BAB
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Nabi dan Rasul
Secara etimologis Nabi berasal dari dari kata na-ba artinya ditinggikan, atau
dari kata na-ba-a artinya berita. Dalam hal ini seorang Nabi adalah seseorang
yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT dengan memberinya berita (wahyu).
Sedangkan Rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Setelah terbentuk
menjadi rasul berarti yang diutus. Dalam hal ini seorang rasul adalah seorang
yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan misi, pesan (ar-risalah).
Secara terminologis Nabi dan Rasul adalah manusia biasa, laki-laki, yang
dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu. Apabila tidak diiringi dengan
kewajiban menyampaikannya atau membawa satu misi tertentu, maka dia disebut
Nabi saja. Namun bila diikuti dengan kewajiban menyampaikan atau membawa
misi (ar-risalah) tertentu maka dia disebut juga dengan rasul. Jadi setiap Rasul
juga Nabi, tetapi tidak setiap Nabi menjadi Rasul.
Dari uraian di atas dapt dipetik beberapa hal berikut ini1:
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN II
110
111
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan
Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. (QS. ar-Raad
13: 38)
112
113
Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di
antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada
(pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. (QS. al-Mumin: 78)
Ketika Rasulullah ditanya oleh Abu Dzar tentang jumlah para Nabi dan Rasul,
beliau menjawab2:
"...
"
Seratus dua puluh ribu Nabi, dan yang menjadi Rasul diantara mereka
sebanyak tiga ratus tiga belas (HR Ibnu Hibban dalam shahihnya)
Jumlah Nabi dan sekaligus Rasul yang diceritakan oleh Allah SWT di dalam
al-Quran ada 25 orang, 18 disebutkan dalam surat al-Anam ayat 83-86 dan 7
orang lagi dalam beberapa ayat secara terpisah.
Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk
menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa
derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya`qub kepadanya. Kepada
keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum
itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari
keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun.
Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik,
dan Zakaria, Yahya, `Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang
114
saleh. dan Ismail, Alyasa`, Yunus dan Luth. Masing-masingnya Kami lebihkan
derajatnya di atas umat (di masanya) (QS. al-Anam 6 : 83-86)
Dan kepada kaum `Aad (Kami utus) saudara mereka, Huud (QS. Hud 11:
50)
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh (QS. Hud 11: 61)
Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. Semua mereka termasuk
orang-orang yang sabar (QS. al-Anbiya 21: 85)
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan
dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka (al-Fath 48: 29)
Kalau diurutkan secara kronologis nama-nama Nabi dan Rasul yang 25
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adam
2. Idris
3. Nuh
10. Yusuf
11. Luth
12. Ayyub
19. Ilyas
20. Ilyasa
21. Yunus
115
4. Hud
5. Shaleh
6. Ibrahim
7. Ismail
8. Ishaq
9. Yaqub
13. Syuaib
14. Musa
15. Harun
16. Zulkifli
17. Daud
18. Sulaiman
22. Zakariya
23. Yahya
24. Isa
25. Muhammad
116
sehingga orang yang akan diangkat menjadi nabi memiliki kepribadian yang
sempurna, memiliki jiwa yang utuh, nalar yang kuat dan akhlak yang mulia.
Begitu juga dari segi garis keturunan, seorang yang akan diangkat menjadi nabi
haruslah memiliki garis keturunan yang baik dan mulia. Di samping itu diangkat
dan tidaknya seseorang menjadi Nabi tergantung juga pada kondisi masyarakat di
mana dia berada, apakah memang sangat memerlukan diutusnya seorang Nabi dan
rasul untuk memperbaiki dan membimbing kehidupan mereka yang sudah sangat
jauh dan menyimpang dari fitrah kemanusiaan.
Prasyarat kepribadian, keturunan dan kebutuhan masyarakat di atas oleh Abu
Bakar al-Jazairy sebagaimana dikuti Ilyas diistilahkan dengan Muahalat anNubuwwah yang intinya ada tiga hal sebagai berikut3:
1. Al-Mitsaliyah (keteladanan)
Seseorang yang akan diangkat menjadi Nabi haruslah memiliki kemanusiaan
yang sempurna, baik fisik, akal fikiran maupun rohani. Atau dengan kata lain dia
haruslah merupakan pribadi yang mulia dan terpuji. Selalu menjadi panutan dan
telada. Bebas dari segala sifat dan tingkah laku yang tidak baik. Oleh sebab itu
kehidupan seorang Nabi akan selalu dipelihara dan dijaga oleh Allah sejak
kecilnya.
