Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

1.1

Nama

: Ny. SH

Tempat/tanggal lahir : Lebak, 03 oktober 1994


Umur

: 20 tahun

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Swasta

Agama

: Islam

N. Suami

: Tn. Y

Suku Bangsa

: Betawi

Alamat

: Jl. Muara B batik RT/RW 008/004, KOJA, Jakarta Utara

Tanggal Masuk RS

: 13 Maret 2015 / 15:50 WIB

Dokter Yang Merawat : dr. Riady,Sp.OG


1.2

ANAMNESA

KELUHAN UTAMA:
Pasien G1P0A0 hamil 39 minggu mengeluh keluar cairan banyak berwarna jernih
di sertai darah bercampur lendir dari vagina sejak 10 jam sebelum masuk Rumah
Sakit (SMRS).
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Os datang di kamar bersalin mengaku hamil 39 minggu, hamil pertama, Os
mengeluh keluar cairan banyak berwarna jernih di sertai darah bercampur lendirdan
disertai nyeri perut yang menjalar ke pinggang sejak 10 jam SMRS. Os juga
mengeluhkan pusing dan lemas.Os menyangkal adanya demam, mual, muntah.Os

Page 1

menyangkal jatuh sebelum masuk RS.Os juga menyangkal telah berhubungan dengan
suami.Di kamar bersalin RSIJ sukapura telah dilakukan tindakan induksi dengan
oksitosin drip tetapi gagal, karena tidak terdapat kemajuan persalinan.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:
Riwayat hipertensi, DM, asma, penyakit jantung disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA:
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, DM, dan asma.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL :
Riwayat merokok dan minuman beralkohol disangkal.
RIWAYAT PENGOBATAN:
Tidak mengkonsumsi obat apapun SMRS.
RIWAYAT PERKAWINAN:
Pernikahan yang pertama, , lama menikah 11 bulan.
RIWAYAT HAID:
Pertama kali haid saat berusia 15 tahun, teratur, tidak sakit, lama 5 hari, siklus
30 hari, HPHT 16 Juni 2014, tafsiran persalalinan 23 Maret 2015.
RIWAYAT PERSALINAN :
1. Hamil ini
RIWAYAT ALERGI
Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman, obat, dll.
RIWAYAT OPERASI:

Page 2

Tidak ada riwayat operasi.


1.3.

PEMERIKSAAN FISIK

KESAN UMUM

: Tampak sakit sedang

KESADARAN

:Compos Mentis

TANDA VITAL
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu

: 37.50C

Pernapasan

: 21 kali/menit

Nadi

: 80 kali/menit

TB

: 150 cm

BB

: 64 kg

PEMERIKSAAN FISIK :
Kepala

: Bentuk normocephal, rambut warna hitam, distribusi merata,


tidak mudah dicabut

Mata

: Konjungtiva Anemis(-/-), Sklera Ikterik (-/-)

Leher

: Pembesaran KGB (-)

Dada

: pergerakan dinding dada simetris


-

Paru-paru : Bunyi vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung :Bunyi jantung I & II reguler, murni, murmur (-), gallop (-)
Payudara : Simetris, puting susu menonjol

Abdomen

: Membesar sesuai kehamilan, Striae ada, linea nigra ada, TFU


31 cm

Genitalia

: Terdapat pengeluaran pervaginam berupa cairan ketuban dan


darah berserta lendir.

Ekstremitas Atas

: Akral hangat, edema -/-, CRT< 2 detik

Page 3

STATUS OBSTETRI
Abdomen

Leopold I

: Teraba bagian teratas janin bulat lunak

Leopold II

: Teraba punggung dibagian kanan, janin memanjang

Leopold III

: Teraba bagian terbawah janin bulat keras

Leopold IV

: Bagian terbawah janin sudah masuk PAP

Pemeriksaan luar

: TFU 31 cm; letak

janin memanjang,

presentase

kepala, Tafsiran berat janin 3100 gram, His tiap 3 x 8 menit, lamanya 25
detik , kualitas sedang, Bunyi Jantung Janin 155x/menit.
Rumus menghitung berat janin (Rumus Lohnson)
o Berat Janin = (tinggi fundus uteri 12) x 155 gram (jika kepala belum

masuk PAP)
o Berat Janin = (tinggi fundus uteri 11) x 155 gram (jika kepala sudah
masuk PAP)
Pada kasus ini kepala janin sudah masuk PAP
Jadi : (31 11) x 155 gram = 3100 gram
-

Vaginal Toucher( VT)


-

Inspeksi :Vulva belum terbuka, perinium menonjol, darah ada, lendir


ada, cairan keluar ada.

