Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI

PADA PABRIK GULA LESTARI KERTOSONO NGANJUK


UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Metode Penelitian
Yang dibina oleh Bapak Basyir,SE., MM

Oleh:
Anis Rahmawati 12520035
Akuntansi C

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG


FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
MEI 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan

bahan baku di Bagian Produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi
ke Bagian Gudang. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai
dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses
produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan

biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, serta berakhir dengan
disajikannya harga pokok produksi jadi yang diserahkan oleh Bagian Produksi
ke Bagian Gudang. Akuntansi Biaya dalam perusahaan manufaktur bertujuan
untuk menyajikan informasi harga pokok produksi per satuan produk jadi
yang diserahkan ke Bagian Gudang. (Mulyadi, 2005)
Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan biaya adalah
kas

atau

nilai

ekuivalen

kas

yang

dikorbankan

untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi


manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi.
Akuntansi

Biaya

adalah

proses

pencatatan,

penggolongan,

peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk dan jasa,
dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. (Mulyadi,
2012)
Horngren (2008) menjelaskan harga pokok produksi
(cost of goods manufactured) adalah biaya barang yang dibeli
untuk diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama
periode akuntansi berjalan.
Harga pokok produk meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka
pembelian atau pembuatan produk. Dalam pendekatan full costing harga
pokok produk akan sama jumlah dan komponennya dengan biaya pabrik.
Termasuk dalam kelompok biaya ini adalah biaya bahan langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dalam pendekatan variable
costing harga pokok produk hanya terdiri dari biaya-biaya variabel pabrik.
(Samryn, 2001)

Perhitungan harga pokok produksi sangat penting bagi setiap


perusahaan manufaktur. Harga pokok produksi merupakan dasar dalam
penentuan laba perusahaan dan juga sebagai pedoman dalam menentukan
harga jual produk. Akuntansi biaya dalam perhitungan harga pokok produksi
berperan menetapkan, menganalisa dan melaporkan pos-pos biaya yang
mendukung laporan keuangan sehingga dapat menunjukkan data yang wajar.
Akuntansi biaya menyediakan data-data biaya untuk berbagai tujuan maka
biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan harus digolongkan dan dicatat
dengan sebenarnya, sehingga memungkinkan perhitungan harga pokok
produksi secara teliti. (http://repository.usu.ac.id/bitstream/20I.pdf)
Penelitian-penelitian terdahulu menyatakan bahwa informasi biaya
dan informasi harga pokok produksi sangat diperlukan untuk berbagai
pengambilan keputusan. (Hendrich, 2013). Setiadi (2014) menyatakan bahwa
harga pokok produksi mampu mengefisienkan biaya produksi melalui
penentuan harga jual yang tepat. Hal ini dapat dilihat dari selisih harga jual per
unit antara perusahaan dengan teori yang disebabkan karena perbedaan
pengalokasian biaya dan penentuan markup antara perusahaan dengan teori.
Harga jual perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan teori yaitu dengan
selisih untuk roti coklat adalah Rp.103 dari harga jual per unit Rp.774 yang
seharusnya Rp.877, kemudian untuk roti strawberry Rp.103 dari Rp.775 yang
seharusnya Rp.878, untuk roti mocca Rp116 dari harga Rp786 yang
seharusnya Rp.902, lalu untuk roti pandan Rp. 115 dari harga eceran Rp.782
yang seharusnya Rp.897, dan untuk roti keju adalah Rp.133 dari harga eceran
Rp.782 yang seharusnya Rp.915.

PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Pabrik Gula


Lestari merupakan salah satu pelaku bisnis pada suatu
perusahaan manufaktur yang tidak begitu besar proses
produksinya.

