Anda di halaman 1dari 18

1.

Bagaimana asal muasal pembentukan sel tubuh termasuk sel jaringan gigi dan jaringan
penyangga gigi?

Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini tidak terjadi pada waktu yang
bersamaan untuk semua gigi.
Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm, yaitu dari jaringan ektomesenkim. Ektomesenkim ini
dibentuk dari ‘neural crest cells’. Sel ini terdapat pada sepanjang sisi lateral dari neural plate.
Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan ‘primary dental lamina’, yang menebal dan
meluas sepanjang daerah yang akan menjadi tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana
gigi akan erupsi. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di bawahnya.
Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina , pada 10 tempat di dalam
mandibular arch and pada 10 tempat di dalam maxillary arch, beberapa sel dari dental lamina
memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang berada di sekitar sel, dan 10
tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk pada dental lamina dalam tiap rahang.

Proses odontogenesis:

• Tahapan Dental lamina – invaginasi dari oral epithelium ke dalam jaringan pengubung di
bawahnya (mesenchyme).
• Tahapan enamel organ awal – pembentukan tunas dari epithelium dari dental lamina.
• Tahapan kuman gigi – enamel organ, dental papilia, dental sac.Inisiasi dari pembentukan
dentin dan enamel di dalam gigi.Tahapan enamel organ & bantalan akar yang direduksi.
• Tahapan erupsi aktif – pemecahan dari bantalan akar (root sheath) dan mulai
pembentukan cementum.
• Tahapan epithelium darurat dan gabungan – enamel epithelium yang direduksi menjadi
epithelium gabungan dan gigi masuk rongga mulut.
• Tahapan bidang occlusal – gigi dalam posisis fungsional.

Jaringan penyangga gigi meliputi:

• Gingiva/gusi sebagai jaringan pelindung.


• Sementum dan selaput periodontal sebagai pelekat.
• Tulang penyokong/prosesus alveolaris sebagai penahan.

2. Respon sel terhadap rangsang fisiologis seperti yang misalnya terjadi pada akar gigi
sulung ketika gigi permanen akan muncul ke rongga mulut.

Respon sel terhadap rangsang fisiologis seperti yang misalnya terjadi pada akar gigi sulung
ketika gigi permanen akan muncul ke rongga mulut dapat dilihat pada proses eksfoliasi.
Eksfoliasi adalah proses tanggalnya gigi primer, karena tekanan erupsi gigi tetap pengganti pada
apeks gigi primer dan sekitarnya. Tekanan erupsi akan merangsang osteoklas sehingga terjadi
resorbsi akar, dentin, sementum, dan tulang di sekitarnya sehingga gigi sulung menjadi goyah
dalam kedudukannya pada tulang alveolar kemudian tanggal dan digantikan oleh gigi permanen
yang memulai proses erupsinya.
Contoh: pada atrofi desakan fisiologik, jaringan gingiva (gusi) yang terdesak akibat gigi yang
akan erupsi pada anak-anak.

3. Respon sel terhadap macam-macam trauma patologis seperti misalnya yang terjadi
pada jaringan lunak pipi akibat sering tergigit.

Respon terhadap Cedera:

• Adaptasi.
• Cidera reversible: cidera yang relative ringan dan kemungkinan sel kembali ke dalam
bentuk semula.
• Cidera ireversible: bila sel mati (Cell death/apoptosis cell).

Patologi dan histology gigi sulung yang resorbsi

1. Bagaimana asal muasal pembentukan sel tubuh termasuk sel jaringan gigi dan jaringan
penyangga gigi?

Sel adalah blok-blok pembangun hidup bagi tubuh.sebuah sel terdiri dari tiga bagian utama:
membran plasma yang membungkus sel; nucleus (inti), yang menyimpan bahan-bahan genetic
sel; dan sitoplasma, yang tersusun menjadi banyak organel yang mempunyai ciri-ciri tersendiri
dan sangat khusus, tersebar di seluruh cairan mirip gelatin (sitosol).

Sel dibangun oleh sitoplasma yang dibatasi membran plasma dan dibagi menjadi beberapa
kompartemen oleh organel dan sitoskeleton. Sel harus terspesialisasi untuk menjalani fungsi
baru. Sel-sel yang terspesialisasi tersebut akan memperoleh ciri baru, dan seringkali komposisi
organel dan posisinya di dalam sel berubah ketika sel secara individual terdiferensiasi menjadi
anggota jaringan khusus.

Sel dengan ciri-ciri struktur dan fungsi yang sama disebut jaringan. Kemudian jaringan
bergabung menjadi bagian-bagian tubuh yang melaksanakan satu atau beberapa fungsi yang
berbeda dikenal sebagai organ. Kelompok organ disebut sistem organ. Sistem organ membentuk
kesatuan utuh yang mencapai perkembangan akhir dan disebut sebagai organisme.

