LAPORAN KASUS
IDENTITAS
1.1
Nama
: Ny. SH
: 20 tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Swasta
Agama
: Islam
N. Suami
: Tn. Y
Suku Bangsa
: Betawi
Alamat
Tanggal Masuk RS
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA:
Pasien G1P0A0 hamil 39 minggu mengeluh keluar cairan banyak berwarna jernih
di sertai darah bercampur lendir dari vagina sejak 10 jam sebelum masuk Rumah
Sakit (SMRS).
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Os datang di kamar bersalin mengaku hamil 39 minggu, hamil pertama, Os
mengeluh keluar cairan banyak berwarna jernih di sertai darah bercampur lendirdan
disertai nyeri perut yang menjalar ke pinggang sejak 10 jam SMRS. Os juga
mengeluhkan pusing dan lemas.Os menyangkal adanya demam, mual, muntah.Os
Page 1
menyangkal jatuh sebelum masuk RS.Os juga menyangkal telah berhubungan dengan
suami.Di kamar bersalin RSIJ sukapura telah dilakukan tindakan induksi dengan
oksitosin drip tetapi gagal, karena tidak terdapat kemajuan persalinan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Riwayat hipertensi, DM, asma, penyakit jantung disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, DM, dan asma.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL :
Riwayat merokok dan minuman beralkohol disangkal.
RIWAYAT PENGOBATAN:
Tidak mengkonsumsi obat apapun SMRS.
RIWAYAT PERKAWINAN:
Pernikahan yang pertama, , lama menikah 11 bulan.
RIWAYAT HAID:
Pertama kali haid saat berusia 15 tahun, teratur, tidak sakit, lama 5 hari, siklus
30 hari, HPHT 16 Juni 2014, tafsiran persalalinan 23 Maret 2015.
RIWAYAT PERSALINAN :
1. Hamil ini
RIWAYAT ALERGI
Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman, obat, dll.
RIWAYAT OPERASI:
Page 2
PEMERIKSAAN FISIK
KESAN UMUM
KESADARAN
:Compos Mentis
TANDA VITAL
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu
: 37.50C
Pernapasan
: 21 kali/menit
Nadi
: 80 kali/menit
TB
: 150 cm
BB
: 64 kg
PEMERIKSAAN FISIK :
Kepala
Mata
Leher
Dada
Jantung :Bunyi jantung I & II reguler, murni, murmur (-), gallop (-)
Payudara : Simetris, puting susu menonjol
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas Atas
Page 3
STATUS OBSTETRI
Abdomen
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
Pemeriksaan luar
janin memanjang,
presentase
kepala, Tafsiran berat janin 3100 gram, His tiap 3 x 8 menit, lamanya 25
detik , kualitas sedang, Bunyi Jantung Janin 155x/menit.
Rumus menghitung berat janin (Rumus Lohnson)
o Berat Janin = (tinggi fundus uteri 12) x 155 gram (jika kepala belum
masuk PAP)
o Berat Janin = (tinggi fundus uteri 11) x 155 gram (jika kepala sudah
masuk PAP)
Pada kasus ini kepala janin sudah masuk PAP
Jadi : (31 11) x 155 gram = 3100 gram
-
1.4
Pemeriksaan Lab
Hematologi Rutin 13/03/2015
PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
Page 4
NILAI NORMAL
PEMBEKUAN
Masa perdarahan
200
menit
1-3
Masa pembekuan
400
menit
2-6
Hemoglobin
13,30
g/dl
11,3-15,5
Leukosit
7.800
sel/mm3
4,3- 10,4
Hematokrit
36,7
36,0- 46,0
Trombosit
262.000
ribu/mm3
132- 440
HEMATOLOGI
1.5
Resume
Os 20 tahun G1P0A0 H. aterm mengeluh keluar cairan ketuban banyak
berwarna jernih di sertai darah bercampur lendir dan disertai nyeri perut yang menjalar
ke pinggang. Malaise (+) mules (+). Saat dilakukan pemeriksaan leopold: TFU 31 cm;
letak janin memanjang, presentase kepala, Tafsiran berat janin 3100 gram, His tiap
3x 8 menit, lamanya 25 detik , kualitas sedang, Bunyi Jantung Janin 155x/menit. saat
dilakukan VT: Inspeksi :Vulva belum terbuka, perinium menonjol, darah (+), lendir
(+), cairan keluar(+). Porsio tebal; Konsistensi lunak, Dilatasi serviks 2 cm, teraba
kepala penurunan H 1, ketuban sudah pecah berwarna hijau, blood slym ada. Cavum
uteri +. Induksi gagal Pro Seksio Sesaria.
