mempengaruhi perilaku masyarakat (wajib pajak), sehingga pemungutan pajak juga dapat dan seringkali
digunakan oleh pemerintah untuk mencoba membangun atau membentuk perilaku masyarakat (wajib pajak).
Pengenaan atau pemungutan pajak berupa cukai rokok/tembakau pajak bahan bakar minyak, pajak
lingkungan atau polusi misalnya lebih mengutamakan pada upaya untuk mencapai tujuan sosial
(pembentukan perilaku masyarakat) daripada untuk memobilisasi sumber penerimaan pemerintah.
Pajak tampak ada dimana-mana dan terutang atau timbul sebagai akibat dari berbagai macam
aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat sebagai wajib pajak. Pajak juga bmenyangkut biaya yang bisa jadi
tidak kecil jumlahnya, dan bisa dihindarkan atau dapat dihemat melalui perubahan perilaku masyarakat/
badan sebagai wajib pajak. Oleh karena itu, perencanaan pajak bisa berperan sangat penting untuk dapat
membuat keputusan finansial yang baik dan rasional.
manajemen. Penulis tidak bermaksud untuk memberikan advis atau nasehat kepada mereka. Pihak
manajemen harus berkonsultasi dengan konsultan pajaknya (internal atau eksternal) di dalam mendesain,
merumuskan strategi, dan mengaplikasikan secara spesifik tentang semua isu yang dianggap krusial terkait
dengan fungsi atau aktivitas perencanaan pajaknya.
Pajak merupakan kewajiban bagi pengenaan atau pemungutannya didasarkan pada peraturan
perundang-undangan dan buka iuran/pungutan bersifat suka rela; jadi pajak tidak perlu dibayar lebih dari
jumlah yang seharusnya dibayar. Secara sengaja tidak melaporkan adanya suatu penghasilan, aktivitas,
transaksi atau perbuatan-perbuatan yang berakibat timbulnya kewajiban pajak; dengan maksud untuk
mengurangi jumlah pajak yang terutang atau penggelapan pajak merupakan tindakan ilegal (tax ivasion)sehingga berpotensi akan mempunyai konsekuensi sangsi administrasi berupa denda, bunga bahkan pidana.
Sebaliknya, merencanakan atau mengimplementasikan atau mengelola aktivitas, transaksi dan
kegiatan yang diperkenankan atau tidak dilarang oleh ketentuan perpajakan; dengan tujuan untuk
memperoleh penghematan pajak atau meminimasi beban pajak (tax saving dan tax avoidance) merupakan
praktit yang disarankan. Dengan demikian, praktik perencanaan pajak juga dapat didefinisikan sebagai
suatu proses pengintegrasian usaha-usaha Wajib Pajak atau sekelompok Wajib Pajak untuk meminimasikan
beban atau kewajiban pajaknya, baik yang berupa Pajak Penghasilan maupun pajak-pajak yang lain;
melalui pemanfaatan fasilitas perpajakan, penghematan pajak (tax saving), dan penghindaran pajak (tax
avoidance) yang sesuai dengan atau tidak menyimpang dari ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Tujuan perencanaan pajak adalah untuk meminimasi beban atau pajak terutang (dalam tahun berjalan
dan tahun-tahun berikutnya). Sebagai suatu aktivitas, secara garis besar skope atau lingkup perencanaan
pajak dapat digeneralisasi ke dalam dua aspek: (i) aspek formal, dan (ii) aspek material.
Khansa Fatin-1206266201
transaksi perusahaan yang membawa konsekuensi pada adanya kebutuhan untuk melakukan penundaan/
penangguhan pengakuan penghasilan.
