Anda di halaman 1dari 13

KEPEMIMPINAN

A. Definisi Kepemimpinan
Dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi,
perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin,
kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan
yang berkaitan satu dengan yang lainnya.
Istilah pemimpin dan kepemimpinan yang berasal dari kata pimpin diartikan
sangat bervariasi, banyak definisi tentang kepemimpinan ditulis dan diadopsi.
Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap dan gaya
yang baik untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kata kepemimpinan secara singkat diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan
oleh seorang pimpinan kelompok atau organisasi.
Dalam

buku

Kepemimpinan

Dalam

Manajemen

Keperawatan,

Stogdill

mendefinisikan kepemimpinan sebagai Suatu proses yang mempengaruhi aktivitas


kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan.
Gardner mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses persuasi dan memberi
contoh, sehingga individu atau pimpinan kelompok membujuk kelompoknya untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Selanjutnya Merton menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi masyarakat
dimana seorang anggota mempengaruhi yang lainnya.
Kepemimpinan

meliputi

proses

mempengaruhi

dalam

menentukan

tujuan

organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi


untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang
diinginkan pihak lainnya.
Mengapa ketiga kata tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan?.
Untuk menjadi seorang pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya,

tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria
yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat-sifatnya atau kewenangan yang dimiliki
yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan
yang akan diterapkan.
B. Teori Kepemimpinan
Dasar mengapa seseorang diangkat menjadi pemimpin antara lain; pertama
karena sifatnya yang identik dengan karakteristik khas seperti fisik, mental dan
kepribadian yang dikaitkan dengan atribut pribadi dari para pemimpin tersebut yang
dianugerahi beberapa ciri yang tidak dimiliki orang lain. Di antaranya, pertama
intelegensia, kepribadian dan karakteristik fisik, kedua; karena kepribadian perilaku
serta ketiga karena situasi.
Berikut adalah teori teori kepemimpinan yang mempengaruhi efektifitas
kepemimpinan :
1. Teori Sifat Bawaan
Dalam teori sifat bawaan, dijelaskan bahwa intelektual, emosional, fisik dan
sifat bawaan pribadi mempengaruhi efektifitas kepemimpinan. Akan tetapi
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menganut teori tersebut sebagai
acuan kepemimpinan yang efektif adalah karakteristik anggota, dan hubungan
antara pemimpin.
2. Teori Perilaku
a. Teori X dan teori Y Mc Gregor
Mc Gregor menyatakan bahwa setiap manusia mempunyai kehidupan
individu, dan akan selalu berinteraksi dengan individu lainnya. Sehingga apa
yang dilakukan dan terjadi pada individu tersebut merupakan akibat atau
dipengaruhi oleh perilaku dari individu lain.

Selain interaksi individu, Mc Gregor menyampaikan bahwa pengetahuan


merupakan syarat lain dari kepemimpinan yang efektif. Pengetahuan yang
diharapkan dikuasai oleh seorang pemimpin, meliputi :
1) Pengetahuan tentang kebijakan perusahaan atau instansi dan falsafah
manajemennya..
2) Pengetahuan tentang prosedur, kebiasaan dan peraturan peraturan.
3) Pengetahuan tentang persyaratan persyaratan tugas bawahan,
tanggungjawab dan posisi dalam organisasi.
4) Pengetahuan tentang keanehan pribadi dari bawahan.
5) Pengetahuan tentang pandangan bawahan terhadap pimpinan / atasan.
6) Pengetahuan terhadap perubahan perubahan yang terjadi pada bawahan
(kelompok).
b. Studi Likert Michigan
Likert mengidentifikasi empat gaya dasar dan sistem kepemimpinan; yaitu :
kewenangan yang lebih baik, demokrasi konsultasi, dan demokrasi
partisipasi.
Bagan B.2.b Sistem Kepemimpinan dari Likert
Autoritatif
System I
Sistem II :
Kewenangan
Kewenangan lebih baik
mengeksploitasi

Partisipatif
Sistem III :
Sistem IV :
Demokratis-Konsultatif Demokratis-Partisipatif

