaya belajar yang berbeda
telah membantu para siswa, dengan demikian akan memberi persepsi yang positif bagi siswa
tentang cara guru mengajar. Agar aktivitas belajar dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang
diinginkan, maka gaya belajar siswa harus dipahami oleh guru (DePorter & Hernacki:2000).
2.4 Gaya Belajar menurut Preferensi Sensori
Berdasarkan prefensi sensori atau kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap,
mengelola dan menyampaikan informasi, maka gaya belajar individu dapat dibagi dalam 3
(tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik
yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu.

Pengkategorian ini tidak berarti bahwa

individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik gaya belajar tertentu sehingga tidak
memiliki karakteristik gaya belajar yang lain.
Menurut sebuah penelitian ekstensif, khususnya di Amerika Serikat, yang dilakukan
oleh Profesor Ken dan Rita Dunn dari Universitas St. John, di Jamaica, New York, dan para
pakar Pemrograman Neuro-Linguistik seperti, Richard Bandler, John Grinder, dan Michael
Grinder, telah mengidentifikasi tiga gaya belajar dan komunikasi yang berbeda:
1. Visual. Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram. Kita
suka pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video.
2. Auditori. Belajar melalui mendengar sesuatu. Kita suka mendengarkan kaset audio,
ceramah-kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal.
3. Kinestetik. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Kita suka
menangani, bergerak, menyentuh dan merasakan/mengalami sendiri.
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik gaya belajar seperti disebutkan di
atas, menurut DePorter & Hernacki (2000 :116), adalah sebagai berikut:
1. Gaya Belajar Visual
Menurut DePorter & Hernacki (2000 :116) individu yang memiliki kemampuan belajar
visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.

rapi dan teratur,


berbicara dengan cepat,
mampu membuat rencana dan mengatur jangka panjang dengan baik,teliti dan rinci,
mementingkan penampilan,
lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, mengingat
sesuatu berdasarkan asosiasi visual,
f. memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik,
g. biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang
belajar,
h. sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara
tertulis), merupakan pembaca yang cepat dan tekun,

i. lebih suka membaca daripada dibacakan, dalam memberikan respon terhadap segala
sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang
tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan,
j. jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama
berbicara lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain,
k. sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak,
l. lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah,
m. lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik,
n. sering kali menegtahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan
dalam kata-kata, kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan.
2. Gaya Belajar Auditorial
Menurut DePorter & Hernacki (2000 :118) individu yang memiliki kemampuan belajar
auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja (belajar),


mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik,
menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca,
lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca,
jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras,
dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara,
mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita,
berbicara dalam irama yang terpola dengan baik,
berbicara dengan sangat fasih,
lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya,
belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa
yang dilihat,
l. senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar,
m. mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan
dengan visualisasi,
n. lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada
menuliskannya,
o. lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik.
3. Gaya Belajar Kinestetik
Menurut DePorter & Hernacki (2000 :118) individu yang memiliki kemampuan belajar
kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

berbicara dengan perlahan,


menanggapi perhatian fisik,
menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka,
berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain,
banyak gerak fisik,
memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar,
belajar melalui praktek langsung atau manipulasi,
menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung,
menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca,
banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal),
tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama,
sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut,

m.
n.
o.
p.

menggunakan kata-kata yang mengandung aksi,


pada umumnya tulisannya jelek,
menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik),
ingin melakukan segala sesuatu.

3. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, data yang diperoleh melalui
angket gaya belajar mahasiswa Program Pendidikan Geografi tercantum seperti pada tabel
4.1. Tabel distribusi gaya belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi terdapat 3
jenis gaya belajar yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar
kinestetik, dan terdapat 5 indikator yaitu mencatat, duduk, mengingat kata/angka, kesenian
atau musik,dan menerima respon dari orang lain. Hasil penelitian tentang gaya belajar
mahasiswa Program Studi Geografi dideskripsikan dengan menggunakan persentase untuk
mengetahui berapa persen mahasiswa Program Studi Geografi yang memiliki gaya belajar
visual, dan berapa persen yang memiliki gaya belajar auditorial dan berapa persen juga yang
memiliki gaya belajar kinestetik.
Data yang tersaji dalam tabel 4.1 didapat berdasarkan hasil perhitungan butir
pernyataan/pertanyaan yang terdapat dalam instrumen angket gaya belajar mahasiswa
Program Studi Geografi di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo. Instrumen
angket gaya belajar dibagikan kepada mahasiswa program studi geografi sebanyak 77
mahsiswa yang dijadikan responden, pernyataan dalam angket terdapat 46 butir pernyataan
masing-masing butir pernyataan di lengkapi dengan tiga pilihan jawaban yaitu pilihan
jawaban pada bagian mewakili jenis gaya belajar visual, pilihan jawaban yang b mewakili
jenis gaya belajar auditorial dan pilihan jawaban pada bagian c mewakili jenis gaya belajar
visual. Berikut disajikan hasil pengelompokan dari ketiga jenis gaya belajar berdasarkan hasil
angket yang diisi oleh responden
4.2 Pembahasan
Penelitian tentang Gaya belajar mahasiswa dilaksanakan di Jurusan Fisika, Program
Studi Pendidikan Geografi. Hal ini dilakukan mengingat bahwa sebelumnya belum pernah
ada yang melakukan penelitian tentang gaya belajar mahasiswa khususnya di Program Studi
Pendidikan Geografi. Sebelum melaksanakan penelitian di lapangan, peneliti terlebih dahulu
mempersiapkan instrumen angket yang akan digunakan.
Gaya belajar merupakan suatu metode atau cara yang disukai oleh individu dalam
melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi dalam proses
pembelajaran.

Dalam proses belajar khususnya di perguruan tinggi para tenaga pengajar atau dosen
sangat perlu mengetahui dan menyadari gaya belajar yang dimiliki oleh masing-masing
individu atau mahasiswa untuk mempermudah dalam proses pembelajaran, dimana dengan
mengetahui gaya belajar tersebut akan mempermudah tenaga pengajar atau dosen untuk
menentukan model atau metode yang tepat dalam proses pembelajaran dan tujuan pendidikan
dapat dicapai secara efektif dan efisien, sehingga prestasi akademik dapat ditingkatkan. Gaya
belajar mahasiswa yang menjadi fokus dalam penelitian yaitu gaya belajar visual, gaya
belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Indikator untuk ketiga gaya belajar tersebut
yaitu mencatat, duduk, mengingat kata atau angka, kesenian atau musik dan cara menerima
respon dari orang lain.
Gaya belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi di Jurusan Fisika
Universitas Negeri Gorontalo diperoleh dari perhitungan jawaban angket yang diberikan
kepada mahasiswa. Dalam pertanyaan atau pernyataan angket yang diajukan terdapat 3
option jawaban yang menunjukkan bahwa jawaban a mahasiswa bergaya belajar visual,
jawaban b mahasiswa bergaya belajar auditoral dan jawaban c mahasiswa bergaya belajar
kinestetik. Hasil jawaban mahasiswa selajutnya diskoring atau dikelompokkan sesuai dengan
option jawaban dan hasilnya berupa skor mentah seperti yang terdapat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.1 Distribusi Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi Geografi
No
Butir
Angket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Jenis Gaya Belajar


Option Option Option
a
b
c
22
27
18
19
28
26
28
16
13
22
34
35
11
20
20

33
29
44
43
29
36
39
39
17
23
17
17
54
38
27

22
21
13
15
20
15
10
22
47
32
26
25
12
19
30

No Butir
Angket

26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

Jenis Gaya Belajar


Option
Option
Option
a
b
c
11
41
25
28
33
16
12
35
30
15
21
41
24
42
11
14
47
20
50
13
14
31
13
33
18
26
33
41
11
25
25
19
33
10
16
51
15
29
33
27
19
31