Proses

produksi

Pabrik

Gula

Lestari

menggunakan tebu sebagai bahan baku yang diperoleh dari


bahan-bahan tebu di Kertosono dan sekitarnya. Untuk hasil
produksinya, produk utama yang dihasilkan oleh Pabrik Gula
Lestari adalah gula putih atau gula kualitas SHS 1 (Superior
High Sugar).
Metode yang digunakan oleh PG. Lestari, Patianrowo dalam
mengalokasikan biaya bersama adalah dengan cara membagi total nilai harga
jual setiap produk dengan total nilai jual seluruh produk yang diproduksi yang
akan menghasilkan rasio dari masing-masing jenis produk. Rasio ini kemudian
dikalikan dengan total biaya bersama sehingga harga pokok produksi dapat
diketahui atau disebut metode nilai jual relatif. Biaya produksi bersama pada
PG. Lestari, Patianrowo diperoleh dari menambahkan biaya pimpinan dan tata
usaha, penyusutan aktiva tetap, pembibitan, tebu giling, tebang dan angkut
tebu, pabrik, pengolahan, dan pengemasan.
Metode nilai jual relatif yang digunakan PG.Lestari, Patianrowo sudah
sesuai dengan teori akuntansi biaya bersama namun masih terdapat kelemahan
dalam menghitung total biaya bersama karena tidak dijelaskan dan
diklasifikasikan biaya-biaya yang termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja,
dan overhead pabrik. Hal ini menyebabkan biaya yang dilaporkan pada
laporan produksi gula PG. Lestari, Patianrowo (termasuk biaya untuk
memproduksi atau bukan) tidak dapat diketahui.

Kegiatan produksi dapat berlangsung melalui satu atau beberapa


departemen. Setiap departemen melaksanakan suatu operasi yang mengarah
pada penyelesaian produk jadi. Depatemen pertama melaksanakan fase awal
mengerjakan suatu barang dan selanjutnya mentransfer unit produksinya ke
departemen kedua. Departemen kedua menyelesaikan bagian pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya, selanjutnya mentransfer unit produksinya ke
departemen ketiga yang akan menyelesaikannya menjadi barang jadi dan
kemudian dkirim ke gudang. Biaya bahan, pekerja, dan overhead pabrik akan
dibebankan ke perkiraan barang dalam proses pada masing-masing
departemen. Unit produksi yang ditransfer dari satu departemen ke
departemen

berikutnya

juga

akan

diakumulasikan

di

departemen

bersangkutan. (Salman, 2013). Pabrik Gula lestari mempunyai 6 (enam)


departemen untuk menghasilkan gula, diantaranya Departemen Gilingan,
Pemurnian, Penguapan, Masakan, Puteran, dan Penyelesaian.
Berdasarkan

uraian

diatas,

maka

peneliti

akan

menerapkan metode Harga Pokok Produksi pada Pabrik Gula


Lestari yang diprediksikan dapat menjadi metode yang tepat
untuk membantu dalam menentukan harga jual gula yang
dihasilkan sehingga dapat membantu dalam pemaksimalan
laba usaha dagang tersebut. Dalam penggunaan metode
Harga

Pokok

Produksi

akan

ditekankan

untuk

mengefisiensikakn biaya produksi. Melalui perhitungan Harga


Pokok Produksi dengan metode job process costing nantinya
dapat diketahui berapa besar selisih biaya yang dianggarkan

dengan biaya yang terjadi yang memungkinkan perusahaan


untuk mencapai keuntungan. Metode apapun yang digunakan,
biaya

selalu

memegang

memperhitungkan

dan

peranan

memiliki

yang

penting

pengaruh

yang

untuk
besar

terhadap penjualan suatu produk, dan sangat berkaitan


dengan target laba yang ingin dicapai oleh suatu perusahaan.
Diharapkan manajemen Pabrik Gula Lestari mampu lebih
tepat dalam menentukan harga jual produk sesuai biaya
produksi yang diharapkan dengan menggunakan perhitungan
Harga Pokok Produksi.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

yang

telah

dikemukakan sebelumnya, berikut ini disajikan rumusan


masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perhitungan harga pokok produksi gula berdasarkan job
process costing?
2. Bagaimana perbandingan antara perhitungan harga jual sebelum dan
sesudah menggunakan harga pokok produksi berdasarkan job process
costing?

1.3
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penerapan perhitungan harga pokok
produksi

berdasarkan

job

process

costing

dalam

penentuan harga jual produk pada produksi gula pabrik


gula lestari.
2. Untuk mengetahui

perbandingan

perhitungan

antara

perhitungan harga jual sebelum dan sesudah menggunakan harga pokok


1.4

produksi berdasarkan job process costing.


Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh, diharapkan berguna

untuk hal-hal sebagai berikut:


1. Manfaat secara praktis
a. Bagi perusahaan
Sebagai alternatif dan sumbangan pemikiran bagi
pihak

manajemen

Pabrik

menerapkan

perhitungan

berdasarkan

job

penentuan

harga

process
jual

Gula
Harga
costing

yang

Lestari
Pokok
dalam

disesuaikan

dalam
Produksi
upaya
dengan

pengeluaran-pengeluaran biaya yang telah dikeluarkan


selama proses produksi.
b. Bagi Akademik
Sebagai bahan masukan untuk menambah karya
tulis yang dapat dijadikan literatur dalam penelitian
selanjutnya yang ada hubungannya dengan penelitian
ini.
c. Bagi Penulis
Sebagai wadah untuk pengaplikasian ilmu selama
perkuliahan dan membandingkan antara teori yang
dipelajari dengan penerapannya di kehidupan nyata.
2. Kegunaan Teoritis

Selain kegunaan praktis, diharapkan penelitian ini pun


dapat

memberikan

masukan

disiplin

ilmu

akuntansi,

khususnya dalam kajian ilmu akuntansi biaya, khususnya


mengenai Harga Pokok Produksi berdasarka Job Process
Costing.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian berkaitan dengan Harga pokok
Produksi sudah banyak dilakukan di Indonesia. penelitian
Marisa

(2010),

yang

melakukan

penelitian

tentang

penerapan perhitungan harga pokok produksi mesin Power


Threser berdasarkan Job Order Costing pada Bengkel Las
Krebo Sukoharjo, hasil penelitiannya menyatakan bahwa
Terdapat selisih antara biaya overhead pabrik yang dibebankan dimuka
dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Menurut
penghitungan penulis terjadi selisih lebih untuk pesanan mesin Phower
Threser sebanyak dua unit adalah sebesar Rp 332.716 (Rp 3.827.316,00
Rp 3.490.100,00).
Penelitian terdahulu lain yaitu penelitian Hendrich
(2013) yang meneliti tentang perhitungan harga pokok
produksi pada usaha peternakan lele Pak Jay di Sukabangun
II Palembang. Penelitia tersebut menghasilkan kesimpulan
yang menyatakan bahwa terjadi perbedaan perhitungan
harga pokok produksi menurut perusahaan dengan hasil
analaisis ternyata harga pokok produksi menrut analisis
untuk tahun 2013 selama 3 bulan Januari, Februari, dan
Maret

untuk

perkolamnya

3
Rp

kolam

sebesar

1.487.000

Rp4.461.000

sedangkan

dalam

maka
hasil

perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan


biaya produksi lebih rendah yaitu sebesar Rp 3.036.000
maka selisihnya yaitu sebesar Rp 1.425.000 perbedaan
tersebut

sebagai

diperhitungkan

akibat

oleh

biaya-biaya

perusahaan

yang

sebagai

seharusnya
unsur

biaya

produksi tidak diperhitungkan.


Penelitian selanjutnya yaitu Penelitian yang dilakukan
oleh Setiadi (2014), dengan judul Perhitungan Harga Pokok
Produksi dalam Penentuan Harga Jual pada CV. Minahasa
Mantap Perkasa. Dari penelitian tersebut disimpulkan
bahwa harga pokok produksi mampu mengefisienkan biaya produksi
melalui penentuan harga jual yang tepat. Hal ini dapat dilihat dari selisih
harga jual per unit antara perusahaan dengan teori yang disebabkan karena
perbedaan pengalokasian biaya dan penentuan markup antara perusahaan
dengan teori. Harga jual perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan teori
yaitu dengan selisih untuk roti coklat adalah Rp.103 dari harga jual per unit
Rp.774 yang seharusnya Rp.877, kemudian untuk roti strawberry Rp.103
dari Rp.775 yang seharusnya Rp.878, untuk roti mocca Rp116 dari harga
Rp786 yang seharusnya Rp.902, lalu untuk roti pandan Rp. 115 dari harga
eceran Rp.782 yang seharusnya Rp.897, dan untuk roti keju adalah Rp.133
dari harga eceran Rp.782 yang seharusnya Rp.915.
Penelitian terdahulu lainnya yaitu penelitian Anita
(2014) yang melakukan penelitian tentang perhitungan
harga pokok produksi sebagai dasar penetapan harga jual

produk

furniture

pada

PT.

