PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui macam-macam teknik sampling udara.
b. Untuk mengetahui prinsip kerja dari alat High Volume Air Sampler (HVAS).
c. Untuk mengetahui kualitas udara ambien di area parkir Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HSO
Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 merupakan partikulat udara yang dapat
langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan
berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 tidak berbahaya, karena
partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan
menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi
sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga. Selain itu partikulat debu yang
melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan
dapat menghalangi daya tembus pandang mata (visibility) (Wardhana, 2001).
Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara merupakan
bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar hanya
mengandung logam berbahaya sekitar 0,01 % - 3 % dari seluruh partikulat debu di
udara. Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan dapat
terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam
yang terkandung di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar
dibandingkan dengan dosis sama yang besaral dari makanan atau air minum. Oleh
karena itu kadar logam di udara yang terikat pada partikulat patut mendapat perhatian
(Wardhana, 2001).
Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini
belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian.
Diudara ambient yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO 2 yang
bersifat racun. Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis
yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistem syarat dan kekejangan.
Penelitian lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan
hilang kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan
sembuh kembali setelah 4-6 menit. Tetapi jika pemajanan NO pada kadar tersebut
berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kembali, dan semua
tikus yang diuji akan mati (Achmad, 2004).
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm
dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90 % dari kematian tersebut
disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar
800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam
waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO 2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit
terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernapas (Wardhana, 2001).
Proses oksidasi di atmosfer mengakibatkan gas-gas tersebut berubah menjadi H 2SO4 dan
HNO3 meningkatkan keasaman air hujan. Smog fotokimia timbul sebagai akibat terjadi
reaksi fotokimia antara pencemar-pencemar udara, khususnya pencemar HC dan NO x
dengan bantuan sinar matahari (Achmad, 2004).
Udara yang tercemar oleh gas nitrogen dioksida tidak hanya berbahaya bagi manusia
dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas NO 2 pada
tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Pada konsentrasi
lebih tinggi, gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan
daun, dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna (Wardhana, 2001).
Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai berikut:
S + O2 SO2
2SO2 + O2 2SO3
SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin ada jika konsentrasi uap air sangat
rendah. Jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah
cukup, SO3 dan uap air akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4)
dengan reaksi sebagai berikut :
SO2 + H2O2 H2SO4
Komponen yang normal terdapat di udara bukan SO3 melainkan H2SO4 Tetapi jumlah
H2SO4 di atmosfir lebih banyak dari pada yang dihasilkan dari emisi SO 3 hal ini
menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga berasal dari mekanisme lainnya. Setelah
berada diatmosfir sebagai SO2 akan diubah menjadi SO3. Kemudian menjadi H2SO4
oleh proses-proses fotolitik dan katalitik Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3
dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu
dan distribusi spektrum sinar matahari, jumlah bahan katalik, bahan sorptif dan alkalin
yang tersedia. Pada malam hari atau kondisi lembab atau selama hujan SO 2 di udara
diaborpsi oleh droplet air alkalin dan bereaksi pada kecepatan tertentu untuk
membentuk sulfat di dalam droplet (Wardhana, 2001).
Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan
manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga hasil kegiatan manusia dan
kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumber
alam seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang
ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah ditimbulkan oleh
bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak
merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang
berasal dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Tetapi pembakaran bahan
bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran SOx, misalnya pembakaran
arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya Sumber SOx yang kedua adalah dari
proses-proses industri seperti pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri
peleburan baja dan sebagainya (Wardhana, 2001).
Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan SOx. Hal ini
disebabkan adanya elemen penting alami dalam bentuk garam sulfida misalnya tembaga
(CUFeS2 dan CU2S), zink (ZnS), Merkuri (HgS) dan Timbal (PbS). Kebanyakan
senyawa logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida
menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan yang
tidak dikehandaki didalam logam dan biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur
dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam akhirnya. Oleh karena
itu SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan
sebagian akan terdapat di udara (Achmad, 2004).
Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada
tanaman terjadi pada kadasr sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan SOx terhadap
manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada
beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO 2 dianggap
pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita
yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular (Wardhana,
2001).
Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan
menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain: mempengaruhi
kualitas air permukaan, merusak tanaman, melarutkan logam-logam berat yang terdapat
dalam tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan. Kadar sulfur
dioksida yang tinggi di udara telah diketahui dapat mengakibatkan kerusakan bangunan.
Namun meskipun kadar SO2 rendah, kerusakan bangunan masih terjadi (Achmad,
2004).
.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengujian
REKAMAN DATA PENGAMBILAN
SAMPEL LINGKUNGAN
1.
2.
3.
4.
Mulawarman
: S 000 28 04,4 E 1170 09 30,3
: Partikulat debu, NOx, SOx dan COx
:
5. Koordinat
5. Uraian Sampel
6. Tipe Sampel
Kontinyu
:
:
:
:
Sesaat
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Udara Ambien Fakultas Teknik Universitas Mulawarman
No
1
2
3
4
5
Parameter
A. Udara Ambien
Suhu
Kelembaban
Kecepatan angin rata-rata
Arah angin
Sulfur dioksida, SO2
Satuan
Baku Mutu
Hasil
Spesifikasi Metode
0C
%
m/s
o
g/Nm3
***
***
***
***
900
32
67
1,1
130
2,3682
6
7
8
g/Nm3
g/Nm3
g/Nm3
400
30.000
230
0,9310
SNI.19-7119.2-2005
1500,3683 Iodium Pentoksida
61,3889 SNI.19-7119.3-2005
4.2 Pembahasan
Sampling udara terbagi menjadi dua yaitu: sampling kontinyu dan sampling sesaat.