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

29
21
30
23
40
21
13
19
17
17

35
43
18
27
25
22
39
25
46
42

13
13
29
27
12
34
25
33
14
18

40
41
42
43
44
45
46

23
11
20
13
17
32
16

30
41
33
35
33
21
39

24
25
24
29
27
24
22

jumlah
Persentas
e ratarata

1063

1398

1083

23,1087

30,39130
4

23,54348

Sumber : Hasil Analisis 2013


Pada tabel diatas dapat dilihat jumlah persen mahasiswa yang memilih jawaban a,
jawaban b dan jawaban c. Berdasarkan tabel tersebut terdapat 23,1087 % responden yang
memilih visual, sedangkan untuk auditorial sebanyak 30,39% responden yang memilih
jawaban b dan terdapat 23,54% responden yang memilih pilihan jawaban c. Dalam tabel
tersebut juga dapat dilihat nomor butir angket yang paling banyak dipilih oleh responden
yaitu untuk jenis gaya belajar visual terdapat pada nomor 37 yaitu tentang indikator duduk,
sebanyak 51 responden yang memilih pernyataan tersebut. Pada jenis gaya belajar auditorial
butir angket yang paling tinggi dipilih oleh responden yaitu nomor butir angket 13 tentang
indikator menerima respon dari orang lain, jumlah responden yang memilih pilihan jawab b
yaitu sejumlah 54 responden. Sedangkan untuk gaya belajar kinestetik terdapat pada nomor
butir angket 9 yaitu tentang indikator mengingat kata atau angka yaitu sebanyak 47
responden yang memilih pilihan jawaban c.
Berikut merupakan grafik persentase gaya belajar mahasiswa Program Studi Geografi.

PERSENTASE PERBUTIR ANGKET

50.00

45,48 %

45.00
40.00
35.00

30,27 %

30.00

24,53 %

25.00

VISUAL

20.00

AUDITORIAL

15.00

KINESTETIK

10.00
5.00
0.00
VISUAL

AUDITORIAL

KINESTETIK

GAYA BELAJAR

Gambar 4.1 Persentase Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi Geografi


Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat perbedaan persentase gaya belajar mahasiswa
Program Studi Pendidikan Geografi di Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo dari
masing-masing gaya belajar yaitu gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Berdasarkan
46 pernyataan butir angket dari 77 responden terdapat 30,27 % mahasiswa yang memiliki
gaya belajar visual, 45,48 % mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial dan 24,53%
mahasiswa yang memiliki gaya belajar kinestetik.
Berikut merupakan persentase perbandingan gaya belajar mahasiswa program studi

persentase

geografi berdasarkan jenis kelamin seperti terdapat pada gambar grafik dibawah ini:
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

45.81

29.95

45.01

30.75
24.23

24.78

visual (L)
visual (P)
auditorial (L)
auditorial (P)
kinestetik (L)
kinestetik (P)

Gaya Belajar

Gambar 4.2 Persentase perbandingan Gaya Belajar Mahasiswa Program Studi


Geografi berdasarkan jenis kelamin

Gambar 4.2 merupakan persentase perbandingan gaya belajar mahasiswa program studi
geografi berdasarkan jenis kelamin. Dalam gambar tersebut dapat dilihat bahwa untuk gaya
belajar visual untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 29,95. Sedangkan untuk gaya belajar
visual untuk jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 30,75. Untuk gaya belajar auditorial
dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 45,81dan perempuan berjumlah 45,01. Sedangkan
untuk gaya belajar kinestetik untuk jenis kelamin laki-laki berjumlah 24,23 dan perempuan
berjumlah 24, 7.
Dengan demikian untuk gaya belajar auditorial didominasi oleh responden yang berjenis
kelamin laki-laki. Sedangkan untuk gaya belajar kinestetik untuk jenis kelamin laki-laki
berjumlah 24,23 dan perempuan berjumlah 24, 78. Berdasarkan perbandingan tersebut gaya
belajar kinestetik didominasi oleh responden dengan jenis kelamin perempuan. Responden
laki-laki berjumlah 41 orang dan responden perempuan berjumlah 36 orang. Jadi, jumlah
keseluruhan responden adalah 77 orang.
Berikut merupakan tabel hasil pengelompokan gaya belajar mahasiswa Program Studi
Geografi di Jurusan Fisika Universitas Negeri Gorontalo.
Tabel 4.2 Mahasiswa Program Studi Geografi yang memiliki gaya belajar
auditorial
No

Nama Responden

Auditoria
l
24

No

Sandy koengo

2
3
4

Moh. Khamal salute


eran
sutarno

20
20
19

32
33
34

5
6
7

la ode fia
Firda M. Berlian
Musrifin

16
19
20

35
36
37

8
9
10
11
12
13
14

Ilham Andrianto
Yusran T. Pakaya
Marlian Paputungan
Hidayat Nurhamidin
Sri Sutriani Hapili
Iyam H. Helingo
Sri Vani olii

23
20
20
24
22
23
17

38
39
40
41
42
43
44

15

I
Made
Wirabuana

18

45

Gd.