Manajemen puncak
membuat semua
keputusan

Manajemen puncak
membuat hampir semua
keputusan

Beberapa keputusan
yang didelegasikan
dibuat pada tingkat
bawah

Pembuatan keputusan
diedarkan ke seluruh
organisasi

Pemberian motivasi
dengan paksaan

Motivasi dengan motif


ekonomi dan ego

Motivasi dengan motif


ekonomik, ego dan
lainnya seperti hasrat
untuk pengalaman baru

Motivasi dengan
penghargaan ekonomik
oleh partisipan
kelompok

Komunikasi ke tingkat
bawah

Komunikasi
kebanyakan ke tingkat
bawah

Komunikasi ke bawah
dan ke atas

Komunikasi ke bawah,
ke atas dan dengan
sejawat

Tinjauan dan fungsi


control terpusat pada
manajemen puncak

Tinjauan dan fungsi


kontrorer terutama pada
puncak

Tinjauan dan fungsi


control terutama pada
puncak, tetapi tetapi ide
diprakarsai dari tingkat
bawah

Tinjauan dan fungsi


control dibagi oleh
atasan dan bawahan

C. Gaya Kepemimpinan
Dalam teori kepemimpinan disampaikan tentang model kepemimpinan pada
situasi kemungkinan yang dititikberatkan pada beberapa factor, yaitu ; orang, tugas,
situasi, organisasi dan beberapa factor lingkungan yang lain.
dapat diterapkan, antara lain:
1. Otokratis. Kebebasan sangat sedikit, kontrol tinggi, keputusan oleh pemimpin,
aktivitas pimpinan tinggi, tanggung jawab pertama oleh pimpinanm, kuantitas,
kualitas baik, out put sangat efisien. Kepemimpinan seperti ini menggunakan
metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan
strukturnya. Jadi kekuasaanlah yang sangat dominan diterapkan.
2. Demokrasi. Kebebasan sedang, kontrol sedang, keputusan pimpinan dengan
kelompok, aktivitas pimpinan tinggi, tanggung jawab tinggi, out put, kreatif,
High Quality.Efficiency, kurang efisien dibanding autoriter. Gaya ini ditandai
adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan
pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan demokratis
cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan
dapat mengarahkan diri sendiri.
3. Gaya kepemimpinan kendali bebas atau Laissez Faire. Tidak ada kontrol, dalam
pengambilan keputusan bisa dari kelompok dan atau tanpa melibatkan
kelompok, aktifitas pimpinan minimal, tanggung jawab bebas, out put
bervariasi, kualitas kerja menurun, effisiensi kerja minimal. Pemimpin
memberikan kekuasan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif.

Aplikasi dalam keperawatan; Pimpinan belajar tentang kapan, bagaimana, kepada


siapa menggunakan gaya kepemimpinan tersebut di atas.
D. Kepemimpinan yang Efektif
Kedisiplinan
kepemimpinan yang

yang

konsisten,

efektif.

merupakan

Kedisiplinan yang

persyaratan

lain

untuk

konsisten tidak hanya

diperuntukkan bagi bawahan atau dilaksanakan oleh atasan saja, akan tetapi
dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua. Kedisplinan tidak hanya sebatas berkaitan
dengan waktu, akan tetapi lebih pada tugas tugas yang diselesaikan sesuai standar
dan tanggungjawab.
Rasa aman perlu diciptakan dan ditumbuhkan dalam suatu organisasi. Rasa
aman yang dirasakan bawahan akan dapat mendorong bawahan menjadi kreatif,
proaktif, partisipatif, mandiri, mengerti dan mampu menyelesaikan tugas tugasnya
dengan baik. Dengan demikian maka tujuan organisasi akan tercapai dengan baik
dan memuaskan.
Ada beberapa kriteria yang bisa menjadikan pemimpin itu sukses dalam
kepemimpinannya :
1.

Pemimpin itu dicintai oleh bawahannya.


