Anda di halaman 1dari 6

TEORI BELAJAR AUSUBEL, GAGNE, dan BARUDA

08.19 Psikologi

Oleh:
Muhammad Syawahaid (11709251032)
Palupi Sri Wijayanti ( 11709251045)
PPs UNY Prodi Pendidikan Matematika Kelas C
Abstrak
Pembelajaran merupakan kegiatan interaktif dan timbal balik antara pendidik dan
peserta didik (katakan sebagai siswa). Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan maka
seorang pendidik (katakana sebagai guru) seharusnya menyiapkan berbagai kebutuhan
sebalum mengajar termasuk kebutuhan setelah mengajar. Merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi pembelajaran merupakan kegiatan wajib yang dilakukan guru sehingga perlu
untuk mempelajari teori-teori belajar walaupun implikasinya tak semanis teorinya. Dengan
demikian guru dapat berkreasi dan berinovasi pada kelasnya dengan teori yang mendasari
proses pembelajaran tersebut.
Terdapat banyak teori belajar yang mendasari proses pembelajaran. Beberapa
diantaranya yaitu teori Ausubel, teori Gagne dan teori Baruda. Teori belajar Ausubel secara
umum memaparkan bahwa pembelajaran harus bermakna yang terbagi dalam dua dimensi
yaitu penyampaian informasi dan penemuan. Teori belajar Gagne yang menyatakan bahwa
belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling
berinteraksi, serta teori belajar Baruda dapat dikatakan sebagai social learning (belajar
sosial), anak belajar dari meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain sehingga lingkungan
adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku, meskipun proses kognitif juga tidak
kalah pentingnya manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan polanya sendiri.
A. Pendahuluan
Belajar merupakan pembahasan menarik yang menjadi pusat perhatian para ahli
psikologi pendidikan untuk mengungkap rahasia dibalik belajar tersebut. Kaitannya dengan
hal tersebut, beberapa ahli psikologi dari berbagai aliran mendefinisikan istilah belajar,
seperti Kimble (1961) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen di
dalam behavioral potentiality (potensi behavioral) yang terjadi sebagai akibat dari praktik
yang diperkuat.
Definisi tersebut di atas tidak serta merta diterima secara universal, beberapa ahli
psikologi tidak menerima definisi tersebut. Terlepas dari perbedaan pendefinisian istilah
belajar, hal menarik yang penting untuk diketahui adalah teori belajar dari beberapa tokoh

(ahli) yang menjadi sumber untuk pengembangan belajar maupun pembelajaran di dunia
pendidikan.
Beberapa tokoh pendidikan (psikologi pendidikan) yang menuangkan pemikirannya
dengan melakukan penelitian untuk mengkaji belajar adalah Ausubel (1963) dengan teorinya
Meaningful Learning atau belajar bermakna, Gagne dengan teorinya Condition
Learning atau belajar pengkondisian, dan Baruda dengan teorinya Belajar meniru serta
banyak lagi tokoh lain yang mengkaji masalah belajar tersebut.
B. Pembahasan
1. Teori Belajar Ausubel
David Ausubel (1963) merupakan seorang psikolog pendidikan, melakukan beberapa
penelitian rintisan menarik di waktu yang hampir sama dengan Burner, Ia sangat tertarik
dengan cara mengorganisasikan berbagai ide. Ia menjelaskan bahwa dalam diri seorang
pelajar sudah ada organisasi dan kejalasan tentang pengetahuan dibidang subjek tertentu. Ia
menyebut organisasi ini sebagai struktur kognitif dan percaya bahwa struktur ini menentukan
kemampuan pelajar untuk menangani berbagai ide dan hubungan baru. Makna dapat muncul
dari materi baru hanya bila materi itu terkait dengan struktur kognitif dari pembelajaran
sebelumnya.
David Ausubel terkenal dengan teori belajar yang dibawanya yaitu teori belajar
bermakna (meaningful learning). Menurut Ausubel belajar bermakna terjadi jika suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur
kognitif seseorang, selanjutnya bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan
pengertian baru pada konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif,
maka akan terjadi belajar hafalan. Ia juga menyebutkan bahwa proses belajar tersebut terdiri
dari dua proses yaitu proses penerimaan dan proses penerimaan dan proses penemuan. (Ratna
Wilis Dahar, 2006).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah
struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi
tertentu dan pada waktu tertentu. Seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru
ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia
pelajari dan ditekankan pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta
baru kedalam system pengertian yang telah dipunyainya.
Teori belajar bermakna Ausubel ini sangat dekat dengan inti pokok konstruktivisme.
Keduanya menekankan pentingnya siswa mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-

fakta baru kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan
pentingnya asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai
sisw. Keduanya mengandalkan bahwa dalam pembelajaran itu aktif.
Terdapat empat prinsif dalam menerapkan teori belajar bermakna Ausubel yaitu :
a. Pengaturan Awal, dalam hal ini hal yang perlu dilakukan adalah mengarahkan dan membantu
mengingat kembali.
b. Defrensiasi Progresif, dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah menyusun konsep dengan
mengajarkan konsep-konsep tersebut dari inklusif kemudian kurang ingklusif dan yang paling
ingklusif.
c. Belajar Subordinat, dalam hal ini terjadi bila konsep-konsep tersebut telah dipelajari
sebelumnya.
d. Penyesuaian Integratif, dalam hal ini materi disusun sedemikian rupa hingga menggerakkan
hirarki konseptual yaitu ke atas dan ke bawah.
Terdapat 8 langkah pembelajaran yang bisa dilakukan dalam menerapkan teori belajar
bermakna Ausubel, yaitu :
1) Menentukan tujuan pembelajaran
2) Mengukur kesiapan siswa
3) Memilih materi pembelajaran dan mengatur dalam penyajian konsep
4) Mengidentifikasi prinsif-prinsif yang harus dikuasai peserta didik dari materi pembelajaran
5) Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang seharusnya dipelajari
6) Menggunakan advance organizer dengan cara memberikan rangkuman dilanjutkan dengan
keterkaitan antara materi.
7) Mengajar siswa dengan pemahaman konsep
8) Mengevaluasi hasil belajar (Prasetyo Irawan, 1996)
2. Teori Belajar Gagne
Teori belajar Gagne didasarkan pada pembelajaran yang merupakan faktor sangat
penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk
kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisikondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang
diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu.
Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi
individu dalam proses pembelajaran. Hal ini memunculkan pemikiran Gagne bahwa
pembelajaran harus dikondisikan untuk memunculkan respons yang diharapkan.
Ahli belajar (learning theorist) Gagne telah membagi objek-objek matematika yang
diperoleh siswa menjadi objek langsung dan objek tak langsung (Bell, 1978). Objek langsung

