2.1
Definisi
Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan
bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai
stimulan.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
Biasanya terdapat pada anak umur 3 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh
infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 4 kali dalam 1 tahun.
Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang
dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 14 hari. Manifestasi alergi
lainya misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak
biasanya baik, diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan 70 75 % dari populasi asma anak.
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada
permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 6
tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress.
Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekwensi serangan 3 4 kali dalam 1 tahun, tiap
serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekwensi serangan paling tinggi
pada umur 8 13 tahun. Pad golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan
golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam
hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar
serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1 2 minggu,
biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan pada golongan
asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini
merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.
Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 %
sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua
tahun pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 6 tahun akan
lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat
mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering
menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering
memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan
mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua
baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas
mencapai puncakya pada umur 8 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan,
biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita asma
persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda.
Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks
seperti dada burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada
golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan
aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya.
Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada
mengalami gangguan psiko sosial.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
2.2 Etiologi
Faktor ekstrinsik : reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbukserbuk, bulu-bulu binatang).
Faktor intrinsik;
Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat
menjadi faktor pencetus.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnyaserangan asma bronchial:
1. Faktor Predisposisi
Genetik Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana
carapenurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluargadekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi
ini,penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar denganfaktor
pencetus.Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor Presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
-Alergen.
tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma.
Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila
tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit
dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi
untuk menimbulkan serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen
berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari
debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di
rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma
karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
-Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah
respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena
bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit
seperti Askaris.
-Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO dan
polutan udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri
dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
2
-Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma
-Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan
asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus.
Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
-Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan
terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme
iritasi atau refleks.
-Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks.
Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan
dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan.
Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat
memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada
anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat
mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi;
diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik.
Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran
nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
Tachypnea, orthopnea.
Diaphoresis
Fatigue.
2.5 patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan
respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat
antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di
muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan
pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan
gejala asthma.
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 46 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan
peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara
dingin.
Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi
mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian
meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan
Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena
edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan
pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan
saturasi 0 , sehingga terjadi penurunan P0 (hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO
tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan
menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan
mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi
tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO dalam darah
(hypocapnea).
2
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas
Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan
diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit
Asma
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas
berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi
sekret.
Foto rontgen
Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum
Pemeriksaan alergi
Pulse oximetri
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari
SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi
peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:
bertambah.
perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap
20 menit sampai 3 kali.
Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
Efedrin
Salbutamol
Terbutalin
: 0,5
Terapi awal
Berikan segera Inhalasi agonis beta2 kerja cepat 3 kali dalam 1 jam berarti setiap 20
menit, contohnya Salbutamol 5mg, Terbutalin 10 mg, Fenoterol2,5 mg.
Jika tidak tersedia inhalasi agonis beta2 maka dapat diberikan
agonis beta2 oral 3x1tablet 2 mg
Evaluasi responpasien
Jika keadaan pasien membaik yaitu gejala batuk, sesak dan mengi berkurang atau
tidak terjadi serangan ulang selama 4 jam maka pemberian beta2 agonis
diteruskan setiap 3-4 jam selama 1-2 hari.Jika keadaan pasien tidak membaik
atau malah memburuk maka berikan kortikosteroid
4)Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi IgE yang spesifik dalam tubuh.
Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalamserum.
Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
Pemeriksaan sputum.
Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang
dan lainnya.
Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping,
waktu pemberian.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
2.10 Komplikasi
Bronchiolitis
Pneumonia
Emphysema.
BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1. Pengkajian
Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya
oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering
terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran
napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang
jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen,
aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur
8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada
umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan
hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas
antara anak perempuan dan laki-laki.
Keluhan utama
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau,
serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak
wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara,
angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya
serangan asma
Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan
umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun :
14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra
sekolah rata rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur
( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4
tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6
7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
Tahap perkembangan.
Riwayat imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6
tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus
8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % <80 %
Dampak Hospitalisasi
Aktivitas
Pernapasan
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.
Sirkulasi
Integritas ego
Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah
Asupan nutrisi
Hubungan sosial
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan
otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO dan penurunan O ,sianosis, perkusi
hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering
musikal.
2
Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng
apatis sopor coma.
Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum,
mukosa mulut kering.
Sistem integumen
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
seranganmenunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen
yangbertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun.Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagaiberikut:- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena
peningkatan tekanan dalam paru dan penyempitan bronkus semakin sempit dan tinggi
tekanan semakin meningkat frekuensi pernapasan.
2.
Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya, mengi, krekels dan
ronchi
Rasional : pernapasan bising menunjukan terhentinya secret atau obstruksi jalan napas
3.
Observasi TTV
Rasional : perubahan pada TTV dapat memberikan petunjuk adanya perubahan pada
kondisi pasien.
4.
Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas
lebih kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak.
5.
Rasional : mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan napas
6.
Rasional : pencetus tipe reaksi, alergi pernapasan yang dapat mentriger epiodik akut.
7.
Berikan posisi yang nyaman pada pasien misalnya,peninggian kepala tempat
tidur(posisi semi fowler)
Rasional: mempermudah fungsi pernapasan
8.
R/ bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang.
Distensi abdomen terjadi akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin pada
saluran gastrointestinal.
c.
e.
Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan porsi kecil dan sering dan atau
makanan yang disukai pasien
R/ tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali
f.