2. Syaraf an-Nasab (keturunan yang mulia)
Seorang yang akan diangkat menjadi Nabi haruslah bersal dari keturunan yang
mulia. Mulia dalam pengertian umum yaitu terjauh dari segala bentuk kerendahan
budi dan hal-hal lain yang akan menjatuhkan martabat dan nilai-nilai
kemanusiannya. Dia haruslah orang yang terpandang dan dihormati kaumnya.
3. Amil az-Zaman (dibutuhkan zaman)
Kehadirannya memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengisi
kekosongan
rohani,
memperbaiki
segala
kerusakan
masyarakat
dan
117
Namun demikian secara khusus setiap Rasul memiliki empat sifat yang
erat kaitannya dengan tugasnya sebagai utusan Allah SWT yang membawa misi
membimbing umat menempuh jalan yang diridhoi Allah SWT. Keempat sifat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. As-Shidqu (benar)
Artinya selalu berkata benar, tidak pernah berdusta dalam keadaan
bagaimanapun. Apapun yang dikatakan oleh seorang Rasul baik berupa berita,
janji, ramalan masa depan dan lain-lain- selalu mengandung kebenaran. Mustahil
seorang Rasul mempunyai sifat kadzib atau pendusta, karena halk tersebut
menyebabkan tidak adanya orang yang akan membenarkan risalahnya.
2. al-Amanah (dipercaya)
Seorang Rasul harus selalu menjaga dan menunaikan amanah yang dipikulkan
ke pundaknya. Perbuatannya akan selalu sama dengan perkataannya. Dia akan
selalu menjaga amanah kapan dan di mana pun, baik dilihat dan diketahui orang
lain maupun tidak. Oleh sebab itu mustahil seorang rasul berkhianat, atau
melanggar amanat. Seorang yang memiliki sifat khianat tidak pantas menjadi
Nabi apalagi Rasul.
3. at-Tabliqh (menyampaikan)
Seorang Rasul akan menyampaikan apa saja yang diperintahkan oleh Allah
untuk disampaikan. Tidak akan ada satupun bujukan atau ancaman yang
menyebabkan
dia
menyembunyikan
sebagian
dari
wahyu
yang
wajib
118
larangan akibat godaan syetan. Juga seorang Nabi dan Rasul untuk hal-hal yang
tidak dibimbingkan langsung oleh Allah SWT bisa saja menghasilkan suatu ijtihad
yang keliru seperti keputusan Rasulullah tentang tawanan perang Badar yakni
menerima usulan untuk menawan musuh-musuh yang tertangkap dan menolak
usulan Umar untuk membunuh mereka yang kemudian ditegur oleh Allah. Hanya
dengan dua model itulah (lupa dan keliru dalam berijtihad) seorang Nabi dan
Rasul mungkin melakukan kekhilafan. Kedua model di atas menurut Sayyid sabiq
tidaklah bisa dikatakan sebagai suatu kemaksiatan dan kedurhakaan. Untuk kasus
Nabi Adam misalnya Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa dalam surat Thoha 20:
115 Allah menyatakan bahwa Adam lupa dengan perintah Allah untuk tidak
mendekati pohon larangan. Dalam surat al-Ahzab 33: 5 Allah menyatakan bahwa
tidak ada dosa atas sesuatu yang dilakukan karena ketidaksengajaan atau karena
lupa. Selanjutnya mengomentari firman Allah dalam surat Thoha 20: 121 yang
menyebutkan bahwa Adam telah bermaksiat kepada Tuhannya, Sayyid sabiq
mengatakan, Kelalaian yang diperbuat oleh Nabi Adam itu oleh al-Quran
dikemukakan sebagi suatu kemaksiatan sebab menilik kedudukan Adam yang
diciptakan oleh Allah SWT dengan tangan kekuasaan-Nya secara langsung.
Kiranya sesorang yang sedemikian itu rasanya tidak patut kalau sampai
melupakan apa-apa yang telah diwasiatkan serta apa-apa yang telah dijanjikan
oleh Allah SWT padanya. Sedangkan mengenai kasus tawanan Badar Sayyid
Sabiq memberikan komentar: Sebagaimana kita ketahui dalam peristiwa seperti
di atas itulah Rasulullah tidak dapat berbuat lain, kecuali hanya dengan berijtihad
untuk mengambil keputusan yang dipandangnya baik, sebab tidak ada wahyu
sedikitpun yang mengikatnya, bagaimana yang harus diperbuat olehnya.
