Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TEKTONIK LEMPENG
Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika (pergerakan) bumi
tentang pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan endapan di
muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng. Menurut teori ini, permukaan bumi terpecah
menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi dari tiap-tiap lempeng ini selalu berubah-ubah.
Pertemuan antara lempeng-lempeng ini, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang
aktif, yang menyebabkan yaitu gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan dataran tinggi.
Tahun 1912, seorang ahli meteorologi dan fisika Jerman, Alferd Wegener mengemukakan tentang
konsep pengapungan benua. Hipotesanya yaitu bumi pada awalnya hanya terdiri dari satu benua (super
continent) yang disebut Pangaea dan dikelilingi oleh lautan yang dainamakan Panthalassa. Kemudian
Pangaea ini pecah menjadi benua-benua yang lebih kecil dan bergerak ke tempatnya seperti sekarang ini.
Hal ini didukung oleh bukti kesamaan garis pantai, kesamaan fosil kesamaan struktur dan batuan antar
benua.
Prinsip umum dari lempeng tektonik ini adalah adanya lempeng litosfer padat dan kaku yang
terapung di atas selubung bagian atas yang bersifat plastis. Selubung bagian atas bumi merupakan massa
yang mendekati titik lebur atau bisa dikatakan hampir mendekati cair sehingga wajarlah kalau lempeng
litosfer yang padat dapat bergerak di atasnya. Kerak bumi (litosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit
yang sangat kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat panas.
Ada dua jenis kerak bumi yakni kerak samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan sangat basa,
yang dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh batuan asam dan lebih tebal dari
kerak samudera. Kerak bumi menutupi seluruh permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas yang
mengalir di dalam astenofer menyebabkan kerak bumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil
yang disebut lempeng kerak bumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua, kerak
samudera atau keduanya.
Lempeng litosfer yang kita kenal sekarang ini ada 6 lempeng besar, yaitu lempeng Eurasia,
Amerika utara, Amerika selatan, Afrika, Pasifik, dan Hindia Australia. Lempeng-lempeng tersebut bergerak
di atas lapisan astenosfir (kedalaman 500 km di dalam selubung dan bersifat kampir melebur atau hampir
berbentuk cair). Karena hal tersebut, maka terjadi interaksi antar lempeng pada batas-batas lempeng yang
dapat berbentuk :
Divergen : lempeng-lempeng bergerak saling menjauh dan mengakibatkan material dari selubung
naik membentuk lantai samudra baru dan membentuk jalur magmatik atau gunung api.
Konvergen : lempeng-lempeng saling mendekati dan menyebabkan tumbukan dimana salah satu
dari lempeng akan menunjam (menyusup) ke bawah yang lain masuk ke selubung. Daerah
penunjaman membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi
yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan
gunungapi serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia,
pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menghasilkan jalur penujaman di
selatan Pulau Jawa dan jalur gunung api Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara dan berbagai
cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan
Jawa Utara.
Transform : lempeng-lempeng saling bergesekan tanpa membentuk atau merusak litosfer. Hal ini
dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti misalnya Sesar Besar San Andreas di
Amerika.
Pada daerah konvergen terjadi perusakan litosfer yang berlebihan. Tumbukan pada zona
3.
atau berbenturan. Akibat dari benturan tersebut, batuan akan mengalami tegangan dari waktu ke waktu
serta mengalami gesekan satu dengan lainnya yang mengakibatkan sebagian dari batuan itu akan leleh,
lebur, dan membentuk massa yang leleh pijar yang disebut magma.
Gaya yang membangun energi dalam kulit bumi dinamakan gaya tektonik. Energi yang terkumpul
dalam kulit bumi (batuan) itu sewaktu-waktu dapat terlepas. Karena, batuan yang menahannya sudah tidak
mampu dan berwujud sebagai letusan gunung api akibat energi yang terkumpul dalam magma mendesak ke
atas dan menyembur keluar. Lepasnya energi yang umumnya terjadi secara tiba-tiba juga dapat disebabkan
patahnya batuan (kulit bumi) akibat sudah tidak mampu lagi menahan tegangan. Patahnya batuan yang
disertai dengan pergeseran akan disertai dengan munculnya gempa bumi.
Bagaimana Dengan Indonesia
Secara geologi Indonesia berada di jalur "cincin api" (ring of fire), yang merupakan jalur patahan
dan gunung api yang melingkar di sepanjang Samudra Pasifik, membentang 40.000 km mulai dari Peru dan
Cile (Amerika Selatan), Amerika Tengah, Kepulauan Aleutian, Kepulauan Kuril, Jepang, Filipina,
Indonesia, Tonga, hingga Selandia Baru. Tercatat 81 persen gempa bumi terbesar terjadi di jalur ini.
Berdasarkan Survei Geologi Amerika Serikat, rata-rata terjadi 19,4 gempa bumi berkekuatan di atas 7 skala
Richter setiap tahunnya.
Pada dasarnya, seluruh wilayah Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi, kecuali
Kalimantan. Gempa-gempa tektonik banyak dijumpai di jalur subduksi Sunda (Sumatra -Jawa-Bali-Nusa
Tenggara), subduksi Banda (wilayah Laut Banda), Zon a Tumbukan Maluku dan Papua. Tektonik lempeng
di Pulau Jawa sendiri didominasi dengan subduksi dari lempeng Australia sebelah utara-timur dibawah
lempeng Sunda dengan kecepatan pergerakan 59 mm/tahun . Wilayah sekitar lempeng antara lempeng
Australia dan lempeng Sunda secara seismik sangat aktif, yang sering menimbulkan gempa di wilayah ini.
Berkah dari Lempeng Tektonik di Indonesia
Tidak seluruhnya dari hal ini kita anggap bencana. Jalur gunung api yang terjadi akibat subduksi
antar lempeng dari erupsi gunungapi yang terjadi berupa abu gunungapi membawa unsur hara yang
menyuburkan tanah. Endapan mineral logam, seperti emas, tembaga dan nikel, akan banyak dijumpai
berasosiasi dengan lingkungan gunung api.
Di wilayah jalur gunung api/magmatic biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas, perak dan
tembaga, sedangkan pada jalur penujaman akan ditemukan mineral kromit. Setiap wilayah tektonik
memiliki cirri atau indikasi tertentu, baik batuan, mineralisasi, struktur maupun kegempaan. Intrusi-intrusi
dangkal di sekitar gunungapi menyediakan energi panas bumi yang sangat besar yang bisa dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik.
Magmatic arc di sepanjang Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara kaya disseminated
(poryphyry) copper dalam tubuh-tubuh intrusifnya, vein depositnya kaya akan timbal,
emas, perak, molybdenum, seng, timah, dan tungsten. Ofiolit di bekas-bekas jalur
subduksi atau obduksi seperti di Sulawesi dan Halmahera kaya akan nikel dan
kromium. Emas, polymetallic suphide, platinum, perak benar-benar tersebar
mengikuti tepi lempeng. Lempeng tektonik juga yang penyebab kekayaan minyak
dan gasbumi, serta batubara di cekungan-cekungan sedimen di Indonesia Barat
maupun Indonesia Timur. Kalau tak ada pergerakan lempeng di timur Sulawesi,
niscaya wilayah ini tak mempunyai minyak dan gas.