Pemeriksaan Dalam vagina: Porsio tebal; Konsistensi lunak, Dilatasi


serviks 2 cm, teraba kepala penurunan H 1, ketuban sudah pecah
berwarna hijau, blood slym ada. Cavum uteri +.

1.4

Pemeriksaan Lab
Hematologi Rutin 13/03/2015

PEMERIKSAAN

HASIL

SATUAN

Page 4

NILAI NORMAL

PEMBEKUAN
Masa perdarahan

200

menit

1-3

Masa pembekuan

400

menit

2-6

Hemoglobin

13,30

g/dl

11,3-15,5

Leukosit

7.800

sel/mm3

4,3- 10,4

Hematokrit

36,7

36,0- 46,0

Trombosit

262.000

ribu/mm3

132- 440

HEMATOLOGI

1.5

Resume
Os 20 tahun G1P0A0 H. aterm mengeluh keluar cairan ketuban banyak

berwarna jernih di sertai darah bercampur lendir dan disertai nyeri perut yang menjalar
ke pinggang. Malaise (+) mules (+). Saat dilakukan pemeriksaan leopold: TFU 31 cm;
letak janin memanjang, presentase kepala, Tafsiran berat janin 3100 gram, His tiap
3x 8 menit, lamanya 25 detik , kualitas sedang, Bunyi Jantung Janin 155x/menit. saat
dilakukan VT: Inspeksi :Vulva belum terbuka, perinium menonjol, darah (+), lendir
(+), cairan keluar(+). Porsio tebal; Konsistensi lunak, Dilatasi serviks 2 cm, teraba
kepala penurunan H 1, ketuban sudah pecah berwarna hijau, blood slym ada. Cavum
uteri +. Induksi gagal Pro Seksio Sesaria.

1.6

1.7

Diagnosis
Ibu

: G1P0A0 Gravid Aterm dengan KPD dan induksi gagal.

Bayi

: Janin Tunggal Hidup Intrauterine

Rencana Tindakan

Page 5

Pasang kateter urinaria


Ceftriaxone 1 gr N0.II pro injeksi
Pro Seksio Sesaria

1.8

LAPORAN PEMBEDAHAN
Nama

:Ny. SH

Umur

: 20 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

No. Rekam Medis

: 204010

Tanggal pembedahan

: 13 maret 2015, lama 1jam

Dokter ahli bedah

: Dr. Riady, Sp.OG

Diagnosa Prabedah

: G1P0A0 gravid aterm dengan KPD + induksi


gagal.

Diagnosa pascabedah

: P1A0Post SC aterm + oligohidramnion

Tindakan Pembedahan

: SSTP

Uraian pembedahan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Spinal anastesi
Pasien posisi terlentang
Asepsis lapang operasi dengan betadine
Insisi pfanenstiel 12 cm
Insisi segmen bawah rahim 10 cm , ketuban hijau kental
Lahirkan kepala, badan, bokong, kaki. Lahir bayi perempuan, BB 2650

gram, PB 48 cm A/S: 9/10.