Khansa Fatin-1206266201
Kelompok Aktiva
Bangunan
1.1 Bangunan tidak permanen
1.2 Bangunan permanen
10 tahun
20 tahun
Bukan Bangunan
2.1 Kelompok-1
2.2 Kelompok-2
2.3 Kelompok-3
2.4 Kelompok-4
4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun
Khansa Fatin-1206266201
No
Kelompok Aktiva/Harta
Garis Lurus*
Saldo Menurun**
Bangunan
1.1 Bangunan tidak permanen
1.2 Bangunan permanen
10
20
5,00 %
10,00 %
Bukan Bangunan
2.1 Kelompok-1
2.2 Kelompok-2
2.3 Kelompok-3
2.4 Kelompok-4
4
8
16
20
25,00 %
12,50 %
6,25 %
5,00 %
50,00 %
25,00 %
12,50 %
10,00%
(*)Berbasis nilai perolehan;(**)Berbasis niali buku awal tahun, Nilai buku pada akhir masa manfaat
disusutkan sekaligus
Disamping aktiva tetap/harta berwujud, dimungkinkan suatu perusahaan untuk memiliki atau
menguasai dan menggunakan aktiva/harta tak berwujud di dalam usahanya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan, tergantung pada sifat dan jenis usaha perusahaan. Undang-undang Pajak
Penghasilan (Pasal 11A) juga mengatur penggolongan dan metode amortisasi terhadap pengeluaran yang
diperlukan untuk memperoleh aktiva/harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya untuk
mendapatkan dan/atau perpanjangan HGB, HGU, dan Hak Pakai yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
tahun. Demikian pula halnya dengan pengeluaran yang terjadi sebelum perusahaan memulai kegiatan
komersialnya dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, harus dikapitalisasi untuk kemudian
amortisasi selama satu atau sesuai dengan masa manfaat pengeluaran tersebut.
Seperti halnya pada depresiasi/penyusutan-proses alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud
sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara oenghasilan (biaya fiskal), harag perolehan
aktiva/harta tak berwujud diamortisasi berdasar metode garis lurus dan metode saldo menurun sesua dengan
masa manfaat, dengan nilai sisa buku pada akhri masa manfaat diamortisasi sekaligus. Secara garus besar,
penggolongan, metode dan besaran tarif amortisasi aktiva/harta tak berwujud dapat diikhtisarkan sebagai
berikut :
Kelompok Aktiva/Harta
Tak Berwujud
Umur
(Tahun)
Kelompok 1
No
Saldo Menurun**
25,00 %
50,00 %
Kelompok 2
12,50 %
25,00 %
Kelompok 3
16
6,25 %
12,50 %
Kelompok 4
20
5,00 %
10,00%
(*)Berbasis nilai perolehan;(**)Berbasis niali buku awal tahun, Nilai buku pada akhir masa manfaat
disusutkan sekaligus
Khusus untuk perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan minyak dan gas bumi, pengeluaran
untuk memperoleh hak penambangan dan pengeluaran lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
Khansa Fatin-1206266201
tahun amortisasi berdasar metode satuan produksi. Sedang atas pengeluaran untuk memperoleh hak
penambangan selai penambangan minyak dan gas bumi, dan hak oengusahaan hutan (HPH) yang bermanfaat
lebih dari 1 tahun diamortisasi dengan metode satuan produksi berdasar tarif setinggi-tingginya 20% (dari
nilai perolehan) per tahun.