Pergerakan lempeng
Secara teori tektonik lempeng, pembentukan Kepulauan Indonesia dimulai sekitar 55 juta
tahun yang lalu. Indonesia dibentuk oleh interaksi setidaknya tiga lempeng penyusun
bumi; Lempeng Samudera India, Lempeng Laut Filipina, dan Lempeng Eurasia yang
merupakan lempeng kontinen. Perbedaan antara lempeng yang disusun oleh lempeng
samudera dan kontinen adalah lempeng samudera bersifat basah karena disusun oleh
material yang kaya akan unsur Fe, Mg dan Ni, bersifat kaku dan brittle, mempunyai berat
jenis yang tinggi, sementara lempeng kontinen merupakan lempeng benua yang secara
kimia bersifat relatif asam dan mempunyai berat jenis lebih rendah dibandingkan
lempeng samudera.
Lempeng-lempeng tadi bergerak satu sama lain di mana Lempeng Samudera India
bergerak relatif ke arah utara dengan kecepatan 7 cm per tahun, Lempeng Laut Filipina
bergerak ke arah barat daya dengan kecepatan 8 cm per tahun dan lempeng Eurasia yang
cenderung stabil. Pergerakan lempeng-lempeng ini kemudian bertemu pada satu zona
tumbukan yang disebut dengan zona subduksi.
Interaksi ketiga lempeng tadi mengakibatkan pengaruh pada hampir seluruh kepulauan
yang ada di Indonesia, kecuali Kalimantan. Pengaruh dari pergerakan lempeng tadi ada
yang langsung berupa pergerakan kerak bumi di batas pergerakan lempeng tadi, yang
akan menimbulkan gempa bumi dan tsunami apabila pergerakannya terdapat di dasar
laut, maupun tidak langsung. Gempa bumi dan tsunami yang terjadi setahun lalu di Aceh
dan Sumatera Utara merupakan contoh nyata.
Gempa dan tsunami Aceh dihasilkan tunjaman Lempeng Samudera India ke bawah
Lempeng Eurasia. Tunjaman tersebut menghasilkan getaran yang menimbulkan gempa
bumi berkekuatan sekitar 8,9 skala richter. Pusat gempa tersebut terdapat di Samudera
Hindia, tepatnya sekitar 200 km sebelah barat daya Pulau Sumatera. Getaran gempa yang
sangat keras itu kemudian sampai ke permukaan laut dan menimbulkan gerakan osilasi
pada air laut dengan kecepatan sekitar 700?800 km/jam (setara dengan kecepatan
pesawat komersil), yang akhirnya sampai ke daerah Aceh dan Sumatera Utara dalam
bentuk tsunami.
Selain itu pertemuan Lempeng Samudera India dengan Lempeng Eurasia juga
menghasilkan lajur gunung api yang memanjang dari Sumatera sampai Nusa Tenggara
dan membentuk sebuah rangkaian gunung api. Rangkaian gunung api ini dikenal dengan
istilah busur vulkanik dan berhenti di Pulau Sumbawa, kemudian berbelok arah ke Laut
Banda menuju arah utara ke daerah Maluku Utara, Sulawesi Utara dan terus ke Filipina.
Busur gunung api ini sendiri ada yang masih aktif seperti Gunung Merapi, Gunung
Krakatu di Selat Sunda, Gunung Galunggung dan Gunung Papandayan di Jawa Barat,
Gunung Merapi di Jogjakarta, Gunung Agung di Bali, Gunung Rinjani dan Tambora di
Nusa Tenggara, Gunung Gamalama dan Tidore di Maluku Utara, dan Gunung Klabat di
Sulawesi Utara.
Pergerakan ketiga lempeng tadi juga dapat menimbulkan patahan atau sesar yaitu
pergeseran antara dua blok batuan baik secara mendatar, ke atas maupun relatif ke bawah
blok lainnya. Patahan atau sesar ini merupakan perpanjangan gaya yang ditimbulkan oleh
gerakan-gerakan lempeng utama. Patahan atau sesar inilah yang akan menghasilkan
gempa bumi di daratan dan tanah longsor. Akibatnya, bangunan yang ada di atas zona
patahan ini sangat rentan mengalami runtuhan
Patahan atau sesar-sesar ini akan mempengaruhi resistensi atau kekuatan pada batuan
yang dilewatinya, menyebabkan batuan- batuan tadi menjadi rapuh dan mudah
mengalami erosi. Apabila jenis batuan tersebut merupakan batuan yang
porous( berongga), maka akan menimbulkan hal yang lebih fatal lagi. Curah hujan yang
tinggi akan menyebabkan air hujan masuk ke dalam rongga batuan dan menyebabkan
lama kelamaan batuan tersebut akan menjadi jenuh yang berujung pada terjadinya
pergerakan massa batuan dalam bentuk blok besar yang menimbulkan tanah longsor,
terutama daerah dengan kemiringan lereng yang curam.
Faktor manusia juga sangat mempengaruhi terjadinya tanah longsor ini, terutama yang
disertai dengan bencana banjir bandang. Adanya penggundulan hutan terutama illegal
logging dan pembukaan lahan yang tidak memperhatikan kaidah lingkungan, menjadi
salah satu yang memicu terjadinya tanah longsor disertai dengan banjir bandang.
Permukaan tanah yang telah gundul menyebabkan air hujan yang turun ke permukaan
tanah tidak dapat diserap oleh tanah (tidak terjadi infiltrasi), akibatnya air tersebut akan
mengalir di permukaan, dan membawa material di atas tanah tadi dalam bentuk sedimen.
Sedimen tadi kemudian diangkut ke sungai dan dibawa ke hilir, yang menyebabkan
pendangkalan dan kemudian terjadi banjir di hilir sungai, yang nota bene umumnya
merupakan wilayah pemukiman
Pengembangan wilayah yang juga tidak memperhatikan aspek lingkungan juga
mempengaruhi volume dan frekuensi banjir. Manusia mendirikan pemukiman yang pada
dasarnya merupakan dataran banjir, yaitu daerah yang akan tergenang oleh air sungai
apabila terjadi banjir. Hal ini yang terjadi di Gunung Leuser (Aceh), Gunung
Bawakaraeng dan di Desa Manipi (Sulawesi Selatan) , serta kejadian tanah longsor dan
banjir bandang di Jember dan Banjarnegara yang baru-baru ini.
Sebenarnya sebelum bencana longsor dan banjir bandang di Jember dan Banjarnegara
terjadi, Direktorat Vulkanologi dan Bencana Alam Geologi telah memberikan warning
kepada pemerintah setempat bahwa daerahnya sangat rawan bencana longsor dan banjir
bandang. Kedua daerah tersebut masuk dalam peta rawan bencana alam longsor yang
dibuat pada tanggal 31 Oktober 2005. Di Pulau Jawa dan Madura sendiri telah dipetakan
ada 23 titik bencana alam geologi yang tersebar, ada yang dalam kondisi sedang, rawan
sampai sangat rawan.
Dari pemaparan di atas jelas tergambar bahwa kejadian bencana alam yang akhir-akhir ini
menjadi sebuah fenomena, sangat erat hubungannya dengan proses pembentukan
Kepulauan Indonesia secara geologi. Pelajaran berharga yang dapat kita ambil adalah
bahwa kita tidak bisa lari dari kenyataan bahwa kita hidup di daerah yang rawan akan
bencana alam, khususnya bencana alam geologi, yaitu gempa bumi, tsunami, tanah
longsor, gunung api dan banjir. Olehnya itu, pemahaman tentang bagaimana sebenarnya
kondisi Indonesia dalam perspektif kebencanaan harus disosialisasikan ke masyarakat
mengingat ilmu kebumian utamanya ilmu geologi merupakan ilmu yang kurang diketahui
oleh masyarakat luas. Kita harus tidak gengsi mencontoh Jepang yang juga secara
geologi proses pembentukannya tidak jauh berbeda bahkan lebih kompleks lagi. Di
negeri matahari terbit ini, pemahaman dini tentang bencana alam atau lebih dikenal
dengan early warning system telah diterapkan dari bangku taman kanak-kanak.