Hanin

Designs

Indonesia-

Indonesian Legal Wood. Hasil penelitiannya menyatakan


bahwa

hasil

perhitungan

harga

pokok

produksi

menggunakan metode full costing menghasilkan harga jual


yang lebih tinggi dibanding menggunakan metode menurut
perusahaan. Perbedaan Selisih harga jual produk menurut
metode perusahaan dan metode full costing sebesar Rp
243.600 per set. Jumlah almari 101WB yang diproduksi
selama bulan November sebanyak 30 set. Maka jumlah
selisih harga jual sebesar Rp 7.308.000.

Tabel 1.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.

1.

2.

Metode Penelitian
Persamaan
Perbedaan

Nama Peneliti
(Tahun)

Judul Penelitian

Marisa Djohari (2010)

Analisis
Penerapan
Perhitungan
Harga Pokok
Produksi Mesin
Power Threser
berdasarkan Job
Order Costing
pada Bengkel Las
Krebo Sukoharjo

Independent Variable:
Harga Pokok Produksi
DependentVariable:
efisiensi biaya
produksi

Menggunakan metode
descriptive analisys
yang mengulas dan
menjelaskan
bagaimana konsep dari
harga pokok produksi.

Penulis
menggunakan
metode job order
costing.

Berdasarkan hasil analisis mengenai


penerapan Hargga pokok produksi
menunjukkan bahwa pelaksanaan
target costing pada Bengkel Las
Krebo Sukoharjojauh lebih efisien
jika dibandingkan dengan yang
dilakukan perusahaan selama ini,
dimana dengan penerapan Harga
Pokok Produksi maka perusahaan
dapat mengalokasikan biaya dengan
tepat.

Mahdi Hendrich
(2013)

Analisis Perhitungan
Harga Pokok Produksi
pada Usaha Peternakan
Lele Pak Jay di
Sukabangun II
Palembang

Independent Variable:
Harga Pokok
Produksi,
DependentVariable:
efisiensi biaya
produksi

Menggunakan metode
descriptive analisys
yang mengulas dan
menjelaskan
bagaimana konsep dari
harga pokok produksi.

Penulis menerapkan
metode harga pokok
produksi pada
perusahaan yang
bergerak di bidang
peternakan lele.

Penelitian ini membuktikan bahwa


penerapan harga pokok produksi
merupakan alternatif yang baik untuk
memaksimalkan laba yang
ditargetkan oleh perusahaan dengan
cara menekan biaya-biaya produksi
yang terjadi selama proses
pemeliharaan produk.

Variabel

Hasil Penelitian

Tabel 1.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu

No.

3.

2.

Nama Peneliti
(Tahun)

Judul Penelitian

Perhitungan
Harga Pokok
Produksi dalam
Pradana Setiadi (2014) Penentuan Harga
Jual pada CV.
Minahasa Mantap
Perkasa

Utcik Anita (2014)

perhitungan harga
pokok produksi
sebagai dasar
penetapan harga
jual produk
furniture pada PT.
Hanin Designs
IndonesiaIndonesian Legal
Wood

Variabel

Independent Variable:
Harga Pokok Produksi
DependentVariable:
efisiensi biaya
produksi

Independent Variable:
Harga Pokok
Produksi,
DependentVariable:
efisiensi biaya
produksi

Metode Penelitian
Persamaan
Perbedaan

Hasil Penelitian

Metode Perhitungan
harga pokok produksi

Penulis menerapkan
metode harga pokok
produksi pada
perusahaan yang
bergerak di bidang
produksi roti.

Berdasarkan hasil analisis mengenai


penerapan harag pokok produksi
menunjukkan bahwa pelaksanaan
harga pokok produksi pada CV.
Minahasa Mantap Perkasa jauh lebih
efisien jika dibandingkan dengan
yang dilakukan perusahaan selama
ini, dimana dengan penerapan harga
pokok produksi maka perusahaan
dapat memperoleh penghematan
biaya.

Metode Perhitungan
Target Costing

Penulis menerapkan
metode harga pokok
produksi pada
perusahaan yang
bergerak di
pengolahan kayu.

Penelitian ini membuktikan bahwa


penerapan harga pokok produksi
merupakan alternatif yang baik untuk
memaksimalkan laba yang
ditargetkan oleh perusahaan dengan
cara menekan biaya-biaya produksi
yang terjadi selama proses
pemeliharaan produk.