Setelah fertilisasi akan terjadi gestasi (kehamilan). Prosesnya meliputi fase zigot sampai dengan
menjadi embrio. Fase sebelum menjadi embrio sejati disebut fase embrionik. Fase-fase tersebut
adalah :

1. MORULA, terus membelah menjadi 2,4, 8, dan seterusnya.


2. BLASTULA, di dalam nya terdpaat blastosit (sel yang membentuk balstula) dan juga
blastosol (rongga kosong yang ada di dalam blastula). Di dalam fase ini, terdapat sel-sel
luar yang disebut dengan trofoblas yang membantu blastula berimplantasi pada uterus
sehingga pada selanjutnya zigot yang berkembang dalam fase embrionik ini bisa
menempel pada dinding endometrium.
3. GASTRULA Pada fase ini Blastosol mulai hilang karena difrensiasi menjadi gastrula.
Proses penggolongan menjadi bagian-bagian endoderm dan ectoderm telah terjadi untuk
selanjutnya terjadi proses organogenesis.
4. EMBRIOBLAS / BAKAL EMBRIO
5. FETUS / janin yang selanjutnya berkembang di dalam rahim ibu, sudah dilengkapi
dengan plasenta.

Asal muasal pembentukan sel jaringan gigi dan jaringan penyangga gigi:

Gigi berasal dari lapisan ektoderm dan mesoderm. Lapisan email berasal dari sel ektoderm,
sedangkan bagian gigi lainnya berasal dari mesoderm.

Sel Ektodermal Sel Mesodermal Pada saat pembentukannya,


Membentuk enamel. Membentuk dentin. bakal gigi dibagi menjadi 3
bagian yang akan berkembang
Merangsang terbentuknya Membentuk jaringan pulpa. menjadi:
odontoblas.
Determinasi bentuk mahkota Membentuk Cementum. Enamel disusun dari sel epitel
& akar gigi. dalam, epitel luar, sel stelatte
Fungsi akan lenyap setelah Membentuk Cementum. reticulum dan statum
proses tersebut diatas. intermedium, yang selanjutnya
Membentuk Tulang alveolar dan akan berkembang menjadi
akan tetap terus dalam ameloblas. Nantinya enamel ini
kehidupan gigi. akan dibatasi oleh garis
servikal, yang membatasi
bagian atas dan bawah gigi. Pertumbuhan garis servikal ini ditentukan juga oleh jaringan dalam
gigi (Hertwig’s Epithelial root stealth) yang menentukan bentuk lekukan atas gigi.

Papilla dentin merangkup sel-sel yang akan berkembang menjadi odontoblast, yang merupakan
sel pembentuk dentin, dan untuk saraf-saraf gigi, akan dibentuk dari sel mesenkimal yang ada di
dental papilla.

Folikel gigi terbentuk dari cementoblas (yang membentuk sementum gigi), osteoblas (yang
membentuk tulang alveolar di akar gigi), dan fibroblas (yang membentuk periodontal ligament
yang menjadi perekat antar gigi dan akarnya).

Salah satu fase awal dari pertumbuhan gigi secara mikroskopis bisa dilihat pada pertumbuhan
antara lamina vestibular proliferasi jaringan ektomesenkim dan dental lamina (keduanya
menghubungkan pertumbuhan bakal gigi dengan lapisan epitel ), fase-fase pembentukkan
giginya adalah :

Bud stage (Tahap Kuncup)

Secara teknis fase ini adalah fase saat sel epitel mulai berproliferasi menjadi ektomesenkim gigi.
Bakal gigi terbentuk dari proliferasi akhir dental lamina.
Cap stage

Pada fase ini, sel ektomesenkimal berhenti memproduksi substansi ekstraseluler, dan dental
papilla mulai terbentuk. Organ enamel mulai terbentuk dari sel ektomesenkimal.
Ektomesenkimal akan berkondensasi menjadi folikel gigi yang menyelubungi enamel gigi.
Enamel gigi akan memproduksi enamel, dental papilla akan menjadi dental pulp dan dentin, dan
folikel gigi akan menjadi tulang dan akar gigi.

Bell stage (Tahap lonceng pengapuran tulang)

Fase ini juga dikenal sebagai fase histodifrensiasi dan morfodifrensiasi. Pada fase ini organ-
organ gigi mulai terbentuk dengan baik, dengan mayoritas sel yang ada adalah sel stelatte
reticulum.

Sel terbagi menjadi 3 bagian penting yaitu sel kuboidal yang lebih dikenal sebagai epitel enamel
luar. Sel kolumnar yang berbatasan dengan dental papilla dikenal sebagai epitel enamel dalam,
dan sel stelata yang ada di antara enamel dalam dan luar disebut dengan stratum intermedium,
yang nantinya akan menjadi batas servikal.

Proses lain yang terjadi selama bell stage ini adalah dental lamina yang terdisintegrasi, yang
bekerja terpisah dengan epitel oral, hingga nantinya akan bergabung lagi pada saat gigi akan
tumbuh (tererupsi).

Mahkota gigi yang terbentuk dari epitel enamel dalam juga terbentuk pada fase ini, saat
eksomesenkimal terdiferensiasi menjadi mahkota gigi yang hampir siap untuk erupsi.

Crown stage

Jaringan keras (diantaranya adalah enamel dan dentin) berkembang di fase ini. Fase crown /
mahkota adalah fase pematangan dari semua fase yang telah dijelaskan di atas.

