Anda di halaman 1dari 10

Retardasi Mental

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Kelas B

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya sehingga makalah
ini terselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
mengetahui tentang retardasi mental. Harapan kami semoga makalah ini membantu
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Kami sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan
makalah ini.

Jakarta, 18 Mei 2015

Tim Penulis

Kelompok 3 :
M. Denthafajar

2012-11-101

Mutia Muchlisah

2012-11-102

Mutiara Caesarivana Utha

2012-11-103

Mutiara Febriyanti

2012-11-104

Mynda Gustiwati

2012-11-105

M. Adityo Nugroho

2012-11-106

Natalia Yosephine

2012-11-107

Ni Wayan Asti Saraswati

2012-11-108

Nisrina Hanifah

2012-11-109

Novi Dwimukti

2012-11-110

Nur Arsya Mugis

2012-11-112

Nur Azmina

2012-11-113

Nur Silmi Istiqomah

2012-11-114

Nurul Fadhilah Harahap

2012-11-115

Palda Aptriany

2012-11-116

Piani Ananda

2012-11-117

Prasita Naraswari

2012-11-118

R Khairunisa Priskilla

2012-11-119

Rachmatika Putri Soleha

2012-11-120

Retardasi Mental
Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal)
sejak masa perkembangan. Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang
secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi
mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna
mental.
Penyebab retardasi mental mungkin faktor keturunan, mungkin juga tidak
diketahui (retardasi mental simplex). Kedua-duanya ini dinamakan retardasi mental
primer. Retardasi mental sekunder disebabkan faktor faktor dari luar yang diketahui
dan faktor faktor ini mempengaruhi otak mungkin pada waktu pranatal, perinatal
dan postnatal.
Pedoman penggolongan diagnose gangguan jiwa ke-1 (PPDGJ-1) memberikan
subkategori subkategori klinis atau keadaan keadaan yang sering disertai retardasi
mental sebagai berikut :
1. Akibat infeksi dan / atau intoxikasi.
Termasuk keadaan retardasi mental karena kerusakan jaringan otak akibat
infeksi

intracranial, karena serum, obat atau zat toxik lainnya. Beberapa

contohnya parotitis epidemika, rubella, sifilis dan toxoplasmosa kongenital.


2. Akibat rudapaksa dan / sebab fisik lain.
Rudapaksa : rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar X,
bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkankelainan
dengan retardasi mental. Rudapaksa kepala sesudah lahir tidak begitu sering
mengakibatkan retardasi mental.
3. Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi.
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolism
(umpamanya gangguan metabolism zat lipida, karbohidrat dan protein),
pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini.

4. Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal).


Termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak termasuk tumuhan
sekunder karena rudapaksa atau keradangan) dan beberapa reaksi sel-sel otak
yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter
atau familial). Reaksi sel sel otak (reaksi structural) ini dapat bersifat

degenerative, infiltrative, radang, proliferative, sklerotik atau reparatif.


Umpamanya neofibromatosa, angiomatosa otak trigemini, sklerosa tuberosa
dan sklerosa spinal.
5. Akibat penyakit / pengaruh prenatal yang tidak jelas.
Keadaan ini diketahui sudah sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui
etiologinya, termasuk anomaly kranial primer dan defek kongenital yang tidak
diketahui sebabnya. Seperti contohnya : anensefali dan hemi-ensefali, kelainan
pembentukan gizi, porensefali kongenital, kraniostenosa dan hidrosefalus
kongenital.
6. Akibat kelainan kromosoma.
Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlahnya atau bentuknya.
Kelainan dalam jumlah kromosoma : sindroma down atau Langdon down
atau mongolisme (trisomi otosomal atau trisomi kromosoma 21).
Kelainan dalam bentuk kromosoma : Cri du chat : tidak terdapat cabang
pendek pada kromosoma 5. Cabang pendek pada kromosoma 18 tidak
terdapat.
7. Akibat premeturitas.
Berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya
kurang dari 2500 gram dan atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu
serta tidak terdapat sebab sebab lain seperti dalam subjategori sebelum ini.
8. Akibat gangguan jiwa yang berat.
Akibat suatu gangguan jiwa yang berat dalam masa anak anak. Untuk
membuat diagnosa ini harus jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat itu
dan tidak terdapat tanda tanda patologi otak.
9. Akibat deprivasi psikososial.
Disebabkan oleh faktor faktor biomedik ataupun sosiobudaya (yang
berhubungan dengan deprivasi psikososial dan penyesuaian diri).
Tingkat Tingkat Retardasi Mental
Hasil bagi inteligensi (HI atau IQ = intelligence quotient) bukanlah
merupakan satu satunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat
ringannya retardasi mental.
Tingkat tingkat retardasi mental dalam PPDGJ-1 dibagi menjadi :