Pada praktikum sampling udara ambien yang dilakukan di area parkir Fakultas Teknik
Universitas Mulawarman metode yang digunakan adalah metode sampling sesaat.
Adapun alat yang digunakan yaitu High Volume Air Sampler (HVAS) untuk mengukur
kadar patikulat debu (TSP) dan tabung impinger untuk mengukur konsentrasi dari gas
NOx, SOx dan COx. Menurut PP No. 41 Th. 1999 pengukuran parameter udara ambient
seharusnya dilakukan selama 24 jam, namun pada praktikum kali ini hanya dilakukan
selama 1 jam sebagai percontohan.
Prinsip kerja dari High Volume Air Sampler (HVAS) ini mirip dengan vacum cleaner
yaitu: menghisap udara melalui fiber glass dengan kecepatan aliran udara (flow rate) 20
L/menit. Dengan rentang kecepatan tersebut partikulat yang berukuran < 10 m akan
tertahan dan menempel pada permukaan filter. Volume udara yang terhisap akan dapat
diketahui dengan menghitung selisih flow rate awal dan akhir.
Prinsip pengukuran konsentrasi dari gas NOx, SOx dan COx dengan menggunakan
tabung impinger adalah udara dihisap oleh vacum pump dengan laju aliran tertentu yang
menyebabkan tekanan udara di tabung impinger lebih rendah dari tekanan udara luar.
Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan terjadinya gelembung udara yang melewati
adsorben. Penyerapan zat pencemar menyebabkan perbedaan warna pada larutan
adsorben. Pada umumnya, gas NOx dan SOx akan berwarna bening. Sedangkan untuk
COx akan berwarna merah muda. Metode yang digunakan untuk pengukuran
konsentrasi NO2 di udara adalah metode Saltman, untuk pengukuran konsentrasi SO2 di
udara adalah metode Pararosanilin dan pengukuran konsentrasi CO di udara adalah
metode Iodopentaksida (I2O5).
Kompas adalah alat penunjuk arah yang bekerja berdasarkan gaya medan magnet. Pada
kompas selalu terdapat sebuah magnet sebagai komponen utamanya. Magnet tersebut
biasanya berbentuk sebuah jarum penunjuk. Saat magnet penunjuk tersebut berada
dalam keadaan bebas, maka akan mengarah ke utara-selatan magnet bumi. Inilah yang
dijadikan dasar dalam pembuatan kompas dan alat navigasi berbasis medan magnet
yang lain. Umumnya kompas terdiri dari 3 komponen kompas, yaitu badan kompas,
jarum magnet, dan skala arah mata angin. Badan kompas berfungsi sebagai
pembungkus dan pelindung komponen utama kompas. Jarum magnet dipasang
sedemikian rupa agar bisa berputar bebas secara horizontal. Skala penunjuk umumnya
berupa lingkaran 360 dan arah mata angin.
Pada metode Iodine Pentoxide gas CO di udara akan bereaksi dengan Iodin Pentoksida
pada suhu 135 - 1500oC, membentu gas CO2 dan uap Iodin. Senyawa yang terbentuk
akan ditangkap oleh larutan potassium iodide. Kadar gas CO di udara dapat ditentukan
dengan menganalisis kadar gas CO2 atau Iodin yang dihasilkan dengan cara analisis
menggunakan alat spektrofotmeter. Pembacaan dilakukan pada panjang gelombang 352
nm.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Teknik sampling kualitas udara dilihat lokasi pemantauannya terbagi dalam dua
kategori yaitu teknik sampling udara emisi dan teknik sampling udara ambien.
Sampling udara emisi adalah teknik sampling udara pada sumbernya seperti
cerobong pabrik dan saluran knalpot kendaraan bermotor. Teknik sampling kualitas
udara ambien adalah sampling kualitas udara pada media penerima polutan
udara/emisi udara.
2. Prinsip kerja dari High Volume Air Sampler (HVAS) mirip dengan vacum cleaner
yaitu menghisap udara melalui fiber glass dengan kecepatan aliran udara (flow rate)
20 L/menit. Dengan rentang kecepatan tersebut partikulat yang berukuran < 10 m
akan tertahan dan menempel pada permukaan filter. Volume udara yang terhisap akan
dapat diketahui dengan mneghitung selisih flow rate awal dan akhir.
3. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai konsentrasi NO2 sebesar 0,9310 g/Nm3,
SO2 sebesar 2,3682 g/Nm3, CO sebesar 1500,3683 g/Nm3 dan debu/TSP sebesar
61,3889 g/Nm3. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas udara ambien di area parkir
Fakultas Teknik Universitas Mulawarman cukup baik karena nilainya kurang dari
baku mutu.
5.2 Saran
1. Sebaiknya pada praktikum sampling udara selanjutnya parameter yang diukur dapat
diperbanyak. Misalnya dengan mengikutsertakan pengukuran parameter kebisingan.
2. Sebaiknya praktikum sampling udara selanjutnya dilakukan tidak hanya di satu titik/
satu lokasi tetapi diberbagai titik agar dapat memperoleh hasil yang berbeda sehingga
dapat dibuat perbandingan antar lokasi praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
3. Yunita, E. dan. Nita.R. 2010. Penuntuk Praktikum Kimia Lingkungan. Pusat Lab
Terpadu UIN: Jakarta