Anda di halaman 1dari 34

TINJAUAN TEORITIS

2.1

Definisi

Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan
bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai
stimulan.

Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,


reversibeldimana trakheobronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu.Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
tracheadan bronkhus terhadap berbagai rangsangandengan manifestasi adanya
penyempitan jalannafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara
spontan maupun hasil daripengobatan. ( The American Thoracic Society ).

(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

Pembagian asma pada anak.

Asma episode yang jarang.

Biasanya terdapat pada anak umur 3 8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh
infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3 4 kali dalam 1 tahun.
Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan yang berat.
Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang
dari 3-4 hari, sedang batuk-batuknya dapat berlangsung 10 14 hari. Manifestasi alergi
lainya misalnya, eksim jarang terdapat pada golongan ini. Tumbuh kembang anak
biasanya baik, diluar serang tidak ditemukan kelainan. Waktu remisi berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan. Golongan ini merupakan 70 75 % dari populasi asma anak.

Asma episode yang sering.

Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada
permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5 6
tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang tua
menghubungkan dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik dan stress.

Banyak yang tidak jelas pencetusya. Frekwensi serangan 3 4 kali dalam 1 tahun, tiap
serangan beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekwensi serangan paling tinggi
pada umur 8 13 tahun. Pad golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan
golongan asma kronik ataui persisten. Umumnya gejala paling jelek terjadi pada malam
hari dengan batuk dan mengi yang akan mengganggu tidurnya. Pemeriksaan fisik di luar
serangan tergantung frekwensi serangan. Jika waktu serangan lebih dari 1 2 minggu,
biasanya tidak ditemukan kelainan fisik. Hay Fever dapat ditemukan pada golongan
asma kronik atau persisten. Gangguan pertumbuhan jarang terjadi . Golongan ini
merupakan 2-0 % dari populasi asma pada anak.

Asma kronik atau persisten.

Pada 25 % anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan; 75 %
sebelum umur 3 tahun. Pada lebih adari 50 % anak terdpat mengi yang lama pada dua
tahun pertama, dan 50 % sisanya serangannya episodik. Pada umur 5 6 tahun akan
lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang persisten dan hampir selalu terdapat
mengi setiap hari; malam hari terganggu oleh batuk dan mengi. Aktivitas fisik sering
menyebabkan mengi. Dari waktui ke waktu terjadiserangan yang berat dan sering
memerlukan perawatan di rumah sakit.
Terdapat juga gologan yang jarang mengalami serangan berat, hanya sesak sedikit dan
mengisepanjang waaktu. Biasanya setelah mendapatkan penangan anak dan orang tua
baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi jalan nafas
mencapai puncakya pada umur 8 14 tahun, baru kemudian terjadi perubahan,
biasanya perbaikan. Pada umur dewasa muda 50 % golongan ini tetap menderita asma
persisten atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi pada umur dewasa muda.
Pada pemeriksaan fisik jarang yang normal; dapat terjadi perubahan bentuk thoraks
seperti dada burung (Pigeon Chest), Barrel Chest dan terdapat sulkus Harison. Pada
golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan yakni, bertubuh kecil. Kemampuan
aktivitas fisik kurangsekali, sering tidak dapat melakukan olah raga dan kegiatan lainya.
Juga sering tidak masuk sekolah hingga prestasi belajar terganggu. Sebagian kecil ada
mengalami gangguan psiko sosial.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.2 Etiologi

Faktor ekstrinsik : reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbukserbuk, bulu-bulu binatang).
Faktor intrinsik;

infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma..

Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur.

Iritan; kimia.Polusi udara (CO, asap rokok, parfum).

Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat
menjadi faktor pencetus.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnyaserangan asma bronchial:
1. Faktor Predisposisi
Genetik Yang diturunkan adalah bakat alergi meskipun belum diketahui bagaimana
carapenurunannya. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluargadekat yang juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi
ini,penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar denganfaktor
pencetus.Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.

2. Faktor Presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut

ex: makanan dan obat-obatan


3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress /
gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena
jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
-Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.
Pencetus:

-Alergen.
tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebagian besar anak dengan asma.
Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila
tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit
dansebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi
untuk menimbulkan serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen
berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari
debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di
rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma
karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.
-Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah
respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena
bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit
seperti Askaris.
-Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO dan
polutan udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri
dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
2

-Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma
-Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan
asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus.
Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
-Infeksi saluran nafas.

Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan
terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme
iritasi atau refleks.
-Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks.
Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan
dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan.
Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat
memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya pada
anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat
mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan infeksi;
diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non alergenik.
Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infrksi virus pada saluran
nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.3 Manifestasi klinis


Auskultasi :

Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.

Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori


pernafasan,
cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.Batuk kering (tidak produktif) karena sekret
kental dan lumen jalan nafas sempit.

Tachypnea, orthopnea.

Diaphoresis

Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.

Fatigue.

Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara.Kecemasan,


labil dan perubahan tingkat kesadaran.
Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat ekshalasi yang sulit
karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi hipersonor.Serangan yang tiba-tiba atau
berangsur.Bila serangan hebat : gelisah, berduduk, berkeringat, mungkin sianosis.X foto
dada : atelektasis tersebar, Hyperserated
2.4 Tanda dan gejala
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasanbekerja
dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi
( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejalagejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang lebih berat ,
gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan
kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma
seringkali terjadi pada malam hari.
1.Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a.Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b.Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
c.Whezing belum ada
d.Belum ada kelainan bentuk thorak
e.Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

f.BGA belum patologis


Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a.Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b.Whezing
c.Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d.Penurunan tekanan parsial O2
2.Stadium lanjut/kronik
a.Batuk, ronchi
b.Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan
c.Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d.Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
e.Thorak seperti barel chest
f.Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g.Sianosis
h.BGA Pa O2 kurang dari 80%
i.Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j.Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,


yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yangspesifik,
seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik danaspirin), dan
spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatupredisposisi
genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yangtidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan olehadanya
infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih beratdan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadibronkhitis kronis dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.
Menurut WOC

2.5 patofisiologi
Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan
respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.
Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat
antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di
muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan

pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan
gejala asthma.
Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai dengan
bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat berulang dalam 46 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang ditandai dengan
peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.
Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara
dingin.
Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi
mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian
meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan
Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena
edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan
pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi dan
saturasi 0 , sehingga terjadi penurunan P0 (hipoxia).Selama serangan astmatikus, CO
tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan
menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan
mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi
tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO dalam darah
(hypocapnea).
2

(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)

Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan
diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator


radang (histamin)

Peningkatan permeabilitas kapiler (edema bronkus)


Peningkatan produksi mukus (sumbatan sekret)
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis (N.X)

Hiperresponsif jalan napas

Asma

Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas
berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi
sekret.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik

Foto rontgen


Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil
biasanya meningkat dalam darah dan sputum

Pemeriksaan alergi

Pulse oximetri

Analisa gas darah.

Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal

eosinopil.

Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.

Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari
SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi

peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagai berikut:

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah.

Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen

akan semakin bertambah.

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada


paru-paru.
2. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat

menimbulkan reaksi yang positif pada asma.


3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :

perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.

Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB

( Right bundle branch block).

Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan

VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.


4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan

spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.8. pengobatan terapi


Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakitasma
. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengertitujuan
pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yangmerawat.
Pengobatan
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1) Pengobatan non farmakologik
a. Memberikan penyuluhan
b. Menghindari faktor pencetus
c. Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri Obila perlu
2) Pengobatan farmakologik
Bronkodilator: obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:
a. Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)Nama obat: Orsiprenalin
(Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).

b. Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard),


Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum
obat ini.
KromalinKromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat
pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma
yanglain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
KetolifenMempunya efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)
2.8 Penatalaksanaan Serangan Asma Akut :
Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.

Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap
20 menit sampai 3 kali.

Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
Efedrin

: 0,5 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam

Salbutamol

: 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Terbutalin

: 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam

Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi


dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek samping
obat dan monitor efek samping obat.

Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan


meningkatkan bersihan jalan nafas.
Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Teofilin

: 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping


tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf
pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang.
Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus khusus
misalnya infus pump.
Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison
2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

: 0,5

Sebagaimana penyakit lain, penatalaksanaan asma didasarkan pada pemahaman


mengenai pathogenesis penyakit. Penatalaksanaan asma dibagi menjadi dua,yaitu:

penatalaksanaan asma saat serangan (reliever) dan penatalaksanaan asma di lu


ar serangan (controller).Berdasarkan panduan asma internasional (GINA: Global
Intiative for Asthma),tujuan penatalaksanaan asma yang berhasil adalah
bagaimana penyakit asma tersebut bisa dikontrol. Menurut GINA yang telah diakui
oleh WHO dan National Healt, Lung and Blood Institute-USA (NHBCLI), ada
beberapa kriteria yang dimaksudkan denganasma terkontrol. Idealnya tidak
ada gejala-gejala kronis, jarang terjadi kekambuhan,tidak ada kunjungan ke
gawat darurat, tidak ada keterbatasan aktivitas fisik, sepertilatihan fisik dan
olahraga, fungsi paru normal atau mendekati normal, minimal efek samping dari
penggunaan obat dan idealnya tidak ada kebutuhan akan obat-obat
yangdigunakan kalau perlu.Dalam penatalaksanaan asma, yang penting adalah
menghindari pencetus (trigger)dan memilih pengobatan yang tepat untuk
mencegah munculnya gejala asma. Selain itu, menghilangkan gejala dengan
cepat dan menghentikan serangan asma yangsedang terjadi.
Penatalaksanaan Asma Saat Serangan

Penatalaksanaan asma saat serangan bertujuan untuk:

mencegah kematian,dengan segera menghilangkan obstruksi saluran napas

mengembalikan fungsi paru sesegera mungkin

mencegah hipoksemia dan mencegah terjadinya serangan


berikutnya.Penatalaksanaan asma saat serangan dibagi lagi menjadi dua, yaitu penatala
ksanaan saat serangan di rumah dan penatalaksanaan asma saat serangan di rumah
sakit.
1.Penatalaksanaan Saat Serangan di Rumah

Terapi awal

Berikan segera Inhalasi agonis beta2 kerja cepat 3 kali dalam 1 jam berarti setiap 20
menit, contohnya Salbutamol 5mg, Terbutalin 10 mg, Fenoterol2,5 mg.
Jika tidak tersedia inhalasi agonis beta2 maka dapat diberikan
agonis beta2 oral 3x1tablet 2 mg

Evaluasi responpasien
Jika keadaan pasien membaik yaitu gejala batuk, sesak dan mengi berkurang atau
tidak terjadi serangan ulang selama 4 jam maka pemberian beta2 agonis
diteruskan setiap 3-4 jam selama 1-2 hari.Jika keadaan pasien tidak membaik
atau malah memburuk maka berikan kortikosteroid

oral seperti 60-80 mg metilprednisolon kemudian pemberian beta2 agonisdiulangi dan


segera rujuk pasien ke rumah sakit.
2.Penatalaksanaan Asma di Luar Serangan
Penatalaksanaan asma diluar serangan, mengacu kepada berat ringannya gejala asma.
Berdasarkan berat ringannya gejala asma, maka penatalaksanaan
asma di luar serangan dapat dibagi menjadi; penatalaksanaan asmaintermiten ,
penatalaksanaan asma persisten ringan, sedang dan berat.
3.Penatalaksanaan Asma Intermiten
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala intermiten(kurang dari satu kali
seminggu), serangan singkat (beberapa jam sampaihari), gejala asma malam kurang
dari dua kali sebulan, diantara serangan pasien bebas gejala dan fungsi paru normal,
nilai APE dan VEP1 > 80% darinilai prediksi, variabilitas < 20%.Pada asma intermiten
ini, tidak diperlukan pengobatan pencegahan jangka panjang. Tetapi obat yang dipakai
untuk menghilangkan gejala yaitu
agonis beta 2 inhalasi, obat lain tergantung intensitas serangan, bila berat dapatditamba
hkan kortikosteroid oral.
4.Penatalaksanaan Asma Persisten Ringan
Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala lebih dari 1xseminggu, tapi
kurang dari 1x per hari, serangan mengganggu aktivitas dantidur, serangan malam lebih
dari 2x per bulan dan nilai APE atau VEP1 >80% dari nilai prediksi, variabilitas 2030%.Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 200500mikrogram, kromoglikat, nedocromil atau teofilin lepas lambat. Dan jikadiperlukan, d

osis kortikosteroid inhalasi dapat ditingkatkan sampai 800mikrogram atau digabung


dengan bronkodilator kerja lama (khususnya untuk gejala malam), dapat juga diberikan
agonis beta 2 kerja lama inhalasi atau oralatau teofilin lepas lambat. Sedangkan untuk
menghilangkan gejala digunakan:agonis beta 2 inhalasi bila perlu tapi tidak melebihi 3-4
kali per hari dan obat pencegah setiap hari.6.

