KOTA BANDUNG
TAHUN : 2012
NOMOR : 12
Peraturan Daerah
pembangunan
perkotaan,
perkembangan
teknologi, dan
Daerah
dan
Retribusi Daerah,
perlu
dilakukan
pengaturan kembali;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 17 ayat (3) UndangUndang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
telah mengamanatkan persyaratan kemampuan Bangunan
Gedung
dalam
kebakaran
mencegah
merupakan
dan
menanggulangi
kemampuan
Bangunan
bahaya
Gedung
2
c.
Daerah,
dan
ditetapkan
dengan
Peraturan
Daerah;
d.
Kebakaran
dan
Retribusi
Pemeriksaan
Alat
Pemadam Kebakaran;
Mengingat
Nomor
16
Tahun
1950
tentang
1954
Nomor
40,
Tambahan
Lembaran
Negara
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Indonesia
Nomor
4437)
sebagaimana
telah
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
2008
Nomor
59,
Tambahan
Lembaran
Negara
3
5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
126,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
6. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
123,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5043);
7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
8. Undang-Undang
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Republik
Indonesia
Tahun
2011
Nomor
82,
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan
Urusan
Pemerintahan
antara
Pemerintah,
2007
(Lembaran
Nomor
82,
Negara
Tambahan
Republik
Indonesia
Lembaran
Negara
4
12. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 5161);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang
Pedoman
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
Urusan
Pemerintahan
Daerah
Kota
Bandung
PERATURAN
DAERAH
TENTANG
PENCEGAHAN,
2.
3.
5
4.
adalah
Dewan
Perwakilan
Rakyat
Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah
yang
selanjutnya
7.
Daerah
penanggulangan
dibidang
bahaya
pencegahan
kebakaran,
serta
dan
retribusi
Rencana
Induk
Sistem
Proteksi
Kebakaran
yang
dengan
perencanaan
tentang
sistem
Rencana
Sistem
Pencegahan
Kebakaran
yang
kegiatan
untuk
mengantisipasi
sebelum
kebakaran terjadi.
10. Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan,
kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun
yang terbangun pada bangunan yang digunakan baik
untuk tujuan sistem proteksi pasif maupun cara-cara
pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
11. Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan
untuk dipergunakan oleh penghuni maupun petugas
pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa
manusia maupun harta benda bila terjadi kebakaran
atau bencana lainnya pada suatu bangunan gedung dan
lingkungan.
12. Sistem
6
12. Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi
kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui
pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur
bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan
berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta
perlindungan terhadap bukaan.
13. Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi
kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem
pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis,
sistem
pemadam
kebakaran
berbasis
air
seperti
ataupun
bangunan
lantai
lainnya
bangunan,
melalui
termasuk
ke
ataupun
eliminasi
gedung
dan
lingkungan
adalah
setiap
gedung
dilakukan
pada
dan
tahap
lingkungannya,
perencanaan,
baik
yang
perancangan,
Sistem
Penanggulangan
Kebakaran
yang
merupakan
rencana
kegiatan
untuk
19. Bangunan
7
19. Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi
yang
menyatu
dengan
tempat
usaha,
kegiatan
sosial,
budaya,
maupun
kegiatan khusus.
20 Alarm
Kebakaran
adalah
suatu
alat
untuk
kebakaran
secara
otomatis
dengan
menengah
adalah
bangunan
yang
27. Bangunan
8
27. Bangunan pabrik dan/atau bangunan industri adalah
bangunan yang peruntukkannya dipakai untuk segala
macam kegiatan kerja untuk memproduksi termasuk
pergudangan.
28. Bangunan umum dan perdagangan adalah bangunan
yang peruntukkannya dipakai untuk segala macam
kegiatan kerja atau pertemuan umum perkantoran,
pertokoan dan pasar.
29. Bangunan
perumahan
adalah
bangunan
yang
campuran
peruntukkannya
adalah
merupakan
bangunan
campuran
dari
yang
jenis
campuran
lapisan
mempunyai
ketahanan
terhadap
tertentu
api
sehingga
atau
belum
lain-lain,
karena
penanganan,
penyimpanan,
35. Satuan
9
35. Satuan Relawan Kebakaran yang selanjutnya disingkat
Satwankar adalah setiap orang atau anggota masyarakat
di Wilayah Daerah yang telah diberikan keterampilan
khusus
tentang
kebakaran,
pencegahan
serta
dengan
dan
penanggulangan
suka
rela
membantu
serta
besarannya
yang harus
isyarat/tanda
pada
saat awal
terjadi
kebakaran.