Epitel kuboidal yang ada di epitel enamel dalam berubah menjadi epitel kolumnar. Inti selnya
bergerak mendekati stratum intermedium dan menjauh dari dental papilla.

Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini tidak terjadi pada waktu
yang bersamaan untuk semua gigi.
Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm, yaitu dari jaringan ektomesenkim. Ektomesenkim ini
dibentuk dari ‘neural crest cells’. Sel ini terdapat pada sepanjang sisi lateral dari neural plate.
Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan ‘primary dental lamina’, yang menebal dan
meluas sepanjang daerah yang akan menjadi tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana
gigi akan erupsi. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di bawahnya.
Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina , pada 10 tempat di dalam
mandibular arch and pada 10 tempat di dalam maxillary arch, beberapa sel dari dental lamina
memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang berada di sekitar sel, dan 10
tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk pada dental lamina dalam tiap rahang.
Proses odontogenesis:

• Tahapan Dental lamina – invaginasi dari oral epithelium ke dalam jaringan pengubung di
bawahnya (mesenchyme).
• Tahapan enamel organ awal – pembentukan tunas dari epithelium dari dental lamina.
• Tahapan erupsi aktif – pemecahan dari bantalan akar (root sheath) dan mulai
pembentukan cementum.
• Tahapan epithelium darurat dan gabungan – enamel epithelium yang direduksi menjadi
epithelium gabungan dan gigi masuk rongga mulut.
• Tahapan bidang occlusal – gigi dalam posisi fungsional.

Jaringan penyangga gigi meliputi:

• Gingiva/Gusi sebagai jaringan pelindung.


• Sementum dan Selaput Periodontal sebagai pelekat.
• Tulang Penyokong/Prosesus Alveolaris sebagai penahan.

Pada embrio manusia kehamilan lima minggu, epitel ektodermal pelapis rongga mulut akan
menebal sepanjang krista calon lengkung alveolar dari rahang atas dan bawah. Lapis epitel tebal
ini menutupi mesenkim yang diduga berasal dari krista neural embrio. Permukaan bawah epitel
tebal ini membentuk dua rabung parallel yang menonjol kedalam mesenkim.

Yang paling luar disebut rabung ebial, kemudian membelah dan terbentuklah celah diantara
bibir dan pipi di sebelah luar dan lengkung alveolar di sebelah dalam.

Rabung lingual yang lebih dekat dengan lidah menjadi tempat pembentukan gigi.

Pada 10 tempat di bawah penebalan epitel lingual yang disebut lamina dentis, sel-sel
mesenkimnya mengelompok dan menimbulkan prolifersi setempat dari epitel diatasnya,
sehingga terbentuk 10 kuncup gigi yang akan menghasilkan 10 gigi desidua. Proliferasi
selanjutnya dari sel-sel epitel masing-masing kuncup gigi akan menghasilkan juluran yang
tumbuh ke bawah dan kemudian melebar dan menggepeng pada ujung dalamnya, membentuk
organ email. (Gambar di atas, Gb. 24-11).

Penumbuhan epitel yang ke bawah kemudian berinvaginasi untuk menampung populasi sel-sel
mesenkim yang makin membesar di bawahnya yang akan membentuk papilla dentis. Sel-sel
kuboid pada permukaan luar organ organ email yang berbentuk tudung itu merupakan epitel
dentis luar, sedangkan yang pada permukaan bawahnya yang cekung merupakan epitel dentis
dalam. Di antara lapisan ini, sel-sel epitel tersebar secara longgar dengan cabang-cabang panjang
yang saling berhubungan dan ditahan desmosom, membentuk reticulum stellata dan pulpa email.
Dapat dilihat pada gambar di samping kanan (Gb.24-12).

Epitel dentis luar tetap berhubungan dengan epitel mulut melalui tangkai langsing. Sel-sel epitel
dentis dalam menjadi kolumnar dan kemudian berkembang menjadi amenoblas yang akan
menghasilkan email gigi. Tepian bawah organ email bentuknya berubah menjadi bentuk lonceng
dan permukaan bawahnya berangsur memperoleh bentuk mahkota gigi. (Gb. 24-11)
Tidak lama setelah organ email terbentuk, terjadi proliferasi setempat dari sel-sel dalam tangkai
yang penghubung dengan epitel mulut, menghasilkan kuncup lateral kecil pada sisi lingualnya
yang bertahun-tahun kemudian akan diaktifkan untuk mengawali pembentukan gigi permanen,
menggantikan gigi desidua (gigi sulung/gigi susu) yang terbentuk semasa kehidupan fetal.
(Dapat dilihat pada gambar disamping, Gb. 24-13).

Dengan makin berkembangnya organ email dan papilla dentis, sel-sel mesenkim sekitarnya
terdesak dan membentuk selapis jaringan ikat yang disebut folikel gigi (sakus gigi) yang
membungkusnya. Bersamaan dengan pembentukan folikel gigi, tangkai yang menghubungkan
email dengan lamina dentis epitel mulut terputus, namun kuncup lateralnya bakal pembentuk
gigi permanen tetap berhubungan dengan epitel dari lamina dentis. Kemudian sel-sel yang
muncul dalam bagian luar folikel gigi berkembang menjadi osteoblas yang bermigrasi menjauh
sedikit dan mulai meletakan trebekel tulang kanselosa yang akan membentuk saku bagi gigi yang
berkembang.