Penatalaksanaan Asma Persisten Sedang

Gambaran klinis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala setiap hari,serangan


mengganggu aktivitas dan tidur, serangan malam lebih dari 1x per minggu dan nilai APE
atau VEP1 antara 60-80% nilai prediksi, variabilitas >
Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 800-2000mikrogram,
bronkodilator kerja lama, khususnya untuk gejala malam:
inhalasiatau oral agonis beta 2 atau teofilin lepas lambat. Sedangkan obat
yangdigunakan untuk menghilangkan gejala, terdiri dari: agonis beta 2 inhalasi bila perlu
tapi tidak melebihi 3-4 kali per hari dan obat pencegah setiap hari.

Penatalaksanaan Asma Persisten Berat

Gambaran linis sebelum pengobatan, terdiri dari: gejala terus-menerus,sering mendapat


serangan, sering serangan malam, aktivitas fisik terbatas dannilai APE atau VEP1
kurang dari 60% nilai prediksi, variabilitas > 30%.
Pengobatan jangka panjang terdiri dari: inhalasi kortikosteroid 8002000migrogram; bronkodilator kerja lama (inhalasi agonis beta 2 kerja lama,teofilin lepas
lambat, dan atau agonis beta 2 kerja lama tablet atau sirup; kortikosteroid kerja lama
tablet atau sirup. Sedangkan, obat yang digunakan
untuk menghilangkan gejala, agonis beta 2 inhalasi bila perlu dan obat pencegah setiap
hari.
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma :
a)Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b) Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan seranganasma.
c) Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :


1.Pengobatan dengan obat-obatanSeperti :
Beta agonist (beta adrenergik agent)
Methylxanlines (enphy bronkodilator)
Anti kolinergik (bronkodilator)
Kortikosteroid
Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
2.Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
Oksigen 4-6 liter/menit.
Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atauterbutalin 10 mg) inhalasi
nabulezer dan pemberiannya dapat diulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2
mg atauterbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.
Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakanobat ini dalam 12 jam.
Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak adarespon segera atau klien
sedang menggunakan steroid oral ataudalam serangan sangat berat.
3.Pemeriksaan Penunjang :Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
Spirometri :Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
Tes provokasi :
1)Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2)Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewattes spirometri.
3)Tes provokasi bronkial seperti :Tes provokasihistamin, metakolin, alergen, kegiatan
jasmani,hiperventilasi dengan udara dingin dan inhalasidengan aqua destilata.

4)Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi IgE yang spesifik dalam tubuh.
Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalamserum.
Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
Pemeriksaan sputum.

2.9 Pencegahan / perawatan dirumah


Perencanaan Pemulangan

Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau phantom.

Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.

Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu binatang
dan lainnya.

Jelaskan tanda-tanda bahaya akan muncul.

Ajarkan penggunaan nebulizer.

Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek samping,
waktu pemberian.

Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.

Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.

Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.

(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

2.10 Komplikasi

Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas

Chronik persistent bronchitis

Bronchiolitis

Pneumonia

Emphysema.

berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:


1.Status asmatikus
adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadiberat dan tidak
memberikan respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikandapat digolongkan
pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yangintensif.
2. Atelektasis
adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibatpenyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasanyang sangat dangkal.
3. Hipoksemia
adalah tubuh kekurangan oksigen
4. Pneumotoraks
adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkankolapsnya paru.
5. Emfisema
adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)saluran nafas
karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan danmengalami
kerusakan yang luas.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

BAB III
ASKEP TEORITIS
3.1. Pengkajian

Identitas

Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun.Biasanya
oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma episodik yang sering
terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan berhubungan dengan infeksi saluran
napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang
jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan perubahan cuaca, adanya alergen,
aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini frekwensi serangan paling sering pada umur
8-13 tahun. Asma kronik atau persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada
umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan
hampir terdapat mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas
antara anak perempuan dan laki-laki.

Keluhan utama

Batuk-batuk dan sesak napas.

Riwayat penyakit sekarang

Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.

Riwayat penyakit terdahulu

Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.

Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya

Kaji riwayat reksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/faktor lingkungan

Riwayat kesehatan lingkungan

Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya tungau,
serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di rumah, bahan iritan: minyak

wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari orang dewasa.Perubahan suhu udara,
angin dan kelembaban udara dapat dihubungkan dengan percepatan terjadinya
serangan asma

Riwayat tumbuh kembang

Tahap pertumbuhan

Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram mengikuti patokan
umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun :
14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra
sekolah rata rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur
( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4
tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6
7,5 cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

Tahap perkembangan.

Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak punya insiatif


mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa
bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/ falik ( 3-5
tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda.Oedipus
komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih
dekat ke ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu fase
preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini
kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar dan
magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan
prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai
bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru
dan belajar yang benar salah untuk menghindari hukuman.

Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal,


bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan
kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase Individuation Separation . Dimana
sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah
bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata pada akhir
umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai
objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat
menerima atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya, lebih
banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran juga, dan
mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang mempunyai
permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik
halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.

Riwayat imunisasi

Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara lain : BCG,
POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

Riwayat nutrisi

Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6
tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus
8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % <80 %

Gizi baik 80 % 110 %


Obesitas lebih dari 120 %

Dampak Hospitalisasi

Sumber stressor : Perpisahan

Protes : pergi, menendang, menangis

Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi

Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi

Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan,


ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.

Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.

Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.

Aktivitas

Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas


Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bentuan melakukanaktivitas
sehari-hari
Tidur dalam posisi duduk tinggi

Pernapasan

Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di tempat tidur
Menggunakan alat bantu pernapasan, misal meninggikan bahu, melebarkan hidung.

Adanya bunyi napas mengi


Adanya batuk berulang

Sirkulasi

Adanya peningkatan tekanan darah- Adanya peningkatan frekuensi jantung


Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu/sianosis

Integritas ego

Ansietas
Ketakutan
Peka rangsangan
Gelisah

Asupan nutrisi

Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan


Penurunan berat badan karena anoreksia

Hubungan sosial

Keterbatasan mobilitas fisik


Susah bicara atau bicara terbata
-bata
Adanya ketergantungan pada orang lain
Pengkajian Persistem
Sistem Pernapasan / Respirasi

Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan
otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO dan penurunan O ,sianosis, perkusi
hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering
musikal.
2

Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng
apatis sopor coma.
Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum,
mukosa mulut kering.
Sistem integumen
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
seranganmenunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen
yangbertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun.Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah
sebagaiberikut:- Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen

akansemakin bertambah.- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat


pada paru- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal- Bila terjadi pneumonia
mediastinum, pneutoraks, dan pneumoperikardium,maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapatmenimbulkan
reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi
3bagian dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru, yaitu:
Perubahan aksis jantung, pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise
rotation
Terdapat tanda
-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (RightBundle branch Block)
Tanda-tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus takikardia, SVES, dan VESatau
terjadinya depresi segmen ST negatif
d. Scanning Paru
Dapat diketahui bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruhpada
paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel. Pemeriksaanspirometri
tdak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga pentinguntuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.
(sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf)

3.2 Diagnosa keperawatan


Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil, Rencana Intervensi
1.Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola
nafas berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret.
Tujuan : Anak menunjukkan pertukaran gas yang normal, bersihan jalan nafas yang
efektif dan pola nafas dalam batas normal.
Kriteria hasil : PO2dan CO2 dalam batas nilai normal, tidak sesak nafas, batuk produktif,
cianosis tdak ada, tidak ada tachypnea,ronki dan wheesing tidak ada
2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.
Tujuan : Anak tidak tampak fatigue.
Kriteria : Tidak iritabel, dapat beradaptasi dan aktivitas sesuai dengan kondisi.
3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.
Tujuan : Kecemasan menurun
Kriteria : Anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya, orang tua merasa
tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.

4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan


menurunnya intake cairan.
Tujuan : Status hidrasi adekuat
Kriteria : Turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia
dan BB, output urine > 2 ml/ kg per jam.
5.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.
Tujuan : Orang tua mendemonstrasikan koping yang tepat

Kriteria : Mengekspresikan perasaan dan perhatian serta memberikan


aktivitas yang sesuai usia atau kondisi dan perkembangan psikososial pada anak.
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan.
Tujuan : Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan pengobatan dan
mengikuti regimen terapi yang diberikan.
Kriteria : Berpartispasi dalam memberikan perawatan pada anak sesuai dengan
program medik atau perawatan.
3.3 Intervensi
1. Intervensi :
1.