1.6
1.7
Diagnosis
Ibu
Bayi
Rencana Tindakan
Page 5
1.8
LAPORAN PEMBEDAHAN
Nama
:Ny. SH
Umur
: 20 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
: 204010
Tanggal pembedahan
Diagnosa Prabedah
Diagnosa pascabedah
Tindakan Pembedahan
: SSTP
Uraian pembedahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Spinal anastesi
Pasien posisi terlentang
Asepsis lapang operasi dengan betadine
Insisi pfanenstiel 12 cm
Insisi segmen bawah rahim 10 cm , ketuban hijau kental
Lahirkan kepala, badan, bokong, kaki. Lahir bayi perempuan, BB 2650
Page 6
Penatalaksanaan Post SC
-
Infus RL
1.9 FOLLOW UP
Tanggal
Catatan
14 Maret S = nyeri di bagian jahitan
2015
P:20x/menit
Page 7
S:37oC
N:80 x/menit
P:18x/menit
S:37oC
N:80 x/menit
P:20x/menit
Page 8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KETUBAN PECAH DINI
A. Pengertian
Ketuban pecah dini ( amniorrhexis premature rupture of the membrane
PROM ) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Pada keadaan
normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini KPD Preterm (PPROM
Page 9
B. Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang Ketuban Pecah Dini, namun penyebab
sebelumnya belum diketahui dan tidak dapat di tentukan secara pasti.Beberapa laporan
menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan Ketuban Pecah Dini, namun
faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
presdisposisi yaitu :
a. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban biasa menyebabkan terjadinya ketuban
pecah dini.
b. Serviks inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada serviks uteri (akibat persalinan dan kuretase)
Page 10
c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion dan gemeli. Trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabkan
terjadinya Ketuban Pecah Dini karena biasanya disertai infeksi
d. Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah.
C. Epidemiologi
KPD merupakan komplikasi kehamilan pada 10% kehamilan aterm dan 4%
kehamilan preterm.KPD preterm menyebabkan terjadinya 1/3 persalinan preterm dan
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal.
D. Faktor risiko
Page 11
f. Vaginosis bakterial
g. Perdarahan antenatal
h. Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
E. Patofisiologi
Banyak teori, mengenai patofisiologi kerjadinya ketuban pecah dini, mulai dari
defek kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus,
ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).Kolagen terdapat pada lapisan
kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas.Sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1
(IL-1) dan prostaglandin.Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
F. Diagnosis
Menegakkan diagnosa Ketuban Pecah Dini secara tepat sangat penting.karena
diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi
terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya
diagnosa yang negative palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai
resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena
itu, di perlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa Ketuban Pecah Dini di
tegakkan dengan cara :
1. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak
secara tiba-tiba dari jalan lahir.Jumlah atau volume cairan ketuban, berbau yang
Page 12
khas, dan warna, perlu diperhatikan.Keluarnya cairan sebelum ada his atau his
belum teratur dan belum ada pengeluran lendir darah.
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan
lebih jelas.
3. Pemeriksaan dengan speculum
Pemeriksaan dengan speculum pada Ketuban Pecah Dini akan tampak keluar
cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), apabila belum juga tampak keluar
maka fundus uteri di tekan, penderita di minta batuk, mengejan atau mengadakan
manuvover valsava atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan
dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior.
4. Pemeriksaan dalam
Didapat cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu di pertimbangkan, pada
kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan
pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi pathogen.Pemeriksaan dalam
vagina dilakukan apabila Ketuban Pecah Dini yang sudah dalam persalinan atau
yang dilakukan induksi persalinan dan di batassi sedikit mungkin.
5. Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini
1) Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan pH
nya.Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine
Page 13
Page 14
2.