Khansa Fatin-1206266201
pengiriman yang ditawarkan oleh pemasok terhadap kebutuhan modal kerja perbulan dapat ditentukan
sebagai berikut (rupiah dalam ribuan):
No
Deskripsi
Pengiriman
Bulanan (Rp)
Pengiriman
Triwulan (Rp)
Selisih (Rp)
Nilai barang
dagangan
1,500,000
1,462,500
37,500
PPN-Masukan (*)
75,000
219,375
-144,375
1,575,000
1,681,875
-106,875
(*) Pengiriman bulanan = 0.1 x [(10,000 x Rp150,000)/2] = Rp75,000,000; Pengiriman triwulanan = 0,10 x
[(30,000 x Rp 146,250)/2]
Perhatikan bahwa kebutuhan modal kerha berbeda pada kedua alternatif pengiriman barang yang ditawarkan
oleh pemasok. PAda pengiriman barang yang dilakukan pada setiap bulan, rata-rata jumlah investasi modal
kerja berupa barang dagangan memeang berjumlah lebih besar (Rp1,500 milyar) dibandingkan dengan
pengiriman barang yang dilakukan pada setiap triwulan (Rp1,4625 milyar). Namun sebagai pengusaha kena
pajak, perusahaan juga memerlukan investasi modal kerja dalam bentuk PPN-Masukan untuk setiap unit
barang yang masih dalam persediaan dalam periode terkait. dengan pengiriman dilakukan pada setiap bulan
rata-rata persediaan akan berjumlah 5,000 [(0 + 10,000)/2] unit. Sedang pada pengiriman triwulanan, ratarata persediaannya akan berjumlah 15,000 [(0+30,000)/2] unit. Meskipun bukan satu-satunya faktor, namun
jelas keberadaan PPN-Masukan sebagai komponen modal kerja harus juga dipertimbangkan di dalam
membuat kepitusan terkait dengan aktivitas pengadaan barang dagangan tersebut.
Perencanaa pajak bisa mempengaruhi pengambilan keputusan, bahkan pada hampir setiap alternatif
yang terkait dengan pajak. Sebagai contoh, suatu perusahan wajib pajak-orang pribadi dalam negri yang
bergerak dibidang usaha transportasi umum. Manajemen harus membuat keputusan tentang misalnya, apakah
sebaiknya perusahaan membeli lepas kendaraan atau alat transportasinya atau mendapatkannya melalui
kontrak sewaguna usaha. Terkait dengan pajak penghasilan, misalnya setiap perusahaan harus
mempertimbangkan efeknya terhadap setiap alternatif yang tersedia dalam aktivitas operasi (pengadaan
barang/jasa), aktivitas investasi atau pemerolehan aset tetap, dan aktivitas pendanaan atau pembiayaannya.
Bahkan harus dimulai sejak pemilihan bentuk-bentuk badan usaha, pengaturan struktur perusahaan.
Banyak orang berfikir bahwa meminimisasi beban pajak seharusnya menjadi tujuan dari
perencanaan pajak. Pemikiran demikian itu tidak sepenuhnya bendar dan kurang mendasar karena pajak
hanya merupakan salah satu faktor; dalam suatu kombinasi antara biaya atau pengorbanan dan faktor-faktor
lain yang menghasilkan basis pemungutan pajak, tidak ada beban pajak yang lebih rendah dari nihil.
Siapapun (baik individu maupun badan/organisasi) dapat dengan mudah menghindari banyak macam
kewajiban untuk membayar pajak dengan membuat dirinya agar tidak berpenghasilan (atau untuk Wajib
Pajak-Perorangan berpenghasilan sebesar batas maksimum oenghasilan tidak kena pajak saja) dan tidak
memiliki harta atau kekayaan (atau memiliki kekayaan berupa tanah dan bangunan sebesar batas maksimum
nilai jual obyek pajak tidak terkena pajak-untuk Wajib Pajak Pajak Bumi dan Bangunan). Namun tidak
seorangpun bercita-cita atau berkeinginan untuk hidup dalm kondisi miskin semacam itu; meskipun akan
terbebas dari kewajiban untuk membayar pajak. Disamping itu, setiap strategi yang dapat digunakan untuk
Khansa Fatin-1206266201
mengurangi beban atau menghemat pajak hampir dapat dipastikan bukan tanpa biaya. Dengan asumsi, tidak
ada hal lain kecuali untuk memperoleh penghematan pajak; biasanya manajemen tidak akan memfokuskan
pada upaya untuk meningkatkan omset penjualan (atau peredaran brutonya), mengingkatkan kualitas produk,
atau memproduksi barang/jasa secara lebih efisien. Dengan lain perkataan, tujuan perencanaan pajak adalah
optimisasi dan bukan minimisasi pajak. Perencanaan pajak harus diarahkan pada tercapainya keseimbangan
antara manfaat dengan biaya (pengorbanan) dan risiko yang timbul di dalam implementasinya.
