Anda di halaman 1dari 11

I.

Tujuan Percobaan
1. Mengetahui dan memahami efek dari obat antidiabetes terhadap hewan coba mencit
(Mus musculus).
2. Untuk menentukan

tingkat

efektifitas

pemberian

obat

antidiabetes

yaitu

Glibenklamid, bahan alam dan kontrol CMC juga untuk dapat mengetahui efek
antidiabetes dari obat tersebut pada hewan coba mencit (Mus musculus) yang terlebih
dahulu diinduksi dengan larutan glukosa 0,3 %.
3. Penentuan penurunan kadar glukosa darah dan tingkat efektifitas pemberian obat
antidiabetes yakni Glibenklamid dan bahan alam ( sambiloto ) pada hewan mencit
(Mus musculus) yang telah diinduksi dengan larutan glukosa 0,3 % dengan
II.

menggunakan alat glukometer.


Teori Umum
Pada orang sehat, air kemihnya tidak akan mengandung zat yang berguna bagi tubuh,

seperti gula dan protein. Bila dalam air kemih seseorang terdapat gula yang berlebihan, ini
berarti orang tersebut menderita penyakit kenccing manis atau diabetes melitus. Ini terjadi
karena kekurangan hormone insulin. Penyakit sering buang air kesil disebut diabetes
insipidus (Irianto, 2004).
Diabetes mellitus, penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan menahun
pada khususnya metabolisme karbohidrat dalam tubuh, dan juga pada metabolisme lemak dan
protein (lat. Diabetes = penerusan, mellitus = madu). Sebabnya ialah kekurangan hormon
insulin untuk menggunakan (membakar) glukosa sebagai sumber energi serta guna sintesis
lemak, dengan efek terjadinya hiperglikemia (Mycek, 2001)
Pankreas adalah suatu kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon peptida insulin,
glukagon dan somatostatin, dan suatu kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim
pencernaan. Hormon peptida disekresikan dari sel-sel yang berlokasi dalam pulau-pulau
Langer hans ( atau sel B yang menghasilkan insulin, 2 atau sel-A yang menghasilkan
glukagon dan 1 atau sel-D yang menghasilkan somatostatin) (Mycek, 2001).
Ada empat jenis sel penghasil hormone yang teridentifikasi dalam pulau pulau
langerhans tersebut (Sloane, 2004):
Sel alfa memsekresi glucagon, yang meningkatkan kadar gula darah
Sel beta mensekresi insulin, yang menurunkan kadar gula darah
Sel delta mesekresi somatostatin, atau hormone penghalang hormon pertumbuhan, yang
menghambat sekresi glucagon dan insulin.
Sel F mensekresi polipeptida pancreas, sejenis hormone pencernaan unruk fungsi yang tidak
jelas, yang dilepaskan setelah makan.

Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia,


poliuria, polidipsia, lemas, dan berat badan turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan
pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensi pada pria, serta prutitus vulva
pada wanita (Mansjoer, 2001).
Kriteria diagnosis diabetes mellitus adalah kadar glukosa puasa 126 mg/dL, atau
pada 2 jam setelah makan 200 mg/dL atau HbA1c 8%. Jika kadar glukosa 2 jam setelah
makan > 140 mg/dL, tetapi lebih dari 200 mg/dL, dinyatakan glukosa toleransi lemah
(Sukandar, 2008).
Manifestasi Klinik Diabetes Melitus yaitu (Sukandar, dkk, 2008):
DM tipe I
Penderita DM tipe I biasanya memiliki tubuh yang kurus dan cenderung berkembang menjadi
diabetes ketoasidosis karena insulin sangat kurang disertai peningkatan hormone glucagon.
Sejumlah 20-40% pasien mengalami DKA setelah beberapa hari mengalami poliuria,
polidipsia, polifagia, dan kehilangan bobot badan.
DM tipe II
Pasien dengan DM tipe II sering asimptomatik. Munculnya komplikasi dapat
mengindikasikan bahwa pasien telah menderita DM selama bertahun-tahun, umumnya
muncul neuropathi.
Pada diagnosis umumnya terdeteksi adanya letargi, poliuria, nokturia, dan polidipsia
sedangkan penurunan bobot badan secara signifikan jarang terjadi.
Sambiloto (A. paniculata) merupakan tanaman yang dapat digunakan untuk mengatasi
penyakit Diabetes Mellitus (DM). Dalam terapi DM terdapat kemungkinan pemakaian
bersama-sama dengan Obat Hipoglikemik Oral (OHO), misalnya: metformin. Sambiloto
(Andrographis paniculata (Burm.f.) Ness.) adalah salah satu tanaman yang dapat digunakan
sebagai obat anti diabetes mellitus. Herba dan percabangannya mengandung diterpen lakton
yang