Penatalaksanaan ekspektatif :
1. Tirah baring
2. Pemberian antibiotika spektrum luas
3. Observasi tanda inpartu dan keadaan ibu dan anak
4. Bila selama 12 jam tidak ada tanda-tanda inpartu dan keadaan umum
ibu dan anak baik maka dapat dilakukan terminasi kehamilan
5. Bila selama masa observasi terdapat :
Page 15
H. Komplikasi
Page 16
invasi
mikroba
kedalam
cavum
amnion
atau
inflamasi
selaput
chorioamniotik
Angka kejadian chorioamnionitis berbanding terbalik dengan usia kehamilan,
menurut Hillier dkk ( 1988):
1. Chorioamnionitis histologik 100% pada usia kehamilan kurang dari 26
minggu
2. Chorioamnionitis histologik 70% pada usia kehamilan kurang dari 30
minggu
3. Chorioamnionitis histologik 60% pada usia kehamilan kurang dari 32
minggu
Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi talipusat
yang berkepanjangan dan berulang akibat berkurangnya cairan amnion atau
prolapsustalipusat.KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai dengan
oligohidramnion yang berkepanjangan menyebabkan terjadinya deformasi janin.
I. Prognosis
Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta adanya
infeksi atau tidak. Pada usia kehamilan lebih muda, midtrimester (13-26 minggu)
Page 17
Pada kehamilan dengan infeksi prognosis memburuk, sehingga bila bayi selamat
dan dilahirkan memerlukan penanganan yang intensif. Apabila KPD terjadi setelah
usia masuk ke dalam aterm maka prognosis lebih baik terutama bila tidak terdapatnya
infeksi, sehingga terkadang pada aterm sering digunakan induksi untuk membantu
persalinan.
Page 18
A.Definisi
Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks
dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.Partus tak maju
(persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun
karena faktor mekanis.Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul,
tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.
Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi
selama 2 jam terakhir.
B. Etiologi
a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan,
tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu.Besarnya
kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada
disproporsi sefalopelvik atau tidak.
Page 19
C. Epidemiologi
Penelitian Simbolon di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007
diperoleh 273 kasus partus tak maju, 201 kasus terjadi pada wanita usia 20-35 tahun
dengan proporsi 73,6%, 63 kasus terjadi pada wanita usia > 35 tahun dengan proporsi
23,1% dan 9 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan proporsi 3,3%.
Sedangkan pada paritas diperoleh 118 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi
43,2%, 98 kasus terjadi pada paritas 1-3 dengan proporsi 35,9% dan 57 kasus terjadi
pada paritas > 3 dengan proporsi 20,9%.
Di negara-negara maju panggul kecil telah berkurang sebagai penyebab
distosia.namun pada kelompok ekonomi lemah di negara maju dan penduduk kota
yang miskin di negara berkembang, panggul kecil masih ada dan menyebabkan partus
Page 20
tak maju. Di negara-negara maju 70% wanita bentuk panggul normal dan di Asia 80%
wanita bentuk panggul normal.
Di Indonesia proporsi partus tak maju 9% dari penyebab kematian ibu
langsung.8 Penelitian Olva di RSU Unit Swadana Subang Jawa Barat tahun 2001
diperoleh 400 persalinan terdapat 200 kasus partus tak maju dengan proporsi 50%.
Page 21
D.Tanda-tanda klinik
Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan
fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :
a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
b. Demam
c. Nyeri abdomen
d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah
rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.
E. Komplikasi
a. Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan
sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil. Bila kepala tertahan
pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang
menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.
b. Pembukaan serviks yang abnormal
Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala
janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema
serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat
juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah
panggul.Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama.Persalinan yang lama
menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.
Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika
Page 22
Page 23
Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari
setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam
38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal,
berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus.
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan
partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan
meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.
F.Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan :
a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama
kehamilan dan persalinan.
b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia reproduksi
pra-nikah.
c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang sudah
berkeluarga.1
d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.
e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu
hamil terutama risiko tinggi
f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada primigravida.
g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.
h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.
Page 24
Page 25
DAFTAR PUSTAKA
Page 26
Page 27