38. Alat Pemadam Kebakaran adalah suatu alat/benda yang
dapat dipergunakan untuk memadamkan kebakaran.
39. Label adalah suatu tanda pengesahan dari Pemerintah
Daerah yang dipasang pada alat Pencegah dan Pemadam
Kebakaran yang menunjukan bahwa alat tersebut dapat
dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
40. Komplek/kawasan adalah suatu daerah tertentu yang
dipergunakan
untuk
perumahan
atau
usaha
dan
fasilitas umum.
41. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha
maupun
tidak
melakukan
usaha
yang
meliputi
sosial
politik,
atau
organisasi
lainnya,
10
42. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi,
adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
43. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha
dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau
kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau Badan.
44. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang
pribadi atau Badan.
45. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang
merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk
memanfaatkan
jasa
dan
perizinan
tertentu
dari
Setoran
disingkat
penyetoran
SSRD
Retribusi
adalah
Daerah
bukti
yang
selanjutnya
pembayaran
dilakukan
atau
dengan
yang
menentukan
jumlah
kelebihan
Retribusi
Daerah
yang
selanjutnya
11
50. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Bandung.
51. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun
dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan
secara
objektif
dan
profesional
ketentuan
peraturan
perundang-
bencana
memperhatikan
yang
rencana
pernah
terjadi
pengembangan
dengan
kota
serta
sehingga
dapat
meminimalkan
biaya
12
Pasal 3
(1)
(2)
(3)
Bagian
13
Bagian Ketiga
Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran
Pasal 5
(1) RSPK harus memuat layanan tentang pemadaman dan
penyelamatan jiwa serta harta benda di kota.
(2) Penyusunan RSPK sekurang-kurangnya meliputi:
a. kriteria RSPK;
b. lingkup kegiatan RSPK;
c. identifikasi resiko kebakaran;
d. analisis permasalahan; dan
e. rekomendasi pencegahan dan penanggulangan
kebakaran.
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA
BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN
Pasal 6
(1) Persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan meliputi:
a. akses dan pasokan air untuk pemadam kebakaran;
b. sarana penyelamatan;
c. sistem proteksi kebakaran pasif;
d. sistem proteksi kebakaran aktif;
e. utilitas bangunan gedung;
f. pencegahan kebakaran pada bangunan gedung;
g. pengelolaan
sistem
proteksi
kebakaran
pada
BAB
14
BAB IV
PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN
Bagian Kesatu
Lingkungan Perumahan
Pasal 7
Setiap orang atau badan di Daerah wajib berupaya aktif
melakukan pencegahan dan penanggulangan atas bahaya
kebakaran, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk
kepentingan umum.
Pasal 8
(1) Lingkungan perumahan dan lingkungan gedung harus
direncanakan
sedemikian
rupa
sehingga
setiap
perumahan
dan
lingkungan
bangunan
bangunan lain
gang
pengaman
(brandgang)
yang
Pasal 10..
15
Pasal 10
(1) Penataan lingkungan Perumahan yang dilakukan oleh
orang atau badan diharuskan berpedoman kepada
ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
dengan memperhatikan syarat teknis dan aspek lainnya:
a.
b.
terbakar
atau
meledak
harus
dibubuhi
Pasal 12
(1) Setiap ruangan tertutup dengan luas tidak lebih dari
100 (seratus) meter persegi harus dilengkapi dengan
sekurang-kurangnya 1 (satu) buah alat pemadam api
ringan ukuran 3 (tiga) kg atau sederajat.
(2) Setiap ruangan tertutup dengan luas 500 (lima ratus)
meter
persegi
harus
dilengkapi
dengan
sekurang-
16
Pasal 13
(1) Pada setiap pelaksanaan proyek pembangunan dengan
bahan yang mudah terbakar harus menyediakan alat
pemadam kebakaran sesuai dengan klasifikasi fisik yang
dibangun.
(2) Pada setiap bangunan dan/atau tempat yang memiliki
kemudahan bahaya kebakaran harus diberi tanda
peringatan bahaya dan peringatan tidak boleh masuk.
Pasal 14
(1) Setiap kendaraan bermotor roda empat atau lebih harus
dilengkapi dengan alat pemadam api ringan minimal 1
(satu) kg atau sederajat.
