Anda di halaman 1dari 15

SKENARIO 5

RESTORASI TETAP UNTUK GIGI


Seorang anak perempuan, umur 7 tahun diantar ibunya ke Klinik Pedodonsia RSGM
Unej dengan keluhan utama gigi bawah kanan berlubang sakit untuk mengunyah dan
bila minum panas, sehingga penderita malas makan. Gigi pernah sakit spontan kirakira 6 bulan yang lalu. Ibunya ingin gigi anaknya dirawat supaya mau makan. Hasil
pemeriksaan ekstra oral tidak ada pembengkakan. Hasil pemeriksaan intra oral
diperoleh gigi 85 karies luas menyeluruh pada permukaan oklusal dan sudah perforasi
ke ruang pulpa. Tes vitalitas negatif. Hasil pemeriksaan radiografi diperoleh gigi 85
karies profunda perforasi, tidak ada kelainan pada periapikal maupun bifurkasi, tidak
ada kelainan periodontal dan benih gigi permanen masih tertutup tulang alveolar.
Dokter

gigi mendiagnosis gigi 85 gangren pulpa dan merencanakan pembuatan

mahkota.
STEP 1
IDENTIFIKASI KATA SULIT
1. Gangren pulpa

Keadaaan pulpa dimana jaringan pulpa sudah mati karena sudah tidak dapat menahan
rangsangan, disebabkan juga oleh bakteri karena adanya karies.
2. Mahkota :
Restorasi permanen untuk mengaitkan sebagian atau seluruh mahkota gigi.

STEP 2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang menyebabkan gigi sakit di skenario padahal tes vitalitas negative?
2. Bagaimana pertimbangan dalam melakukan rencana perawatan di scenario ( pada
pasien anak)?
3. Bagaimana perawatan pendahuluan yang dilakukan?
4. Bagaimana rencana perawatan di skenario (restorasi dan pertimbangan) yang akan
dilakukan?
STEP 3
ANALISIS MASALAH
1. Apa yang menyebabkan gigi sakit di skenario padahal tes vitalitas negatif?
Rasa sakit karena adanya karies sehingga dapat terjadi kemasukkan makanan, tekanan
terhadap daerah yang karies. Rasa sakit sakit juga dapat timbul karena masih adanya
pulpa yang vital atau juga oleh karena gigi berlubang, tidak adanya pelidungi,
rangsangan misalkan rangsangan panas menstimulasikan gigi yang sebelahnya.
2. Bagaimana pertimbangan dalam melakukan rencana perawatan di scenario
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)

( pada pasien anak)?


Kebiasaan buruk seperti bruxism
Tingkat kekooperatifan pasien
Kelainan sistemik
Apakah pasien berkebutuhan khusus?
OH pasien
Perawatan tidak membutuhkan waktu yang lama
Pola erupsi gigi untuk menetapkan jenis restorasi tetap atau sementara
Vitalitas gigi
Cacat morfologi gigi
Resiko karies tinggi atau tidak
Usia pasien
Tipe orang tua
Tipe kepribadian anak
2

3. Bagaimana perawatan pendahuluan yang dilakukan?


Perawatan endodontik akan dilakukan oleh karena adanya gangren pulpa, Bila
gangrene partiel perawatan yang akan dilakukan adalah pulpotomi, bila gangrene
pulpa totalis, perawatannya adalah pulpektomi. Sesudah perawatan endodontik, gigi
tersebut akan ditumpat sementara terlebihdahulu sebelum dibuatkan mahkota.
Perawatan pendahuluan yang dilakukan sebelum dibuatkan SSC adalah
pulpektomi nonvital yaitu pengambilan seluruh jaringan pulpa dari kamar pulpa dan
saluran akar. Perawatan ini dilakukan pada gigig sulu yang mengalami gangren dan
nekrosis pulpa.
Indikasi pulpektomi non vital adalah:
1

Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan estetik

Gigi tidak goyang dan periodontal normal

Belum terlihat adanya fistel

Ro-foto: resorpsi akar tidak lebih dari 1/3 apikal, tidak ada granuloma
pada gigi-gigi sulung

Kondisi pasien baik

Keadaan sosial ekonomi pasien baik

Kontraindikasi pulpektomi non vital


1

Gigi tidak dapat direstorasi lagi

Kondisi kesehatan pasien tidak baik, atau mengidap penyakit sistemik


seperti diabetes, TBC

Terdapat pembengkokan ujung akar dengan granuloma (kista) yang sukar


dibersihkan

Bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung berbeda dengan gigi tetap,
beberapa kriteria yang dimiliki adalah
1

Diresorbsi sesuai dengan kecepatan resorbsi akar

Tidak merusak jaringan periapikal dan benih gigi tetap

Diresorbsi bila pengisian melebihi apeks

Bersifat antiseptic

Mudah diisikan

Melekat pada dinding saluran akar

Tidak mengerut, hermetis, padat, keras

Mudah dikeluarkan bila diperlukan

Radiopak

10 Tidak menyebabkan perubahan warna gigi


11 Mengeras dalam waktu agak lama
Beberapa bahan yang memenuhi kriteria pengisi saluran akar gigi sulung:
1

Pasta zinc oxide eugenol

Pasta iodoform

Kalsium hidroksida (tidak lazim dipakai untuk pulpa gigi sulung)

4. Bagaimana rencana perawatan di skenario: restorasi dan pertimbangan


yang akan dilakukan?
Restorasi:
Perawatan akan dilakukan secara indirect yaitu dengan multiple kunjungan. Gigi
pasca perawatan pulpa ditumpat dan diisi dengan formokresol serta zinc oxide

eugenol, lalu dibuatkan mahkota Stainless-Steel Crown. Stainless-Steel Crown


merupakan restorasi yang telah dipilih untuk kasus pada scenario ini karena
kekuatannya yang baik untuk gigi posterior.
Pertimbangan (Stainless-Steel Crown):
a) Mudah dipasang dalam waktu yang singkat
b) Harga mahal
c) Preparasi minimal
d) Tidak membutuhkan estetis untuk gigi posterior
e) Tahan terhadap korosi, biokompatibel
f) Tahan lama
g) Tidak berubah warna
h) Dapat mencegah terjadinya dentin sekunder
i) Dapat diggunakan pada pasien OH buruk
j) Dapat diggunakan pada pasien dengan resiko karies tinggi
k) Tidak membutuhkan retensi

PASIEN ANAK DENGAN GANGREN PULPA

PERAWATAN PULPA
(PULPEKTOMI)

STEP 4
RESTORASI STAINLESS-STEEL
CROWN
MAPPING

MACAM-MACAM

PROSEDUR

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

EVALUASI

STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu menganalisis:
1. Indikasi dan kontraindikasi stainless-steel crown
2. Prosedur perawatan stainless-steel crown
3. Evaluasi perawatan stainless-steel crown
4. Macam-macam stainless-steel crown

STEP 7
PEMBAHASAN
1. Indikasi dan kontraindikasi Stainless-Steel Crown
Indikasi:
a) Gigi molar desidui atau permanen muda yang sudah mengalami karies yang
luas.
b) Karies proksimal yang memerlukan preparasi sampai permukaan bukal dan
atau atau lingual.
c) Gigi yang sudah mengalami perawatan endodontik misalnya pulpotomy atau
pulpectomy. Karena gigi yang sudah mengalami perawatan endodontik,
struktumya menjadi rapuh, mudah patah sehingga perlu dilindungi.
d) Gigi yang mengalami malformasi, misalnya hipoplasia, hipokalsifikasi,
dentinogenesis/ amelogenesis imperfekta.
e) Gigi molar yang fraktur.
f) Pasien-pasien yang tidak dapat mengontrol kebersihan mulut, misalnya pasien
disable (handicaped).
6

g) Sebagai attachment pada perawatan space maintainer atau sebagai retensi alat
pada pararatan dengan alat orthodonsi lepasan.
h) Gigi molar permanen muda dengan defek perkembangan.
SSC diharapkan dapat melindungi pulpa dari rangsang karena enamel dan
dentin yang sangat tipis atau mungkin tidak terbentuk sama sekali.
i) Sebagai restorasi sementara sembari menunggu pembuatan restorasi definitif.
j) Restorasi untuk gigi molar permanen muda yang membutuhkan perlindungan
menyeluruh namun baru erupsi sebagian.
k) Pertimbangan finansial. SSC lebih murah dibanding restorasi permanen yang
lainnya.

Kontraindikasi

a) Tidak terdapat retensi untuk restorasi SSC.


b) Gigi anterior, jika dengan terpaksa menggunakan SSC pada gigi anterior,
maka dibuatkan pigura di bagian fasial.
c) Pasien dengan alergi logam.
d) Anak yang memiliki kelainan sistemik dan keganasan.
e) Gigi pengganti yang akan erupsi.
2. Prosedur perawatan Stainless-Steel Crown
Sesuai dengan skenario, perawatan dilakukan dengan 2 kali kunjungan sebagai
berikut:

Kunjungan 1

Pada kunjungan pertama dilakukan perawatan saluran akar pada gigi 85.
Perawatan ini dilakukan untuk menghilangkan rasa sakit yang diderita pasien dan

untuk mempersiapkan gigi tersebut sebelum dilakukan pemasangan ssc. Perawatan


ini dimulai dengan membersihkan saluran akar sampai steril, kemudian dilanjutkan
dengan pengisian saluran akar dengan bahan zinc oxide eugenol atau dengan
kombinasi zoe dengan formokresol. Setelah pengisian selesai, dilakukan penumpatan.

Kunjungan 2
Pada kunjungan kedua ini, gigi yang telah ditumpat tersebut kemudian

dipreparasi sedemikian rupa, untuk selanjutnya dilakukan pemasangan stainless


steel crown. Prosedur dari perawatan Stainless-Steel Crown adalah sebagai
berikut:
a) Pengukuran materi gigi
Sebelum gigi dipreparasi lakukan pengukuran jarak mesio distal gigi yang akan
dibuatkan mahkota dengan kaliper. Pengukuran ini bertujuan untuk memilih besarnya
SSC yang akan dipakai, sesuai dengan besarnya gigi. Jika jarak mesio-distal dari gigi
yang akan dipreparasi sudah tidak dapat diukur, dapat diambil jarak gigi tetangga
sebelah mesial ke gigi tetangga sebelah distal dari gigi yang akan dipreparasi
b) Pembuangan seluruh jaringan karies
Menggunakan round bur putaran rendah atau dengan menggunakan eskavator
c) Mengurangi permukaan oklusal
Fisur-fisur yang dalam pada permukaan oklusal diambil sampai kedalaman 1-1,5
mm dengan menggunakan tapered round bur.
d) Mengurangi permukaan proksimal
Pengurangan permukaan proksimal menggunakan tapered round bur. Tempatkan
bur berkontal dengan gigi pada embrasure bukal atau lingual dengan posisi sudut
kurang lebih 200 dari vertikal dan ujungnya pada margin gingiva. Preparasi dilakukan
dengan suatu gerakan bukolingual mengikuti kontur proksimal gigi. Sebelum

melakukan preparasi, gigi tetangga dilindungi dengan prositektor atau suatu steel
matrik band.
e) Mengurangi permukaan bukal dan lingual
Dengan tapered diamond bur permukaan bukal dan lingual dikurangi sedikit
sampai ke gingival margin dengan kedalaman lebih kurang 1-1,5 mm. Sudut-sudut
antara kedua permukaan dibulatkan.

Gambar 1 A Pengurangan permukaan okiusal sedalam 1 - 1,5 mm secara merata


pada semua permukaan, B. Pengurangan permukaan probimal dengan fissure bur
kecil, C. Pengurangan permukaan buka sampai 1 mm subgingiva, D Sudut yang
tajam ditumpulkan
f) Pemotongam SSC
Letakkan SSC yang sudah dipilih diatas gigi yang akan dipreparasi. Tekan SSC
kearah gingiva, bila terlalu tinggi atau rendak maka oklusi tidak baik, bila terlalu
besar atau kecil, SSC tidak dapat memasuki sulkus gingiva. Periksa apakah tepi SSC

pada daerah proksimal sudah baik. Tentukan kelebihan SCC, lalu buang dengan
menggunakan stone bur atau potong dengan gunting. SSC dipasang coba lagi lihat
oklusi gigi geligi, jika gingiva terlihat pucat berarti SCC masih kepanjangan dan
perlu pemotongan bagian servikalnya
g) Pembentukan SSC
Pembentukan SCC diperlukan tang-tang khusus. Untuk membentuk kontur gigi
SSC, tempatkan tang dengan paruh cembung sebelah dalam dan paruh cekung
sebelah luar mahkota yang akan dibentuk. Bagian bukal dna lingual serta servikal
dibentuk dengan konfigurasi yang sesuai dengan giginya. Bagian servikal harus benar
menempel pada posisi gigi untuk mendapatkan retensi yang maksimal.
h) Penghalusan SSC
Penghalusan pinggiran SCC menggunakan stone bur atau rubber wheel.
i) Pemasangan SSC
SSC dipersiapkan, gigi dikeringkan dan diisolasi dengan gulungan kapas atau
menggunakan saliva ejector agar bebas dari saliva. Gunakan semen adesif seperti
semen polikarboksilat, diaduk sampai konsistensi krim dan dialirkan ke dinding
sebelah dalam SSC hingga hampir penuh. Pasang SCC sampai posisi yang tepat
kemudian pasien disuruh menggigit dengan wooden blade diletakkan diatas gigi
tersebut. Setelah semen mengeras, bersihkan semua kelebihan bahan terutama pada
celah gingiva dan daerah interdental papil dengan menggunakan scaller.