terdiri

dari

andrografolid

(zat

pahit),

neoandrografolid,

14

deoksi-11-12-

didehidroandrografolid, 14-deoksi- 11-oksoandrografolid, 14 deoksi andrografolid, dan


homoandrografolid selain itu juga terdapat juga flavonoid antara lain: 5-hidroksi2,3,7,8-tetrametoksiflavon,
trimetoksiflavon,

5-hidroksi-27,8-tri-

metoksiflavon,

2,5-dihidroksi-7,8-dimetoksiflavon,

apigenin,

5-hidroksi-7,2,3onisilin,

mono-0-

metilwithin, 3,4-dicaffeoylquinic, dan apigenin-7,4-dimetileter. Terdapat juga andrografin,


panikulida A, B, dan C, dan panikulin (Niranjan dkk, 2010; Sudarsono dkk, 2006; Chao dan
Lin, 2010).
Penelitian yang menyatakan bahwa tanaman A. paniculata sebagai antidiabetes mellitus
sebagai berikut: Zhang dan Tan (2000) melaporkan bahwa ekstrak etanolik secara poten

menurunkan kadar glukosa darah pada tikus DM tipe 1 yang diinduksi Streptozotocin (STZ)
dimana aktivitas enzim hepatik glukosa-6-fosfatase menurun secara nyata, ini membuktikan
bahwa efek penurunan

glukosa

berhubungan

dengan peningkatan metabolisme glukosa

pada kelompok tikus yang diberikan ekstrak sambiloto 400 mg/ kgBB selama 14 hari. Dandu
dan Inamdar (2009) menyatakan bahwa ekstrak larut air herba sambiloto menunjukkan
aktivitas antioksidan dengan menaikkan aktivitas Superoksida Dismutase (SOD) dan
Katalase pada tikus DM tipe 1. Dilaporkan juga rebusan herba sambiloto menurunkan kadar
glukosa darah pada tikus DM tipe 1 yang diinduksi aloksan (Reyes dkk, 2006). Ekstrak
sambiloto juga dapat merangsang pelepasan insulin dan menghambat absorbsi glukosa
melalui

penghambatan

enzim

alfaglukosidase dan alfa-amilase (Subramanian dkk,

2008). Dosis 2,0 g/ kg BB ekstrak etanol herba sambiloto merupakan kadar optimal yang
dapat menurunkan kadar glukosa tikus (Yulinah dkk, 2011).
III. Alat dan Bahan
Alat :

Jarum suntik 1 ml
Jarum oral
Gelas ukur
Beaker glass
Stopwatch
Etanol
Kapas
Glucometer

Bahan :

Larutan CMC 0,5 %


Larutan Glibenklamid
Bahan alam ( sambiloto )
Glukosa 0,3 %

IV. Cara Kerja


1. Hewan dibagi menjadi 4 ekor mencit
2. Mencit 1
: control
Mencit 2
: pembanding
Mencit 3 dan 4
: obat uji
3. Semua hewan uji diukur kadar gula darahnya ( T0 )
4. Hewan uji kemudian diberi sediaan uji ( pembawa, pembanding, obat uji ) secara oral
sesuai kelompoknya
5. Setelah 30 menit, hewan uji diberi glukosa sebanyak 3 mg/ml secara oral