Organisasi yang dipimpin akan berjalan baik jika kepemimpinannya dinahkodai
oleh seorang pemimpin yang dicintai bawahan. Hal ini menggambarkan dengan
jelas bahwa seorang pemimpin disamping harus memiliki kemampuan untuk
melakukan tugas-tugas kepemimpinannya juga harus memiliki kemampuan
untuk mengelola hati. Karena disadari benar bahwa pekerjaan yang baik adalah
pekerjaan yang disertai dengan hati yang bersih.

2.

Pemimpin mampu menampung aspirasi bawahannya. Pemimpin yang baik juga


dapat menerima kritik dari bawahannya, dalam arti jika pemimpin itu
melakukan sesuatu yang baik maka bawahannya akan mendukungnya.

3.

Pemimpin yang selalu bermusyawarah. Seorang pemimpin selain harus siap


menerima dan mendapat kritikan, pemimpin yang sukses juga selalu

bermusyawarah. Hal itu dilakukan dengan orang-orang tertentu untuk


membahas persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
publik atau yang menyangkut kepentingan umum dari perusahaan tersebut.
4.

Pemimpin harus tegas. Tegas dalam hal ini bukan berarti bersifat otoriter
melainkan lebih pada menegakkan aturan dan komitmen bersama, demi
tercapainya tujuan organisasi.

Dari apa yang telah disampaikan secara sederhana tersebut, dapatlah disimpulkan
bahwa betapa pentingnya peran seorang pemimpin dalam membangun suatu
organisasi. Baik dalam sebuah perusahaan, pemerintahan maupun pelayanan
keperawatan dalam mencapai suatu tujuan organisasi.

PENERAPAN KEPEMIMPINAN DALAM LINGKUP PELAYANAN KEPERAWATAN

Merujuk pada pernyataan Stogdill tentang definisi kepemimpinan Suatu proses


yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai
tujuan, maka pimpinan keperawatan harus memahami aktivitas kelompok di ruang pelayanan
keperawatan.Pimpinan keperawatan memahami dan mampu menerapkan konsep dan hubungan
dengan orang lain serta tujuan organisasi.
A. PENGORGANISASIAN PELAYANAN KEPERAWATAN
Dalam manajemen banyak aktifitas penting, diantaranya :
1. Mengelola asuhan keperawatan secara efektif dan efisien untuk sejumlah pasien di RS
dengan jumlah tenaga keperawatan dan fasilitas yang ada.
2. Kepala Bidang Keperawatan menetapkan kerangka kerja
3. Mengelompokkan dan membagi kegiatan / penugasan.
4. Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga di RS.
5. Menciptakan hubungan antara kepala staf. memudahkan tugas dan memudahkan
pengawasan
Prinsip untuk memberikan pelayanan optimal adalah ; Pembagian kerja, Pendelegasian
tugas, Koordinasi, Manajemen waktu.
1. Pembagian kerja
Dasar pertimbangan yang dapat digunakan untuk pembagian kerja di ruang pelayanan,
adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan dan pengalaman kerja karyawan.


b. Peran dan fungsi perawat di RS
c. Ruang lingkup tugas kabid keperawatan dan kedudukan dalam organisasi
d. Batas wewenang dan tanggung jawab.
Hal yang dapat didelegasikan kepada staf dan kepada tenaga non keperawatan mengacu
pada Job dikripsi, Pengembangan prosedur, dan Deskripsi hasil kerja.

Pendelegasian dan pembagian tugas berkenaan dengan :


a. Jumlah tugas
b. Perincian aktivitas/ruangan.
c. Perincian tugas yang jelas.
d. Variasi tugas.
e. Penggolongan tugas berdasarkan kesulitan/waktu.
2. Pendelegasian tugas
Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf dapat dilakukan dalam batasbatas tertentu. Pendelegasian tergantung pada : sifat kegiatan, kemampuan staf, hasil
yang diharapkan.
Tahapan yang dapat diikuti pada pendelegasian tugas :

a. Tetapkan tugas.
b. Pilih orangnya.
c. Uraikan hasil spesifik.
d. Jelaskan batas wewenang dan tanggung jawab staf.
e. Kesimpulan staf tentang tanggung jawabnya.
f. Waktu untuk mengontrol.
g. Berikan dukungan.
h. Evaluasi hasil.
3. Koordinasi
Keselarasan tindakan, usaha dan sikap serta penyesuaian antara tenaga diruangan
keperawatan sangat penting artinya dalam upaya pencapaian tujuan.
Manfaat koordinasi :

a. Menghindari perasaan lebih penting dari yang lain.