(2) Alat pemadam sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus disimpan pada tempat yang mudah dilihat dan
digunakan.
Bagian Kedua
Bangunan Industri dan Gudang
Pasal 15
(1) Setiap
pemilik
dan/atau
bangunan
industri wajib
yang
berlaku,
yang
mempergunakan
air
17
(4) Penempatan
dan
pemasangan
hidran
sebagaimana
ruangan
bangunan
industri
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) yang luasnya lebih
dari 500 (lima ratus) meter persegi, maka jumlah alat
pemadam kebakaran yang harus disediakan sesuai
dengan perbandingan antara luas permukaan lantai
dengan ruangan.
(6) Setiap
pemilik
dan/atau
bangunan
yang
tidak
atau
menutup
pelaksanaan
pembangunan;
c. mencabut izin yang telah dikeluarkan; dan
d. dilakukan penyegelan.
Pasal 16
(1) Alat pesawat, bahan cairan dan bahan lainnya yang
dapat menimbulkan bahaya kebakaran harus disimpan
dengan rapih dan aman sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
(2) Alat pesawat yang dapat menimbulkan panas atau nyala
api yang dapat menimbulkan/menyebabkan terbakarnya
uap bensin atau bahan sejenisnya, dilarang dipasang
atau
digunakan
pada
dilengkapi
dengan
katup
pengaman
yang
(4) Setiap
18
(4) Setiap ruangan ketel api atau ruangan dengan instalasi
pemanas yang menggunakan:
a.
b.
(5) Kamar
tunggu
dan
ketel
harus
dilindungi
oleh
dibatasi jumlahnya
sesuai dengan
keadaan
ruangan tersebut.
(3) Ruang pengasap dan ruang cuci kering kimia (dry
cleaning) serta alat pengukur sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dirawat dan diawasi, sehingga suhu
dalam ruangan tersebut tidak melebihi batas paling
tinggi yang telah ditentukan.
Pasal 18
Setiap
perusahaan
kayu
harus
mengatur
tempat
menutup
kesempatan
Kendaraan
Pemadam
Pasal
19
Pasal 19
(1) Setiap
bangunan
peralatan
industri
dan/atau
penanggulangan
harus
perlengkapan
bahaya
dilindungi
oleh
pencegahan
dan
kebakaran
sesuai
dengan
kebutuhan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, ukuran dan
pemakaian alat pemadam kebakaran diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota.
Pasal 20
(1) Bangunan
industri
untuk
proses
produksi
yang
detektor
kebocoran
listrik
yang
dan
menguap,
harus
dilengkapi
dengan
20
Pasal 21
(1) Pemasangan
dan
tipe
alarm
kebakaran
harus
lainnya
harus
dipasang
sesuai
dengan
ketentuan.
(2) Suatu instalasi pemercik otomatis lainnya, kecuali
sistem pemadam api thermatic. harus dihubungkan
dengan instalasi alarm kebakaran otomatis yang akan
memberikan isyarat alarm dan menunjukan tempat asal
kebakaran pada panel penunjuknya.
(3) Setiap pemasangan papan penunjuk atau panel dan
kutub pemercik yang berfungsi sebagai sistem alarm
otomatis, maka alarm kebakaran tersebut harus dapat
dihubungkan dengan pos kebakaran terdekat atau SKPD
yang membidangi.
Pasal 23
(1) Dalam
hal
sistem
pemercik
menggunakan
tangki
penampungannya
sehinggga
dapat
tekanan
sekurang-kurangnya
(lima)
kg/centimeter kuadrat.
(3) Jenis
21
(3) Jenis kepala pemercik yang digunakan harus sesuai
dengan kondisi normal dimana pemercik dipasang
dengan 30 (tiga puluh) derajat celcius dibawah suhu
rata-rata.
(4) Kepekaan kepala pemercik terhadap suhu ditentukan
berdasarkan perbedaan warna pada segel atau dalam
tabung gelas.
(5) Jaringan pipa pemercik harus menggunakan pipa baja
atau pipa baja galvanis atau pipa tuang dengan flens
atau pipa tembaga yang harus memenuhi standar
industri.
(6) Pada bangunan menengah dan tinggi pemasangan
pemercik harus pada keseluruhan lantai.
Pasal 24
(1) Instalasi pemercik otomatis yang dipasang pada setiap
bangunan atau bagian bangunan harus sesuai dengan
klasifikasi ancaman bahaya kebakaran bangunanya.