31

Nama
responden
Laode
Muh.
Irsan
Sari
Alimodjo
I wayan Edi
prastia
Yunirwan
Sadly yunus
enggal
kasih
winampi
Irfan
Suyadi Husani
Sulfiani uloli
I N Andi trisatyo
Wijaya Harmoko
Ardi
zulkifli
D.
Mohamad
miftahul janna

Auditori
al
23
19
20
27
19
27
29
18
22
21
19
23
24
19
21

16
17
18
19
20
21
22

Abdul Royin Radjak


kasmat Yusuf
Rusmanto Mustafa
Resilia Datunsolang
Fitria Kadir
Lisdawati Deti
Sriwandi Hasim

20
22
18
25
22
19
23

46
47
48
49
50
51
52

23
24

Helmu Lantu
Jaelani

23
27

53
54

25
26

Agustina
Susanti Lokow

26
35

55
56

27

febriyanti
B.tobamaba
Irfan
Niluh Putu Subadri
Asrul

20

57

23
23
21

58
59
60

28
29
30

61

jein jekilar jafar


Falahudin
Hafifa S. Hadad
Zubaidah
hani aprilina
Fadli Ade
Febriana Trifeny
Rahayu
Santriani Hasan
Sriwahyuningsih
Ismail
desi surafni
meiriana Kartika
Sari
Kasman

30
26
29
24
25
25
23

Rahmad Hasan
Najmi
Boris Vandolly
Tambun
Desyana

18
24
23

27
19
27
25
30

29

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah mahasiwa yang memiliki gaya belajar
auditorial. Dari 77 responden terdapat 61 responden yang memiliki gaya belajar auditorial.
Mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial lebih memfokuskan pendengaran dalam
proses pembelajaran. Lebih mudah memahami pelajaran ketika disajikan dengan
menggunakan media audio atau suara. Mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial akan
terganggu ketika mendengarkan music atau keributan saat proses pembelajaran berlangsung.
Berikut merupakan tabel mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual.
Tabel 4.3 Mahasiswa Program Studi Geografi yang memiliki gaya belajar visual
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama Responden
Awaludin
Arif Bowo
Ayk Ratnaningsih
Made Yuli Aprianti
Fifiati
Wiwiek O Mansi
Haris Biki
Alfatahar
Siti Marnun
Robin N Ismail

Visual
25
22
20
19
22
21
18
21
20
19

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah mahasiswa yang memiliki gaya belajar
auditorial. Dari 77 responden terdapat 10 responden yang memiliki gaya belajar visual.
Mahasiswa yang memiliki gaya belajar belajar visual merupakan mahasiswa yang dalam
proses pembelajarannya lebih cenderung mengandalkan penglihatan untuk memahami
pelajaran dan biasanya tidak terganggu oleh keributan atau suara music, mahasiswa yang
seperti demikian, sangat mudah memahami pelajaran bilamana pelajarn itu disajikan dengan
menggunakan media gambar.
Berikut merupakan tabel mahasiswa geografi yang memiliki gaya belajar kinestetik.
Tabel. 4.4 mahasiswa Program Studi Geografi yang memiliki gaya belajar
kinestetik
Nama Respon
No
1
2
3
4
5
6