Retardasi mental taraf perbatasan


Retardasi mental ringan

Antara IQ 50-55 hingga 70. Mereka tidak selalu dapat dibedakan dengan
anak-anak normal sebelum mulai bersekolah. Di usia remaja akhir biasanya
mereka dapat mempelajari keterampilan akademik yang kurang lebih sama
dengan level 6. Mereka dapat bekerja ketika dewasa, pekerjaan yang tidak
memerlukan keterampilan yang rumit dan mereka bisa mempunyai anak.

Retardasi mental sedang


Antara IQ 35-40 hingga 50-55. Orang yang mengalami retardasi mental
sedang dapat memiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang
menghambat keterampilan motorik yang normal, seperti memegang dan
mewarnai dalam garis, dan keterampilan motorik kasar, seperti berlari dan
memanjat. Mereka mampu, dengan banyak bimbingan dan latihan, berpergian
sendiri di daerah lokal yang tidak asing bagi mereka. Banyak yang tinggal di
institusi penampungan, namun sebagian besar hidup bergantung bersama
keluarga

atau

rumah-rumah

bersama

yang

disupervisi.

Retardasi mental berat


Antara IQ 20-25 hingga 35-40. Umumnya mereka memiliki abnormalitas
fisik sejak lahir dan keterbatasan dalam pengendalian sensori motor. Sebagian
besar tinggal di institusi penampungan dan membutuhkan bantuan super visi
terus menerus. Orang dewasa yang mengalami retardasi mental berat dapat
berperilaku ramah, namun biasanya hanya dapat berkomunikasi secara singkat
di level yang sangat konkret. Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktifitas
secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan otak mereka yang
parah menjadikan mereka relatif pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya
memberikan sedikit stimulasi. Mereka mampu melakukan pekerjaan yang
sangat sederhana dengan supervisi terus-menerus.

Retardasi mental sangat berat


IQ di bawah 25. Mereka yang masuk dalam kelompok ini membutuhkan
supervisi total dan sering kali harus diasuh sepanjang hidup mereka. Sebagian
besar mengalami abnormalitas fisik yang berat serta kerusakan neurologis dan
tidak dapat berjalan sendiri kemanapun. Tingkat kematian di masa anak-anak
pada orang yang mengalami retardasi mental sangat berat sangat tinggi.
a) Pengertian Kwashiorkor

Kwashiorkor ialah suatu keadaan kekurangan gizi ( protein ).


Walaupun sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein,
tetapi

karena

bahan

makanan

yang

dimakan

kurang

mengandung nutrisi lainnya ditambah dengan konsumsi


setempat yang berlainan, maka akan terdapat perbedaan
gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
b) Pengertian Marasmus
Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang
terutama akibat kekurangan kalori yang berat dan kronis
terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan
mengurusnya lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649)
c) Malnutrisi