2.2 Kajian Teori


2.2.1 Pengertian dan Biaya
Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang
diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan
terjadi untuk tujuan tertentu, sedangkan biaya dalam arti sempit
adalah perngorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva (Mulyadi,
2009).
Biaya sebagai sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan
untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dengan
jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan
barang atau jasa.
Akuntansi biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk
akuntansi keuangan. Akuntansi biaya mengukur, menganalisis, dan
melaporkan informasi keuangan dan nonkeuangan yang terkait
dengan biaya perolehan atau penggunaan sumber daya dalam suatu
organisasi (Horngren, 2008).
2.2.2

Pengklasifikasian biaya
Klasifikasi biaya dapat dihubungkan dengan suatu proses
produksi dalam perusahaan industri baik yang mempunyai hubungan
langsung maupun tidak langsung, yaitu berhubungan dengan :
a.
b.
c.
d.

Produk
Volume produksi
Departemen manufaktur
Periode akuntansi
Biaya juga dapat diklasifikan menurut Mursyidi (2005) dalam

hubungannya dengan operasi perusahaan, yaitu biaya operasional


(biaya penjualan dan biaya administrasi umum) dan biaya non-

operasional, artinya biaya yang telah dikeluarkan dan diperhitungkan


namun tidak mempunyai hubungan langsung dengan usaha pokok
perusahaan, misalnya biaya bunga untuk perusahaan industri
manufaktur.

Biaya

juga

dapat

diklasifikasikan

berdasarkan

tercapainya tujuan atau kesempatan, misalnya sunk cost opportunity


cost, out of pocket cost, biaya diferensial, dan lainnya.
Berikut ini akan disajikan klasifikasi biaya yang sering
dilakukan untuk menyajikan informasi biaya sebagaimana yang
dikemukakan oleh Sugiri (2001) sebagai berikut :
1. Klasifikasi biaya berdasarkan fungsi perusahaan
2. Klasifikasi biaya berdasarkan perioda mempertemukannya
dengan pendapatan
3. Klasifikasi biaya berdasarkan dapat ditelusurinya ke obyek
biaya
4. Klasifikasi biaya berdasarkan hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan
5. Klasifikasi biaya berdasarkan kemampuan manajer untuk
mengen-dalikannya.
6. Klasifikasi biaya berdasarkan pengambilan keputusan.
7. Klasifikasi biaya berdasarkan dampak keputusan terhadap kas
2.2.3

keluar.
Harga Pokok Produksi
2.2.3.1 Pengertian Harga Pokok Produksi
Perusahaan manufaktur adalah suatu perusahaan yang
melakukan aktivitas membeli bahan, memprosesnya menjadi
barang jadi dan menjual barang tersebut. Untuk menetukan
harga jual suatu produk dibutuhkan informasi mengenai harga
pokok produksi produk tersebut.
Menurut Hanggana (2006) harga pokok produksi adalah
semua biaya yang untuk membuat satu unit barang jadi yang

meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan


biaya overhead pabrik. Menurut Horngren (2008) harga pokok
produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses
sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode
akuntansi berjalan.
2.2.3.2 Komponen Harga Pokok Produksi
Terdapat tiga unsur-unsur harga pokok produksi menurut
Nurlela (2007) yaitu :
1. Biaya bahan
Biaya bahan dibedakan menjadi:
Biaya Bahan Baku (Direct Material). Biaya Bahan Baku
(Direct Material) adalah biaya bahan mentah yang
digunakan

untuk

memproduksi

barang

jadi,

tetapi

pemakaiannya relatif kecil, atau pemakaiannya sangat rumit


untuk dikenali produk jadi, contoh : kayu dalam pembuatan

meja kayu, kain dalam pembuatan konveksi,dll.


Biaya Bahan Penolong (Indirect Material). Bahan penolong
adalah bahan-bahan yang digunakan untuk menyelesaikan
suatu produk, tetapi pemakaiannya relatif kecil, atau
pemakaiannya sangat rumit untuk dikenali di produk jadi,
contoh : paku dan lem kayu dalam pembuatan produk

furniture.
2. Biaya Tenaga kerja
Biaya Tenaga Kerja (BTK) merupakan gaji/upah
karyawan bagian poduksi. Biaya Ini dibedakan menjadi biaya
tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) adalah gaji atau upah
tenaga kerja yang dipekerjakan untuk memproses bahan
menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja tidak langsung