7. Lahirkan plasenta lengkap
8. Jahit uterus
9. Kontrol perdarahan
10. Bilas cavum abdomen dengan NaCl
11. Jahit dinding abdomen lapis demi lapis
12. Vaginal toilet
13. Operasi selesai

Page 6

Penatalaksanaan Post SC
-

Ceftriaxone 1 gr N0.II pro injeksi

Pronalges supp no. III

Infus RL

1.9 FOLLOW UP
Tanggal
Catatan
14 Maret S = nyeri di bagian jahitan
2015

O = keadaan umum : tampak sakit sedang


kesadaran = compos mentis
TTV: Td:120/70 mmHg S:36,9oC
N:76x/menit

P:20x/menit

Mata: Conjungtiva Anemis(-/-), Skelra Ikterik(-/-)


Leher: pemb.KGB (-/-)
Dada : Pulmo : vesikuler(+/+), wheezing(-/-), ronhki(-/-)
Cor : Bj I danII reguler, gallop(-), murmur(-)
Mammae : simetris (+), putting menonjol (+/+), ASI(-)
Abdomen : NTE(+), BU(+)
Genitalia : darah(+), lendir(-), flou albus (-)
Ekstemitas : akral hangat(+), CRT<2dtk, edem(-)
Otonom: BAB(-), BAK (+), flatus (-)
A = P1A0 post SC aterm a/I KPD+induksi gagal, H+1
P = ceftriaxone injeksi 1x1
Pronalges supp no. III 1x1
off infuse bila terapi injeksi habis

15 Maret S = nyeri dibagian jahitan


2015

O = keadaan umum : tampak sakit ringan

Page 7

kesadaran = compos mentis


TTV: Td:110/70 mmHg

S:37oC

N:80 x/menit

P:18x/menit

Mata: Conjungtiva Anemis(-/-), Skelra Ikterik(-/-)


Leher: pemb.KGB (-/-)
Dada : Pulmo : vesikuler(+/+), wheezing(-/-), ronhki(-/-)
Cor : Bj1 dan II reguler, gallop(-), murmur(-)
Mammae : simetris (+), Putting menonjol (+/+), ASI(+)
Abdomen : NTE(-), BU(+)
Genitalia : darah(+), lendir(-), flour albus (-)
Ekstemitas : CRT<2dtk, akral hangat(+), edema(-)
Otonom: BAB(-), BAK (+), flatus (+)
A = P1A0 post SC aterm a/I KPD+induksi gagal, H+2
P = Cefadroxil tab No. X 2 dd 1
Asam Mefenamat 500 mg oral 3 dd1
off infuse
off kateter
16 Maret S = nyeri dibagian jahitan
2015

O = keadaan umum : tampak sakit ringan


kesadaran = compos mentis
TTV: Td:110/70 mmHg

S:37oC

N:80 x/menit

P:20x/menit

Mata: Conjungtiva Anemis(-/-), Skelra Ikterik(-/-)


Leher: pemb.KGB (-/-)
Dada : Pulmo : vesikuler(+/+), wheezing(-/-), ronhki(-/-)
Cor : Bj1 dan II reguler, gallop(-), murmur(-)
Mammae : simetris (+), Putting menonjol (+/+), ASI(+)
Abdomen : NTE(-), BU(+)
Genitalia : darah(+), lendir(-), flour albus (-)

Page 8

Ekstemitas : akral hangat(+), CRT<2dtk, edema(-)


Otonom: BAB(+), BAK (+), flatus (+)
A = P1A0 post SC aterm a/I KPD+induksi gagal, H+3
P = lanjut terapi oral
Ganti perban luka
Pasien boleh pulang,
Edukasi ke pasien :luka jangan terkena air. Obat di habiskan. Dan cara
membersihkan luka.Kntrol lagi seminggu

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KETUBAN PECAH DINI

A. Pengertian
Ketuban pecah dini ( amniorrhexis premature rupture of the membrane
PROM ) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Pada keadaan
normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini KPD Preterm (PPROM

Page 9

= preterm premature rupture of the membrane - preterm amniorrhexis). KPD


memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan peningkatan
risiko infeksi intra-amnion.
Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila seorang ibu hamil mengalami
pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam kemudian tidak terdapat tanda awal
persalinan, dengan demikian untuk kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut
merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan pengamatan adanya tanda-tanda
awal persalinan.
Bila terjadi pada kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD
Preterm (PPROM = preterm premature rupture of the membrane - preterm
amniorrhexis).Periode Latenadalah interval waktu dari kejadian pecahnya selaput
chorioamniotik dengan awal persalinan.