Setiap strategi penghematan pajak juga tidak tanpa risiko. Perubahan aktivitas operasi perusahaan
untuk memperoleh penghematan pajak (dari bisnis tunggal menjadi multi-bisnis) biasanya berdampak pada
kenaikan biayan administrasi jangka panjang dan membuat laba menjadi semakin tidak pasti, karena
Undang-undang Perpajakan bisa berubah secara dramatis, berlangsung cepat dan seringkali tak terduga; dan
secara keseluruhan ketentuan-ketentuan perpajakn seringkali tidak jelas atau multitafsir.
Dalam transaksi antar negera, interaksi dari berbagai macam pajak yangdipungut oleh masingmasing otoritas pajak harus juga dipertimbangkan. Strategi penghematan pajak juga bisa menggangu.
Sebagai contoh,
INdonesia-ditengarai oleh tarif pajak penghasilan yang relatif tinggi- dan senantiasa memperoleh laba atau
keuntungan tidak berusahan untuk memindahkan tempat kedudukan dan lokasi usahanya ke Singapura-yang
tarif pajak penghasilnnya relatif lebih rendah? Salah satu alasannya barangkali adalah relatif besarnya biaya
yang diperlukan untuk meindahkan tempat kedudukan dan lokasi usahanya. Alasan yang lain adalah adanya
faktor-faktor di luar pajak yang justru lebih dominan di dalam membuat keputusan terkait. Bisa jadi, pemilik
perusahaan merasa lebih nyaman untuk bertempat tinggal atau berdomisili di Indonesia daripada di Singapur.
Alasan yang lain lagi, bisa jadi disebabkan oleh karena relatif rendahnya upah tenaga kerja, adanya jaminan
pasokan bahan baku yang lebih baik, tidak adanya perusahaan pesaing, dan kedekatan jarak antara pabrik
dengan tempat tinggal konsumen; apabila perusahaan bertempat kedudukan dan menjalankan usahanya di
Indonesia.
10
perekonomian, dan peraturan atau ketentuan dalam undang-undang perpajakan untuk menaikkan nilai
perusahaan. Secara lebih spesifik komponen SAVANT (framework) dapat dijelaskan sebagai berikut.
Efek pajak dari setiap transaksi dapat dikelola dengan suatu strategic
manner
Sebagai teknik atau strategi untuk memperoleh penghematan atau meminimisasi beban atau kewajiban pajak,
istilah SAVANT merupakan kependekan dari strategi, antisipasi, value adding, negosiasi, dan transformasi
sebagai berikut.
(S)
(A)
(VA)
(N)
(T)
Khansa Fatin-1206266201
11
pesiang dalam menciptakan nilai bagi pelanggan melalui produk/jasanya. Termasuk ada/tidak adanya tax
advantage atau tax disadvantage relatif dalam perbandingannya dengan pesaing. Sedang corporate level
strategy difokuskan pada diveridikasi bisnis perusahaan. Sementara itu, international-level strategy
difokuskan pada pemanfaatan keunggulan korporat dan bisnis di pasar global.
Interaksi Antara Strategi dan Perencanaan Pajak
Agar aspek pajak dari sutau transaksi dapat dikelola dengan baik, bentuk transaksi tidak seharusnya diubah;
apabila perubahan bentuk transaksi membuat tidak konsisten dengan strategi perusahaan. Sebagian dari
competitive strategy (keunggulan relatif terhadap pesaing) pada sutau perusahaan bisa dibentuk atau
diciptakan melalui status pajaknya. Tax-related competitive advantage yang sama juga dapat diterapkan baik
untuk menghadapi pesaing baru (newentrants) maupun produk-produk pengganti (substitute products).