Hesran
Nelfi sufu
Seli cindra
Dwi novianti
Achmad
Ratna Patilima

Option
c
21
23
20
32
25
30

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jum;ah mahasiswa program studi geografi yang
memiliki gaya belajar kinestetik, dari 77 jumlah responden terdapat 6 responden yang
memiliki gaya belajar kinestetik. Mahasiswa yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih suka
belajar dengan cara mempraktekkan langsung atau memperagakan langsung apa yang akan
dipelajarinya.
Berdasarkan ketiga tabel jenis gaya belajar tersebut dapat dilihat perbandingan yaitu
antara gaya belajar auditorial, gaya belajar visual dan gaya belajar kinestetik di Program
Studi Geografi di dominasi oleh mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial, itu
terbukti dari hasil penelitian menunjukkan terdapat 61 mahasiswa yang memiliki gaya belajar
auditorial dan 10 mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual dan 6 mahasiswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik dari 77 responden.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 responden, dari 10 responden
ini jawaban yang di utarakan lebih cenderung bergaya belajar auditorial, dimana ketika
peneliti menanyakan tentang indikator mencatatan terdapat 7 responden yang menjawab
memiliki catatan sedikit catatan, sedangkan ketika peneliti menanyakan posisi duduk yang
paling disukai saat perkuliahan berlangsung 6 dari 10 responden menjawab posisi yang
paling saya sukai yaitu posisi di tengah, untuk indikator mengingat kata atau angka 6 dari 10

responden menjaawab lebih mudah mengingat apa yang dosen jelaskan. Dan untuk indikator
kesenian atau musik ada 8 orang yang menjawab musik sangat mengganggu konsentarasi saat
belajar. Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan mahaasiswa program
studi geografi memiliki gaya belajar auditorial.
Dalam menyikapi keberagaman mengenai gaya belajar, tentulah harus ditambah dengan
logika dan kebudayaan cara kerja kita, dan yang paling penting dari semua diatas adalah
suatu cara kerja otak kita yang mana dalam hal ini kita sebut dengan modalitas belajar. Secara
singkat modalitas belajar adalah, suatu cara bagaimana otak menyerap informasi yang masuk
melalui panca indera secara optimal. Berikut merupakan penjelasan untuk ketiga gaya belajar
tersebut :
4.2.1 Gaya Belajar Visual
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian yang dilakukan pada mahasiswa program studi
geografi yang diwakili oleh jawaban a pada angket yaitu terdapat 30,27 % mahasiswa yang
memilih option jawaban a dan itu artinya mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual
adalah 30,27%. Mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual ini cenderung lebih mudah
memahami segala sesuatu dengan cara melihat, mahasiswa yang bergaya visual lebih mudah
memahami pelajaran dengan cara disajikan melalui gambar-gambar dan dengan
menggunakan media yang lainya atau dengan cara para pengajar atau dosen mengajak
langsung mahasiswanya melihat objek-objek yang berkaitan dengan mata kuliah yang akan
diajarkan, bisa juga dengan cara menunjukkan alat peraga langsung kepada mahasiswa atau
dengan menggambarkannya di papan tulis.
Mahasiswa yang memiliki gaya belajar visual harus melihat gerak tubuh dan ekspresi
muka dosen atau yang mengajarkannya supaya lebih mudah memahami dan mengerti materi
yang diajarkan. Mahasiswa yang bergaya belajar visual ini cenderung duduk didepan agar
bisa melihat dengan jelas saat proses perkuliahan berlangsung, dan lebih mudah belajar dan
mengerti dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran
bergambar, video dan lebih suka mencatat sedetil mungkin untuk mendapatkan informasi.
Menurut Subini ( 2011 : 19) gaya belajar visual memiliki beberapa kendala yaitu sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

tidak suka bicara di depan kelompok.


Tidak suka mendengarkan orang lain bercerita
Tau apa yang harus dikatakan, tetapi tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata
Ditandai dengan sering terlambat menyalin pelajaran di papan tulis.
Tulisan tangannya berantakan.
Sering lupa jika harus menyampaikan pesan secara verbal kepada orang lain.
Biasanya kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan.