(2) Klasifikasi tingkat ketahanan api, konstruksi, struktur
dan bahan bangunan yang dipergunakan diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Walikota.
Pasal 25
(1) Setiap bangunan pabrik wajib dilengkapi dengan alat
pemadam api ringan
yang jumlahnya
disesuaikan
2 (dua)
22
(3) Setiap
bangunan
kebakaran
pabrik
sedang,
dengan
harus
ancaman
dilengkapi
bahaya
dengan
alat
mempunyai luas
lantai 800
ukuran
paling
kurang
(tiga)
kg
dan
Pasal 26
Jumlah
paling
banyak
jenis
bahan
berbahaya
yang
Pasal 27
(1) Setiap ruangan dalam suatu bangunan pabrik yang
menggunakan ventilasi atau alat tembus atau alat hisap
untuk menghilangkan debu, kotoran dan asap (uap)
maupun penyegar udara pemasangannya harus sesuai
dengan ketentuan.
(2) Ketentuan
23
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai ventilasi atau alat
tembus atau alat hisap sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
Bagian Ketiga
Bangunan Umum dan Perdagangan
Pasal 28
(1) Setiap bangunan umum/tempat pertemuan, tempat
hiburan,
perhotelan,
apartemen/rumah
susun,
bangunan
tempat
beribadat
dan
tempat
bangunan
umum/tempat
pertemuan
dan
dengan
ketentuan
panjang
selang
dan
perhotelan,
restoran/rumah
apartemen/rumah
makan,
tempat
susun,
perawatan,
setiap
1.000
(seribu)
meter
persegi
harus
24
Pasal 30
(1) Bangunan
umum
dilindungi
dan
dengan
perdagangan
sistem
alarm
yang
harus
kebakaran,
untuk
setiap
bangunan
umum
dan
perdagangan.
Pasal 31
(1) Setiap terminal angkutan umum darat harus dilengkapi
dengan APAR/APAB.
(2) Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
APAR/APAB
Pasal 32
(1) Bangunan gedung parkir harus dilindungi dari ancaman
bahaya kebakaran dengan APAR, hidran kebakaran dan
pemercik sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
bangunan pabrik, dengan ancaman bahaya kebakaran
sedang.
(2) Setiap pelataran parkir terbuka dan pool kendaraan
wajib dilengkapi APAR dengan ukuran paling kurang 3
(tiga) kg dan ditempatkan pada setiap tempat dalam
jarak jangkauan paling jauh 30 (tiga puluh) meter dari
setiap tempat.
(3) Khusus untuk setiap pool kendaraan selain harus
memenuhi ketentuan sebagimana dimaksud pada ayat
(2), harus dilindungi dengan hidran kebakaran.
(4) Setiap pemilik dan/atau pengelola bangunan gedung
parkir yang tidak dilindungi alat pemadam kebakaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat
(3),
dikenakan
sanksi
administrasi
sebagaimana
25
Pasal 33
(1) Setiap
instalasi
penjualan/pengisian
bahan
bakar
alat
pemadam
kebakaran
sebagaimana
alat
pemadam
kebakaran
sebagaimana
Bagian Keempat
Bangunan Perumahan
Pasal 34
Setiap bangunan perumahan harus dilengkapi APAR dengan
ukuran paling kurang 3 (tiga) kg.
Pasal 35
(1) Lingkungan perumahan padat penduduk pada setiap
Rukun Warga (RW) harus menyiapkan paling kurang 1
(satu) unit pompa dengan tekanan keluaran paling
sedikit
3,5
bar
yang
mudah
dijinjing
dan
Pasal
26
Pasal 36
Bagi
bangunan
perumahan
lainnya
dan
bangunan
terhadap
ketentuan
sebagaimana
melindungi
bangunan
gedung
terhadap
menengah
dan
bangunan
tinggi,
harus
mengenai
peralatan
dan
pemasangan
dimaksud
dalam
peraturan
umum
bahan
bangunan
peralatan/perlengkapan
serta
ketentuan
pemadam
tentang
kebakaran
yang
27
BAB V
PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
Pasal 39
(1) Pada dasarnya penanggulangan bencana kebakaran
adalah merupakan kewajiban setiap orang, termasuk
Satwankar, berupa partisipasi aktif.