Keputusan yang dilaksanakan itu bukannya suatu kesalahan atau kekeliruan
apalagi kemaksiatan, sebab Rasul tidak mungkin berbuat semacam itu. Hanya saja
ada keputusan yang sebenarnya lebih baik, tetapi yang ini tidak dimakluminya
lalu diambil saja keputusan yang baik4.
Kita tentu sependapat dengan Sayyid Sabiq bahwa kekhilafan dan kekeliruan
ijtihad yang dilakukan oleh seorang Nabi dan Rasul bukan lah suatu kemaksiatan
119
oleh
Rasul tidaklah
menghilangkan
sifat
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. al-Anbiyaa 21: 25)
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS. anNahl 16: 36)
120
Dia telah mensyari`atkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang
telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah
agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya (QS. as-Syuro 42:
13)
Dalam menjalankan tugasnya itu para Rasul berperan sebagai mubasysyirin
dan munzirin artinya memberikan kabar gembira bahwa Allah SWT akan
memberikan keridhoan, pahala dan balasan surga bagi orang yang beriman dan
taat; dan memberikan peringatan akan kemarahan dan azab Allah bagi yang tidak
mau beriman dan bagi yang durhaka. Allah SWT berfirman:
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar
gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan
mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan ayatayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat
fasik (QS. al-Anam 6: 48-49)
Untuk membuktikan kerasulan dan kebenaran ajaran yang mereka sampaikan,
serta untuk menjawab tantangan dan mematahkan argumentasi para penantang,
para Rasul dilengkapi oleh Allah SWT dengan mukjizat yaitu kejadian luar biasa
yang terjadi atas izin Allah. Mukjizat para para rasul berbeda-beda satu sama lain
sesuai
dengan
kecenderungan
umat
masing-masing
atau
situasi
yang
menghendaki.
Kejadian luar biasa bisa juga terjadi pada orang-orang shaleh yang sangat
dekat dengan Allah SWT atau lazim disebut Waliyullah, seperti makanan yang
selalu tersedia di Mihrab tempat Maryam ibunda Isla berada, padahal tidak ada
yang mengantarkannya. Kalau terjadi pada Waliyullah ini dinamakan Karamah.
Baik mukjizat maupun karomah kedua-duanya hanya semata-mata pemberian
Allah SWT, sama sekali tidak bisa diusahakan atau dipelajari apalagi diajarkan.
Datangnya pun tidak bisa diduga dan hal yang sama belum tentu terjadi dua kali.
BUKU AJAR AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN II
121
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari
kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam, dan Kami
telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh (QS. al-Ahzab 33: 7)
Ulul azmi maksudnya teguh hati, tabah, sabar, segala cita-cita dikejar dengan
segenap tenaga yang dimiliki, hingga akhirnya tercapai juga. Sedangkan Rasul
yang ulul azmi maksudnya adalah para Rasul yang paling banyak mendapat
tantangan, penderitaan tetapi mereka tetap teguh, tabah, sabar dan terus berjuang
hingga mereka berhasil mengemban tugas yang dipikulkan oleh Allah SWT.
122
:
- : Perumpamaan aku dan seluruh Nabi-Nabi lainnya adalah seperti seseorang
yang mendirikan bangunan, ia telah menyempurnakan dan memperindah
bangunan itu seluruhnya kecuali hanya sebuah batu bata yang belum dipasang
di salah satu sudut bangunan itu. Orang-orang yang mengelilingi dan
mengagumi bangunan itu memberikan komentar : Alangkah baiknya kalau
batu bata itu diletakkan di tempat yang kosong itu. Kemudia Rasulullah
berkata : Akulah batu bata itu dan akulah penutup para Nabi (HR Muttafaun
Alaih)
Sebagai Nabi yang terakhir, dengan bangunan dinullah yang indah dan
sempurna, Muhammad Saw diutus oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia
sepanjang zaman sampai hari kiamat nanti. Sebagaimana firman-Nya:
123
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan (QS. Saba
34: 28)
Jelaskan 4 sifat wajib bagi rasul beserta 4 sifat mustahil bagi mereka!
4.
Apakah kesamaan tugas para Nabi dan Rasul ? Jelaskan berdasarkan dalil
al-Quran!
5.
Apa yang dimaksud dengan ulul azmi siapa saja para Nabi dan Rasul
yang termasuk ulul azmi tersebut?
6.
124