8. Mempunyai kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu reaktif terhadap
suara sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering salah
menginterpretasikan kata atau ucapan.
4.2.2 Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar auditorial lebih cenderung melalui suara dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian yang dilakukan pada mahasiswa program studi
geografi yang diwakili oleh jawaban b pada angket yaitu terdapat 45,48% mahasiswa yang
memilih option jawaban b dan itu artinya mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditoriall
adalah 45,48 %. Mahasiswa yang memiliki gaya belajar auditorial dapat memahami pelajaran
dengan cepat dengan cara berdiskusi dan mendengarkan penjelasan dari dosen. Mahasiswa
yang yang memiliki gaya belajar auditorial dapat mencerna makna penyampaian melalui
suara dan orang auditorial cenderung hebat dalam bercerita, mahasiswa seperti ini biasanya
dapat menghafal lebih cepat dengan membaca dengan bersuara serta melalui media seperti
kaset, radio dan lain-lain.
menurut Subini (2011 : 21) gaya belajar auditorial juga memiliki kendala yaitu sebagai
berikut:
1. Cenderung banyak omong.
2. Tidak bisa belajar dalam suasana berisik atau ribut.
3. Lebih memperhatikan informasi yang didengarnya, sehingga kurang tertarik untuk
memperhatikan hal baru disekitarnya.
4. Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
5. Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.
6. Pada umumnya bukanlah pembaca yang baik.
4.2.3 Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik memiliki gaya belajar dengan melakukan segala sesuatu
secara langsung melalui gerak dan sentuhan. Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian yang
dilakukan pada mahasiswa program studi geografi yang diwakili oleh jawaban c pada angket
yaitu terdapat 24,53% mahasiswa yang memilih option jawaban dan itu artinya mahasiswa
yang memiliki gaya belajar kinestetik adalah 24,53 %. Mahasiswa yang memiliki gaya
belajar kinestetik cenderung belajar melalui bergerak,menyentuh, dan melakukan. Mahasiswa
yang seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk
beraktifitas dan berekplorasi sangatlah kuat, sehingga mahasiswa yang memiliki gaya belajar
kinestetik belajarnya melalui proses gerak dan sentuhan.
Menurut Subini(2011:23) berikut merupakan kendala gaya belajar kinestetik:
1.
2.
3.
4.

mengalami kesulitan duduk lama di depan komputer.


Tidak betah membaca atau mendiskusikan topik-topik di dalam ruang kelas.
Sulit untuk berdiam diri.
Sulit mempelajari hal yang abstrak seperti simbol matematika atau peta.

5. Tidak bisa belajar di sekolah yang konvensional tempat guru menjelaskan dan anak
diam.
6. Kapasitas energinya cukup tinggi sehingga bila tidak disalurkan akan berpengaruh
terhadap konsentrasi belajarnya.
Oleh karena itu, para pengajar atau dosen hendaknya tidak memaksakan cara belajar
kepada peserta didik atau mahasiswanya. Biarkan mereka mencari tahu informasi dengan
gaya mereka sendiri karena dengan begitu akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkan.
Ketiga gaya belajar tersebut memiliki ciri-ciri dominan dalam melakukan suatu kegiatan.
Begitu pula dengan gaya belajar mahasiswa, terlihat adanya ciri-ciri dominan dalam suatu
proses kegiatan pembelajaran, sehingga dapat mencapai hasil maksimal. Dengan
mempertimbangkan dan melihat gaya belajar apa yang paling menonjol dari diri masingmasing peserta didik maka tenaga pengajar atau dosen diharapkan dapat bertindak secara arif
dan bijaksana dalam memilih metode belajar dalam proses pengajaran yang sesuai.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan uraian dari hasil penelitian diatas, maka peneliti menarik
simpulan yaitu Gaya belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi di Jurusan Fisika
Universitas Negeri Gorontalo di dominasi oleh gaya belajar auditorial yaitu sebanyak 45,48
%.
Saran
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan dan kesimpulan diatas, maka diajukan
beberapa saran yaitu sebagai berikut:
1. Diharapkan bagi para mahasiswa atau peserta didik untuk mengenal gaya belajar
yang dimilikinya agar mempermudah memahami mata kuliah atau pelajaran yang
diajarkan.
2. Bagi para dosen atau tenaga pengajar sangat perlu memahami gaya belajar peserta
didik untuk mempermudah menerapkan model dan metode pembelajaran untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, Edisi Revisi.
Deporter B, Hernacki M. 2000. Quantum Learning. Bandung : Penerbit Kaifa
Gufron MN, Risnawati R. 2012. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Russel, Lou. 2011. The Accelerated Learning Fieldbook. Bandung: Nusamedia
Subini, Nini. 2011. Rahasia Gaya Belajar Orang Besar. Jogjakarta : Javalitera

Sukmadinata NS. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


Silberman ML. 2009. Active Learning. Bandung: Penerbit Nusa Media
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Sagitasari Dewi. 2010. Hubungan Antara Kreativitas Dan Gaya Belajar Dengan Prestasi
Belajar Matematika Siswa Smp. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai