Anda di halaman 1dari 3

Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara

neuron. Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan


bertepatan dengan datangnya potensial aksi. Neurotransmitter dalam bentuk zat kimia
bekerja sebagai penghubung antara otak ke seluruh jaringan saraf dan pengendalian
fungsi tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan neurotransmiter merupakan bahasa
yang digunakan neuron di otak dalam berkomunikasi. Neurotransmiter muncul ketika
ada pesan yang harus di sampaikan ke bagian-bagian lain. Hampir seluruh aktivitas di
otak memanfaatkan neurotransmitter. Beberapa neurotransmiter utama, antara lain :
-

Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina


Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin, melatonin
Bentuk lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll. (Sulistiwati,2005)
Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan penyakit organik.

Depresi akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan penyakit lain.
Banyak gangguan medis dan neurologis serta agen farmakologis dapat menghasilkan
gejala depresi. Biasanya pasien datang dengan gangguan depresi pertama kali pergi ke
dokter umum dengan keluhan somatik, mereka mengeluh gangguan sistem endokrin,
gangguan infeksi dan peradangan, serta penyakit medis lain seperti kanker dan penyakit
kardiopulmonal. Baik depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan
penyakit lain harus diobati dengan sungguh-sungguh, karena depresi dapat
mempengaruhi dan memperburuk penyakit organik yang sudah ada. Pemilihan obat anti
depresan yang tepat sangat diperlukan agar mendapatkan efek terapi yang optimal dan
menghindari efek samping yang mungkin timbul. (Kaplan,1997)
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan
depresi berat adalah berhubungan dengan disregulasi pada amin biogenik (norepineprin
dan serotonin). Penurunan serotonin dapat mencetuskan depresi dan pada beberapa
pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan
serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di
trombosit. Faktor neurokimiawi lain seperti adenylate cyclase, phospotidylinositol dan
regulasi kalsium mungkin juga memiliki relevansi penyebab. Kelainan pada
neuroendokrin utama yang menarik perhatian dalam adalah sumbu adrenal, tiroid dan
hormon pertumbuhan. Neuroendokrin yang lain yakni penurunan sekresi nokturnal
melantonin, penurunan pelepasan prolaktin karena pemberian tryptopan, penurunan

kadar dasar folikel stimulating hormon (FSH), luteinizing hormon (LH) dan penurunan
kadar testoteron pada laki-laki. (Maslim,1996)
Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) : Fluoxetine,
Paroxetine, Setraline, Fluvoxamine, Citalopram. SSRIs umumnya adalah obat yang
digunakan dalam pengobatan depresi.17 Obat ini merupakan golongan obat yang secara
spesifik menghambat ambilan serotonin (SSRIs = Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors). Obat ini merupakan inhibitor spesifik P450 isoenzim.18, 19 Efek samping
dari obat ini adalah mulut kering, mual, kecemasan, insomnia, masalah seksual dan
sakit kepala (Anggraini,2010)
Golongan trisiklik : Imipramine, Amitriptiline, Clomipramine, Desipramine,
Doxepine, Nortriptyline, Protriptyline, Trimipramine. Antidepresan trisiklik adalah obat
yang paling sering digunakan. Antidepresan trisiklik menyebabkan efek dengan
menghambat neuronal uptake of noradrenaline dan menyebabkan aktifitas
antikolinergik. Antidepresan trisiklik juga menghambat neuronal uptake dari 5HT dan
dopamine. Mekanisme kerjanya yang pasti tidak diketahui. Antidepresan ini efeknya
terlihat setelah tiga sampai empat minggu dari pemberian obat. (Anggraini,2010)
Mekanisme kerja ATS tampaknya mengatur penggunaan neurotransmiter
norepinefrin dan serotonin pada otak. Manfaat Klinis dengan riwayat jantung yang
dapat diterima dan gambaran EKG dalam batas normal, terutama bagi individu di atas
usia 40 tahun, ATS aman dan efektif dalam pengobatan penyakit depresif akut dan
jangka panjang. Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan, perawat harus
mampu mengetahui efek samping umum dari anti depresan dan mewaspadai efek toksik
serta pengobatannya. Obat ini menyebabkan sedasi dan efek samping antikolinergik,
seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, hipotensi ortostatik,
kebingungan sementara, takikardia, dan fotosensitivitas. Kebanyakan kondisi ini adalah
efek samping jangka pendek dan biasa terjadi serta dapat diminimalkan dengan
menurunkan dosis obat. Efek samping toksik termasuk kebingungan, konsentrai buruk,
halusinasi, delirium, kejang,depresi pernafasan, takikardia,bradikardia dan
koma.Contoh obat-obatan yang tergolong antidepresan trisiklik diantaranya
adalah amitriptyline, amoxapine, imipramine, lofepramine, iprindole, protriptyline dan
trimipramine.(Mutchler,1991).

Penghambat (Mono-Amine Oxidase Inhibitors) MAOIs : Isokarboksazid,


Phenelzine, Tranylcypromine. Penghambat MAO digunakan untuk mengatasi depresi,
tetapi penggunannya sangat terbatas karena toksik. Kadang-kadang dapat dicapai efek
yang baik. (Raudhah,2012)
Golongan (Serotonin Norephinephrine Reuptake Inhibitor) SNRIs atau
Atypical : Venlafaxine, Trazodone, Nefazodone, Mirtazapine, Bupropion. Obat ini
diindikasikan untuk depresi, depresi yang berhubungan dengan sindrom ansietas, dan
gangguan ansietas sosial.Efek samping mirip dengan golongan SSRIs. (Raudhah,2012)
Antidepresan merupakan obat-obat yang efektif pada pengobatan depresi,
meringankan gejala gangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang dibawa sejak
lahir. Antidepresan digunakan untuk tujuan klinis dalam sejumlah indikasi termasuk:
-

Untuk mengurangi perasaan gelisah, panik, dan stres.


Meringankan insomnia
Untuk mengurangi kejang/ serangan dalam perawatan epilepsi.
Menyebabkan relaksasi otot pada kondisi ketegangan otot.
Untuk menurunkan tekanan darah dan atau denyut jantung.
Untuk meningkatkan mood dan atau meningkatkan kesupelan. (Mutchler, 1991)

DAFTAR PUSAKA
Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi Kelima. Penerbit ITB. Bandung
Kaplan H.I, Sadok B.J. Sinopsis Psikiatri, Edisi ketujuh, Jilid I, Binarupa Aksara,
Jakarta, 1997
Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPGDJIII, Jakarta, 1996
Sulistiwati, dkk. 2005. Otak Manusia, Neurotransmitter dan Stress. Jakarta : Wahyu
Media
Anggraini, V.R.2010.Obat Antidepresan.Available online at
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21375/4/Chapter%20II.pdf (diakses
5 Mei 2015)
Raudhah,A.2012.Anti Depresan. Available online at
https://www.scribd.com/doc/98327811/Anti-Depresan (diakses 5 Mei 2015)

Anda mungkin juga menyukai