Disusun oleh : Arif Gusaseano (1102010033) Pembimbing : Dr. Tuty Rahayu Sp.A
Kepaniteraan Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUD PASAR REBO Januari 2015
LATAR BELAKANG
Kebanyakan anak dengan acute lymphoblastic
leukemia (ALL) mendapatkan kesembuhan total dengan tatalaksana sesuai dengan regimen yang dianjurkan, tetapi kekambuhan pada leukemia merupakan permasalahan utama kegagalan pada pengobatan Respon dari tatalaksana leukemia ditinjau melalui pemeriksaan morfologi dari sum-sum tulang, tetapi cara ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang terbatas sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam menganalisis sel leukemia yang tersisa sehingga berpotensial kurang maksimalnya tatalaksana dan juga peningkatan kekambuhan
Sudah 2-3 dekade terakhir usaha dilakukan
untuk mengetahui metode akurat dan sensitif yang bisa menentukan respon terhadap pengobatan yang lebih tepat daripada pemeriksaan morfologi Minimal Residual Disease (MRD) merupakan suatu cara yang sedang banyak dipraktekkan untuk memantau perbaikan ALL pada anak
TUJUAN
Mengetahui metode pemeriksaan Minimal
Residual Disease (MRD) lebih lanjut
METODE
Penggabungan beberapa artikel (tinjauan
pustaka) yang berhubungan dengan acute lymphoblastic leukemia
MRD DETECTION
Pemeriksaan MRD untuk ALL harus dapat
mendeteksi 1 sel leukemia diantara 10ribu sel normal atau lebih Harus teliti dalam membedakan antara sel leukemia dan sel normal, terutama dalam waktu yang singkat dan hasil yang akurat Dan harus konsisten sehingga dapat dipergunakan diberbagai laboratorium
Saat ini metode yang paling dapat diandalkan
dalam MRD adalah :
Flow Cytometric (FCM)
Analysis of leukemia-associated immunophenotypes
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Amplification of antigen receptor gene rearrangements
Gene fusion transcripts
FCM vs PCR
Pemilihan untuk metode MRD yang akan
dilakukan tergantung dari keahlian dan sumber daya yang tersedia Untuk mengevaluasi respon awal pengobatan biasanya mengandalkan FCM pada hari ke 15, sedangkan PCR membutuhkan waktu yang lebih lama untuk persiapannya yaitu 3 minggu.
Diskusi
Schrappe et al menemukan bahwa MRD pada
hari ke 33 dan 78 setelah pengobatan memungkinkan penggambaran yang berbeda terhadap prognosis antara subgrup pasien dengan T-ALL. Bowman et al melaporkan pengukuran MRD pada darah tepi pada hari ke 8 dan di dalam sum-sum tulang pada hari ke 29 memprediksikan anak dengan B-lineage ALL beresiko tinggi mempresentasikan kelainan klinis sehingga perlu mendapatkan terapi tambahan.
Diskusi
Van der velden et al menemukan MRD yang
dilakukan pada hari ke 15 selama pengobatan pada 108 pasien dapat dijadikan ukuran resiko kekambuhan
KESIMPULAN
Pengetahuan mengenai MRD sekarang sudah
dimasukkan kedalam protokol klinis dimana para klinisi ingin menilai resiko kekambuhan dan merasionalisasikan pemilihan tatalksana. MRD juga merupakan kunci untuk perkembangan tatalaksana ALL pada anak dan FCM berkontribusi untuk memperluas penerapan uji seperti ini