12
pajak (menunda atau mempercepat pengakuan penghasilan dan biaya atau pengurang penghasilan)
ke dalam masa atau tahun pajak yang relatif rendah tarif pajaknya. Hak atas kompesasi kerugian
harus juga dipertimbangkan di dalam membuat penyesuaian waktu/saat terjadinya transaksi
sebagia respon terhadap perubahaan ketentuan perpajakan yang sudah pasti.
Anticipational and Uncertain Tax Changes
Pada dasarnya, peneysuaian/pengatruan waktu terjadinya transaksi adalah fokus dari antisipasi
terhadap setiap perubahan ketentuan perpajakan, baik untuk perubhana yang sudah pasti maupun
perubahaan yang belum pasti (belum diumukan oleh pemrinta). Untuk perubahan ketentuan
perpajakan yang belum pasti, penerapan strategi antisipasi menyangkut penentuan probabilitas
terhdapa setiap kemungkinan/tipe perubahan. Pengambila keputusan untuk menyesuaikan waktu
terjadinya transaksi didasarkan apda expected tax savig atau tax benefits minus any related
transaction costs yang bisa diperoleh dari hasil implementasi strategi antisipasi tersebut.
13
14
bangunan, kendaraan bermotor); tidak mustahil merupakan bagian yang signifikan dari keseluruhan biaya
perusahaan. Ditambah lagi, pajak sebagai kewajiban yang harus dibayar memiliki klaim terhadap aset
perusahaan dengan prioritas dan legalitas tertinggi. Artinya, bagi perusahaan; pajak bukan hanya merupakan
biaya yang bisa jadi cukup besar jumlahnya, tetapi juga merupakan biaya yang harus dibayar, dan tepat pada
waktunya.
Perusahaan-perusahaan yang sekuritas sahamnya diperdagangkan di bursa efek pada khususnya, bisa
sangat sensitif dengan beban pajaknya. Hal ini disebabkan oleh karena laba (yang biasanya berpengaruh
signifikan terhadap harga pasar saham) harus dilaporkan bersadar jumlah neto sesudah pajak. Bahkan tidak
hanya harus dikurangi dengan pajak dalam tahun berjalan, laba harus juga dikurangi dengan pajak atas setiap
penghasilan yangdiharapkan akan diperoleh dari laba tersebut. Karena kompensasi/imbalan kepada pada
manajer puncak seringkali dikaitkan dengan laba melalui harga pasar saham (seperti misalnya, Program
ESOP), sebagai pihak pengambil keputusan didalam perusahaan; tidak merasa mereka lebih mengutamakan
kepentingan utnuk mengoptimisasi pajaknya sebagai wajib pajak-orang pribadi.
Khansa Fatin-1206266201
15
ordinary income dikenakan pajak dalam tahun yang sama sedang laba atas penjualan goodwill dikenakan
pajak pada saat goodwill dijual.
Waktu (timing) menyangkut penggunaan teknik-teknik untuk memindahkan/menggeser pengakuan
penghasilan, dengan cara menunda atau sebaliknya mempercepat pengakuan pendapatan dan/atau biaya dari
suatu tahun pajak ke dalam tahun-tahun pajak yang lebih menguntungkan. Sebagai contoh, penggunaan
metode depresiasi yang dipercepat (accelerated depreciation methods) memungkinkan bagian terbesar dari
nilai perolehan aktiva tetap untuk dibebankan sebagai pengurang penghasilan atau biaya fiskal pada tahuntahun awal pemakaiannya. Sebagai akibatnya, penggunaan aktiva tetap ke dalam tahun-tahun terakhir
pemakaian aktiva tetap terkait. Demikian pula halnya dengan pembentukan program pensiun individual
(individual retirement accounts-IRA), bagi wajib pajak perseorangan.