Pemerintah yang merupakan pengambil kebijakan harus lebih aware akan hal ini,
sehingga korban bencana alam bisa ditekan dan diminimalkan, terutama korban jiwa.
Pengertian Tektonik Lempeng
Lempeng tektonik, proses gelologis yang bertanggung jawab untuk penciptaan benua,
pegunungan dan lantai samudera bumi, mungkin adalah semacam on-off. Ilmuan telah
menganggap bahwa pergeseran lempeng kerak telah melambat namun terus terjadi pada
sebagian besar sejarah bumi, namun studi terbaru dari peneliti2 di Carnegie Institution
menyarankan bahwa tektonik lempeng pernah berhenti paling tidak sekali dalam sejarah
planet bumi dan dapat terjadi lagi.
Tektonik lempeng adalah suatu teori yang menerangkan proses dinamika bumi tentang
pembentukan jalur pegunungan, jalur gunung api, jalur gempa bumi, dan cekungan
endapan di muka bumi yang diakibatkan oleh pergerakan lempeng.
Sebuah aspek kunci dari teori tektonik lempeng adalah bahwa skala waktu geologis lantai
samudera adalah fitur transient, membuka dan menutup saat lempeng2 bergeser. Lantai
samudera dikonsumsi oleh sebuah proses yang disebut subduksi, dimana lempeng
tektonik menurun kedalam mantel bumi. Zona subduksi adalah lokasi dari palung
samudera, aktivitas gempa bumi tinggi, dan sebagian besar gunung api utama dunia.
Saat sebuah lempeng samudera bertabrakan dengan lempeng samudera lain atau dengan
sebuah lempeng yang membawa benua, satu lempeng akan melengkung dan bergeser
dibawah yang lainnya. Proses ini disebut sibduksi. Saat lempeng tersubduksi tenggelam
jauh kedalam mantel, ia menjadi begitu panas sehingga mencairkan batuan sekitar.
Batuan cair naik lewat kerak dan keluar pada permukaan dari lempeng di atasnya.(Credit:
Woods Hole Oceanographic Institution)
sebagian besar zona subduksi saat ini berada di lantai samudera pasifik. Bila lantai pasifik
sangat dekat, seperti diramalkan dalam 350 juta tahun saat Amerika yang bergerak ke
barat bertabrakan dengan Eurasia, maka sebagian besar zona subduksi planet akan lenyap
bersamanya.
Ini akan secara efektif menghentikan lempeng tektonik kecuali zona subduksi muncul,
namun kemunculan subduksi masih belum dimengerti. Tumbukan India dan Afrika
dengan Eurasia antara 30 dan 50 juta tahun lalu menutup sebuah lantai samudera yang
dikenal sebagai Tethys, kata Silver. Namun tidak ada zona subduksi muncul di selatan
india atau afrika untuk mengkompensasi kehilangan subduksi oleh penutupan samudera
ini.
bukti geokimia dari batuan beku purba menunjukkan bahwa sekitar satu miliar tahun lalu
terdapat ketiadaan kegiatan volkanis yang secara normal terkait subduksi. Gagasan ini
cocok dnegan bukti geologis lain untuk penutupan lantai samudera tipe pasifik saat itu,
mengelas benua2 menjadi sebuah superbenua (dikenal oleg geolog sebagai Rodinia) dan
mungkin menghentikan subduksi sementara waktu. Rodinia terpisah kemudian saat
subduksi dan tektonik lempeng mulai kembali. Lempeng tektonik dikendalikan oleh
aliran panas dari interior bumi, dan penghentian akan menurunkan tingkat pendinginan
Bumi, seperti menutup panci air panas akan memperlambat pendinginan air di dalamnya.
Dengan menutup secara periodik aliran panas, tektonik lempeng saling tindih dapat
menjelaskan kenapa bumi telah kehilangan panas lebih sedikit daripada model saat ini
ramalkan. Dan pembangunan panas dibawah lempeng2 yang stagnan dapat menjelaskan
kemunculan batuan2 beku tertentu ditengah2 benua jauh dari lokasi normalnya di zona
subduksi.
Bila lempeng tektonik mulai dan berhenti, maka evolusi benua harus dilihat dalam sudut
pandang baru, karena ia secara dramatis memperluas jangkauan skenario evolusioner
yang mungkin
Lempeng dan pergerakannya
Menurut teori ini kerakbumi (lithosfer) dapat diterangkan ibarat suatu rakit yang sangat
kuat dan relatif dingin yang mengapung di atas mantel astenosfer yang liat dan sangat
panas, atau bisa juga disamakan dengan pulau es yang mengapung di atas air laut. Ada
dua kjenis kerak bumi yakni kerak samudera yang tersusun oleh batuan bersifat basa dan
sangat basa, yang dijumpai di samudera sangat dalam, dan kerak benua tersusun oleh
batuan asam dan lebih tebal dari kerak samudera. Kerakbumi menutupi seluruh
permukaan bumi, namun akibat adanya aliran panas yang mengalir di dalam astenofer
menyebabkan kerakbumi ini pecah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil yang
disebut lempeng kerakbumi. Dengan demikian lempeng dapat terdiri dari kerak benua,
kerak samudera atau keduanya. Arus konvensi tersebut merupakan sumber kekuatan
utama yang menyebabkan terjadinya pergerakan lempeng.
Akibat Pergerakan Lempeng
Pergerakan lempeng kerakbumi ada 3 macam yaitu pergerakan yang saling mendekati,
saling menjauh dan saling berpapasan.
Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan tumbukan dimana salah satu
dari lempeng akan menunjam ke bawah yang lain. Daerah penunjaman membentuk suatu
palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang
jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan gunungapi serta
berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di Indonesia, pertemuan
antara lempeng Ind0-Australia dan Lempeng Eurasia menghasilkan jalur penunjaman di
selatan Pulau Jawa dan jalur gunungapi Sumatera, Jawa dan Nusatenggara dan berbagai
cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan
Cekungan Jawa Utara.
Pergerakan lempeng saling menjauh akan menyebabkan penipisan dan peregangan
kerakbumi dan akhirnya terjadi pengeluaran material baru dari mantel membentuk jalur
magmatik atau gunungapi. Contoh pembentukan gunungapi di Pematang Tengah
Samudera di Lautan Pasific dan Benua Afrika.
Pergerakan saling berpapasan dicirikan oleh adanya sesar mendatar yang besar seperti
misalnya Sesar Besar San Andreas di Amerika.
Kegiatan Tektonik
Pergerakan lempeng kerakbumi yang saling bertumbukan akan membentuk zona sudaksi
dan menimbulkan gaya yang bekerja baik horizontal maupun vertikal, yang akan
membentuk pegunungan lipatan, jalur gunungapi/magmatik, persesaran batuan, dan jalur
gempabumi serta terbentuknya wilayah tektonik tertentu. Selain itu terbentuk juga
berbagai jenis cekungan pengendapan batuan sedimen seperti palung (parit), cekungan
busurmuka, cekungan antar gunung dan cekungan busur belakang. Pada jalur
gunungapi/magmatik biasanya akan terbentuk zona mineralisasi emas, perak dan
tembaga, sedangkan pada jalur penunjaman akan ditemukan mineral kromit. Setiap
wilayah tektonik memiliki ciri atau indikasi tertentu, baik batuan, mineralisasi, struktur
maupun kegempaanya.