6. Pengukuran kadar gula darah dilakukan kembali pada menit ke 30 dan 60, setelah
pemberian glukosa oral menggunakan alat glucometer
7. Hasil data pengamata yang diperoleh dianalisis secara statistic menggunakan Annova
1 arah, dilanjutkan test post boc, parameter yang digunakan adalah kadar gula darah
dan persen penurunannya
V. Hasil Praktikum
a) Data Pengamatan
Perhitungan
Mencit 1

: 19,79 gram

Mencit 2

: 20,70 gram

Mencit 3

: 18,98 gram

Mencit 4

: 19,48 gram

Perhitungan Dosis Sediaan

Konfersi dosis manusia ke dosis mencit


CMC dosis manusia = 500 mg/70 kg BB manusia
Dosis mencit

= 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg/20 gram BB mencit

Glibenklamid dosis manusia = 5 mg/70 kg BB manusia


Dosis mencit

= 5 x 0,0026 = 0,013 mg/20 gram BB mencit

Ekstrak sambiloto

= 1 gram/kg BB mencit dan 2 gram/kg BB mencit

Glukosa dosis manusia

= 3 mg/kg BB

Dosis mencit = 3 mg/1000 mg BB mencit

Larutan stock

CMC 0,5 %

= 5 mg/ml

Glibenklamid = 0,5 mg/ml


Sambiloto

= 166,67 mg/ml

Glukosa

= 3 mg/ml

Perhitungan dosis

CMC 0,5 %

Mencit 19,79 gram

19,79
x 1,3
20

= 1,2 mg
Volume 5 mg/ml

1,2
5

x1

= 0,26 ml
Glibenklamid 0,5 mg/ml
Mencit 20,70 gram

20,70
x 0,013
20

= 0,013 mg
Volume 0,5 mg/ml

0,013
0,5

x1

= 0,026 ml
Sambiloto 1 gram/kg BB
Mencit 18,98 gram

18,98
x 1000
1000

= 18,98 mg
Volume 166,67 mg/ml =

18,98
166,67

x1

= 0,11 ml
Sambiloto 2 gram/kg BB
Mencit 19,48 gram

19,48
x 2000
1000

= 38,96 mg
Volume 166,67 mg/ml =

38,96
166,67

x1

= 0,23 ml

Dosis Glukosa yang disuntikkan

Mencit

19,79
x3
1000

= 0,06 mg
Volume

0,06
3

x1

= 0,02 ml
Mencit

20,70
x3
1000

= 0,06 mg
Volume

0,06
3

x1

= 0,02 ml
Mencit

18,98
x3
1000

= 0,06 mg
Volume

0,06
3

x1

= 0,02 ml
Mencit

19,48
x3
1000

= 0,06 mg
Volume

0,06
3

= 0,02 ml

x1

Table Hasil Pengamatan Kelompok


no
1
2
3
4
5
6
Rata

CMC
90
91,8
79
106
79
101
91,13

Glibenklamid
84,6
28,8
84
98
46
118
76,57

Sambioto 1 gram
57,6
106,2
93
87
73
87
83,97

To % penurunan kadar
Kadar Glibenklamid

p
= 100 ( k

x 100 % )

76,57
= 100 ( 91,13

x 100 % )

= 100 83,87
= 16,13 %
Kadar bahan alam I

p
= 100 ( k

x 100 % )

83,97
= 100 ( 91,13

x 100 % )

= 100 92,14
= 7,86 %
Kadar bahan alam II

p
= 100 ( k

x 100 % )

Sambiloto 2 gram
91,8
145,8
107
59
83
116
100,43

= 100 (

100,43
91,13

x 100 % )

= 100 110,2
= -10,2 %

Table Hasil Pengamatan Kelompok


no
1
2
3
4
5
6
Rata

CMC
106,2
73,8
92
122
91
92
96,17

Glibenklamid
63
77,4
72
63
41
92
68,07

Sambioto 1 gram
52
82,8
97
78
77
81
77,97

T60 % penurunan kadar


Kadar Glibenklamid

p
= 100 ( k

x 100 % )

