PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Telah lama diketahui bahwa mineral anorganik mempunyai peranan penting
dalam kehidupan hewan maupun makhluk hidup lain. Kandungan zat-zat mineral
dalam tubuh hewan lebih kurang 3 sampai 5 persen. Logam pada hewan ternak
dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu esensial dan nonesensial. Logam
esensial diperlukan dalam proses fisiologis hewan, sehingga logam dalam
kelompok ini merupakan unsur nutrisi yang jika kekurangan dapat menyebabkan
kelainanan proses fisiologik yang disebut defisiensi mineral (Underwood, 1978).
Sedangkan kelompok nonesensial adalah kelompok logam yang tidak berguna
atau belum diketahui kegunaannya dalam tubuh hewan, sehinggga hadirnya unsur
tersebut lebih dari normal akan dapat menyebabkan keracunan (Anggorodi, 1980).
Unsur-unsur yang terdapat dalam tubuh adalah natrium (Na), klor (Cl),
kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg) dan belerang (S). Unsur-unsur ini
terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar dan disebut unsur makro
mineral. Sedangkan unsur mineral lain seperti besi (Fe), iodium (I), mangan (Mn),
tembaga (Cu), seng (Zn), kobal (Co) dan flor (F) hanya terdapat dalam tubuh
dalam jumlah yang sangat kecil saja, karena itu disebut mineral mikro (Mertz,
1981; Spears, 1999).
Tembaga adalah salah satu unsur mineral mikro yang sangat berperan dalam
proses metabolisme tubuh. Kekurangan tembaga dapat menyebabkan tidak
berfungsinya sistem enzim, sehingga sistem metabolisme dan fisiologi tubuh tidak
bekerja secara normal dan menyebabkan gangguan dalam pembentukan darah.
Sebaliknya,
bila
kelebihan
akan
menyebabkan
toksisitas
yang
akan
mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh. Dari hal tersebut di atas jelaslah bahwa
tembaga berperan penting dalam proses kehidupan, sehingga monitoring
konsentrasi tembaga dalam darah sangat penting dilakukan untuk menjaga
kesehatan hewan.
1 | B i o k i m i a Ve t e r i n e r I I M i n e r a l C u
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari mineral tembaga?
2. Apa saja fungsi mineral tembaga?
3. Bagaimana kebutuhan mineral tembaga pada hewan?
4. Bagaimana metabolisme mineral tembaga?
5. Apa saja bentuk mineral tembaga pada pakan hewan?
6. Apa saja penyakit akibat kekurangan dan kelebihan tembaga pada hewan?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari mineral tembaga
2. Untuk mengetahui fungsi mineral tembaga
3. Untuk mengetahui kebutuhan mineral tembaga pada hewan
4. Untuk mengetahui metabolisme mineral tembaga
5. Untuk mengetahui bentuk mineral tembaga pada pakan hewan
6. Untuk mengetahui penyakit akibat kekurangan dan kelebihan mineral tembaga
pada hewan
2 | B i o k i m i a Ve t e r i n e r I I M i n e r a l C u
BAB II
TINJAUAN TEORI
Tembaga merupakan unsur esensial yang bila kekurangan dapat
menghambat pertumbuhan dan pembentukan hemoglobin. Tembaga sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme, pembentukan hemoglobin, dan proses
fisiologis dalam tubuh (Richards, 1989).
Tembaga ditemukan dalam protein plasma,seperti seruloplasmin yang
berperan dalam pembebasan besi dari sel ke plasma. Tembaga juga merupakan
komponen dari protein darah, antara lain eritrokuprin, yang ditemukan dalam
eritrosit (sel darah merah) yang berperan dalam metabolisme oksigen (Darmono
1995, 2001). Selain ikut berperan dalam sintesis hemoglobin, tembaga merupakan
bagian dari enzim-enzim dalam sel jaringan. Tembaga berperan dalam aktivitas
enzim pernapasan,sebagai kofaktor bagi enzim tirosinase dan sitokrom oksidase.
Tirosinase mengkristalisasi reaksi oksidasi tirosin menjadi pigmen melanin
(pigmen gelap pada kulit dan rambut). Sitokrom oksidase, suatu enzim dari gugus
heme dan atom-atom tembaga, dapat mereduksi oksigen (Davis dan Mertz, 1987 ;
Mills, 1987 ; Sharma et al, 2003).