Perkembangan Tatanan Tektonik Indonesia
Pada 50 juta tahun yang lalu (Awal Eosen), setelah benua kecil India bertubrukan dengan
Himalaya, ujung tenggara benua Eurasia tersesarkan lebih jauh ke arah tenggara dan
membentuk kawasan Indonesia bagian barat. Saat itu kawasan Indonesia bagian timur
masih berupa laut (laut Filipina dan Samudra Pasifik). Lajur penunjaman yang bergiat
sejak akhir Mesozoikum di sebelah barat Sumatera, menyambung ke selatan Jawa dan
melingkar ke tenggara timur Kalimantan Sulawesi Barat, mulai melemah pada
Paleosen dan berhenti pada kala Eosen.
Pada 45 juta tahun lalu. Lengan Utara Sulawesi terbentuk bersamaan dengan jalur Ofiolit
Jamboles. Sedangkan jalur Ofiolit Sulawesi Timur masih berada di belahan selatan bumi.
Pada 20 jutatahun lalu benua-benua mikro bertubrukan dengan jalur Ofiloit Sulawesi
Timur, dan Laut Maluku terbentuk sebagai bagian dari Lut pilipina. Laut Cina Selatan
mulai membuka dan jalur tunjaman di utara Serawak Sabah mulai aktif.pada 10 juta
tahun lalu, benua mikro Tukang Besi Buton bertubrukan dengan jalur Ofiolit di
Sulawesi Tenggara, tunjaman ganda terjadi di kawasan Laut Maluku, dan Laut Serawak
terbentuk di Utara Kalimantan. pada 5 juta tahun lalu, benua mikro Banggai-Sula
bertubrukan dengan jalur ofiolit Sulawesi Timur, dan mulai aktif tunjangan miring di
utara Irian Jaya-Papua Nugini.
Teori Tektonik Lempeng sebagai berikut :
1. Penyebab dari pergerakan benua-benua dimulai oleh adanya arus konveksi (convection
current) dari mantle (lapisan di bawah kulit bumi yang berupa lelehan). Arah arus ini
tidak teratur, bisa dibayangkan seperti pergerakan udara/awan atau pergerakan dari air
yang direbus. Terjadinya arus konveksi terutama disebabkan oleh aktivitas radioaktif
yang menimbulkan panas.
2. Dalam kondisi tertentu dua arah arus yang saling bertemu bisa menghasilkan arus
interferensi yang arahnya ke atas. Arus interferensi ini akan menembus kulit bumi yang
berada di atasnya. Magma yang menembus ke atas karena adanya arus konveksi ini akan
membentuk gugusan pegunungan yang sangat panjang dan bercabang-cabang di bawah
permukaan laut yang dapat diikuti sepanjang samudera-samudera yang saling
berhubungan di muka bumi. Lajur pegunungan yang berbentuk linear ini disebut dengan
MOR (Mid Oceanic Ridge atau Pematang Tengah Samudera) dan merupakan tempat
keluarnya material dari mantle ke dasar samudera. MOR mempunyai ketinggian melebihi
3000 m dari dasar laut dan lebarnya lebih dari 2000 km, atau melebihi ukuran
Pegunungan Alpen dan Himalaya yang letaknya di daerah benua. MOR Atlantik
(misalnya) membentang dengan arah utara-selatan dari lautan Arktik melalui poros
tengah samudera Atlantik ke sebelah barat Benua Afrika dan melingkari benua itu di
selatannya menerus ke arah timur ke Samudera Hindia lalu di selatan Benua Australia
dan sampai di Samudera Pasifik. Jadi keberadaan MOR mengelilingi seluruh dunia.
3. Kerak (kulit) samudera yang baru, terbentuk di pematang-pematang ini karena aliran
material dari mantle. Batuan dasar samudera yang baru terbentuk itu lalu menyebar ke
arah kedua sisi dari MOR karena desakan dari magma mantle yang terus-menerus dan
juga tarikan dari gaya gesek arus mantle yang horisontal terhadap material di atasnya.
Lambat laun kerak samudera yang terbentuk di pematang itu akan bergerak terus
menjauh dari daerah poros pematang dan mengarungi samudera. Gejala ini disebut
dengan Pemekaran Lantai Samudera (Sea Floor Spreading).
4. Keberadaan busur kepulauan dan juga busur gunung api serta palung Samudera yang
memanjang di tepi-tepi benua merupakan fenomena yang dapat dijelaskan oleh Teori
Tektonik Lempeng yaitu dengan adanya proses penunjaman (subduksi). Oleh karena
peristiwa Sea Floor Spreading maka suatu saat kerak samudera akan bertemu dengan
kerak benua sehingga kerak samudera yang mempunyai densitas lebih besar akan
menunjam ke arah bawah kerak benua. Dengan adanya zona penunjaman ini maka akan
terbentuk palung pada sepanjang tepi paparan, dan juga akan terbentuk kepulauan
sepanjang paparan benua oleh karena proses pengangkatan. Kerak samudera yang
menunjam ke bawah ini akan kembali ke mantle atau jika bertemu dengan batuan benua
yang mempunyai densitas sama atau lebih besar maka akan terjadi mixing antara material
kerak samudera dengan benua membentuk larutan silikat pijar atau magma. (Proses
mixing terjadi pada kerak benua sampai 30 km di bawah permukaan bumi). Karena sea
floor spreading terus berlangsung maka jumlah magma hasil mixing yang terbentuk akan
semakin besar sehingga akan menerobos batuan-batuan di atasnya sampai akhirnya
muncul ke permukaan bumi membentuk deretan gunung api.
0
Beberapa endapan bahan galian dijumpai tersusun dan terdapat pada tubuh batuan beku,
sedimen ataupun batuan metamorf. Bahan galian industri umumnya dijumpai seperti
demikian, misalnya bahan galian batugamping (limestone).Bahan galian lainnya,
misalnya beberapa tubuh bijih besi merupakan bagian dari suatu sekuen stratigrafi yang
terbentuk pada bersamaan dengan proses sedimentasi, yang kemudian dikenal dengan
istilah endapan syngenetic. Adapula bahan galian yang berbentuk seperti tubuh batuan
beku yang berbentuk dykes, yang memotong batuan sekitarnya dan terbentuk setelah
batuan induknya yang dikenal dengan istilan endapan epigenetic.
Bentuk dan morfologi badan bijih
Secara umum parameter dimensional dari suatu badan bijih yaitu ukuran, bentuk (pola)
sebaran dan keberadaannya merupakan akibat dari variasi dan distribusi kadar mineral
bijih. Bentuk sebaran suatu badan bijih akan mempengaruhi teknik penambangan yang
akan digunakan untuk menambangnya. Bahan galian yang tersebar luas dan berkadar
rendah (low grade) yang terdapat pada permukaan bumi dapat ditambang dengan metoda
tambang terbuka, sementara endapan bahan galian yang berbentuk urat (vein-veinlets)
dengan kadar yang relatif lebih tinggi (high grade) dapat ditambang dengan metode
tambang bawah tanah. Dalam hal bentuk (pola) sebaran, endapan bahan galian dengan
badan bijih yang teratur (terkumpul) akan lebih mudah ditambang daripada endapan
bahan galian dengan badan bijih yang mempunyai bentuk (pola) yang tersebar
(disseminated).