B. Etiologi
Walaupun banyak publikasi tentang Ketuban Pecah Dini, namun penyebab
sebelumnya belum diketahui dan tidak dapat di tentukan secara pasti.Beberapa laporan
menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan Ketuban Pecah Dini, namun
faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
presdisposisi yaitu :
a. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen dari
vagina atau infeksi pada cairan ketuban biasa menyebabkan terjadinya ketuban
pecah dini.
b. Serviks inkompeten, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena kelainan
pada serviks uteri (akibat persalinan dan kuretase)

Page 10

c. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya trauma, hidramnion dan gemeli. Trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabkan
terjadinya Ketuban Pecah Dini karena biasanya disertai infeksi
d. Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah.

C. Epidemiologi
KPD merupakan komplikasi kehamilan pada 10% kehamilan aterm dan 4%
kehamilan preterm.KPD preterm menyebabkan terjadinya 1/3 persalinan preterm dan
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal.

D. Faktor risiko

a. Golongan sosio ekonomi rendah


b. Ibu hamil tidak menikah
c. Kehamilan remaja
d. Merokok
e. Penyakit Menular Seksual

Page 11

f. Vaginosis bakterial
g. Perdarahan antenatal
h. Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
E. Patofisiologi
Banyak teori, mengenai patofisiologi kerjadinya ketuban pecah dini, mulai dari
defek kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian besar kasus,
ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).Kolagen terdapat pada lapisan
kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas.Sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1
(IL-1) dan prostaglandin.Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi
depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban
tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
F. Diagnosis
Menegakkan diagnosa Ketuban Pecah Dini secara tepat sangat penting.karena
diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan bayi
terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya
diagnosa yang negative palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai
resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena
itu, di perlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa Ketuban Pecah Dini di
tegakkan dengan cara :
1. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak
secara tiba-tiba dari jalan lahir.Jumlah atau volume cairan ketuban, berbau yang

Page 12

khas, dan warna, perlu diperhatikan.Keluarnya cairan sebelum ada his atau his
belum teratur dan belum ada pengeluran lendir darah.
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila
ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan
lebih jelas.
3. Pemeriksaan dengan speculum
Pemeriksaan dengan speculum pada Ketuban Pecah Dini akan tampak keluar
cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), apabila belum juga tampak keluar
maka fundus uteri di tekan, penderita di minta batuk, mengejan atau mengadakan
manuvover valsava atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan
dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior.
4. Pemeriksaan dalam
Didapat cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu di pertimbangkan, pada
kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan
pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi pathogen.Pemeriksaan dalam
vagina dilakukan apabila Ketuban Pecah Dini yang sudah dalam persalinan atau
yang dilakukan induksi persalinan dan di batassi sedikit mungkin.
5. Pemeriksaan Penunjang Ketuban Pecah Dini
1) Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsentrasi, bau dan pH
nya.Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine

Page 13

atau secret vagina.


a. Tes lakmus (tes nitrazin) yaitu jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru gelap jika kontak dengan bahan yang bersifat basa menunjukkan
adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina
dapat menghasilkan tes yang positif palsu
b. Mikroskopik (tes pakis) yaitu memasang speculum steril menggunakan
kapas lidi untuk mengumpulkan specimen, baik dari cairan vorniks vagina
posterior maupun cairan dari orifisium serviks karena lendir serviks juga
berbentuk pakis, hapus specimen pada objek mikroskop dan biarkan
seluruhnya kering minimal 10 menit kemudian lihat di bawah mikroskop
untuk memeriksa pola pakis.
2) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini di maksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus ketuban pecah dini terlihat jumlah cairan ketuban
yang sedikit.
6. Insidensi Ketuban Pecah Dini
Insidensi Ketuban Pecah Dini berkisar antara 5-10 % dari semua kelahiran .
Hal yang menguntungkan dari angka kejadian Ketuban Pecah Dini yang
dilaporkan, bahwa lebih banyak terjadi pada kehamilan cukup bulan dari pada
kurang bulan, yang bekisar 70 % sedangkan pada kehamilan kurang bulan terjadi
sekitar 30 %.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
1. Kehamilan, keadaan kesehatan secara umum, dan riwayat kesehatan
2. Keparahan kondisi akibat ketuban pecah dini
3. Toleransi terhadap obat-obatan, tindakan atau terapi yang diberikan