Tembaga dianggap sebagai zat gizi esensial pada tahun 1928, ketika
ditemukan bahwa anemia hanya dapat dicegah bila tembaga dan besi keduanya
ada di dalam tubuh dalam jumlah cukup. Dalam melakukan fungsinya dalam
tubuh, tembaga banyak berinteraksi dengan seng, molibden, belerang, dan vitamin
C.
Tembaga yang ada didalam tubuh sebanyak 50-120 mg. Yang masingmasing tersebar pada, sekitar 40% ada di dalam otot, 15% di dalam hati, 10 % di
dalam otak, 6% di dalam darah dan selebihnya di dalam tulang, ginjal, dan
jaringan tubuh lain. Di dalam plasma, 60% dari tembaga terikat pada
seruloplasmin, 30% pada transkuprein dan selebihnya pada albumin dan asam
amino.
Tembaga terdapat luas didalam makanan. Sumber utama tembaga adalah
tiram, kerang, hati, ginjal, kacang-kacangan, unggas, biji-bijian, serelia, dan
3 | B i o k i m i a Ve t e r i n e r I I M i n e r a l C u
cokelat. Air juga mengandung tembaga dan jumlahnya bergantung pada jenis pipa
di gunakan sebagai sumber air.
Tabel 1. Kadar tembaga dalam jaringan dan alat tubuh dari manusia dan
berbagai hewan
Spesie
Hati
Jantu
Par
Limp Ginj
Pankre
Ota
Dagin kul
Ramb
ng
u-
al
as
it
ut
5,2
17,5
4,3
17,
par
Manus
24,9
u
-
ia
Sapi
Domb
77,9
236,
15,8
17,9
5,3
9,6
2,9
5,0
19,7
17,8
3,8
7,7
5
-
a
Kuda
Babi
Anjing
Kucin
6
14,8
41,3
98,2
25,3
17.6
14,9
17,4
14,4
6,8
5,3
6,2
3,8
3,2
6,0
-
28,9
21,1
14,2
10,1
8,5
14,
2,3
9,9
4,2
22,7
11,9
g
Marm
17,0
21,2
9,5
19,9
6
-
ut
Kelinc
9,2
22,3
8,1
13,7
i
Tikus
10,0
27,8
9,5
8,1
22,6
10,
3,8
7,3
14,8
Badger 21,7
12,8
5,6
3,0
9,4
2
10,
3,2
Ayam
14,9
2,4
11,7
8
-
4,9
12,4
4 | B i o k i m i a Ve t e r i n e r I I M i n e r a l C u
Fungsi
Fosforilasi oksidatif, di dalam mitikondria,
memerlukan besi
Superoksida dismutase
Dopamin-beta-hidroksilase
Tirosinase
Urikase
Lisil oksidase
Amine Oksidase
5 | B i o k i m i a Ve t e r i n e r I I M i n e r a l C u
Seruloplasmin
Tioloksidase
Pembentukan ikatan disulfida
Sumber : Garrow, J.S. dan W.P.T. James, Human Nutrition and Dietetics, 1993,
hlm. 196.
2.2
2.3
6 | B i o k i m i a Ve t e r i n e r I I M i n e r a l C u
7 | B i o k i m i a Ve t e r i n e r I I M i n e r a l C u
2.5
8 | B i o k i m i a Ve t e r i n e r I I M i n e r a l C u
rumput
mengandung
tembaga
tinggi
(mungkin
tercemar
pada
penyemprotan hama).
2.6
9 | B i o k i m i a Ve t e r i n e r I I M i n e r a l C u
10 | B i o k i m i a V e t e r i n e r I I M i n e r a l C u
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mineral tembaga mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kelangsungan hidup hewan, bila kekurangan
maupun kelebihan kadar tembaga dalam tubuh hewan akan menyebabkan
penyakit. Oleh sebab itu, status mineral tembaga harus selalu diperhatikan dan
pemberian mineral tembaga ke dalam pakan harus tepat sesuai dengan kebutuhan
masing-masing ternak/hewan untuk mencegah terjadinya defisiensi atau
keracunan.
11 | B i o k i m i a V e t e r i n e r I I M i n e r a l C u
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal, 2007. Pentingnya Mineral Tembaga (Cu) Dalam Tubuh
Hewan Dalam Hubungannya Dengan Penyakit. Balai Besar Veteriner : Bogor.
Hasanah. 2009. Mineral Mikro.
https://hasanah619.wordpress.com/2009/12/09/mineral-mikro-2/. Diakses pada 15
Mei 2015
Anggorodi, R. 1980. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia, Jakarta.
12 | B i o k i m i a V e t e r i n e r I I M i n e r a l C u