Strike dan dip badan bijih
Pengetahuan dasar struktur geologi seperti strike dan dip batuan sangat penting untuk
mengetahui dimensi suatu badan bijih. Bidang suatu badan bijih yang memiliki dimensi
yang lebih panjang jika dibandingkan dengan arah lainnya merupakan arah jurus (strike)
badan bijih tersebut (Gambar 2.1) Inklinasi (penunjaman) bidang badan bijih dalam arah
tegak lurus bidang strike merupakan arah kemiringannya (dip). Jika terdapat suatu
struktur geologi (misalnya sesar), maka informasi arah pitch dan plunge menjadi sangat
penting.
Bentuk-bentuk badan bijih
Berdasarkan bentuk (morfologi) badan bijih dan pola sebaran mineral bijihnya jika
dihubungkan dengan batuan sekitarnya (batuansamping/induk), tubuh endapan bijih
dapat dikelompokkan atas 2, yaitu: badan bijih berbentuk discordant dan badan bijih
yang berbentuk concordant. Discordant yaitu jika bada bijih memotong perlapisan batuan
sekitarnya. Sedangkan concordant yaitu jika badan bijih membentuk pola yang tidak
memotong perlapisan batuan sekitarnya.
Badan bijih diskordan (discordant ore bodies)
Badan bijih diskordan dapat dijumpai mempunyai bentuk yang beraturan (regular
shapes) maupun dengan bentuk yang tidak beraturan (irregular shapes). Badan bijih yang
bentuknya beraturan dapat dibedakan atas:
1. Badan bijih yang berbentuk tabular (Gambar 2.2 dan 2.3), dengan ciri antara lain:
badan bijih dengan pola penyebaran yang menerus dalam arah 2D (panjang dan
lebar), tetapi terbatas dalam arah 3D (tipis),
berbentuk urat (vein-fissure veins- Gambar 2.4) dan lodes,
urat-urat umumnya terbentuk di zona rekahan sehingga menunjukkan bentuk yang
teratur dalam orientasinya (Gambar 2.5),
mineralisasi pada umumnya berupa asosiasi dari beberapa kombinasi mineral
bijih dan pengotor (gangue) dengan komposisi yang sangat bervariasi, dan
batas dari penyebaran urat ini umumnya jelas, yaitu langsung dibatasi dengan
dinding urat.
Gambar 2.2. Badan bijih yang berbentuk tabular berupa vein yang mengalami sesar
normal.
Gambar 2.3 Contoh badan bijih yang berbentuk tabular berupa vein dan veinlets.
badan bijih dengan pola penyebaran relatif pendek (terbatas) dalam arah 2D
namun relatif dalam kearah 3D (arah vertikal),
jika penyebaran badan bijih ini relatif vertikal-sub vertikal biasanya disebut
sebagai pipes atau chimneys, jika penyebarannya horizontal atau subhorisontal
disebut mantos.
Salah satu contoh badan bijih yang berbentuk tubular adalah badan bijih yang ditemukan
di timur Asutralia, sepanjang 2400 km, memanjang dari Queensland sampai New South
Wales, yang terdiri dari ratusan pipa di dalam dan dekat dengan intrusi granit. Sebagian
besar terisi mineralisasi kuarsa dan beberapa diantaranya termineralisasi dengan bismuth,
molybdenum, tungstehn dan tin (Gambar 2.7). Badan bijih berbetnuk mantos dan pipes
dapat dijumpai memiliki percabangan (Gambar 2.8). Mantos dan pipes umumnya
dijumpai berasosiasi, pipes umumnya bertindak sebagai sumber (feeders) terhadap
mantos. Terkadang mantos saling berhubungan diantara lapisan batuan dengan
perantaraan pipes, namun ada pula yang dijumpai sebagai percabangan dari pipes,
contohnya pada Providencia Mine di Mexico dijumpai sebuah badan bijih berbentuk pipa
jauh di kedalaman sebagai sumber dari duapuluh mantos yang dekat dengan
permukaan.Pada beberapa tubuh bijih yang berbentuk tubular terbentuk oleh aliran
larutan mineralisasi secara subhorisontal sehingga tubuh bijih dapat dijumpai diskontinyu
membentuk tubuh bijih yang berbentuk pod
Badan bijih bentuknya tidak beraturan (irregular shapes) dibedakan atas:
1. Badan bijih disseminated:
Badan bijih dengan pola penyebaran mineral bijih yang tersebar di dalam host
rock (Gambar 2.10).
Mineral-mineral bijih tersebut tersebar merata di dalama host rock berupa (dalam
bentuk) veinlets yang saling berpotongan menyeruapai jarring-jaring yang saling
berkaitan membentuk sistem veinlets yang sering disebut stockwork.
Stockwork ( Gambar 2.11) dijumpai dalam bentuk tubuh endapan yang besar pada
lingkungan intrusi batuan beku asam sampai intermedit, akan tetapi stockwork
juga dapat dijumpai memotong kontak country rocks dan beberapa dijumpai
sebagian atau seluruhnya berada pada country rocks.
Merupakan badan bijih yang terbentuk melalui pergantian unsur-unsur yang sudah
ada sebelumnya.
Proses replacement ini umumnya terjadi pada temperatur rendah sampai sedang
(<400oC), contohnya endapan magnesit pada carbonate-rich sediments.
Proses replacement lainnya dapat juga terjadi pada suhu tinggi pada kontak intrusi
batuan beku yang membentuk endapan skarn. Tubuh endapannya dicirikan
dengan pembentukan mineral-mineral calc-silicate seperti diopside, wollastonite,
andradite, garnet dan actinolite. Endapan bahan galian ini umumnya berbentuk
sangat tidak beraturan (Gambar 2.12).
Disebut juga endapan metasomatisme kontak (pirometasomatik).
Merupakan endapan dengan batuan induk adalah batuan sedimen (Gambar 2.13).
Endapan-endapan bijih yang tekonsentrasi dalam batuan sedimen cukup penting,
terutama endapan-endapan logam dasar dan besi.
Di dalam batuan sedimen, mineral-mineral bijih terbentuk (terkonsentrasi)
sebagai suatu bagian yang integral dari urutan stratigrafi, yang dapat terbentuk
secara epigenetic filling atau replacement pada rongga-rongga (pori-pori).
Tubuh endapan umumnya menunjukkan perkembangan kearah 2D dan kurang
berkembang kearah tegak lurusnya (Gambar 2.14 dan 2.15).
Endapan-endapan seperti ini pada umumnya tersebar sejajar pada batuan
induknya dengan bidang perlapisan batuan sekitarnya.
Endapan Mineral
Secara umum genesa bahan galian mencakup aspek-aspek keterdapatan, proses
pembentukan, komposisi, model (bentuk, ukuran, dimensi), kedudukan, dan faktor-faktor
pengendali pengendapan bahan galian (geologic controls).
Tujuan utama mempelajari genesa suatu endapan bahan galian adalah sebagai pegangan
dalam menemukan dan mencari endapan-endapan baru, mengungkapkan sifat-sifat fisik
dan kimia endapan bahan galian, membantu dalam penentuan (penyusunan) model
eksplorasi yang akan diterapkan, serta membantu dalam penentuan metoda penambangan
dan pengolahan bahan galian tersebut.
Endapan-endapan mineral yang muncul sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan
endapan primer (hypogen). Jika mineral-mineral primer telah terubah melalui pelapukan
atau proses-proses luar (superficial processes) disebut dengan endapan sekunder
(supergen).