Pada fetus kehamilan sekitar 20 minggu, pulpa dentis terdiri atas sel-sel mesenkim
dalam anyaman serat reticular longgar dengan kapiler. Sel-sel mesenkim perifer
bersebelahan dengan ameoblas yang berkembang, kemudian di transformasi
menjadi odontoblas kolumnar tinggi dengan dasarnya mengarah ke bagian dalam
pulpa dan apeksnya terbenam dalam lapisan predentin. (Gb. 24-14 dan 24-15).

Dentin mula-mula terlihat sebagai lapis tipis di antara odontoblas dan ameoblas. Kadang-kadang
disebut membrana perforate. Ia berangsur menebal dengan makin banyaknya dentin yang
dibentuk pada permukaan dalamnya. Yang pertama diletakan disebut dentin mantel dan ini
diikuti oleh dentin sirkumpulpar. Pengapuran menyusul segera setelah peletakan dentin baru.
Namun, selalu ada selapis tipis tanpa pengapuran di sebelah odontoblas. Sambil mundur,
odontoblas meletakan lebih banyak dentin meninggalkan juluran apikalnya yang panjang di
dalam tubuli dalam dentin. Peredentin sekitar apeks odontoblas adalah zona berfibril kaya
kolagen. Ia diterobos serat-serat dari bagiam dalam papilla yang disebut serat Korff. Serat korff
memancar mirip kipas di dalam matriks dentin.

Tidak lama setelah pertama kali ada dentin mengapur di sekitar papilla, ameoblas
mulai meletakan lapis demi lapis email pada permukaan luarnya (Gb. 24-16). Pada
sisi gigi yang berkembang, tinggi lapis ameoblas menurun ke arah dasar organ
email dan tidak ada email yang diletakan ditingkat bawah ini. Ameoblas kolumnar
itu memiliki inti panjang dalam sitoplasma basal dan mitokondria mengumpul disini.
(Gb. 24-17). Terdapat sebuah kompleks golgi panjang (kurang lebih silindris), dalam
sitoplasma supranuklear dikelilingi oleh banyak sisterna dari reticulum endoplasma
kasar.

Perkembangan akar gigi dimulai sesaat sebelum erupsi mahkota gigi terjadi. Penumbuhan terus
menerus dari epitel dentis dalam dan luar dari tepian bawah organ email menghasilkan sebuah
lipatan ganda yang disebut selubung Hertwig. Sel-sel selubung ini merangsang sel-sel pulpa di
sebelahnya untuk berkembang menjadi odontoblas. Mereka menyesuaikan diri dengan lapis
odontoblas di daerah servikal gigi dan mulai menghasilkan selapis predenting yang menyatu
dengan yang sudah ada di mahkota.kemudian segera diikuti dengan sekresi dentin oleh
odontoblas, mengawali pembentukan akar gigi. Pertumbuhan selubung Hertwig kebawah yang
kontinyu dan induksinya akan lebih banyak odontoblas akan menyebabkan pemanjangan secara
progresif dari akar gigi sampai mencapai panjang definitinya. Kemudian selubung Hertwing
akan menghilang. Setelah itu, sel-sel dari selubung jaringan ikat sekitarnya berkembang menjadi
sementoblas dan meletakan selapis sementum tanpa sel pada akar. Peletakan sementum
selanjutnya menangkap berkas-berkas serat kolagen yang ujung sebelahnya tertanam dalam
trabekel dari tulang alveolar. Sera-serat ini, dan yang menggantikannya akhirnya membentuk
jaringan ligamen periodontal yang menambat gigi pada saku tulangnya.

Dalam erupsi gigi, mahkota memecah sisa organ email seluler di atasnya yang agaknya
mengalami disintegrasi. Ia kemudian menerobos gingival dan muncul dalam rongga mulut.

Pendahuluan

Sebelum menjawab no.2 dan 3, kita perlu mengetahui apa itu rangsang fisiologis dan rangsang
patologis serta berbagai macam respon yang dapat terjadi.

• Rangsangan fisiologis adalah suatu rangsangan yang normal pada tubuh manusia atau
suatu rangsangan yang sumbernya berasal dari dalam tubuh kita.
• Rangsangan patologis adalah suatu rangsangan yang penyebabnya berasal dari luar tubuh
kita.

Respon sel dapat disamakan dengan adaptasi sel, antara lain : atrofi, hipertrofi, hyperplasia,
metaplasia, induksi, dysplasia, anaplasia, hipoplasia, aplasia, agenesis.

A. Atrofi

Adalah perubahan ukuran sel dari normal menjadi lebih kecil akibat berkurangnya substansi sel
sehingga jaringan yang disusun oleh sel tersebut menjadi lebih kecil. Sel yang mengalami atrofi
akan mengalami penurunan fungsi sel tetapi sel tidak mati.

