Anda di halaman 1dari 2

Hipertensi adalah tekanan darah arterial yang tetap tinggi, dapat memiliki sebab yang

diketahui atau berkaitan dengan penyakit lain.1 Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan
dan mungkin penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun sampai
terjadi kerusakan organ yang bermakna (silent killer).2
Prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi. Pada hasil survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) 2001 menunjukkan bahwa 8,3 % penduduk mengalami hipertensi dan meningkat
menjadi 27,5% pada tahun 2004.3 Sedangkan pada tahun 2009 prevalensi hipertensi di Indonesia
adalah 32,3%. FAK HIPERTENSI
Faktor risiko penyebab terjadinya hipertensi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
faktor yang tidak dapat dikendalikan dan faktor yang dapat dikendalikan. Faktor yang tidak dapat
dikendalikan meliputi keturunan (herediter atau genetik), usia dan ras. Sedangkan faktor yang
dapat dikendalikan adalah asupan garam, obesitas, inaktivitas atau jarang olah raga, merokok,
stress, minuman beralkohol dan obat-obatan. Penggunaan obat-obatan seperti golongan
kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (antiinflammasi) secara terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.
Penting bagi penderita untuk melakukan modifikasi pada faktor yang dapat dikendalikan
tersebut. Salah satu faktor yang dapat dikendalikan adalah asupan garam, dalam penelitian ini
peneliti memakai DOCA (deoxycorticosterone acetate) yang merupakan agen yang digunakan
untuk menginduksi hipertensi hewan percobaan. Bentuk hipertensi yang terjadi bergantung pada
perubahan pusat mekanisme yang ada termasuk sistem renin-angiotensin.4
Terapi alternatif komplementer adalah sebuah kelompok dari bermacam-macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktek dan produk yang secara umum tidak menjadi
bagian dari pengobatan konvensional.5 Frekuensi dari pemanfaatan terapi alternative
komplementer meningkat pesat diseluruh pelosok dunia. Perkembangan tersebut tercatat dengan
baik di afrika dan populasi secara global antara 20% sampai dengan 80%. Hal yang menarik dari
terapi alternative komplementer ini didasarkan pada asumsi dasar dan prinsip-prinsip sistem
yang beroperasi.6
Terbukti bahwa pemanfaatan terapi alternatif komplementer mengalami peningkatan secara
global, dan pengakuan diberikan oleh penyedia asuransi kesehatan di negara-negara maju
(Eisenberg, Davis, Ettner, Appel, Wilkey, Van Rompay & Kessler, 1998). Faktor
pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal dinegara maju adalah usia harapan

hidup yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat, adanya kegagalan
penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu di antaranya kanker serta semakin luas akses
informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia (Sukandar, 2006)
Berlatar belakang studi tersebut, penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa
kombinasi dari pegagan (Centella asiatica), kumis kucing (Orthosiphon aristatus) dan alangalang (Imperata cylindrica) sebagai antihipertensi dapat mencegah dan mengurangi terjadinya
hipertensi serta kerusakan organ dan jaringan tubuh antara lain oleh karena hipertensi. Dan
dalam penelitian ini digunakan tikus model hipertensi yang diinduksi dengan DOCA
(deoxycorticosterone acetate).
Tinjauan Pustaka
1. GUYTON
2. Prince, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Prosesproses Penyakit, Edisi 6, Volume 1. Jakarta. Buku Kedokteran EGC. Hal 583.
3. Departemen Kesehatan. Survei kesehatan nasional. Laporan Departemen Kesehatan RI.
Jakarta. 2004.
4. Abishek Iyer, Vincent Chan and Lindsay Brown. The DOCA-Salt Hypertensive Rat as a
Model of Cardiovascular Oxidative and Inflammatory Stress. 2010. Bentham Science
Publishers Ltd.
5. (National Institute of Health, 2005)
6. (Amira & Okubadejo, 2007).

Anda mungkin juga menyukai