68,07
= 100 ( 96,17

x 100 % )

= 100 70,78
= 29,22 %
Kadar bahan alam I

p
= 100 ( k

x 100 % )

77,97
= 100 ( 96,17
= 100 81,08
= 18,92 %

x 100 % )

Sambiloto 2 gram
135
100,8
70
67
129
105
101,8

Kadar bahan alam II

p
= 100 ( k

x 100 % )

101,8
= 100 ( 96,17

x 100 % )

= 100 105,85
= -5,85 %

Table Hasil Pengamatan Kelompok


no
1
2
3
4
5
6
Rata

CMC
151,4
84,6
107
138
106
77
107,33

Glibenklamid
43,2
77,4
58
67
69
106
70,1

Sambioto 1 gram
52,2
59,4
81
56
77
77
67,1

T90 % penurunan kadar


Kadar Glibenklamid

p
= 100 ( k

x 100 % )

70,1
= 100 ( 107,33

x 100 % )

= 100 65,31
= 34,69 %
Kadar bahan alam I

p
= 100 ( k

x 100 % )

67,1
= 100 ( 107,33
= 100 62,52

x 100 % )

Sambiloto 2 gram
95,3
100,8
61
66
181
101
100,8

= 37,48 %
Kadar bahan alam II

p
= 100 ( k

x 100 % )

100,8
= 100 ( 107,33

x 100 % )

= 100 93,96
= 6,04 %
VI. Pembahasan
Hasil dari percobaan kelompok tiga. Setelah keempat mencit diberi obat uji dan ditunggu
selama 30 menit mendapatkan kadar hasil gula darahnya menurun. Dengan hasil tersebut
membuktikan bahwa obat uji dapat menurunkan kadar gula darah. Hasil dati kelompok lain
yang kadar gulanya tidak menurun mungkin terjadi kesalahan dalam memberikan obat ujinya
tidak sesuai dengan dosis yang telah ditentukan. Bias juga dalam memberikan obat-obat
secara oral larutan obat yang diberikan banyak yang tumpah keluar mulut mencit.
Persen kadar gula darah To pada glibenklamid yaitu 16,13 %, pada obat alam 1 gram
yaitu 7,86 %, pada obat alam 2 gram yaitu -10,2 %. Sedsangkan gula darah T60 pada
glibenklamid yaitu 29,22 %, pada obat alam 1 gram yaitu 18,92 % dan pada obat alam 2
gram yaitu -5,85 %. Dan persen kadar gula T90 pada glibenklamid yaitu 34,69 %, pada obat
alam 1 gram yaitu 37,48 % dan pada obat alam 2 gram yaitu 6,04 %.
Setelah dihitung dengan metode ANNOVA dengan menggunakan SPSS untuk
mengetahui nilai signifikannya. Jika nilai signifikannya < 0,05 ada beda secara signifikan,
sedangkan > 0,05 maka nilai signifikannya yang dihitung secara metode ANNOVA tidak ada
beda secara signifikan.
Pada hasil praktikum diperoleh hasil signifikan adalah 0,08. Hal ini berarti hasil analisis
tidak ada beda secara signifikan.

VII. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan :
1. Pemberian obat uji ( glibenklamid, 0bat alam 1 gram dan obat alam 2 gram )dapat
menurunkan gula darah
2. Persen kadar gula darah To pada glibenklamid yaitu 16,13 %, pada obat alam 1 gram
yaitu
7,86 %, pada obat alam 2 gram yaitu -10,2 %. Sedsangkan gula darah T60 pada
glibenklamid yaitu 29,22 %, pada obat alam 1 gram yaitu 18,92 % dan pada obat
alam 2 gram yaitu -5,85 %. Dan persen kadar gula T90 pada glibenklamid yaitu 34,69
%, pada obat alam 1 gram yaitu 37,48 % dan pada obat alam 2 gram yaitu 6,04 %.
3. Hasil tidak ada beda secara signifikan yaitu 0,08 > 0,05

Anda mungkin juga menyukai