• Atrofi Fisiologis

Adalah atrofi yang merupakan proses normal pada manusia / proses yang terjadi dari dalam
tubuh.

• Atrofi Patologis

Adalah atrofi yang disebabkan oleh factor dari luar tubuh manusia.

Atrofi patologis dapat dibagi menjadi beberapa kelompok :

• Atrofi disuse
Atrofi yang terjadi pada organ yang tidak beraktivitas dalam jangka waktu lama.

• Atrofi desakan

Atrofi yang terjadi pada suatu organ tubuh yang terdesak dalam jangka waktu lama.

• Atrofi endokrin

Atrofi yang terjadi pada organ tubuh yang aktivitasnya tergantung pada rangsang hormon
tertentu.

• Atrofi vascular

Atrofi yang terjadi pada organ yang mengalami penurunan aliran darah hingga di bawah nilai
kritis.

• Atrofi payah

Atrofi yang terjadi saat kelenjar endokrin terus menerus menghasilkan hormone secara
berlebihan.

• Atrofi serosa

Atrofi yang terjadi jika jaringan lemak yang mengalami atrofi akan menjadi encer seperti air atau
lender karena berkurangnya lemak adipose dan meningkatnya substansi dasar interseluler.

• Atrofi coklat

Atrofi terjadi pada organ jantung dan hati yang akan menjadi lebih kecil dan berwarna coklat tua
akibat pengendapan pigmen lipofusin pada sel.

B. Hipertrofi

Hipertrofi adalah bertambah besar ukuran sel sehingga jaringan atau organ yang disusun oleh sel
tersebut menjadi lebih besar pula. Pada organ yang mengalami hipertrofi tidak dijumpai sel-sel
baru, hanya sel yang menjadi besar. Secara umum, hipertrofi disebabkan oleh permintaan fungsi
yang meningkat dan stimulus hormone spesifik.

C. Hiperplasia

Hiperplasia adalah bertambahnya jumlah sel dalam suatu jaringan atau organ sehingga jaringan
atau organ menjadi lebih besar ukurannya dari normal. Hiperplasia dapat dikelompokkan
menjadi fisiologik dan patologik.

Hiperplasia fisiologis terjadi karena sebab yang fisiologi atau normal dalam tubuh.
Hiperplasia patologik disebabkan oleh stimulus hormonal yang berlebihan atau efek berlebihan
dari hormone pertumbuhan pada sel sasaran. Hiperplasia patologik dapat berkembang menjadi
tumor ganas.

D. Displasia dan Anaplasia

Displasia merupakan perubahan sel dewasa kea rah kemunduran dengan cirri khas variasi
ukuran, bentuk dan orientasi yang dapat terjadi di epitel maupun jaringan ikat. Keadaan displasia
bukan merupakan proses adaptif ataupun suatu neoplastik dan disebabkan oleh iritasi atau
peradangan menahun.

Ciri khas dysplasia adalah hilangnya orientasi sel, sel berubah bentuk dan ukurannya, ukuran dan
bentuk inti berubah, hiperkromatik dan gambara mitosis lebih banyak daripada normal. Displasia
tidak selalu berubah menjadi tumor ganas karena jika penyebab dysplasia disingkirkan, sel epitel
akan menjadi normal kembali, jadi dysplasia bersifat tidak menetap (reversible).

Anaplasia adalah perubahan kea rah kemunduran dari sel dewasa menjadi sel yang lebih
primitive. Sel-sel yang baru ini Nampak sangat berbeda daripada sel normal, baik dalam struktur,
bentuk ukuran, kromatin, mitosis dan orientasi sel. Jadi, anaplasia merupakan cirri khas sel
tumor ganas dan bersifat menetap (ireversibel).

E. Hipoplasia, Aplasia, Agenesis

Hipoplasia merupakan perkembangan yang tidak sempurna dari suatu organ. Suatu organ yang
mengalami hipoplasia terbentuk normal. Namun, ukuran organ terlalu kecil jika dibandingkan
dengan ukuran normal. Pada atrofi, alat tubuh pernah mencapai ukuran normal dan selanjutnya
menjadi lebih kecil, sedangkan pada hipoplasia, dari awal organ tersebut memang berukuran
kecil dan tidak akan mencapai ukuran yang normal.

Bentuk lain yang lebih berat dari hipoplasia adalah aplasia. Pada keadaan ini, hanya terbentuk
rudiment organ dan organ tersebut tidak akan tumbuh menjadi normal.

Agenesis merupakan keadaan yang lebih hebat dari aplasia, di mana rudiment maupun anlagen
organ tidak ada sama sekali.

Jika sudah memahami itu semua, kita akan membahas jawaban dari pertanyaan no. 2 dan 3.

2. Respon sel terhadap rangsang fisiologis seperti yang misalnya terjadi pada akar gigi
sulung ketika gigi permanen akan muncul ke rongga mulut.

Respon sel terhadap rangsang fisiologis seperti yang misalnya terjadi pada akar gigi sulung
ketika gigi permanen akan muncul ke rongga mulut dapat dilihat pada proses eksfoliasi.