(2) Partisipasi
aktif
dalam
kebakaran
bisa
berupa
informasi/komunikasi
penanggulangan
aktifitas
dan
bencana
fisik
maupun
ikut
menjaga
penyediaan
dan
sarana
dan
penanggulangan
prasarana
sebagaimana
kelas
A,
penanggulangannya
dapat
28
(2) Kebakaran
bahan
cairan
adalah
kebakaran
yang
disebut
penanggulangannya
kebakaran
dapat
kelas
B,
mempergunakan
alat
Pasal 42
(1) Sebelum petugas
kebakaran,
SKPD
tiba
pimpinan/petugas
di tempat terjadinya
Satuan
Pengamanan
Petugas
kebakaran,
SKPD
maka
tiba
untuk
di
tempat
keselamatan
terjadinya
umum
dan
Petugas
kebakaran
tanggung
SKPD
tiba
sebagaimana
jawab
dan
di
tempat
dimaksud
kewenangan
pada
terjadinya
ayat
beralih
(2),
kepada
Petugas SKPD.
(4) Setelah kebakaran dapat ditanggulangi/dipadamkan,
Kepala
SKPD
harus
tanggung jawab
segera
menyerahkan
kembali
29
(5) Petugas SKPD menyerahkan kembali tanggung jawab
dan kewenangan tersebut sebagaimana dimaksud pada
ayat (4), untuk diadakan penyelidikan/penyidikan lebih
lanjut oleh pejabat yang berwenang;
Pasal 43
(1) Pemilik dan penghuni bangunan/pekarangan wajib
memberikan bantuan kepada para Petugas SKPD, baik
diminta maupun tidak diminta untuk kepentingan
pemadaman dan tindakan penyidikan lebih lanjut oleh
Petugas yang berwenang.
(2) Pemilik dan penghuni bangunan/pekarangan wajib
menghindarkan segala bentuk tindakan yang dapat
menghalangi dan menghambat kelancaran pelaksanaan
tugas pemadaman.
Pasal 44
Pemilik
dan
mengadakan
penghuni
bangunan/pekarangan
tindakan-tindakan
dan
wajib
memberikan
kelembagaan
dan
kewenangannya
upaya
30
(2) Kepala
SKPD
selaku
Penanggung
jawab
tugas
Daerah
wajib
memberikan
pelayanan
membuka
jaringan
sistem
informasi
dan
(PosWil)
disesuaikan
dengan
susunan
memasuki
tempat
pertunjukan,
keramaian
31
(2) Penyelenggaraan
pertunjukan
atau
pertemuan
pencegahan
dan
penanggulangan
sebelum
dan
selama
kebakaran
bahaya
berlangsungnya
dengan
persyaratan
pencegahan
dan
maka
Walikota
dapat
memerintahkan
hak
kelengkapan
bangunan
alat-alat
bertanggung
pencegahan
dan
jawab
atas
pemadam
32
(3) Setiap alat pemadam kebakaran yang akan digunakan,
harus dilengkapi dengan petunjuk cara penggunaan
yang memuat uraian singkat dan jelas tentang cara
penggunaannya.
(4) Setiap alat pemadam kebakaran yang telah digunakan
harus segera diisi kembali sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
Pasal 53
(1) Setiap
perusahaan
memperdagangkan
atau
alat
badan
pencegah
hukum
dan
yang
pemadam
izin
dari
Walikota
atau
pejabat
yang
berwenang.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berlaku
selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang atau
diperbaharui dengan cara mengajukan permohonan
kembali.
(3) Setiap perusahaan yang tidak memilik izin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi administrasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (6).
Bagian Kedua
Pembinaan
Pasal 54
(1) Walikota atau Kepala SKPD wajib melakukan pembinaan
dan
penyuluhan
penanggulangan
di
bahaya
bidang
pencegahan
kebakaran
baik
dan
internal
33
BAB VIII
KETENTUAN LARANGAN
Pasal 55
Setiap orang atau Badan Hukum dilarang:
a. mengambil
dan
atau
hidran/reservoir/tandon
menggunakan
(bak)
air
air
dari
kebakaran
kota,
f.
dengan
memenuhi
bahan
bakar
minyak
ketentuan/syarat
yang
keamanan
tidak
dan
menyimpan negatif
34
k. menempatkan benda
dan/atau
lainnya
yang
mudah
terbakar
dengan
nama
Kebakaran
Retribusi
dipungut
Pemeriksaan
retribusi
atas
Alat
Pemadam
pelayanan
yang
pengujian
alat
pemadam
kebakaran,
alat
BAB X
OBYEK DAN SUBYEK
Pasal 57
(1) Objek Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
sebagaimana
pelayanan
dimaksud
pemeriksaan
dalam
Pasal
dan/atau
56
adalah
pengujian
alat
alat
pemadam
kebakaran,
alat
35
(2) Subjek Retribusi adalah setiap orang atau badan yang
mendapat pelayanan dari Pemerintah Daerah atas
pemeriksaan
dan/atau
pengujian
alat
pemadam
termasuk
pemungutan
dan
pemotong
retribusi.