adalah fakta (fact), konsep (concept), prinsip (principle), dan keterampilan (skill). Sedangkan
contoh objek tak langsungnya adalah berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah, sikap
positif terhadap matematika, ketekunan dan ketelitian. (Fadjar Shodiq dan Nur Amini
Mustajab, 2011: 13). Jadi, objek tak langsung adalah kemampuan yang secara tak langsung
akan dipelajari siswa ketika mereka mempelajari objek langsung matematika.
Menurut Gagne penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil
belajar disebut kapabilitas. Gagne mengemukakan 5 macam kapabilitas, yaitu informasi
verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motorik.
Keterampilan intelektual menurut Gagne dikelompokkan ke dalam delapan tipe, yaitu: belajar
isyarat, belajar stimulus respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaian verbal, belajar
memperbedakan, belajar pembentukan aturan, dan belajar pemecahan masalah. Menurut
Gagne sasaran pembelajaran adalah kemampuan. Kemampuan yang dimaksudkan di sini
adalah hasil perilaku yang bisa dianalisis. Gagne berpendapat bahwa rangkaian belajar
dimulai dari prasyarat yang sederhana yang kemudian meningkat pada kemempuan
kompleks.
Didasarkan atas model pemrosesan informasi Gagne mengemukakan bahwa satu
tindakan belajar meliputi delapan fase belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal
yang dapat distrukturkan oleh siswa atau guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu
proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa. Didasarkan atas analisis kejadian-kejadian
belajar, Gagne menyarankan agar guru memperhatikan delapan kejadian instruksi waktu
menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa.
Kejadian-kejadian belajar
Berdasarkan analisisnya tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne menyarankan
kejadian-kejadian instruksi. Menurut Gagne, bukan hanya guru yang dapat memberikan
instruksi; kejadian-kejadian belajarnya dapat juga diterapkan baik pada belajar penemuan,
atau belajar di luar kelas, maupun belajar dalam kelas. Tetapi kejadian-kejadian instruksi
yang dikemukakan Gagne ditunjukkan pada guru yang menyajikan suatu pelajaran pada
sekelompok siswa-siswa (Fadjar Shodiq dan Nur Amini Mustajab, 2011: 3).
3. Teori Belajar Baruda
Baruda mengemukakan bahwa siswa belajar itu melalui meniru. Pengertian meniru di
sini bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama
guru. Jika tulisan guru baik, guru berbicara sopan santun dengan menggunakan hahasa yang
baik dan benar, tingkah laku yang terpuji, menerangkan dengan jelas dan sistematik, maka
siswa akan menirunya. Jika contoh-contoh yang dilihatnya kurang baik ia pun menirunya.

Dengan demikian guru harus menjadi manusia model yang profesional. Teori social learning
(belajar sosial), anak belajar dari meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain. Dengan
demikian, lingkungan adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku, meskipun proses
kognitif juga tidak kalah pentingnya manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan
polanya sendiri
4.

Penutup
Definisi dikalangan tokoh pendidikan memiliki perbedaan pendapat, akan tetapi
beberapa tokoh lebih menfokuskan pada teori belajar sebagai dasar teori untuk
pengembangan sebuah pendekatan dalam pembelajaran. David ausubel menekankan pada
belajar bermakna yang mana belajar tidak hanya proses hafalan saja, akan tetapi lebih kepada
pemaknaan dalam belajar. Gagne lebih menekankan pada pengkondisian belajar yang
melahirkan taksonomi dalam belajar sedangkan baruda lebih menfokuskan pada belajar

5.

meniru yang mana siswa belajar dengan meniru orang lain terlebih gurunya sendiri.
Daftar Pustaka

Bell, Frederick H. 1981. Teaching and Learning Mathematics (in Secondary School) IOWA: WnC
Brown Comp. Publisher.
Fadjar Shodiq dan Nur Amini Mustajab. 2011. Penerapan Teori Belajar dalam Pembelajaran
Matematika di SD. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Richard I. Arends,2008, learning to teach: belajar untuk mengajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahar, Ratna W, 2006, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Link ke posting ini
Buat sebuah Link

Social Profiles

Popular

Tags

Blog Archives

Time
Popular Posts

TEORI BELAJAR AUSUBEL, GAGNE, dan BARUDA


Oleh: Muhammad Syawahaid (11709251032) Palupi Sri Wijayanti ( 11709251045)
PPs UNY Prodi Pendidikan Matematika Kelas C Abstrak...

Ciri-ciri Motivasi
Sardiman (2009:83) menjelaskan ciri-ciri motivasi pada diri seseorang : 1.
menghadapi tugas 2. Ulet dalam menghadapi kesulit...

Asmaul Husna

Blogroll
Widget by SC Community

Tekun

Anda mungkin juga menyukai