Eksfoliasi adalah proses tanggalnya gigi primer, karena tekanan erupsi gigi tetap pengganti pada
apeks gigi primer dan sekitarnya. Tekanan erupsi akan merangsang osteoklas sehingga terjadi
resorbsi akar, dentin, sementum, dan tulang di sekitarnya sehingga gigi sulung menjadi goyah
dalam kedudukannya pada tulang alveolar kemudian tanggal dan digantikan oleh gigi permanen
yang memulai proses erupsinya.

Pada kasus tersebut, respon sel yang terjadi adalah atrofi desakan fisiologik, jaringan gingiva
terdesak akibat gigi yang akan erupsi pada anak-anak.

Tiga teori mengenai mekanisme yang mengatur erupsi gigi :

• Gigi susu terdorong keluar dari mulut dan terlepas karena dorongan dari gigi permanen
yang akarnya sudah tumbuh dengan sempurna.
• Gigi susu terdorong karena tekanan vaskuler yang ada di dalam gingival (theory
hammock oleh Harry Sicher – 1930/1950).
• Dari penelitian secara histologis, di lihat secara mikroskopis, yang mendorong gigi keluar
adalah bagian ligamen yang terbentuk di proses erupsi gigi permanen. Hal tersebut terjadi
karena periodontal ligamen memprakarsai erupsi gigi melalui penyusutan kolagen gigi
susu sehingga gigi terlepas dengan sendirinya, segera setelah struktur gigi permanen
terbentuk dan mendesak gigi susu.

3. Respon sel terhadap macam-macam trauma patologis seperti misalnya yang terjadi
pada jaringan lunak pipi akibat sering tergigit.

Dari pengetahuan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa respon sel yang terjadi pada kasus
pada jaringan lunak pipi akibat sering tergigit termasuk dalam adaptasi sel jenis hyperplasia
patologis.

Respon sel terhadap Cedera:

• Adaptasi.
• Cidera reversible: cidera yang relative ringan dan kemungkinan sel kembali ke dalam
bentuk semula.
• Cidera ireversible: bila sel mati (Cell death/apoptosis cell).

Gigi dan jaringan penyangga serta kardiologi

Pembahasan

1. Diagnosis: Dari keterangan yang diperoleh dari anak laki-laki tersebut dan dari pemeriksaan
intra oral, kemungkinan anak laki-laki ini sudah terkena karies profunda kelas 1 dan 2 atau
karies media (karies dentin). Karena adanya rasa ngilu, kemungkinan karies sudah mencapai
pulpa atau bisa saja karena gigi tersebut sensitif. Adanya karies pada hampir semua permukaan
gigi geraham mungkin dikarenakan pasien tidak menjaga kebersihan mulut dengan baik (OH
buruk), kebiasaan makan yang buruk (frekuensi makan yang terlalu sering, misalnya ngemil),
dan faktor makanan yang dimakan. Selain itu, teknik menyikat gigi juga bisa menjadi salah satu
penyebab karies yang dijumpai pada hampir seluruh permukaan gigi geraham tersebut, dilihat
dari segi letak gigi geraham yang sulit dijangkau dengan sikat gigi sehingga saat penyikatan gigi
geraham tidak tersikat dengan baik.
Gusi yang sering berdarah pada saat penyikatan gigi faktor utamanya adalah plak, bisa juga
disebabkan karena adanya gingivitis pubertas karena usia pasien 14tahun, atau kesalahan teknik
penyikatan gigi.

Gigi pasien ngilu bila dipakai makan, hal ini bisa menyebabkan pasien enggan menggunakan
gigi tersebut untuk mengunyah sehingga tidak terjadi self cleaning dan kemudian menyebabkan
penumpukan plak dan kalkulus pregio anterior atas dan bawah serta kalkulus pada regio depan
bawah dan servikal gigi molar baik pada rahang atas atau bawah.

Prognosis: Tergantung dari kemampuan pasien dan dokter gigi dalam mengontrol dan
membuang faktor etiologi. Bila ditangani dengan cermat sesuai dengan prosedur, perawatannya
akan berjalan dengan baik. Lesi putih ini bisa berlanjut menjadi karies bila OH buruk dan tidak
mengurangi lingkungan penyebab demineralisasi. Tapi bila OH dan lingkungan memungkinkan
untuk remineralisasi, karies tidak akan terjadi. dan lesi putih akan menjadi arrested karies. Bila
tidak ditangani dengan baik/pasien tidak bisa menjaga dan mengubah perilaku kebersihan rongga
mulutnya, bisa terjadi radang yang kemudian akan berlanjut menjadi periodontitis.

2. Etiologi

Proses karies hanya akan terjadi jika ada 4 faktor yaitu :

I. Faktor Host

Komposisi Gigi

Menurut Malherb dan Ockerse tidak ada perbedaan komposisi dari kadar kalsium, fosfor,
magnesium dalam email gigi yang sehat maupun yang karies. Tetapi ada perbedaan dalam kadar
fluornya antara gigi yang sehat dan yang karies.

