Anda di halaman 1dari 16

Author :

Yayan Akhyar Israr, S.Ked

Faculty of Medicine University of Riau


Pekanbaru, Riau
2009

0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk

PENDAHULUAN

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk
menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Infeksi ini dapat
mengenai laki-laki maupun perempuan dari semua umur pada anak, remaja,
dewasa ataupun umur lanjut. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata
perempuan lebih sering dibandingkan laki-laki dengan angka populasi umum 515%. Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan bakteri di dalam urin.1
Penyakit infeksi ini merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan
di praktik umum, walaupun bermacam-macam antibiotika yang sudah tersedia
luas di pasaran. Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35%
dari semua pria dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya.2
Infeksi saluran kemih merupakan infeksi urutan kedua paling sering
setelah infeksi saluran nafas. Mikroorganisme paling sering menyebabkan ISK
adalah jenis bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau
mikroba lain, karena itu urin dalam ginjal dan buli-buli biasanya steril. Walaupun
demikian uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri
yang jumlahnya makin kurang pada bagian yang mendekati kandung kemih.1,3
Biasanya dibedakan atas infeksi saluran kemih atas (seperti pielonefritis
atau abses ginjal), dan infeksi saluran kemih bawah (seperti sistitis atau uretritis).
Komplikasi infeksi saluran kemih terdiri atas septisemia dan urolitiasis. Saluran
kemih sering merupakan sumber bakteriemia yang disebabkan oleh penutupan
mendadak oleh batu atau instrumentasi pada infeksi saluran kemih, seperti pada
hipertrofi prostat dengan prostatitis.3
Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin
melalui biakan atau kultur dengan jumlah yang signifikan. Tingkat signifikansi
jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100.000/ml urin. Pada pasien dengan
simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 100/ml
urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp.,
Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK adalah bakteri
Eschericia coli (sekitar 85%). Penggunaan kateter terkait dengan ISK dengan
kemungkinan lebih dari satu jenis bakteri penginfeksi.4
1

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat
terbentuknya koloni kuman di saluran kemih.5,6 Beberapa istilah yang sering
digunakan dalam klinis mengenai ISK :1,7
- ISK uncomplicated (sederhana), yaitu ISK pada pasien tanpa disertai kelainan
anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.
- ISK complicated (rumit), yaitu ISK yang terjadi pada pasien yang menderita
kelainan anatomis/ struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik.
Kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
- First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu ISK yang
baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurangkurangnya 6 bulan bebas dari ISK.
- Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat
dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama. Timbulnya
infeksi berulang ini dapat berasal dari re-infeksi atau bakteriuria persisten.
Pada re-infeksi kuman berasal dari luar saluran kemih, sedangkan bakteriuria
persisten bakteri penyebab berasal dari dalam saluran kemih itu sendiri.5
- Asymtomatic significant bacteriuria (ASB), yaitu bakteriuria yang bermakna
tanpa disertai gejala.1

II. Klasifikasi
ISK diklasifikasikan berdasarkan :2,5,6,8
1. Anatomi
-

ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.


a. Perempuan
Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai
bakteriuria bermakna
Sindroma uretra akut (SUA), adalah presentasi klinis sistitis tanpa
ditemukan mikroorganisme (steril).
b. Laki-laki
2

Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis, prostatitis,


epidimidis, dan uretritis.
-

ISK atas
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan oleh infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi
saluran kemih serta refluk vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria
kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang
ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.2,8

2. Klinis
-

ISK Sederhana/ tak berkomplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada perempuan
yang tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi truktural ataupun ginjal.

ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi selain di vesika urinaria, ISK
pada anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil.5,6

III. Etiologi
Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang
biasanya menghuni usus kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram
negatif tersebut, ternyata Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian
diikuti oleh :1
-

Proteus sp

Klebsiella

Enterobacter

Pseudomonas
Bermacam-macam mikro organisme dapat menyebabkan ISK, antara lain

dapat dilihat pada tabel berikut :9


Tabel 1. Persentase biakan mikroorganisme penyebab ISK
No
1.
2.
3.
4.

Mikroorganisme
Escherichia coli
Klebsiela atau enterobacter
Proteus sp
Pseudomonas aeroginosa

Persentase biakan (%)


50-90
10-40
5-10
2-10
3

5.
6.
7.
8.