b. Menumbuhkan rasa saling membantu
c. Menimbulkan kesatuan tindakan dan sikap antar staf.
4. Manajemen waktu
Pengelolaan waktu dalam

memberikan pelayanan keperawatan yang optimal

memperhatikan hal hal berikut : Analisa waktu yang digunakan, Memeriksa kembali
porsi aktivitas, Menentukan prioritas pekerjaan, Mendelegasikan.

5. Hambatan pada manajemen waktu


a. Terperangkap dalam pekerjaan.
b. Menunda karena takut salah.
c. Tamu yang tidak terencana.
d. Telepon
e. Rapat yang tidak produktif.
f.

Tidak dapat mengatakan tidak.

6. Ketenagaan
Pengaturan proses mobilisasi potensi, proses motivasi dan pengembangan sumber daya
manusia dalam memenuhi kepuasan untuk tercapainya tujuan individu, organisasi
dimana di berkarya.
Rekrut tenaga dan seleksi merupakan tugas yang sulit dan mencemaskan.Yang perlu
diperhatikan dalam rekrutmen tenaga :
a. Profil karyawan keperawatan saat itu.
b. Program recruiting.
c. Metode recruiting.
d. Program pengembangan tenaga baru.
e. Prosedur penerimaan.
f.

Data biografi.

g. Surat rekomendasi.
h. Wawancara.
i.

Psychotest.

7. Orientasi dan Pengembangan


a. Orientasi Institusi ; Visi dan Misi Rumah Sakit, Struktur dan kepemimpinan,
Kebijakan Rumah Sakit, Evaluasi kerja, Pengembangan staf, Hubungan antara
karyawan.
b. Orientasi Pekerjaan ; Job deskripsi, Prosedur pekerjaan, Kebijakan, Orientasi
tempat/fasilitas yang ada.
c. Pengembangan; Pengembangan tenaga baru berlaku setelah masa orientasi.

d. Penghargaan ; Promosi, Kenaikan pangkat, Penempatan.2.MutasiPemindahan dari


pekerjaan/jabatan yang baru ke pekerjaan/jabatan lain.
TUJUAN
- Mengurangi kejenuhan.- Pengembangan.
HAMBATAN DALAM KETENAGAAN1.Kemangkiran.- Tempat tinggal jauh.- Kelompok
karyawan yang banyak.- Sakit.2.Turn-over.Rata-rata turn-over pertahun dibagi jumlah tenaga
perunit di kali 100.Mengurangi Turn Over- Penerimaan karyawan.- Peningkatan tugas.Perubahan job deskripsi.- Pengembangan.3.KejenuhanKeadaan dimana individu merasa dirinya
kurang kemampuannya, kerja keras tapi kurang produktif.- Peran dan fungsi yang kurang jelas.Merasa terisolasi.- Beban kerja berlebihan.- Terlalu lama pada suatu bagian.
PENGEMBANGAN
Tujuan membantu individu dalam meningkatkan diri dalam :- Pengetahuan.- Ketrampilan.Pelayanan dibidangnya.
JENIS PENGEMBANGAN
- Introduksi training untuk staf baru.- Orientasi.- In house education on the job.- Pendidikan
berkelanjutan.
PENJADUALAN
Penentuan pola dines dan libur untuk karyawan pada suatu bangsal atau unit
tertentu.Pertimbangan pimpinan dalam penjadualan :- Berapa lama jadual disiapkan ?- Hari apa
kalender penjadualan mulai ?- Hari libur mingguan dapat dipecah/beruntun.- Waktu kerja
maksimum dan minimum ?- Berapa lama waktu untuk mengajukan libur mingguan/cuti.Berapa lama sebelumnya jadual dapat dilihat oleh staf.- Berapa lama penggantian/rotasi shift ?Apakah ada tenaga ekstra (part time) ?- Bagaimana penjadualan yang disusun secara sentralisasi
oleh Karu, supervisor, kepala instalasi rawat nginap ?- Bagaimana menciptakan komunikasi
terbuka antara staf ?
PRINSIP PENJADUALAN
1.Keseimbangan kebutuhan tenaga dan pekerjaan serta rekreasi.2.Siklus penjadualan serta jam
kerja adil antar staf.3.Semua karyawan ditugaskan sesuai siklus.4.Bila jadual sudah dibuat
penyimpangan dilakukan dengan surat permohonan.5.Jumlah tenaga serta komposisi cukup
untuk tiap unit dan shift.6.Jadual harus dapat meningkatkan perawatan yang berkesinambungan
dan pengembangan kerja tim.
PENYEBAB OVER STAF