Morfologi Gigi

Pada gigi yang mempunyai pit dan fisura yang dalam, dimana sisa makanan lebih mudah
menempel dan sukar dibersihkan, maka lebih mudah terkena karies. Sedangkan pada permukaan
yang licin, sisa makanan sukar menempel, karies berkurang.

Posisi Gigi

Gigi yang letaknya tidak normal (malaligned, out of position, rotated ), memudahkan
tertimbunnya sisa makanan dan debris yang sulit dibersihkan, sehingga memudahkan terjadinya
karies pada gigi tersebut.

II. Faktor Mikroorganisme (Dental Plaque)

Streptococcus mutans dan laktobasilus merupakan ku-man yang kariogenik, sebab mampu
segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan.
Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada
permukaan gigi, karena kemampuannya membuat polisakharida ekstrael yang sangat lengket dari
karbohidrat makanan.

Plak gigi mempunyai 4 sifat utama yang erat hubungan-nya dengan terjadinya karies gigi:

• Mempunyai pengaruh mendorong bakteri merusak gigi;


• Mempunyai kemampuan metabolisme biomekanikal secara cepat merubah makanan yang
mengandung karbohidrat menjadi asam;
• Mempunyai kecenderungan fisik penimbunan substrat yang berbahaya dan menghambat
untuk menetralisir asam dalam saliva.

III. Faktor Substrat/Diet

Faktor Fisis (Macam Makanan)

Sifat fisis makanan adalah sebagai salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan frekuensi
karies antara manusia primitif dan modern.

Faktor Lokal

• Kadar karbohidrat

Pada makanan dengan kadar karbohidrat yang tinggi akan memudahkan terjadinya karies gigi,
meskipun pembersihan gigi dilakukan secara aktif.

• Kadar Vitamin

Pada anak-anak yang mendapat cukup susu, daging, telur, sayur-sayuran, buah-buahan dalam
makanannya dan juga mendapat vit. D yang cukup akan lebih resisten terhadap karies,
dibandingkan dengan anak-anak yang malnutrituion.

- Vitamin A : membantu pembentukan jaringan email gigi.

- Vitamin C : menjaga kesehatan gusi dan mempenga-ruhi pertumbuhan jaringan pulpa gigi
dan juga jaringan odontoblas, yaitu sel-sel pembentuk jaringan dentin.

- Vitamin D : berhubungan erat dengan metabolisme kal-sium dan fosfor dan mempengaruhi
kalsifikasi jaringan tulang dan gigi.

• Kadar Fluor

Zat ini sangat mempengaruhi kekerasan jaringan email. Gigi yang mengandung banyak fluor
akan lebih kuat daripada gigi yang kurang fluor.

IV. Faktor Waktu


Proses karies membutuhkan waktu. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu
akan mengakibatkan terjadinya demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses kariespun
di-mulai.

• Sisa makanan dalam bentuk karbohidrat atau gula sukrosa yang tidak dibersihkan akan
bertumpuk,akhirnya menjadi plak. Plak merupakan suatu media yang memudahkan
terjadinya proses karies.
• Didalam plak terdapat bakteri Streptococcus Mutans
• Bakteri akan mengeluarkan enzim bila karbohidrat yang berasal dari makanan memasuki
plak, maka akan terbentuk asam.
• Beberapa jenis karbohidrat makanan, misalnya, sukrosa dan glukosa dapat di ragikan atau
di fermentasikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam, sehingga pH plak akan
menurun sampai di bawah 5 dalam waktu 1-3 menit
• Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan menyebabkan
demineralisasi permukaan gigi yang rentan.
• Sehingga terjadi lesi, jika lesi berkembang permukaan yang utuh akan pecah sehingga
terjadi lubang atau kavitas.

3. Ngilu dikenal juga sebagai dentin hipersensitivity. Penyebab ngilu bermacam-macam seperti
karena abrasi pada email, karies dan gingival recession. Peningkatan kadar asam pada mulut
akibat penguraian sisa makanan oleh bakteri Streptococcus mutans menyebabkan proses
deminalisasi. Demineralisasi ini awalnya akan menyerang lapisan email gigi yang mana
merupakan pelindung lapisan di bawahnya (dentin dan pulpa) dan lambat laun lapisan di bawah
email ini pun dapat terbuka.

Dentin berbatasan dengan ruang pulpa yang berisi serabut syaraf. Ujung serabut syaraf ini ada
yang terletak di ujung tubuli dentin. Bila ada rangsangan, serabut syaraf yang terletak di ujung
tubuli dentin akan terstimulasi, maka timbullah rasa ngilu. Rangsangan ini contohnya rangsangan
thermal (suhu panas/dingin), terutama dingin. Maka ketika karies sudah mencapai dentin, ini
yang akhirnya dapat menimbulkan ngilu saat gigi berkontak dengan makanan/minuman dingin
atau manis maupun asam.