BAB XI
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 58
Retribusi
Pemeriksaan
Alat
Pemadam
Kebakaran
BAB XIII
PRINSIP DAN SASARAN DALAM
PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 60
Prinsip
dan
sasaran
dalam
penetapan
struktur
dan
penyelenggaraan
pelayanan
pemeriksaan
alat
36
Pasal 61
Tarif retribusi Pemeriksaan
1.
JENIS
RETRIBUSI
(Rp.)
Dry Chemical,
0,5 Kg s/d 3 Kg
CO2, Thermatik,
> 3 Kg s/d 10 Kg
10.000,00
Foam/Busa dan
>10 Kg s/d 40 Kg
12.500,00
> 40 Kg
15.000,00
1000 titik
2.500,00
jenis lainnya
2.
UKURAN
Sprinkler
7.500,00
2.000,00
1.500,00
3.
Detector
Pertitik
2.500,00
4.
Alarm
Pertitik
5.000,00
5.
Fire Hydrant
Pertitik
25.000,00
6.
Bonpet
Perbuah
10.000,00
7.
Red Comet
Perbuah
10.000,00
Pasal 62
(1) Tarif retribusi dapat ditinjau kembali paling lama 3 (tiga)
tahun sekali.
(2) Peninjauan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga
dan perkembangan ekonomi.
(3) Penetapan tarif retribusi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
BAB
37
BAB XIV
PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Bagian Kesatu
Tata Cara Pemungutan
Pasal 63
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD dan
dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Dokumen
lain
yang
dipersamakan
sebagaimana
Retribusi
diatur
dengan
Peraturan
Walikota.
Bagian Kedua
Tata Cara Pembayaran
Pasal 64
(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi
sekaligus.
(2) Pembayaran retribusi dilakukan di kas daerah atau
tempat lain yang ditunjuk sesuai dengan waktu yang
ditentukan dengan menggunakan SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan dan STRD.
(3) Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang
ditunjuk,
maka
hasil
penerimaan
retribusi
harus
38
Pasal 65
(1) Atas permohonan Wajib Retribusi, Walikota atau Pejabat
yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada
Wajib Retribusi untuk mengangsur atau menunda
pembayaran retribusi dengan dikenakan bunga sebesar
2% (dua persen) setiap bulan.
(2)
tidak
atau
kurang
bayar
ditagih
dengan
menggunakan STRD.
(2) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didahului dengan Surat teguran.
(3) Pengeluaran Surat Teguran/ Peringatan/ Surat lain
yang
sejenis
sebagai
tindakan
awal
pelaksanaan
yang
sejenis,
Wajib
Teguran/Peringatan/Surat
lain
yang
sejenis
lain
yang
sejenis
diatur
dengan
Peraturan Walikota.
Bagian
39
Bagian Keempat
Keberatan
Pasal 68
(1) Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan
hanya kepada Walikota atau Pejabat yang ditunjuk atas
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Keberatan
diajukan
secara
tertulis
dalam
bahasa
jika
Wajib
Retribusi
tertentu
dapat
keberatan
Retribusi
tidak
dan
menunda
kewajiban
pelaksanaan
penagihan
Retribusi.
Pasal 69
(1) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus
memberi keputusan atas keberatan yang diajukan
dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
untuk
memberikan
kepastian
hukum
bagi
Wajib
Walikota
atas
keberatan
dapat berupa
40
Pasal 70
(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau
seluruhnya,
kelebihan
pembayaran
Retribusi
sejak
bulan
pelunasan
sampai
dengan
diterbitkannya SKRDLB.
Bagian Kelima
Pemberian Keringanan, Pengurangan, Pembebasan
Retribusi, dan Penghapusan Sanksi Administratif
Pasal 71
(1) Atas
permohonan
memberikan
Wajib
keringanan,
Retribusi,
Walikota
pengurangan,
dapat
pembebasan
peraturan
perundang-undangan
retribusi
daerah.
(2) Keringanan dan pengurangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan dengan melihat kemampuan
Wajib Retribusi.
(3) Pembebasan pokok retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan dengan melihat fungsi objek
retribusi.
(4) Penghapusan
dimaksud
sanksi
pada
administratif
ayat
(1)
sebagaimana
diberikan
dengan
pembebasan
penghapusan
sanksi
pokok
administratif
retribusi,
diatur
dan
dengan
Peraturan Walikota.
BAB ...
41
BAB XV
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 72
(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi
dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada
Walikota.
(2) Walikota dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)
bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian
pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1),
harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) telah dilampaui dan Walikota tidak memberikan
suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB
harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 (satu)
bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi atau
lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk
melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian
kelebihan
pembayaran
Retribusi
waktu
paling
lama
(dua)
bulan
sejak
diterimanya SKRDLB.
(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi
dilakukan
setelah
lewat
(dua)
bulan,
Walikota
atas
keterlambatan
pembayaran
kelebihan
pembayaran Retribusi.
(7) Ketentuan mengenai tata cara pengembalian kelebihan
pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Walikota.
BAB
42
BAB XVI
KADALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 73
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi menjadi
kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga)
tahun terhitung sejak saat terutangnya Retribusi, kecuali
jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang
Retribusi.
(2) Kadaluwarsa
penagihan
Retribusi
sebagaimana
Surat Teguran
tersebut.
(4) Pengakuan
utang
Retribusi
secara
langsung
Retribusi
dengan
mempunyai
kesadarannya
utang
Retribusi
menyatakan
dan
belum
tidak langsung
hak
untuk
melakukan
penagihan
sudah
43
(3) Ketentuan mengenai tata cara penghapusan piutang
Retribusi
yang
sudah
kadaluwarsa
diatur
dengan
Peraturan Walikota.
BAB XVII
PEMERIKSAAN
Pasal 75
(1) Walikota berwenang melakukan pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi
dalam rangka melaksanakan peraturan perundangundangan Retribusi.
(2) Wajib Retribusi yang diperiksa wajib:
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau
catatan, dokumen yang menjadi dasarnya
dan
BAB XVIII
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 76
(1) SKPD
yang
melaksanakan
pemungutan
Retribusi
cara
pemberian
dan
pemanfaatan
insentif
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.
BAB
44
BAB XIX
PENYIDIKAN
Pasal 77
(1) Kerugian yang diakibatkan karena bahaya kebakaran
pada
dasarnya
bangunan,
menjadi
kecuali
tanggung
diperjanjikan
jawab
lain
pemilik
sebelumnya
memiliki
kewenangan
untuk
melakukan
lingkungan
Pemerintah
Daerah
dapat
diberi
menerima,
mencari,
mengumpulkan
dan
pidana
di
bidang
pencegahan
dan
orang
pribadi
atau
Badan
tentang
45
d.
memeriksa
buku-buku,
catatan-catatan
dan
melakukan
bahan
penggeladahan
bukti
untuk
pembukuan,
mendapatkan
pencatata
bnn
dan
meminta
bantuan
tenaga
ahli
dalam
rangka
penanggulangan
kebakaran
dan
Retribusi
Daerah;
g.
menyuruh
meninggalkan
berhenti,
ruangan
melarang
atau
seseorang
tempat pada
saat
pidana
di
bidang
pencegahan
dan
j.
menghentikan penyidikan.
BAB XX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 78
46
BAB XXI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 79
(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka
Pemilik,
Pengelola
pembangunan
dan/atau
yang
penanggung
sudah
jawab
ada
sebelum
ketentuan
sebagaimana
dimaksud
dalam
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 80
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka :
1. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 15 Tahun 2001
tentang
Pencegahan
dan
Penanggulangan
Bahaya
Kebakaran; dan
2. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 16 Tahun 2001
tentang
Retribusi
Pemeriksaan/Pengujian
Alat-alat
Pasal ...
47
Pasal 82
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar
supaya
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
Ditetapkan di Bandung
pada tanggal 5 Juli 2012
WALIKOTA BANDUNG,
TTD.
DADA ROSADA
Diundangkan di Bandung
pada tanggal 5 Juli 2012
SEKRETARIS DAERAH KOTA BANDUNG
EDI SISWADI
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN 2012 NOMOR 12