Page 14

4. Ekspektasi dari keadaan pasien


5. Pendapat atau pilihan pasien
1. Kehamilan yang disertai Amnionitis.
Pada kasus KPD yang disertai dengan adanya tanda-tanda infeksi
chorioamnionitis harus dilakukan terminasi kehamilan tanpa memperhatikan
usia kehamilan.Sebelum terminasi kehamilan, diberikan antibiotika spektrum
luas untuk terapi amnionitis.

2.

Kehamilan aterm tanpa amnionitis


Pada kehamilan aterm, penatalaksanaan KPD tanpa disertai amnionitis dapat
bersifat aktif (segera melakukan terminasi kehamilan) atau ekspektatif
(menunda persalinan sampai maksimum 12 jam).

Penatalaksanaan ekspektatif :
1. Tirah baring
2. Pemberian antibiotika spektrum luas
3. Observasi tanda inpartu dan keadaan ibu dan anak
4. Bila selama 12 jam tidak ada tanda-tanda inpartu dan keadaan umum
ibu dan anak baik maka dapat dilakukan terminasi kehamilan
5. Bila selama masa observasi terdapat :

Page 15

a. Suhu rektal > 37.60C


b. Gawat ibu atau gawat janin
6. Maka kehamilan harus segera diakhiri
Penatalaksanaan aktif :
Kehamilan segera diakhiri dengan cara yang sesuai dengan indikasi dan
kontraindikasi yang ada.Baik pada penatalaksanaan aktif atau ekspektatif,
harus diberikan antibiotika spektrum luas untuk mencegah terjadinya
amnionitis.
3. Kehamilan preterm tanpa amnionitis
Prinsip penatalaksanaan tidak berbeda dengan penatalaksanaan pada kehamilan
aterm tanpa amnionitis.Perbedaan terutama pada antisipasi terhadap resiko
chorioamnionitis yang lebih tinggi.
Pada kehamilan > 34 minggu, penatalaksanaan sama dengan
penatalaksanaan pada kehamilan aterm tanpa amnionitis. Pada kehamilan
kurang dari 24 minggu, resiko pecahnya ketuban dini terhadap ibu sangat
tinggi. Pada usia kehamilan ini, pemberian steroid, tokolitik dan antibiotika
tidak memberi manfaat bagi janin. Penatalaksanaan kasus seperti ini dapat
secara aktif atau ekspektatif (poliklinis) dengan pengawasan dan informasi
pada pasien yang baik dan sepenuhnya tergantung dari kehendak pasien
dengan memperhitungkan segala resiko terhadap ibu dan anak.Pada kehamilan
antara 24 32 minggu, sejumlah intervensi klinik sepertinya dapat
memperpanjang masa kehamilan dan memperbaiki out come.

H. Komplikasi

Page 16

KPD preterm seringkali menyebabkan terjadinya:


1. Persalinan preterm
2. Chorioamnionitis
3. Endometritis
4. Gawat janin atau asfiksia intrauterin ( pengaruh tekanan pada talipusat)
Persalinan preterm, korioamnionitis dan endometritis diakibatkan langsung
oleh

invasi

mikroba

kedalam

cavum

amnion

atau

inflamasi

selaput

chorioamniotik
Angka kejadian chorioamnionitis berbanding terbalik dengan usia kehamilan,
menurut Hillier dkk ( 1988):
1. Chorioamnionitis histologik 100% pada usia kehamilan kurang dari 26
minggu
2. Chorioamnionitis histologik 70% pada usia kehamilan kurang dari 30
minggu
3. Chorioamnionitis histologik 60% pada usia kehamilan kurang dari 32
minggu
Gawat janin atau asfiksia intrauterin merupakan akibat dari kompresi talipusat
yang berkepanjangan dan berulang akibat berkurangnya cairan amnion atau
prolapsustalipusat.KPD pada kehamilan yang sangat muda dan disertai dengan
oligohidramnion yang berkepanjangan menyebabkan terjadinya deformasi janin.
I. Prognosis
Prognosis tergantung pada usia kandungan, keadaan ibu dan bayi serta adanya
infeksi atau tidak. Pada usia kehamilan lebih muda, midtrimester (13-26 minggu)