- Frekuensi dan variasi tidak dapat diramalkan.- Kecenderungan pimpinan membuat


kompensasi dengan menghitung tenaga berdasarkan ensus maksimal.- Keluhan pasien tentang
pelayanan.- Delegasi untuk diagnostik.
PENANGGULANGAN TENAGA
Mengontrol variasi ketenagaan dengan jalan kombinasi jam dinas tenaga lepas dan
pemerataan.Pertukaran dinas rotasi - Merupakan hal yang umum.Menyebabkan-Manusia perluAdaptasi perubahan lingkungan.- Adaptasi terhadap ritme tubuh.
Manfaat pertukaran dinas yang sesuai pola kehidupan perawat.- Perawat dapat menyusun pola
hidupnya dalam keluarga.- Memudahkan kepala ruangan mengevaluasi.
MACAM-MACAM CARA DINAS :- 7 jam/shift : 6 hari kerja : 40 jam/minggu.- 8 jam/shift : 5
hari kerja : 40 jam/minggu.- 10 jam/shift : 4 jam kerja : 4 jam/minggu.
PERHITUNGAN TENAGA KEPERAWATAN.
1.Peraturan Menkes RI No. 262/Menkes/Per/VII/1979, tentang perbandingan tempat tidur
dengan jumlah perawat :RS tipe A B, perbandingan minimal.3 4 perawat : 2 tempat
tidur.2.Hasil workshop perawatan di ciloto, 1971.Jumlah perawat : Pasien = 5 : 9/shift, dengan 3
shift/24 jam dengan perhitungan sbb :- Hari kerja efektif/tahun : 225 260 hari.- Libur
mingguan : 52 hari.- Cuti tahunan : 12 hari.- Hari besar : 10 hari.- Sakit/Izin : 12 hari. Cuti
hamil rata-rata : 29 hari.3.Menurut Depkes Filipina tahun 1984.-Jam rata-rata pasien dalam 24
jam.* Interna 3,4 jam.* Bedah 3,5 jam.* Bedah dan interna 3,4 jam.* Post partum 3,0 jam.*
Bayi 2,5 jam.* Anak-anak 4,0 jam.Menurut Althaus et al 1982 dan Kirk 1981 :- Level I
(Minimal) : 3,2 jam.- Level II (Intermediate) : 4,4 jam.- Level III (Maksimal) : 5,6 jam.- Level
IV (intensif care) : 7,2 jam.
Catatan :BOR = * PT* TT
KLASIFIKASI PASIEN1.Self Care.Membutuhkan waktu 1 2 jam dengan waktu efektif 1,5
jam/24 jam.2.Minimal Care.Membutuhkan waktu 3 4 jam dengan waktu efektif 3,5 jam/24
jam.3.Intermediate.Membutuhkan waktu 5 6 jam dengan rata-rata waktu efektif 5,5 jam/24
jam.4.Modified Intensif Care.Membutuhkan waktu 7 8 jam dengan waktu rata-rata 7,5 jam/24
jam.5.Intensif Care.Membutuhkan waktu 10 14 jam dengan rata-rata efektif 12 jam/24 jam.
CARA MENGHITUNG JUMLAH PERAWAT/TAHUN :1.Disesuaikan dengan kebijakan RS
yaitu dengan :Menentukan jumlah perawatan efektif pasien dalam 24 jam.Jumlah hari kerja
efektif perawat dalam 1 tahun.Penggunaan tempat tidur rata-rata.Analisa kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan pasien.1.Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/tahun :Jumlah rata-rata