dapat

terjadi

oelh

karena

kekurangan

gizi

(undernutrisi) maupun kelebihan gizi (overnutrisi). Keduanya


disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh
dan asupan zat gizi esensial. Adapun contoh yang termasuk
undernutrisi yaitu marasmus dan kwashiorkor.
Penanganan Masalah Retardasi Mental.
Banyak penderita retardasi mental taraf perbatasan dan ringan bahkan yang berat,
dapat mengalami perkembangan kepribadian yang normal seperti orang dengan
intelegnsi normal. Dan dalam lingkungan yang baik banyak diantara mereka dapat
menyesuaikan diri secara sosial dan vokasional serta mampu mengadakan hubungan
antar manusia yang wajar.
Diagnosa dan Diagnosa Banding.
Untuk diagnosa yang tepat perlu anamnesa yang teliti, terutama dari orangtua,
pemeriksaan fisik dan neurologic, pemeriksaan psikiatrik dan bila mungkin juga
pemeriksaan psikologik, serta bila perlu pemeriksaan laboratorium, evaluasi
pendengaran dan bicara.
Diagnosa banding ialah anak dari keluarga yang sangat melarat dengan
deprivasi rangsangan yang berat, gangguan pendengaran atau penglihatan, early
infantile autism, skizofrenia anak, gangguan bicara, cerebral palsy dan gangguan
emosi yang dapat mengakibatkan kegagalan kegagalan di sekolah.

Pencegahan dan Pengobatan.


Pencegahan primer dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada
masyarakat, perbaikan keadaan sosio-ekonomi, konseling genetic dan tindakan
kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang
baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan
keradangan otak pada anak anak).
Pencegahan sekunder meliputi diagnose dan pengobatan dini keradangan otak,
perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat
dibuka dengan kraniotomi, pada mikrosefali yang kongenital, operasi tidak
menolong).
Pencegahan tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus
sebaiknya di sekolah luar biasa. Dapat diberi neroleptika kepada yang gelisah,
hiperaktif atau destruktif. Amphetamine dan kadang kadang juga antihistamin
berguna juga pada hiperkinesa.
Model Pendekatan Terapi Retardasi Mental
Pada umumnya terdapat dua model pendekatan yang dipakai yaitu:
1. Model pendekatan biomedik
Pendekatan biomedik lebih menitikberatkan pada perubahan-perubahan dasar
pada sistem otak.
2. Pendekatan sosiokultural.
Pendekatan sosiokultural menyotroti fungsi-fungsi sosial dan adaptasi secara
umum untuk mengikuti norma-norma yang berlaku.
Latihan dan Pendidikan.
Pendidikan anak dengan retardasi mental secara umum ialah :

Mempergunakan dan mengembangkan sebaik baiknya kapasitas yang ada

Memperbaiki sifat sifat yang salah atau yang antisosial

Mengajarkan suatu keahlian agar anak itu dapat mencari nafkah kelak

Latihan diberikan secara kronologis dan meliputi :

Latihan di rumah : pelajaran pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian sendiri,


kebersihan badan.
Latihan di sekolah : yang penting dalam hal ini ialah perkembangan rasa sosial.
Latihan teknis : diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan kedudukan sosial.
Latihan moral : diberitahukan apa yang baik dan apa yang tidak baik.
Pembelajaran pada Anak dengan Retardasi Mental
Fungsi kognitif dan psikomotorik anak retardasi mental sangat jauh dengan
anak-anak normal, maka pembelajaran yang diberikan cenderung tidak melalui proses
analisis kognitif melainkan melalui proses analisis psikomotorik.Proses analisis
psikomotorik salah satunya dengan menggambar. Pembelajaran menggambar
hendaknya dilakukan dengan merangsang kebebasan anak dalam mengungkapkan
imajinasi dan keberanian anak.
Modifikasi perilaku perlu diberikan kepada anak retardasi mental melalui
terapi perilaku. Efendi (2006:104) menyatakan bahwa dalam memberikan terapi
perilaku pada anak retardasi mental, seorang terapis harus memiliki sikap
sebagaimana yang dipersyaratkan dalam pendidikan humanistik, yaitu penerimaan
secara hangat, antusias tinggi, ketulusan dan kesungguhan, serta menaruh empati yang
tinggi terhadap kondisi anak retardasi mental. Jenis terapi perilaku yang diberikan
kepada anak retardasi mental yaitu melaluikegiatan bermain. Terapi permainan
yangdiberikan yang memiliki muatan antara lain: (1)setiap permainan hendaknya
memiliki nilai terapi yang berbeda; (2) sosok permainan yang diberikan tidak terlalu
sukar untuk dicerna anak retardasi mental (Prasedio dalam Efendi 2006:105).
Contoh gambar anak dengan retardasi mental di SLB-C Yaspenhub Demak

Rumahku- Iin

Anda mungkin juga menyukai