Anda di halaman 1dari 7

ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN

OLEH:
MEI HASTIKA PUTRI
H1A112043

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL
BANJARBARU
2014

KASUS 1: SAMPOONG DEPARTEMENT STORE, SEOUL KOREA SELATAN

Pada tanggal 29 Juni 1995, dalam waktu hanya 20 detik sebuah pusat
perbelanjaan di Korea Selatan amblas ketanah. Kejadian ini menimbulkan korban jiwa
yang sangat besar, 502 orang tewas dan melukai 937 orang lainnya. Polisi menyatakan
bahwa unsur kelalaian, terang-terangan mengabaikan prosedur konstruksi yang benar
telah menyebabkan jatuhnya korban jiwa dalam jumlah yang cukup besar didalam masa
damai di Korea Selatan.
Permasalahan mengapa terjadi bencana tersebut ditelusuri oleh Polisi hingga ke
Chairman proyek bangunan itu yakni Lee Joon. Dibawah pengaruhnya gedung yang
semula utk perkantoran berubah menjadi Departement Store saat konstruksi
pembangunan gedung saat itu sudah mencapai tahap 50 persen.
Untuk menginstal Eskalator beberapa kolom kunci pendukung harus mereka hilangkan
karena mereka harus merubah bentuk dalam bangunan tersebut. Kontraktor yang
membangun gedung tersebut menolak untuk terus membangun setelah peruntukan

gedung yang awalnya untuk perkantoran menjadi departement store akhirnya mereka
pecat dan Lee Joon mencari perusahaan kontraktor yang mau untuk meneruskan
pekerjaan.Lalu Joon menambah lantai hingga menjadi 5 tingkat untuk bangunan tersebut,
apabila mendapat peringatan dan tantangan maka ia akan memecat kontraktor dan
mencari kontraktor lainnya,
Sistem Pendingin udara yang ditambahkan ke gedung semakin menambah beban
gedung, dan hal yang memperburuk adalah ternyata bangunan bertingkat tersebut hanya
dibangun dengan beton standard dan penggunaan besi ukuran 16 yang seharusnya dipakai
untuk beton hanya separuh dari jumlah yang diperlukan. Selain itu kolom fondasi dinding
dan ruangan lebih tipis dan ukurannya semakin dikurangi saat mereka memasang perisai
api yang dipasang disekitar eskalator.
Pada bulan April 1995 sebenarnya telah terlihat retakan yang cukup luas di
seantero gedung, namun pemilik gedung tidak melakukan tindakan apapun. akhirnya
fracture struktur bangunan meluas disaat hari terjadinya bencana namun karena
manejemen tidak ingin kehilangan pendapatan dengan menutup gedung maka mereka
menolak untuk melakukan evakuasi.Walaupun begitu, Eksekutif puncak perusahaan
tersebut telah lari meninggalkan gedung mengamankan diri. 7 menit sebelum runtuh,
gedung mulai merekah dan retak, para karyawan mulai mendengar alarm namun mereka
terlambat untuk mencegah terjadinya bencana yang mengakibatkan 1500 orang terkubur
didalam reruntuhan bangunan.

KASUS 2: JEMBATAN SUNGAI LIONG BENGKALIS

Proyek Pembangunan Jembatan Sungai Liong bernilai Milyaran Rupiah di Kabupaten Bengkalis
amburadul. Pihak Kontraktorpun dibikin pusing tujuh keliling melihat kondisi gelagar Jembatan
melengkung dan retak-retak. Padahal kontraktor pelaksana merupakan perusahaan BUMN yang
jelas sudah punya banyak pengalaman mengerjaan perkerjaan tersebut.

Lalu apa penyebab melengkungnya gelagar tersebut? Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
kemungkinan yaitu:
Kemungkinan pertama : adanya kesalahan dalam perencanaan (perhitungan struktur) oleh
konsultan perencana. Kesalahan ini dapat berupa kesalahan dalam
memperhitungkan/mengasumsikan beban-beban yang bekerja pada jembatan, ataupun kesalahan
dalam melakukan survey/penyelidikan tanah, sehingga data yang diperoleh tidak
menggambarkan kondisi tanah yang ada.
Kemungkinan kedua : perencanaan sudah benar, tetapi ada kesalahan dalam pelaksanaan oleh
kontraktor pelaksana. Kesalahan ini memang sering terjadi karena pengawasan yang sangat
minim, dan kontraktor pengin untung yang sebesar-besarnya. Bisa saja kontraktor mengurangi
semen dalam campuran beton, ataupun diameter besi yang digunakan