Pemecahan (splitting) menyangkut strategi/perencanaan untuk mendistribusikan basis pajak atau
penghasilan kena pajak kepada dua atau lebih wajib pajak, untuk mengambil keuntungan atau memanfaatkan
perbedaan tarif pajak (dalam hal tarif pajak bersifat progresif). Sebagai contoh, tarif marjinal pajak
penghasilan tertinggi untuk perusahaan sebagai wajib pajak-perseorangana adalah 30% dengan tarif pajak
untuk penghasilan (kena pajak) sampai dengan Rp50,00) juta pertama hanay 5% pada hal tarif pajak
penghasilan untuk perusahaan sebagai wajib pajak-badan adalah 25%. Mengorganisasi suatu perusahaan
yang berpengahsilan kena pajak sebesar Rp50,00 juta sebagai perusahaan perorangan (wajib pajakperseoranga), berarti menreapkan splitting strategy yang berpeluang untuk menghemat pajak sebesar
Rp10,00 juta [(0,25-0,05) x Rp50,00 juta] per tahun. Penghematan pajak melalui splitting strategy bahkan
bisa lebih besar lagi manakali penghasilan kena pajak juga semakin besar, karena sebagai wajib pajakperseorangan tarif sebesar 25% berlaku untuk lapisan penghasilan kena pajak sebesar Rp250,00 juta kedua
(antara Rp250,00 juta hingga Rp500,00 juta). Suattu perusahaan diorganisasi sebagai wajib pajakperseorangan dengan penghasilan kena pajak sebesar Rp250,00 juta, akan dapat menghemat pajak sebesar
Rp30,00 juta [(0,20 x Rp50,00 juta) + (0,10 x Rp200,00 juta)] dibanding apabila perusahaan diorganisasi
sebagai wajib pajak badan. Namun strategi splitting semacam itu tidak lagi berdampak positif, mana kala
perusahaan sudah berpenghasilan kena pajak diatas Rp250,00 juta hingga Rp500,00 juta pertahun. Dengan
berpenghasilan kena pajak sebesar Rp500,00 juta, beban pajak penghasilan untuk suatu perusahaan berstatus
wajib pajak-perseorangan akan berjumlah Rp95,00 juta dan Rp125,00 juta apabila berstatus sebagai wajib
pajak-badan, sehingga pada tingkay penghasilan kena pajak tersebut penghematan pajak tetap berjumlah
Rp30,00 juta. Efek positif dati splitting strategy melalui pemilihan bentuk perusahaan demikian
itu,selanjutknya akan semakin berkurang jika perusahaan berpenghasilan kena pajak lebih dari Rp500,00 juta
per tahun. Sebagai contoh, beban pajak penghasilan dari suatu perusahaan yang berpenghasilan kena pajak
sebesar Rp1,00 miliar akan berjumlah Rp245,00 juta jika berstatus wajib pajak-perseorangan, dan Rp250,00
juta jika berstatus wajib pajak-badan. Efek positif splitting strategy berkurang dari semula sebesar Rp30,00
juta menjadi hanya Rp5,00 juta.
Pajak juag bisa dihindari melalui kecuranga (fraud), yang bisa jadi merupakan praktit yang lazim
(meskipun tidak terdeteksi) dinegara manapun. Penghindaran pajak melalui kecurangan semacam itu, pada
umumnya dikategorikan sbeagai perbuatan kriminal. Mereka yang memilih untuk melakukan kecurangan
sebagai suatu strategi penghindaraan pajak, pada umumnya tidak perlu membaca buku-buku semacam itu.
Khansa Fatin-1206266201
16
Khansa Fatin-1206266201
17
terutang pajak bumi dan bangunan (PBB) atai pajak kekayaan (property taxes) di setiap negara dimana
perusahaan menjalankan aktivitas operasinya.
Bagaimanakah seting yang sedemikian kompleks dapat dikelola? Sudah pasti tidak mudah. Namun
apabila setiap transaksi penting dilakukan dengan engacu pada proses analisis kritis berdasar SAVANT
Framework, dan secara periodik dilakukan monitoring terhadap perubahan faktor-faktor lingkungan, maka
organizational-wide, global tax management akan dapat dilakukan.
Khansa Fatin-1206266201
18