Page 17

memiliki prognosis yang buruk. Kelangsungan hidup bervariasi dengan usia


kehamilan saat diagnosis (dari 12% ketika terdiagnosa pada 16-19 minggu, sebanyak
60% bila didiagnosis pada 25-26 minggu).

Pada kehamilan dengan infeksi prognosis memburuk, sehingga bila bayi selamat
dan dilahirkan memerlukan penanganan yang intensif. Apabila KPD terjadi setelah
usia masuk ke dalam aterm maka prognosis lebih baik terutama bila tidak terdapatnya
infeksi, sehingga terkadang pada aterm sering digunakan induksi untuk membantu
persalinan.

Page 18

PARTUS TAK MAJU

A.Definisi
Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks
dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam.Partus tak maju
(persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun
karena faktor mekanis.Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul,
tetapi dapat juga terjadi pada ronga panggul atau pintu bawah panggul.
Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak
menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi
selama 2 jam terakhir.
B. Etiologi
a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan,
tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu.Besarnya
kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada
disproporsi sefalopelvik atau tidak.

Page 19

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati


panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang
efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan
kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek,
kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untukmengadakan molase dapat
menyebabkan persalinan normal tidak mungkin.
b.Abnormalitas pada janin
Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus,
pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.
c. Abnormalitas sistem reproduksi
Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina
kongenital, perineum kaku dan tumor vagina.

C. Epidemiologi
Penelitian Simbolon di Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang tahun 2007
diperoleh 273 kasus partus tak maju, 201 kasus terjadi pada wanita usia 20-35 tahun
dengan proporsi 73,6%, 63 kasus terjadi pada wanita usia > 35 tahun dengan proporsi
23,1% dan 9 kasus terjadi pada wanita usia < 20 tahun dengan proporsi 3,3%.
Sedangkan pada paritas diperoleh 118 kasus terjadi pada paritas 0 dengan proporsi
43,2%, 98 kasus terjadi pada paritas 1-3 dengan proporsi 35,9% dan 57 kasus terjadi
pada paritas > 3 dengan proporsi 20,9%.
Di negara-negara maju panggul kecil telah berkurang sebagai penyebab
distosia.namun pada kelompok ekonomi lemah di negara maju dan penduduk kota
yang miskin di negara berkembang, panggul kecil masih ada dan menyebabkan partus

Page 20

tak maju. Di negara-negara maju 70% wanita bentuk panggul normal dan di Asia 80%
wanita bentuk panggul normal.
Di Indonesia proporsi partus tak maju 9% dari penyebab kematian ibu
langsung.8 Penelitian Olva di RSU Unit Swadana Subang Jawa Barat tahun 2001
diperoleh 400 persalinan terdapat 200 kasus partus tak maju dengan proporsi 50%.

Determinan dari Partus Tak Maju yaitu :


a. Host
1. Usia
Usia reproduksi yang optimal bagi seorang ibu untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun karena pada usia ini secara fisik dan psikologi ibu sudah cukup
matang dalam menghadapi kehamilan dan persalinan.
Usia<20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan
dan perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan
menerima kehamilannya. Usia>35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan yang
terjadi karena proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur
lagi. Selain itu peningkatn umur seseorang akan mempengaruhi organ yang vital
seperti sistim kardiovaskuler, ginjal dll (pada umur tersebut mudah terjadi penyakit
pada ibu yang akan memperberat tugas organ-organ tersebut sehingga berisiko
mengalami komplikasi pada ibu dan janin).
2.Riwayat Persalinan
Persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan persalinan prematur, seksio
caesarea, bayi lahir mati, persalinan lama, persalinan dengan induksi serta semua
persalinan tidak normal yang dialami ibu merupakan risiko tinggi pada persalinan
berikutnya.