Kaji frekuensi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada

Rasional : takipnea, pernapasan dangkal dan gerakan dada tak simetris terjadi karena
peningkatan tekanan dalam paru dan penyempitan bronkus semakin sempit dan tinggi
tekanan semakin meningkat frekuensi pernapasan.
2.
Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas misalnya, mengi, krekels dan
ronchi
Rasional : pernapasan bising menunjukan terhentinya secret atau obstruksi jalan napas
3.

Observasi TTV

Rasional : perubahan pada TTV dapat memberikan petunjuk adanya perubahan pada
kondisi pasien.
4.

Bantu pasien latihan napas dan batuk secara efektif

Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru atau jalan napas
lebih kecil. Batuk secara efektif mempermudah pengeluaran dahak.
5.

Section sesuai indikasi bila perlu sesuai instruksi dokter

Rasional : mengeluarkan sputum secara mekanik dan mencegah obstruksi jalan napas

6.

Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya, debu, asap yang berhubungan


dengan kondisi pasien.

Rasional : pencetus tipe reaksi, alergi pernapasan yang dapat mentriger epiodik akut.
7.
Berikan posisi yang nyaman pada pasien misalnya,peninggian kepala tempat
tidur(posisi semi fowler)
Rasional: mempermudah fungsi pernapasan
8.

Berikan cairan sedikitnya 1000 ml/hari. Tawarkan air hangat

Rasional : meningkatkan hidrasi sputum. Air hangat mengurangi tingkat kekentalan


dahak sehingga mudah dikeluarkan.
9.
Kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian obat seperti bronkodilator dan
mukolitik melalui inhalasi
R/asional: memudahkan pengenceran dan pembuangan secret dengan cepat
10. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk menurunkan
kecemasan.
11. Berikan terapi bermai sesuai usia.
2. intervensi
1.
Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas
R/ Menetapkan kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi
2.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung sealama fase akut sesuai
indikasi, dorong penggunaan manajemen stress dan pengalih yang tepat
R/ Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
3.
Jelaskan pada orang tua pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya kesimbangan aktivitas dan istirahat

R/ Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan


metabolik,menghemat energi untuk penyembuhan. Pembatasan aktivitas ditentukan
dengan respon individual pasien terhadap aktivitas dan perbaikan kegagalan
pernapasan
4.
Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan
aktivitas selama fase penyembuhan
R/ Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen
5.

Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien

R/ menunjukan kerja sama dan pasien merasa lebih diperhatikan


3. intervensi
a.
Identifikasi factor yang menimbulkan mual atau muntah (sputum banyak),
pengobatan aerosol, dispnea berat dan nyeri
R/ sputum akan merangsang nervus vagus sehingga berakibat mual, dispnea dapat
merangsang pusat pengaturan makanan di medulla oblongata
b.

Auskultasi bunyi usus. Obervasi atau palpasi distensi abdomen.

R/ bunyi usus mungkin menurun/ tak ada bila proses infeksi berat atau memanjang.
Distensi abdomen terjadi akibat menelan udara atau menunjukan pengaruh toksin pada
saluran gastrointestinal.
c.

Evaluasi status nutrisi umum. Timbang berat badan dasar.

R/ adanya kondisi kronis atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrisi,


rendahnya tahanan terhadap infeksi dan atau lambatnya respons terhadap terapi.
d.

Jadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 jam sebelum makan.

R/ menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini

e.
Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan porsi kecil dan sering dan atau
makanan yang disukai pasien
R/ tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat
untuk kembali
f.

Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai diet yang diberikan

R/ menghindari adanya makanan pantangan pada pasien


( sumber : http://jhu-lee.blogspot.com/2011/02/normal-0-false-false-false-in-zh-tw-x.html)
4. intervensi

3.4 Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuaidengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatandapat bersifat mandiri dan
kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatanperlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan klien ( Santosa. NI,1989;162 ).
3.5 Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulandata subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuanpelayanan keperawatan sudah dicapai
atau belum. Bila perlu langkahevaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan
analisamasalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).

Anda mungkin juga menyukai