A. KETERDAPATAN MINERAL BIJIH
Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedimen, dan metamorfik.Pengertian bijih
adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya secara
ekonomis, dan bijih dalam suatu endapan ini tergantung pada dua faktor utama, yaitu
tingkat terkonsentrasi (kandungan logam berharga pada endapan), letak serta ukuran
(dimensi) endapan tsb.
Untuk mencapai kadar yang ekonomis, mineral-mineral bijih atau komponen bahan
galian yang berharga terkonsentrasi secara alamiah pada kerak bumi sampai tingkat
minimum yang tertentu tergantung pada jenis bijih atau mineralnya.
Batuan merupakan suatu bentuk alami yang disusun oleh satu atau lebih mineral, dan
kadang-kadang oleh material non-kristalin. Kebanyakan batuan merupakan heterogen
(terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa yang merupakan
homogen. Deret reaksi Bowen (deret pembentukan mineral pada batuan) telah
dimodifikasi oleh Niggli, V.M. Goldshmidt, dan H. Schneiderhohn.
Gambar Diagram urutan pengendapan mineral
diagram mineral
nikel di bagian yang paling dalam dari kerak samudera, dan pengendapan sulfida-sulfida
masif dari tembaga dan besi di tempat-tempat yang panas, metal-bearing brine menuju
samudra melalui zona regangan, endapan-endapan mineral magmatik-hidrotermal
berhubungan dengan proses-proses subduksi. Tumbukan dan subduksi membentuk
gunung-gunung yang besar seperti di Andes, yang mana endapan-endapan mineral
dibentuk oleh diferensiasi magma.
Gambar Diagram Skematis yang Menggambarkan
Setting Geologi Endapan-endapan Mineral, dan Hubungannya dengan
Proses-proses Tektonik Lempeng (Gocht, Zantop, Eggert; 1988)
diagram setting geologi
Contoh mendala metalogenik yang terdapat di Indonesia antara lain: mendala
metalogenik Malaya (terdiri dari batuan beku asam dengan mineral berharga kasiterit),
manda metalogenik Sunda (terdiri dari batuan intermediet dengan mineral berharga
elektrum (Au, Ag)), serta mendala metalogenik Sangihe-Talaut (terdiri dari batuan
ultrabasa dengan mineral berharga nikel).
C. PROSES PEMBENTUKAN ENDAPAN MINERAL PRIMER
Pembentukan bijih primer secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis
endapan, yaitu :
a. Fase Magmatik Cair
b. Fase Pegmatitil
c. Fase Pneumatolitik
d. Fase Hidrothermal
e. Fase Vulkanik
Dari kelima jenis fase endapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat endapan yang
berbeda-beda, yaitu yang berhubungan dengan :
1. Kristalisasi magmanya
2. Jarak endapan mineral dengan asal magma
a. intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku
b. peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku
c. crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
d. apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
e. tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan beku
3. Bagaimana cara pengendapan terjadi
a. terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma
b. terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada
c. metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah ada dengan
larutan pembawa bijih
4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan
bagaimana tubuh bijih terbentuk. Dispersi geokimia sekunder adalah dispersi kimia yang
terjadi di permukaan bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-pola dispersi primer
oleh proses yang biasanya terjadi di permukaan, antara lain proses pelapukan,
transportasi, dan pengendapan. Bahan terangkut pada proses sedimentasi dapat berupa
partikel atau ion dan akhirnya diendapkan pada suatu tempat. Mobilitas unsur sangat
mempengaruhi dispersi. Unsur dengan mobilitas yang rendah cenderung berada dekat
dengan tubuh bijihnya, sedangkan unsur-unsur dengan mobilitas tinggi cenderung relatif
jauh dari tubuh bijihnya. Selain itu juga tergantung dari sifat kimianya Eh dan Ph suatu
lingkungan seperti Cu dalam kondisi asam akan mempunyai mobilitas tinggi sedangkan
dalam kondisi basa akan mempunyai mobilitas rendah.
Sebagai contoh dapat diberikan pada proses pengkayaan sekunder pada endapan lateritik.
Dari pelapukan dihasilkan reaksi oksidasi dengan sumber oksigen dari udara atau air
permukaan. Oksidasi berjalan ke arah bawah sampai batas air tanah. Akibat proses
oksidasi ini, beberapa mineral tertentu akan larut dan terbawa meresap ke bawah
permukaan tanah, kemudian terendapkan (pada zona reduksi). Bagian permukaan yang
tidak larut, akan jadi berongga, berwarna kuning kemerahan, dan sering disebut dengan
gossan. Contoh endapan ini adalah endapan nikel laterit.
2. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik
Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan dari
residu. Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh besar
butir dan berat jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt,
Au, kasiterit, magnetit, monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb.
Berdasarkan tempat dimana diendapkan, plaser atau mineral letakan dapat dibagi menjadi
:
1. Endapan plaser eluvium, diketemukan dekat atau sekitar sumber mineral bijih primer.
Mereka terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu (goresan), material mengalami
pelapukan setelah pencucian. Sebagai contoh endapan platina di Urals.
2. Plaser aluvium, ini merupakan endapan plaser terpenting. Terbentuk di sungai bergerak
kontinu oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis, mineral bijih yang berat akan
bergerak ke bawah sungai. Intensitas pengayaan akan didapat kalau kecepatan aliran
menurun, seperti di sebelah dalam meander, di kuala sungai dsb. Contoh endapan tipe ini
adalah Sn di Bangka dan Belitung. Au-plaser di California.
3. Plaser laut/pantai, endapan ini terbentuk oleh karen aktivitas gelombang memukul
pantai dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum di sini adalah
ilmenit, magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari batuan terabrasi.
4. Fossil plaser, merupakan endapan primer purba yang telah mengalami pembatuan dan
kadang-kadang termetamorfkan. Sebagai contoh endapan ini adalah Proterozoikum
Witwatersand, Afrika Selatan, merupakan daerah emas terbesar di dunia, produksinya
lebih 1/3 dunia. Emas dan uranium terjadi dalam beberapa lapisan konglomerat.
Mineralisasi menyebar sepanjang 250 km. Tambang terdalam di dunia sampai 3000
meter, ini dimungkinkan karena gradien geotermis disana sekitar 10 per 130 meter.
Gambar Sketsa mekanisme endapan bijih sedimenter
endapan sedimenter
3. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia
a. Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah akibat
oksidasi Fe dan umumnya dalam literatur disebut red beds. Kalau konsentrasi elemen
logam dekat permukaan tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi
memungkinkan terjadi konsentrasi larutan logam dan mengalami pencucian
(leaching/pelindian) meresap bersama air tanah yang kemudian mengisi antar butir
sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat oleh penukaran kation antara Fe dan
mineral lempung atau akibat penyerapan oleh mineral lempung itu sendiri.
b. Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan darat
yang umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang tinggi
dibandingkan kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang rendah. Sebagai
contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk konsentrasi mineral logam
yang berharga hal ini dapat terjadi kalau mempunyai keadaan yang khusus (terutama Fe
dan Mn) seperti :
a. Adanya salah satu sumber logam yang berasal dari pelapkan batuan di daratan atau dari
sistem hidrotermal bawah permukaan laut.
b. Transport dalam larutan, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang dominan
dan terbawa sebagai Fe(OH) soil partikel.
c. Endapan di dalam cebakan sedimenter, sebagai Fe(OH)3, FeCO3 atau Fe-silikat
tergantung perbedaanpotensial reduksi (Eh).