Staphylococcus epidermidis
Enterococci
Candida albican
Staphylococcus aureus

2-10
2-10
1-2
1-2

Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan
Enterococci dan Staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan
batu saluran kemih, lelaki usia lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien
yang menggunakan kateter urin. Demikian juga dengan Pseudomonas aeroginosa
dapat menginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen dan pada kira-kira 25%
pasien demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam urin. Bakteri lain yang
dapat menyebabkan ISK melalui cara hematogen adalah brusella, nocardia,
actinomises, dan Mycobacterium tubeculosa.1,3
Candida sp merupakan jamur yang paling sering menyebabkan ISK
terutama pada pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, pasien DM, atau
pasien yang mendapat pengobatan antibiotik berspektrum luas. Jenis Candida
yang paling sering ditemukan adalah Candida albican dan Candida tropicalis.
Semua jamur sistemik dapat menulari saluran kemih secara hematogen.1
Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :2,5,10
1. Bendungan aliran urin
-

Anomali kongenital

Batu saluran kemih

Oklusi ureter (sebagian atau total)

2. Refluks vesikoureter
3. Urin sisa dalam buli-buli karena :
-

Neurogenic bladder

Striktura uretra

Hipertrofi prostat

4. Diabetes Melitus
5. Instrumentasi
-

Kateter

Dilatasi uretra

Sitoskopi
4

6. Kehamilan dan peserta KB


-

Faktor statis dan bendungan

PH urin yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman

7. Senggama

IV. Patogenesis
Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urin bebas dari
mikroorganisme

atau

steril.

Infeksi

saluran

kemih

terjadi

pada

saat

mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembangbiak di dalam


media urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :1,7
1. Ascending
2. Hematogen
3. Limfogen
4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian intrumen.
Sebagian besar mikroorganisme memasuki saluran kemis melalui cara
ascending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium penis,
kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih
melalui uretra prostat vas deferens testis (pada pria) buli-buli ureter dan
sampai ke ginjal.
Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, tetapi
dari kedua cari ini ascending-lah yang paling sering terjadi :1,11
1. Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan
tubuh yang rendah, karena menderita sesuatu penyakit kronis, atau pada pasien
yang mendapatkan pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen bisa juga
timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat lain, misalnya infeksi S. aureus pada
ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit,
endotel, atau tempat lain. M. Tuberculosis, Salmonella, pseudomonas, Candida,
dan Proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara
hematogen.3,7
5

Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan


infeksi ginjal yang berat, misal infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses
pada ginjal.
2. Infeksi Ascending
Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :
-

Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina

Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli

Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih

Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih.


(1)kolonisasi kuman di sekitar uretra, (2)masuknya kumen melaui
uretra ke buli-buli, (3)penempelan kuman pada dinding buli-buli,
(4)masuknya kumen melaui ureter ke ginjal.7
Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan
antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel
saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena
pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent yang
meningkat.7
A. Faktor host
Kemampuan host untuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran
kemih disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
-

Pertahanan lokal dari host

Peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan
humoral.

Tabel 2. Pertahanan lokal terhadap infeksi.7


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pertahanan lokal tubuh terhadap infeksi


Mekanisme pengosongan urin yang teratur dari buli-buli dan gerakan
peristaltik ureter (wash out mechanism)
Derajat keasaman (pH) urin
Osmolaritas urin yang cukup tinggi
Estrogen pada wanita usia produktif
Panjang uretra pada pria
Adanya zat anti bakterial pada kelenjar prostat atau PAF (prostatic
antibacterial factor) yang terdiri dari unsur Zn uromukoid (protein
tamm-Horsfall) yang menghambat penempelan bakteri pada urotelium
Pertahanan lokalsistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme

wash out urin, yaitu aliran urin yang mampu membersihkan kuman-kuman yang
ada di dalam urin. Gangguan dari sistem ini akan mengakibatkan kuman mudah
sekali untuk bereplikasi dan menempel pada urotelium. Agar aliran urin adekuat
dan mampu menjamin mekanisme wash out adalah jika :7
-

Jumlah urin cukup

Tidak ada hambatan didalam saluran kemih

Oleh karena itu kebiasaan jarang minum dan gagal ginjal menghasilkan urin yang
tidak adekuat, sehingga memudahkan terjadinya infeksi saluran kemih. Keadaan
lain yang dapat mempengaruhi aliran urin dan menghalangi mekanisme wash out
adalah adanya :
-

Stagnansi atau stasis urin (miksi yang tidak teratur atau sering menahan
kencing, obstruksi saluran kemih, adanya kantong-kantong pada saluran
kemih yang tidak dapat mengalir dengan baik misalnya pada divertikula,
dan adanya dilatasi atau refluk sistem urinaria.

Didapatkannya benda asing di dalam saluran kemih yang dipakai sebagai


tempat persembunyian kuman.7

B. Faktor agent (mikroorganisme)


Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya.
Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada
dipermukaan urotelium. Ditinjau dari jenis pilinya terdapat 2 jenis bakteri yang
mempunyai virulensi berbeda, yaitu :
7

Tipe pili 1, banyak menimbulkan infeksi pada sistitis.