pasien/hari x rata-rata jam perawatan dalam 24 jam x jumlah hari dalam 1 tahun.2.Jam kerja
perawat dalam 1 tahun :Hari kerja efektif x jam kerja sehari.3.Tenaga yang dibutuhkan :Jumlah
jam perawatan dalam I tahunJumlah jam perawat dalam 1 tahun
PERHITUNGAN TENAGA YANG CUTI HAMIL
1.Cara menghitung jumlah perawat yang bertugas dalam 24 jam.Cari jumlah seluruh petugas
perawatan yang dibutuhkan/24 jam.Rata-rata jumlah pasien x rata-rata jam perawatan pasien
dalam 24 jamJumlah jam kerja/hari2.Cara menghitung jumlah perawat yang bebas tugas :Total
jumlah hari yang tidak dibutuhkan x karyawan yang bekerjaTotal jumlah hari kerja/tahun/orang
CARA LAIN PERHITUNGAN TENAGA
1.Cara Ratio.- SK Menkes No. 262 tahun 1979.
TIPE RS TM/TT TPP/TT TNPP/TT T NON P/TTA & B 1/( 4-7 ) ( 3-4 )/2 1/3 1/1C 1/9 1/1 1/5
D 1/15 1/8 2/3E Disesuaikan
KETERANGAN :
TM : Tenaga medis.TPP : Tenaga paramedis perawatan/tenaga perawat.TNPP : Tenaga non
paramedis perawatan.T non P : Tenaga non perawatan.TT : Tempat tidur.
Contoh :Sebuah RS tipe C dengan jumlah TT 100 buah, kebutuhan tenaga sebagai berikut :1011 tenaga medis.100 tenaga paramedis.20 tenaga pembantu perawat.75 tenaga adm. Umum,
keuangan dan urusan non medis lainnya.
2.Cara Need.Menghitung kebutuhan berdasarkan beban kerja yang kita perhitungkan sendiri,
sehingga memenuhi standar profesi.Diskripsi tentang pelayanan yang diberikan kepada
pasien.Standar waktu yang diperlukan agar berjalan baik (Hudgins 82).
3.Cara Demand.Menurut kegiatan yang nyata dilakukan oleh perawat.Menurut Tatuko (1992) :Kasus gawat darurat : 86,31 menit.- Kasus mendesak : 71,28 menit.- Kasus tidak mendesak :
33,69 menit.Kebutuhan pasien menurut Depkes Filipina, 1984
4.Formula Lokakarya keperawatan.A x 52 x 7 x TT x BOR + 25 %.41 mg x 40
jam.Keterangan :A : Rata-rata jam perawatan/hari.TT : Tempat tidur.S2 : Jumlah minggu dalam
1 tahun.25 % : Penyesuaian terhadap produktivitas.BOR : Kapasitas pemakaian tempat tidur.
5.Formula Gillies (1994).A x B x 365(365 hari libur x jam kerja/hari).Keterangan : A : Ratarata jam perawatan/hari.B : Sensus harian rata-rata.Rumus sensus harian : TT x BOR
6.Formula NINA (1990).- Tahap 1Hitung A : Jumlah jam perawatan dalam 24 jam perpasien.Tahap 2Hitung B : A x TT.- Tahap 3Hitung C : Jumlah jam perawatan seluruh pasien selama 1
tahun.C = B x 365- Tahap 4Hitung D : Jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang perawatan

yang dibutuhkan selama 1 tahun.D = C x BOR/80- Tahap 5Diperoleh E : Jumlah tenaga perawat
yang dibutuhkan.E = D/1878Hari efektif 52 dan jam kerja.Efektif perhari (8-2 jam).

Anda mungkin juga menyukai