Bijih dalam lingkungan laut ini dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh larutan koloid
membungkus material lain seperti pasir atau pecahan fosil. Bentuk kulit yang simetris
disebabkan perubahan komposisi (Fe, Al, SiO2). Dengan pertumbuhan yang terus
menerus, oolit tersebut akan stabil di dasar laut dimana tertanam dalam material
lempungan karbonatan yang mengandung beberapa besi yang bagus. Di dasar laut
mungkin oolit tersebut reworked. Dengan hasil keadaan tersebut bijih besi dan mangan
sebagai contoh ferromanganese nodules yang sekarang ini menutupi daerah luas lautan.
E. CONTOH BEBERAPA ENDAPAN MINERAL YANG PENTING
1. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses-proses magmatik
Tergantung pada kedalaman dan temperatur pengendapan, mineral-mineral dan asosiasi
elemen yang berbeda sangat besar , sebagai contoh oksida-oksida timah dan tungsten di
kedalaman zona-zona bertemperatur tinggi; sulfida-sulfida tembaga, molibdenum, timbal,
dan seng dalam zona intermediet; sulfida-sulfida atau sulfosalt perak dan emas natif di
dekat permukaan pada zona temperatur rendah. Mineral-mineral dapat mengalami
disseminated dengan baik antara silikat-silikat, atau terkonsentrasi dalam rekahan yang
baik dalam batuan beku, sebagai contoh endapan tembaga porfiri Bingham di Utah.
Gambar Model Geologi Jenis Endapan Tembaga Porfiri di Amerika Selatan
(After Sillitoe,1973)
endapan tembaga porfiri
Batugamping di dekat intrusi bereaksi dengan larutan hidrotermal dan sebagian
digantikan oleh mineral-mineral tungsten, tembaga, timbal dan seng (dalam kontak
metasomatik atau endapan skarn). Jika larutan bergerak melalui rekahan yang terbuka
dan logam-logam mengendap di dalamnya (urat emas-kuarsa-alunit epithermal), sehingga
terbentuk cebakan tembaga, timbal, seng, perak, dan emas.
Gambar Model Geologi Endapan Urat Logam Mulia (After Buchanan,1981)
model geologi urat
Larutan hidrotermal yang membawa logam dapat juga bermigrasi secara lateral menuju
batuan yang permeabel atau reaktif secara kimia membentuk endapan blanket- shaped
sulfida, atau bahkan mencapai permukaan dan mengendapkan emas, perak, dan air raksa
dalam pusat mata air panas silikaan atau karbonatan, seperti kadar emas tinggi yang
terdapat dalam beberapa lapangan geotermal aktif di New Zealand. Jika larutan volkanik
yang membawa logam memasuki lingkungan laut, maka akan terbentuk kumpulan
sedimen-volkanik dari tembaga- timbal-seng.
2. Endapan mineral yang berhubungan dengan proses sedimentasi
Erosi benua dan pengisian cekungan sedimen di samudera memerlukan siklus geologi
dan kimia yang dapat berhubungan dengan formasi dari jenis endapan mineral selama
pelapukan, perombakan menjadi unsur-unsur pokok berupa fragmental (sebagai contoh
kwarsa atau kadang-kadang emas atau mineral-mineral berat), dan menjadi elemenelemen yang larut secara kimiawi (sebagai contoh adalah kalsium, sodium, atau elemenelemen metalik pembentuk bijih yang potensial seperti besi, tembaga, timbal, dan seng).
Unsur-unsur pokok fragmental tertransportasi oleh air permukaan diendapkan sebagai
batuan.
Klastik-klastik sedimen di benua dan di lingkungan tepi laut cenderung berbutir kasar dan
bisa mengisi pengkayaan lokal mineral-mineral berharga yang telah tertransportasi
dengan fraksi klastik, sebagai contoh konsentrasi emas placer pada endapan
Witwatersrand di Afrika Selatan dan timah placer di Asia bagian selatan.
Seringkali formasi endapan sulfida stratiform tidak tampak berhubungan dengan proses
magmatisme atau vulkanisme, tetapi agak berhubungan dengan sirkulasi larutan
hidrotermal dari sumber-sumber yang lain, sebagai contoh penirisan dari cekungan
sedimen yang dalam. Endapan-endapan yang dihasilkan sangat mirip dengan beberapa
asal-usul volkanogenik karena mekanisme traping yang sama. Hanya mineral-mineral
sulfida yang dapat mengalami presipitasi pada sediment-water interface atau dalam
batuan yang tidak terkonsolidasi, waktu dari formasi bijih berhubungan terhadap waktu
pengendapan sedimen, terhadap waktu kompaksi dan konsolidasinya, atau terhadap
waktu-waktu berikutnya saat sedimen-sedimen mengalami indurasi penuh dan dapat
termineralisasi oleh larutan yang bergerak melalui batuan yang porous atau strukturstruktur geologi. Untuk proses ini, contoh yang bagus adalah endapan timbal-seng di
Mississippi Valley.
Gambar Model Geologi Endapan Sediment-Ekshalatif Timbal-Seng (After Lydon, 1983)
Genesa Mineral
Genesa Mineral
Secara
umum
genesa
bahan
galian
mencakup
aspek-aspek
c. crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak jelas
d. apo-magmatic, bila letak endapan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan beku
e. tele-magmatic, bila disekitar endapan mineral tidak terlihat (terdapat) batuan
beku
3. Bagaimana cara pengendapan terjadi
a. terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma
b. terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada
c. metosomatisme (replacement) yaitu :reaksi kimia antara batuan yang telah ada
dengan larutan pembawa bijih
4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan
5.Waktu terbentuknya endapan
a. syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan pembentukan
batuan
b.
a.
Segregasi, mineral yang terbentuk tidak tersebar merata, tetapi hanya kurang
terkonsentrasi di dalam batuan.
Injeksi, mineral yang terbentuk tidak lagi terletak di dalam magma (batuan beku),
tetapi telah terdorong keluar dari magma.
b.
Sebagai akibat kristalisasi pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma,
maka cairan residual yang mobile akan terinjeksi dan menerobos batuan
disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork.
Kristal dari pegmatit akan berukuran besar, karena tidak adanya kontras
tekanan dan temperatur antara magma dengan batuan disekelilingnya, sehingga
pembekuan berjalan dengan lambat. Mineral-mineral pegmatit antara lain :
logam-logam ringan (Li-silikat, Be-silikat (BeAl-silikat), Al-rich silikat), logamlogam berat (Sn, Au, W, dan Mo), unsur-unsur jarang (Niobium, Iodium (Y), Ce,
Zr, La, Tantalum, Th, U, Ti), batuan mulia (ruby, sapphire, beryl, topaz, turmalin
rose, rose quartz, smoky quartz, rock crystal).
c.
dalam lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut
kontak-metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua
dengan magma yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas
dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang
reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit (CaSiO3),
amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz, aktinolit, turmalin,
diopsit, dan skarn.
Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi
batuan beku intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking
(pemanggangan) dan hardening (pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang
berhubungan dengan penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh
masa batuan pada umumnya akan ter-rekristalisasi, terubah (altered), dan
tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan oleh panas dan fluida-fluida
yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi. Oleh karena itu endapan ini
tergolong pada metamorfisme kontak.
Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari
aktivitas uap air. Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh
temperatur
sedangkan
pirometasomatisme
pada
reaksi
penggantian
hasil differensiasi magma. Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif
ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%) dari proses pembentukan
endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam
endapan hidrothermal, yaitu :
1. Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di
dalam batuan.
2. Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan
unsur-unsur baru dari larutan hidrothermal.
Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis
endapan hidrothermal, antara lain Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T
1500C-3500C), dan Hipothermal (T 3000C-5000C). Setiap tipe endapan
hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu (spesifik),
berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi mineramineral seperti pirit (FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida
hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe endapan hidrothermal.
Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas
(Au), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit
(FeAsS), pirrotit (FeS), galena (PbS), pentlandit (NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4,
Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida, nikkelit
(NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue antara lain : topaz,
feldspar-feldspar,
kuarsa,
tourmalin,
silikat-silikat,
karbonat-karbonat
pembentukkan bijih secara primer. Sebagai hasil kegiatan phase vulkanis adalah
:
1. Lava flow
2. Ekshalasi
3. Mata air panas
Ekshalasi dibagi menjadi : fumarol (terutama terdiri dari uap air H2O),
solfatar (berbentuk gas SO2), mofette (berbentuk gas CO2), saffroni (berbentuk
baron). Bentuk (komposisi kimia) dari mata air panas adalah air klorida, air sulfat,
air karbonat, air silikat, air nitrat, dan air fosfat.
Jika dilihat dari segi ekonomisnya, maka endapan ekonomis dari phase
vulkanik adalah : belerang (kristal belerang dan lumpur belerang), oksida besi
(misalnya hematit, Fe2O3). Sulfida masif volkanogenik berhubungan dengan
vulkanisme bawah laut, sebagai contoh endapan tembaga-timbal-seng Kuroko di
Jepang, dan sebagian besar endapan logam dasar di Kanada.
2.3
Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai
Hasil Pelapukan Permukaan dan Transportasi
Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya
dan akan mengalami transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan
bercampur dengan material lain. Proses dimana unsur-unsur berpindah menuju
lokasi dan lingkungan geokimia yang baru dinamakan dispersi geokimia.
Berbeda dengan dispersi mekanis, dispersi kimia mencoba mengenal secara
kimia penyebab suatu dispersi.
Dalam hal ini adanya dispersi geokimia primer dan dispersi geokimia
sekunder. Dispersi geokimia primer adalah dispersi kimia yang terjadi di dalam
kerak bumi, meliputi proses penempatan unsur-unsur selama pembentukan
endapan bijih, tanpa memperhatikan bagaimana tubuh bijih terbentuk. Dispersi
pemecahan
dari
residu.
Proses
pemilahan
yang
mana
menyangkut
pengendapan tergantung oleh besar butir dan berat jenis disebut sebagai
endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au, kasiterit, magnetit,
monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb.
Berdasarkan tempat dimana diendapkan, plaser atau mineral letakan
dapat dibagi menjadi :
1.
bijih primer. Mereka terbentuk dari hanya sedikit perjalanan residu (goresan),
material mengalami pelapukan setelah pencucian. Sebagai contoh endapan
platina di Urals.
2.
sungai bergerak kontinu oleh air, pemisahan tempat karena berat jenis, mineral
bijih yang berat akan bergerak ke bawah sungai. Intensitas pengayaan akan
didapat kalau kecepatan aliran menurun, seperti di sebelah dalam meander, di
kuala sungai dsb. Contoh endapan tipe ini adalah Sn di Bangka dan Belitung.
Au-plaser di California.
3.
memukul pantai dan mengabrasi dan mencuci pasir pantai. Mineral yang umum
di sini adalah ilmenit, magnetit, monasit, rutil, zirkon, dan intan, tergantung dari
batuan terabrasi.
4.
a.
Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna
merah akibat oksidasi Fe dan umumnya dalam literatur disebut red beds.
Kalau konsentrasi elemen logam dekat permukaan tanah atau di bawah tanah
tempat pengendapan tinggi memungkinkan terjadi konsentrasi larutan logam dan
mengalami pencucian (leaching/pelindian) meresap bersama air tanah yang
kemudian mengisi antar butir sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat oleh
penukaran kation antara Fe dan mineral lempung atau akibat penyerapan oleh
mineral lempung itu sendiri.
b.
Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan
mempunai elemen yang rendah. Sebagai contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-7
% yag membentuk konsentrasi mineral logam yang berharga hal ini dapat terjadi
kalau mempunyai keadaan yang khusus (terutama Fe dan Mn) seperti :
a. Adanya salah satu sumber logam yang berasal dari pelapkan batuan di daratan
atau dari sistem hidrotermal bawah permukaan laut.
b. Transport dalam larutan, mungkin sebagai koloid. Besi adalah logam yang
dominan dan terbawa sebagai Fe(OH) soil partikel.
c. Endapan di dalam cebakan sedimenter, sebagai Fe(OH)3, FeCO3 atau Fe-silikat
tergantung perbedaanpotensial reduksi (Eh).
Bijih dalam lingkungan laut ini dapat berupa oolit, yang dibentuk oleh
larutan koloid membungkus material lain seperti pasir atau pecahan fosil. Bentuk
kulit yang simetris disebabkan perubahan komposisi (Fe, Al, SiO2). Dengan
pertumbuhan yang terus menerus, oolit tersebut akan stabil di dasar laut dimana
tertanam dalam material lempungan karbonatan yang mengandung beberapa
besi yang bagus. Di dasar laut mungkin oolit tersebut reworked. Dengan hasil
keadaan tersebut bijih besi dan mangan sebagai contoh ferromanganese
nodules yang sekarang ini menutupi daerah luas lautan.
Gambar 2.1
Skema
Terjadinya
Mineral
2.4.
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas
ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada
umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa
dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat
memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan. Kelas
mineral native element ini terdiri dari dua bagian umum.
Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak, dan tembaga.
Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya antimony, bismuth, graphite
dan sulfur.
Sistem
kristal
pada
native
element
dapat dibahgi
menjadi
tiga
berdasarkan sifat mineral itu sendiri. Bila logam, seperti emas, perak dan
tembaga, maka sistem kristalnya adalah isometrik. Jika bersifat semilogam,
seperti arsenic dan bismuth, maka sistem kristalnya adalah hexagonal. Dan jika
unsur mineral tersebut non-logam, sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti
sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan sistem kristalnya isometric, dan
graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari
mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.
Dalam grup native element ini juga termasuk natural alloys, seperti
electrum, phosphides, silicides, nitrides dan carbides.
2.4.2
Mineral Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini
terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang). Pada
umumnya unsure utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah
gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya
terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang
bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi
oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi
dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya
dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan
hidrotermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih
(ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada
industri
logam,
mineral-mineral
sulfides
tersebut
akan
diproses
untuk
2.4.3
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil
hidroksida (OH atau H).
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara
oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat.
Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat.
Mereka juga lebih berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida
adalah besi, chrome, mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida
yang paling umum adalah es (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan
kassiterit (SnO2).
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran
atau persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH). Reaksi
pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti
oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsurunsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah goethit (FeOOH) dan
limonite (Fe2O3.H2O).
2.4.4
mineral
nitrat
dan
borat
adalah
niter
(NaNO3)
dan
borak
(Na2B4O5(OH)4.8H2O).
2.4.5
logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi
pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian
perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan
tungstat. Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari
kombinasi logam dengan anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite
(calcium sulfate), Celestine (strontium sulfate), barite (barium sulfate), dan
yang dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini,
yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa
unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerakBumi terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai
kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan
(metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.