Tipe pili P, yang sering menimbulkan infeksi berat pielonefritis akut.

Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen,


menghasilkan toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat
merubah suasana urin menjadi basa.7

V. Diagnosis
Gambaran klinis
Gambaran klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi mulai dari tanpa
gejala hingga menunjukkan gejala yang sangat berat.5 Gejala yang sering timbul
ialah disuria, polakisuria, dan terdesak kencing yang biasanya terjadi bersamaan,
disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis. Gejala klinis ISK sesuai dengan
bagian saluran kemih yang terinfeksi, yaitu :2,5
1. Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa nyeri supra pubik,
disuria, frekuensi, hematuri, urgensi, dan stranguria
2. Pada ISK bagian atas, dapat ditemukan gejala demam, kram, nyeri punggung,
muntah, skoliosis, dan penurunan berat badan.

Gambar 2. Hubungan antara lokasi infeksi dengan gejala klinis.2


8

Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain : 1,12
1. Urinalisis
-

Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda
bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler. Penyakit nongromeluler seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih.

Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamm,
bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak
disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar
pada urin yang di sentrifus.
Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak >
10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin. Piuria yang steril dapat
ditemukan pada keadaan : 12
 Infeksi tuberkulosis
 Urin terkontaminasi dengan antiseptik
 Urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
 Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
 Nefrolitiasis
 Tumor uroepitelial

Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal,
antara lain : 12
 Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau
vaskulitis ginjal
 Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk
pielonefritis
 Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau
pada gromerulonefritis akut
9

 Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila


ditemukan bersaman dengan proteinuria nefrotik.
-

Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal

Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan
infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.12

2. Bakteriologis
-

Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar


tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila
dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.

Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk


memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah
bermakna sesuai kriteria Catteli. 1,2

Tabel 3. Kriteria Catteli untuk diagnosis bakteriuria yang bermakna.1,2


Wanita, simtomatik
102 organisme koliform/ mL urin plus piuria
atau
105 organisme patogen apapun/ ML urin
atau
Tumbuhnya organisme patogen apapun pada urin yang diambil dengan cara
aspirasi suprapubik
Laki-laki, simtomatik
103 organisme patogen/ mL urin
Pasien asimtomatik
105 organisme patogen/ mL urin pada 2 sampel urin berurutan
3. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, di
antaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya
adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococci mereduksi nitrat.1,2
4. Tes Plat Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat
khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan
10

digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung


plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu
malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola
pertumbuhan kuman dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan
kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 10.000.000
dalam tiap mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup
adekuat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat
diketahui.1,2
b. Radiologis dan Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya
batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.
Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena,
demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CTScan.1,2

VI. Penatalaksanaan
Prinsip umum penatalaksanaan ISK adalah :1
-

Eradikasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai

Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi


Tujuan penatalaksanaan ISK adalah mencegah dan menghilangkan gejala,

mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi


risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat-obatan yang
sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal. Oleh karenan itu pola
pengobatan ISK harus sesuai dengan bentuk ISK, keadaan anatomi saluran kemih,
serta faktor-faktor penyerta lainnya. Bermacam cara pengobatan yang dilakukan
untuk berbagai bentuk yang berbeda dari ISK, antara lain :
-

Pengobatan dosis tunggal

Pengobatan jangka pendek (10-14 hari)

Pengobatan jangka panjang (4-6 minggu)

Pengobatan profilaksis dosis rendah

Pengobatan supresif.1

11

a. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah


Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak,
antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin :2
-

Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan


antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3 gram, trimetroprim 200 mg.

Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (leukosuria) diperlukan terapi


konvensional selama 5-10 hari.

Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua
gejala hilang dan tanpa leukosuria.
Bila pada pasien reinfeksi berulang (frequent re-infection) :2

Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intensif diikuti dengan


koreksi faktor resiko.

Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah asupan cairan
yang banyak, cuci setelah melakukan senggama diikuti terapi antimikroba
dosis tunggal (misal trimentoprim 200 mg)

Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan


Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitung kuman 103-105

memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang


baik dengan tetrasiklin. Infeksi yang disebabkan mikroorganisme anaerobik
diperlukan antimikroba yang serasi (misal golongan kuinolon).2
Tabel 4. Antimikroba pada ISK bawah takberkomplikasi.6
Antimikroba
Trimetoprim-Sulfametoksazol
Trimetroprim
Siprofloksasin
Levoflpksasin
Sefiksim
Sefpodoksim proksetil
Nitrofurantoin makrokristal
Nitrofurantoin monohidrat
Nitrofurantoin monohidrat makrokristal
Amoksisilin/ klavulanat

