penyelenggara asuransi swasta terkait dengan segmentasi pasar, tapi sebenarnya masih
terbuka peluang yang besar di kalangan menengah ke atas. Jadi tidak perlu
dikhawatirkan,ujarnya, kemarin.
Menurut Hotbonar, terkait dengan segmen pasar BPJS, hal itu tidak tertutup kemungkinan
perusahaan asuransi swasta melobi pemerintah agar kebijakan itu ditunda terlebih dahulu.
Untuk Jamsostek, tentunya kami selalu mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan
untuk pekerja. Diantaranya dengan memberikan tambahan manfaat, ujarnya.
Perluas Pelayanan
Selain itu, kata Hotbonar, Jamsostek juga memberikan manfaat pinjaman uang muka dan
perumahan dan renovasi rumah. Bahkan Jamsostek juga meningkatkan pelayanan kesehatan.
Diantaranya untuk cuci darah, pengobatan kanker dan operasi jantung. Program dan manfaat
jaminan sosial sesuai ketentuan tersebut masih dilakukan hingga BPJS Ketenagakerjaan
terbentuk dan beroperasi hingga selambat-lambatnya 1 Juli 2015,tandasnya.
Ditanya soal tantangan ke depan, Hotbonar mengakui saat ini batas besaran upah masih
relatif rendah. Oleh karena itu, sudah ada kajian penyesuaian batasan upah itu dengan
melibatkan unsur pekerja dan pengusaha. Jamsostek terus melakukan penyesuaian diri
terhadap prinsip jaminan sosial, diantaranya kegotongroyongan, nirlaba, transparan,
akuntabilitas, dan lainnya.tuturnya.
Pendapat yang sama juga datang dari anggota Komisi XI DPR RI F-Partai Gerindra, Sadar
Subagyo yang mengatakan peleburan 4 BUMN asuransi dalam UU BPJS ini akan menambah
persaingan yang ada dalam dunia asuransi. Apabila perusahaan-perusahaan ini akan
bergabung maka akan mengakibatkan premi asuransi akan menurun. Tetapi dengan adanya
BPJS maka tidak akan menggerus keberadaan perusahaan asuransi di Indonesia dikarenakan
dengan adanya BPJS maka hanya akan membuka pangsa pasar yang baru dan tidak akan
mengakibatkan konsistensi perusahaan asuransi memburuk, katanya.
Menurut Sadar, pangsa pasar dari BPJS dengan perusahaan asuransi yang lainnya berbeda
sehingga tidak akan menimbulkan persaingan yang saling menjatuhkan. Begitupula segmen
pasar dari BPJS dengan perusahaan asuransi juga berbeda satu sama lain dimana segmen dari
BPJS adalah seperti PNS, ABRI, dan pekerja kelas menengah ke bawah sedangkan
perusahaan asuransi segmen pasarnya merupakan kelas menengah ke atas.
Dia menjelaskan pasar asuransi akan terus berkembang dengan adanya BPJS dikarenakan
BPJS itu akan membuka peluang pasar yang baru dan menarik bagi masyarakat. Dengan
pasar asuransi yang berkembang maka akan menimbulkan persaingan dengan perusahaan
asuransi tetapi tidak akan menghancurkan eksistensi perusahaan asuransi yang sudah ada.
Membuka peluang pasar asuransi yang baru tidak akan mempengaruhi pasar yang lama
dikarenakan pasar yang baru ini merupakan pasar yang belum tersentuh dalam dunia
asuransi, tambahnya.
Juga tak beda jauh dengan pernyataan Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia
(AASI) M Shaifie, justru pemberlakuan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan asuransi yang tidak mendapatkan
jatah dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan. "Di dalam UU BPJS I sepakat
menyelenggarakan asuransi kesehatan, di sini memang BPJS yang mengkover, tetapi
masyarakat membutuhkan kover tambahan. Ini menjadi tantangan yang unik bagi perusahaan
asuransi lainnya," paparnya
Syaifie mengungkapkan, sejauh ini sejumlah perusahaan asuransi tengah mencermati
perkembangan yang terjadi pada BPJS. Terkait dengan pelaksanaan BPJS I pada 1 Januari
2014. "BPJS akan masuk ke asuransi kesehatan, sehingga perusahaan-perusahaan akan
mengambil porsi yang masih tersedia," jelasnya.
Menurut Syaifie, perusahaan asuransi harus memulai untuk melakukan kolaborasi dengan
BPJS I untuk mengambil porsi layanan asuransi yang masih dibutuhkan masyarakat.
"Perusahaan asuransi yang menyelenggarakan jaminan sosial juga harus segera melakukan
antisipasi," pungkasnya.