(BTKTL) merupakan gaji atau upah tenaga kerja bagian


produksi yang tidak terlibat secara langsung dalam proses
pengerjaan bahan menjadi produk jadi. Misalnya gaji mandor.
3. Biaya overhaed pabrik
Biaya ini meliputi semua biaya produksi selain biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Oleh karena


itu, biaya overhaed pabrik meliputi juga biaya bahan
penolong, gaji dan upah tenaga kerja tidak langsung dan
biaya produksi tak langsung lainnya.
2.2.3.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan
oleh cara produksi. Perusahaan yang berproduksi berdasarkan
pesanan melaksanakan pengolah produknya atas dasar pesanan
yang diterima dari pihak luar. Sedangkan perusahaan yang
berproduksi

berdasar

produksi

massa

melaksanakan

pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan di


gudang. Menurut mulyadi (2010) secara garis besar, cara
memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua macam:
1. Metode harga pokok pesanan ( job order cost )
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan
untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per
satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan
tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya
produksi untuk pesanan tersebut dengan jumlah satuan
produk dalam pesanan yang bersangkutan.
Karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan
pesanan, sehingga menggunakan metode harga pokok

pesanan dalam perhitungan harga pokok produksi adalah


sebagai berikut :
a. Proses pengolahan produk terjadi secara terputusputus.
b. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang
ditentukan oleh pemesanan, oleh karena itu pesanan
yang satu dapat berbeda dengan pesanan yang lain.
c. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan
untuk memenuhi persediaan di gudang atau produksi
secara besarbesaran.
d. Produk yang dihasilkan memerlukan jenis-jenis,
jumlah bahan baku, dan tenaga kerja langsung yang
berlainan.
e. Biaya produksi yang terjadi untuk membuat atau
mengerjakan suatu pesanan harus dibebankan kepada
pendapatan yang direalisasikan dari pesanan yang
bersangkutan.
2. Metode harga pokok proses (process cost method)
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dikumpulkan
untuk periode tertentu dan harga pokok produksi per satuan
produk yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung
dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode
tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan
dalam periode bersangkutan.
Karakteristik metode harga pokok proses (Mulyadi,
2009: 217), antara lain sebagai berikut :
a. Pengumpulan biaya produksi dilakukan per departemen
produksi per periode akuntansi.

b. Perhitungan harga pokok produksi per satuan dengan


cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan
selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk
yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan.
Perhitungan

ini

dilakukan

setiap

akhir

periode

akuntansi.
c. Pembebanan dipesan antara biaya langsung dengan
biaya tidak langsung tidak diperlukan.
d. Biaya Overhead pabrik dibebankan kepada produk atas
dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.
e. Biaya Overhead pabrik terdiri dari biaya produksi
selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung.
Perbedaan antara metode harga pokok pesanan dengan
metode harga pokok proses terletak pada dua hal
berikut ini :
1. Dasar penentuan harga pokok produk
Dasar penetuan harga pokok produk metode harga
pokok pesanan adalah setiap produk yang dipesan,
sedangkan dasar penentuan harga pokok produk
dengan metode harga pokok proses adalah setiap
periode tertentu.
2. Waktu penetuan haga pokok produk
Dengan metode harga pokok pesanan, harga pokok
ditentukan saat pesanan telah selesai diproduksi
sedangkan jika menggunakan harga pokok proses,
harga pokok ditentukan saat akhir periode.
2.2.3.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara


memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok
produksi.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam
harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan:
1. Full Costing Method
Full costing merupaka metode penentuan harga pokok
produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi kedalam harga pokok produksi, yang terdiri biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun
variable.
2. Variable Costing Method
Variable costing merupakan metode penetuan harga
pokok produksi yang memperhitungkan biaya produksi
yang berperilaku variable ke dalam harga pokok produksi,
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variable.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Objek Penelitian
Penulis melakukan penelitian di Pabrik Gula Lestari (PG
Lestari) yang beralamat di Jl. Raya PG Lestari Ds. Patianrowo
Kec. Patianrowo Kab. Nganjuk.
Objek penelitian dalam penulisan ini adalah mengenai penetapan
harga jual untuk mengefisiensikan biaya produksi dengan menggunakan
metode Harga Pokok Produksi berdasarkan Job Process Costing pada
perusahaan yang bergerak di bidang produksi gula yaitu Pabrik Gula Lestari
(PG Lestari). Dipilihnya PG Lestari sebagai tempat penelitian dikarenakan PG
Lestari menghasilkan produk yang termasuk kedalam kebutuhan pokok
konsumen yang memiliki pangsa pasar yang tinggi terbukti dengan total
kebutuhan gula masyarakat indonesia adalah 3,6 juta ton per
tahun, dan juga harga jual produk tersebut juga sering mengalami
kenaikan dan penurunan akibat biaya produksi, sehingga dirasa tepat jika
digunakan sebagai objek dalam penelitian ini.
3.2 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif. Adapun
yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah (Moleong, 2007).

Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian


deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian
ini dimaksudkan untuk membuat deskripsi secara sistematis, aktual dan akurat
mengenai fakta-fakta yang ada dan hal-hal yang berkaitan dengan penerapan
Harga Pokok Produksi berdasarkan Job Process Costing pada PG Lestari.
3.3 Subyek Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengtetahui efisiensi
biaya produksi pada produksi gula. Oleh karena itu, subyek
yang digunakan oleh peneliti yaitu manajemen produksi pada
Pabrik Gula Lestari di Kertosono, Nganjuk.
3.4 Data dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan terdiri atas:
a. Data kuantitatif, berupa data yang berhubungan dengan penetapan Harga
Pokok Produksi, misalnya data jumlah barang yang diproduksi, data biayabiaya produksi.
b. Data kualitatif, berupa sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi,
proses produksi dan informasi lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data serta keterangan yang digunakan dalam
penyusunan

proposal

ini,

penulis

menggunakan

beberapa

metode

pengumpulan data, yaitu:


1. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung di lapangan
untuk mendapatkan data yang menyangkut kondisi dan posisi perusahaan,
struktur organisasi, aktivitas perusahaan dan sejarah perusahaan.

2. Wawancara, yaitu bentuk pengumpulan data yang dilakukan dengan


bertanya secara langsung kepada manajemen bagian produksi tersebut
tentang data penjualan, keunggulan produk, dan informasi lain yang erat
kaitannya dengan masalah penelitian.
3. Dokumentasi, yaitu cara pengumpulan

data

dengan

melihat

catatan/dokumen yang ada dalam perusahaan berupa anggaran biaya,


anggaran penjualan dan laba, laporan biaya produksi dan laporan biaya
non produksi serta laporan keuangan khususnya laporan laba/rugi yang
diperlukan dalam penelitian ini.
3.6 Analisis Data
Setelah diperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan yang
ada, maka data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode sebagai
berikut :
Analisis kuantitatif
Analisa kuantitatif adalah suatu cara analisis yang memakai rumusrumus untuk menentukan biaya target dan angka-angka untuk menjelaskan
pemahaman tentang data yang digunakan.
a. Tahap pertama yang dilakukan peneliti adalah melakukan analisa proses
produksi, hal ini dilakukan dengan tujuan agar penulis dapat memahami
proses produksi secara keseluruhan akan produk yang dianalisa dengan
harapan lebih akuratnya pembagian komponen biaya dalam perhitungan
selanjutnya.
b. Selanjutnya dengan melakukan analisa harga, terdiri dari harga yang
berlaku saat ini di perusahaan, harga kompetitor dan kemungkinan harga
pasar.

c. Penentuan perhitungan dengan Harga Pokok Produksi metode job process


costing
d. Menentukan persentase mark up yang ingin diperoleh perosahaan dan
menerapkannya dalam setiap biaya yang ada.
e. Mengumpulkan seluruh biaya yang muncul pada proses produksi
dilanjutkan dengan membuat biaya taksiran.
f. Melakukan perhitungan ulang (cost reduction) dan kemungkinan untuk
melakukan efisiensi biaya.
g. Melakukan analisis optimalisasi laba, dengan membuat proyeksi
berdasarkan target costing.
h. Membandingkannya dengan hasil perhitungan dengan menggunakan
biaya standar.

Daftar Pustaka
Daljono. 2005. Akuntansi Biaya Penentuan Harga Pokok
dan
Pengendalian. Edisi dua. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro,
Semarang.

Hansen, D.R dan Mowen. 2004. M.M, Akuntansi Manajemen. Edisi 7.


Salemba Empat, Jakarta.
Horngren, Charles T., Srikant M. Datar dan George Foster. 2008. Akuntansi
Biaya: Penekanan Manajerial. Jakarta : Erlangga.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/20I.pdf
Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta : UUP YKPN

Anda mungkin juga menyukai