Dosis
2 x 160/ 800 mg
2 x 100 mg
2 x 100 250 mg
2 x 250 mg
2 x 250 mg
1 x 400 mg
2 x 100 mg
4 x 50 mg
2 x 100 mg
2 x 500 mg

12

Lama terapi
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
3 hari
7 hari
7 hari
7 hari

b. Infeksi saluran kemih (ISK) atas


Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap
untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48
jam.2
Tabel 5. Indikasi rawat inap pasien pielonefritis akut.2
 Kegagalan mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap
antimikroba oral.
 Pasien sakit berat atau debilitasi
 Terapi antibiotik oral selama rawat jalan mengalami kegagalan
 Diperlukan investigasi lanjutan
 Faktor predisposisi untuk ISK tipe berkomplikasi
 Komorbiditas seperti kehamilan, diabetes melitus, dan usia lanjut
The Infection Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga
alternatif terapi antibiotika intravena sebagai terapi awal selama 48-72 jam
sebelum diketahui mikroorganisme penyebabnya :2
-

Flurokuinolon

Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin

Sefalosporin berspektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida

Tabel 6. Obat parental pada ISK atas akut berkomplikasi.6


Antimikroba

Dosis
1 gram
400 mg
500 mg
400 mg
3-5 mg/ kgBB
1 mg/ kgBB
1-2 gram
3,2 gram
3,375 gram
250-500 mg

Sefepim
Siprofloksasin
Levoflpksasin
Ofloksasin
Gentamisin (+ ampisilin)
Ampisilin (+ gentamisin)
Tikarsilin-klavulanat
Piperasilin-tazobaktam
Imipenem-silastatin

13

Interval
12 jam
12 jam
24 jam
12 jam
24 jam
8 jam
6 jam
8 jam
2-8 jam
6-8 jam

c. Infeksi saluran kemih berulang


Untuk penanganan ISK berulang dapat dilihat pada gambar berikut :6
Riwayat ISK berulang

Gejala ISK baru

Pengobatan 3 hari

Follow up selama 4-7 hari

Pengobatan gagal

Pengobatan berhasil

Pasien dengan reinfeksi


berulang

Infeksi kuman resistensi


mikroba

Infeksi kuman peka


antimikroba

Calon untuk terapi jangka


panjang dosis rendah

Terapi 3 hari untuk


kuman yang peka

Terapi dosis tinggi


selama 6 minggu

Gambar 3. Manajemen ISK berulang.6

Terapi jangka panjang yang dapat diberikan antara lain trimetroprimsulfametoksazol dosis rendah (40-200 mg) tiga kali seminggu setiap malam,
Flurokuinolon dosis rendah, nitrofurantoin makrokristal 100 mg tiap malam.
Lama pengobatan 6 bulan dan bila perlu dapat diperpanjang 1-2 tahun lagi.6

VII. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu
saluran kemih, okstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisitem,
gangguan fungsi ginjal.6

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 3. Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2001
2. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI;2006.
3. Gardjito W, Puruhito, Iwan A et all. Saluran Kemih dan Alat Kelamin Lelaki.
Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit EGC;2005.
4. Widayati A, Wirawan IPE, Kurharwanti AMW. Kesesuaian Pemilihan
Antibiotika Dengan Hasil Kultur Dan Uji Sensitivitas Serta Efektivitasnya
Berdasarkan Parameter Angka Lekosit Urin Pada Pasien Infeksi Saluran
Kemih Rawat Inap Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta (Juli Desember
2004). Yokyakarta : Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma;2005.
5. Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Standar Pelayanan Medik Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi 2004. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI;2004.
6. Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Edisi 2004. Jakarta
: Pusat Penerbitan IPD FKUI;2006.
7. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto;2003.
8. Liza. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta : FKUI;2006.
9. Pattman R, Snow M, Handy P et al. Oxford Handbook of Genitourinary
Medicine, HIV, and AIDS. 1st Edition. Newcastle : Oxford University
Press;2005.
10. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL et al. Harrisons Principles of Internal
Medicine. 17th edition. USA : The McGraw-Hill Companies;2008.
11. Hecht

F,

Shiel

WC.

Urinary

Tract

Infection.

Disitasi

dari

http://www.emedicinehealth.com/urinary_tract_infections/article_em.htm%23
Urinary%2520Tract%2520Infections%2520Overview.htm. Pada tanggal 24
Agustus 2008. Perbaharuan terakhir [Januari 2009]
12. Siregar P. Manfaat Klinis Urinalisis dalam Nefrologi. Disampaikan pada :
Pertemuan Ilmiah Nasional VII PB. PABDI. Medan;2009.
15 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.Files-of-DrsMed.tk

Anda mungkin juga menyukai