Tampak Bentang Jembatan yang melengkung macam ular

Para pekerja sedang mengatasi gelagar yang retak-retak dengan cara diplester

Karena tak juga dapat mengatasi masalah, akhirnya jembatan dibongkar


Menurut keterangan dari beberapa sumber, melengkungnya gelagar tersebut terjadi sesaat setelah
dilakukan pengecoran. Klo keterangan ini memang benar, berarti pihak kontraktor tidak
memperhitungkan /mengantispasi kondisi tanah dasar sungai yang dijadikan dasar untuk
mendirikan stelling/begisting jembatan tersebut, sehingga bekisting tersebut tidak mampu
menahan berat beton sebelum beton tersebut mampu menahan beban dirinya sendiri.
Menurut penulis panjang jembatan kurang lebih 150m yang dibagi menjadi 3 bentang (1 bentang
kurang lebih 50m) dengan konstruksi balok T seperti yang dilaksanakan sekarang ini, konstruksi
jembatan tsb memang tidak akan mampu memikul beban yang bekerja. Konstruksi Balok T

hanya mampu untuk jebatan beton kurang dari 20m. Untuk bentang 16-18 m saja, dimensi balok
T yang diperlukan kurang lebih 50x110cm. Jadi untuk bentang 50m berapa dimensinya ya?
Apalagi ditambah adanya Struktur atas jembatan yang berbentuk lengkung mirip seperti
konstruksi jembatan beton tipe busur (Concrete Arch Bridge), yang digunakan hanya sekedar
aksesoris sehingga tentunya akan menambah beban jembatan.
Seharusnya untuk bentang jembatan 50m atau lebih, digunakan Gelagar beton prategang precast.

KASUS 3: GEDUNG SKYLINE PLAZA, AMERIKA SERIKAT

Gambar 1. Keruntuhan Gedung Skyline Plaza


Sebuah tragedi mengenaskan di Virginia, Amerika Serikat pada 2 Maret 1973.
Bangunan besar, Skyline Plaza, ambruk rata dengan tanah sekaligus mengakibatkan badai debu

untuk beberapa saat di kawasan kompleks Bailey Crossroad. Namun yang paling mengejutkan,
bahwa bangunan yang runtuh tersebut masih dalam tahap pembangunan.
Penyebab dari keruntuhan ini berawal dari pembongkaran bekisting penyangga lantai 23 yang
tidak benar yang mengakibatkan peningkatan gaya geser sekitar kolom. Bangunan ini hancur
secara keseluruhan karena keruntuhan satu lantai teratas. Kolom mengalami kelebihan tegangan
sehingga terjadi keruntuhan pada seluruh lantai 23. Keruntuhan tersebut menyebabkan lantai 22
kelebihan beban sehingga menyebabkan keruntuhan lantai 22, begitu seterusnya hingga ke lantai
dasar.
Meskipun tidak ada kesalahan dalam desain bangunan, namun rupanya terdapat kesalahan dalam
prosedur pengerjaan ketika sebuah ruangan di lantai 22 yang terlalu dini diberi beban. Dikatakan
terlalu dini karena semen beton yang dilapiskan dan ditambahkan masih dalam keadaan basah
dan belum mengeras secara optimal, akibatnya kontruksi beton di lantai 22 tidak mampu
menahan berat lantai yang ada di atasnya. Akibat beban yang terlalu berat ditopang oleh
konstruksi beton yang masih basah, tekanan gravitasi yang berat mengakibatkan lantai 22
ambruk dan menimpa lantai-lantai yang ada di bawahnya. Akibat peristiwa ini sebanyak 14
orang pekerja bangunan tewas dan 34 lainnya cedera.
Kesalahan utama dari keruntuhan ini adalah pada sequence pembongkaran bekisting yang
terlihat tidak diperhitungkan dengan cermat terutama penyebaran beban ke lantai bawah oleh
system perancah dan asumsi kekuatan beton pada saat dilakukan pembongkaran bekisting.

Anda mungkin juga menyukai