10

Gambar 2 A. Penyesuaian crown . B. penghalusan crown pada bagian bekas


pemotongan emnggunakan stone bur dan rubber wheel polish C.Crimping pada tepi
gingival. D. Pengambilan kelebihan/ekses semen pada gingival dengan sonde dan
dental floss.
Dalam pembuatan SSC di butuhkan beberapa jenis tang untuk membentuk SSC
sesuai dengan anatomi gigi serta gunting untuk memotong kelebihan bagian cervikal.

Crown crimping pliers


Tang tersebut di gunakan untuk membentuk,
membuat

serta

menyesuaikan

cervikal

margin.

Crown contouring pliers

11

Merupakan tang yang digunakan untuk


membentuk

kontak

point

bagian

proksimal,

serta

kecembungan
anatomis pada bagian

bukal,

lingual/palatal.

Ball and socket pliers


Merupakan tang yang berfungsi untuk mengeliminasi kontak poin yang
terbuka.

Crown scissor
Digunakan untuk mengurangi kelebihan
pada bagian cervikal margin.

Penggunaan crown crimping pliers


untuk membentuk bagian cervikal (atas)
dan ball and socket pliers untuk
eliminasi kontak terbuka (bawah).

Prosedur yang dapat dilakukan dokter gigi pada

kasus-kasus khusus.

12

1. Gigi terlalu kecil


Prosedur yang dapat dilakukan untuk kondisi gigi yang terlalu kecil, bahkan untuk
SSC dengan ukuran terkecil, adalah sebagai berikut:
a) Memotong pinggiran atau metal edge SSC
b) Menempelken potongan ke permukaan dalam dari SSC sehingga dapat
mengurangi ruang yang terlalu besar.
c) Mengelas SSC dengan potongan tersebut agar menempel.
d) Melakukan penyesuaian SSC sesuai anatomi gigi melalui contouring,
trimming, atau crimping.

2. Gigi terlalu besar


Prosedur:
a) Memotong dinding dari SSC
b) Menggantikan dinding yang terpotong dengan orthodontic stainless steel band.
c) Mengelas SSC dengan orthodontic stainless steel band agar menempel.
d) Melakukan penyesuaian SSC sesuai anatomi gigi melalui contouring,
trimming, atau crimping.
3. Evaluasi perawatan Stainless-Steel Crown
Evaluasi SSC dilakukan dengan cara mengecek:
a)
b)
c)
d)

Crown halus dan terpoles.


Tepi margin atau servikal halus dan adaptasi baik.
Kontak dengan gigi tetangga.
Oklusi baik (cek dengan articulating paper)

13

e) Tepi servikal crown masuk kedalam sulkus gingiva 0,5-1mm dan tidak ada
pemucatan gingiva
f) Tidak ada semen yang tertinggal
g) Sebelum penyemenan, letakkan dental floss pada bagian proksimal; , agar
semen yang berlebih mudah dibersihkan.
4. Macam-macam Stainless-Steel Crown
a) Untrimmed
Merupakan SSC yang sudah dibentuk permukaan oklusal, sedangkan bagian
anatomi proksimal, bukal dan lingual/palatal belum di bentuk.
b) Pre-trimmed
SSC jenis ini sudah di bentuk sesuai dengan anatomi gigi pada bagian oklusal dan
cervikal sesuai dengan bentukan gingival crest sehingga operator hanya perlu
membentuk dan menyesuaikan bagian proksimal, bukal, serta lingual/palatal sesuai
dengan anatomi kecembungan gigi.
c) Pre-countoured
Merupakan SSC yang telah di bentuk pada bagian oklusal, proksimal, bukal,
lingual/palatal, dan cervikal sesuai dengan bentuk anatomi gigi.

14

DAFTAR PUSTAKA
Drummond, B. 2003. Dental Caries and restorative Paediatric Dentistry.
Dalam :Handbook of Pediatric Dentistry. Editor Cameron, AC. Sydney :
Mosby.
Mathewson, RJ. 1995. Fundamentals of Pediatric Dentistry. Edisi ke-3.
Missouri : Quintessence Publishing Co, Inc.
J.R. Pinkham et al. 1988. Pediatric dentistry: Infancy through adolescence.
Philadelphia London: Elsevier Saunders.
Randall, R. C. 2002. Preformed Metal Crown for Primary and Permanent
Molar Teeth: Riview of Literature. Pediatric Dentistry.
McDonald RE,,Avery DR, Dean JA. 2004. Dentistry for the child and
adolescent. 8 th ed., Missouri: Mosby,
Cameron AC, Wilmer RP. 1997. Handbook of pediatric dentistry. London:
Mosby,

15

Anda mungkin juga menyukai