Page 21

D.Tanda-tanda klinik
Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan
fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan :
a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)
b. Demam
c. Nyeri abdomen
d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah
rendah) syok dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.

E. Komplikasi
a. Ketuban pecah dini
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan
sempurna oleh janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil. Bila kepala tertahan
pada pintu atas panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang
menyentuh os internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.
b. Pembukaan serviks yang abnormal
Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala
janin tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema
serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat
juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah
panggul.Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama.Persalinan yang lama
menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.
Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika

Page 22

serviks berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa


kemacetan persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa
dilaksanakan (bila tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul).
c. Bahaya ruptur uterus
Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari
kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak
dilakukan intervensi.Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15%
dan angka kematian bayi berkisar 50%.
Bila membran amnion pecah dan cairan amnion mengalir keluar, janin akan
didorong ke segmen bawah rahim melalui kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen
bawah rahim akan merengang sehingga menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur.
Namun demikian kelelahan uterus dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim
meregang, yang menyebabkan kontraksi menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur
uterus berkurang.
d. Fistula
Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung
kemih, serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang
pelvis mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi
pada jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam
beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesikovaginal (diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung
kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula
umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi
pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai pada
usia dini.
e. Sepsis puerferalis

Page 23

Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi
setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari
setelah persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam
38,50c atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal,
berbau busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus.
Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan
partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan
meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.

F.Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan :
a. Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama
kehamilan dan persalinan.
b. Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia reproduksi
pra-nikah.
c. Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang sudah
berkeluarga.1
d. Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.
e. Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu
hamil terutama risiko tinggi
f. Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada primigravida.
g. Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.
h. Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.

Page 24

i. Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang melahirkan


dirumah (Maternity Waiting Home) apabila terjadi
2.Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan
yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :
a. Pemeriksaan Abdomen
Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen sebagai
berikut :
1. Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelviss karena kepala tidak dapat turun
2. Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami kontraksi yang
lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti karena kelelahan uterus)
b.Pemeriksaan Vagina
Tanda-tandanya sebagai berikut :
1. Bau busuk dari drainase mekonium
2. Cairan amniotik sudah keluar
3. Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapt mengandung mekonium atau
darah
4. Pemeriksaan vagina : edema vulva (terutama jika ibu telah lama mengedan), vagina
panas dan mengering karena dehidrasi, pembukaan serviks tidak komplit. Kaput
suksedaneum yang besar dapat diraba dan penyebab persalinan macet antara lain
kepala sulit bermolase akibat terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan prolaps.
c. Pencegahan Tersier

Page 25

Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang


lebih berat dan kematian, yaitu :
a. Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma normal dan menangani
dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan dekstrosa 5% 1-2 liter
dalam 6 jam.
b. Pemberiaan antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan intensif
setelah melahirkan.

DAFTAR PUSTAKA

Wiknajosastro, Hanifa. Prof.dr.DSOG. Ilmu Kebidanan, yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2007
Cunningham, Macdonald. William Obstetrics. 22th edition. Appleton and Lange.
Stanford Connecticut. 2007
Safuddin, Abdul bari. Prof. Dr. DSOG. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2004
Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Edisi kedua. Editor : Lutan D. EGC, Jakarta. 2007
Robert Resnik, Jay P lams, Maternal fetal medicine, 5th Edition, Saunders,
Philadelphia, 2004

Page 26

Current Obstetric and Gynecologic, Diagnosis treatment, ninth Edition International,


2003
sastrawinata Sulaiman, Ilmu kesehatan Reproduksi, Obstetri Patologi, Ed.2 Jakarta:
EGC, 2004
Geoffrey chamberlain, prolonged pregnancy Turn Bulls Obstetric, 3rd Edition,
Churchill Livingstone.
Cunningham F Gary, Obstetri Williams, ED.21- Jakarta : EGC, 2005
Saifuddin Abdul bari, Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Ed.1, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004

Page 27

Anda mungkin juga menyukai