Selain itu, gigi ngilu bisa disebabkan oleh penunuran gusi atau gingival recession. Hal ini bisa
terjadi karena menyikat gigi terlalu kuat atau arahnya berlawanan dengan arah tumbuhnya gigi
sehingga gusi terdorong ke arah akar gigi dan pada daerah tersebut tidak terlindungi dengan
lapisan email, namun langsung bertemu dengan lapisan dentin. Rangasangan yang didapati dari
makanan dingin atau manis ini dengan mudahnya masuk ke dentin dan pulpa akibat penyikatan
gigi yang salah sehingga menyebabkan penurunan gusi.

Persyarafan Gigi Bawah

N. Alveolaris Inferior

1. Ujung saraf sensorik: pada gusi, ligamentum periodontal dan pulpa;


2. Saraf sensorik ini berhubungan dg serabut n.mentalis yang terletak pada cutis, membrana
mukosa dagu, labium oris inferior;
3. Serabut symphaticus non-mielinisasi didistribusi ke: otot polos pembuluh darah gigi
geligi rahang bawah, gingiva, labium oris inferius dan bagian depan pipi.

- Persarafan : berasal dari N. Alveolaris Inferior (cabang N.V.3)

- Gingiva:

• facies lingualis: N.Lingualis


• facies buccalis molar dan premolar: N. Buccalis
• Mukosa labial incisivus-caninus: N. Mentalis

4. Gusi yang sering berdarah bisa jadi karena adanya gingivitis yang dapat disebabkan karena
adanya plak yang menumpuk. Keadaan tersebut bisa diperparah dengan adanya factor hormonal,
dilihat dari usia sang anak (14 tahun).

Definisi/Pengertian Organ, Sistem Organ, Fungsi Serta


Macam/Jenis Sistem Tubuh Manusia
Fri, 25/01/2008 - 12:55am — godam64

Organ adalah kumpulan dari beberapa jaringan untuk melakukan fungsi tertentu di dalam tubuh
sedangkan sistem tubuh adalah gabungan dari organ-organ tubuh yang menjalankan fungsi
tertentu.

Macam-Macam Dan Jenis-Jenis Sistem Pada Badan Manusia

1. Sistem Ekskresi

Sistem ekskresi berfungsi untuk memindahkan hasil metabolisme yang sudah tidak diperlukan ke
luar tubuh sehingga sel-sel tubuh dapat menjaga keseimbangannya terhadap lingkungan. Terdiri
atas ginjal, paru-paru (karbon dioksida), hati (racun) dan kulit (keringat).

2. Sistem Pernapasan / Sistem Pernafasan

Sistem pernapasan adalah sistem yang memiliki fungsi untuk mengambil oksigen, menyediakan
oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida ke luar tubuh. Terdiri dari hidung, faring, laring,
trakea / trakhea, bronki dan paru-paru.

3. Sistem Pencernaan

Sistem perncernaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan proses makanan sehingga
dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisika maupun secara kimia. Terdiri dari
mulut, kerongkongan, lambung, rektum, hati dan pankreas.
4. Sistem Peredaran / Transportasi

Sistem peredaran atau sistem transportasi adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menjaga
tubuh dari penyakit, menyebar sari makanan dan oksigen ke seluruh tubuh serta mengangkut zat-
zat sisa ke luar tubuh. Terdiri atas jantung, pembuluh arteri, pembuluh vena, pembuluh kapiler,
pembuluh getah bening (limfatik) dan kelenjar limfe.

5. Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Terdiri dari testis,
ovarium dan bagian alat kelamin lainnya.

6. Sistem Otot

Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fugnsi seperti untuk alat gerak, menyimpan
glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot jantung dan otot rangka.

7. Sistem Syaraf/ Sistem Saraf

Sistem saraf adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menerima dan merespon rangsangan.
Terdiri dari otak, saraf tulang belakang, simpul-simpul syaraf dan serabut syaraf.

8. Sistem Endoktrin

Sistem endoktrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon yang mengatur
aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar
kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.

9. Sistem Rangka

Sistem adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan bahan mineral, tempat
pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka, melindungi tubuh yang lunak dan
menunjang tubuh. Terdiri dari tengkorak, tulang rusuk, tulang belakang, rangka penopang tulang
bahu, rangka penopang tulang pinggul, tulang angota badan atas dan bawah.

Diagram anatomi manusia


Diagram anatomi manusia
1. Kepala
2. Wajah:Dahi, Mata, Telinga, Hidung, Mulut, Lidah, Gigi, Rahang, Pipi, Dagu
3. Leher, Tenggorokan, Jakun
4. Bahu
5. Dada, Buah dada, Tulang rusuk
6. Pusar
7. Perut, Pinggul
8. Organ seks
9. Penis/Skrotum atau Klitoris/Vagina

• Kaki:

10. Paha
11. Lutut
12. Betis, tulang kering
13. Pergelangan kaki
14. Telapak kaki, Tumit, Jari kaki

• Tangan:

15. Lengan
16. Siku/sikut
17. Pergelangan tangan
18. Telapak tangan, Jari tangan (Ibu jari, telunjuk, tengah, manis, kelingking

• Tidak bernomor: Tulang belakang, Kulit, Rektum, Anus, Pantat


• Organ adalah kumpulan dari beberapa jaringan untuk melakukan fungsi tertentu di dalam
tubuh sedangkan sistem tubuh adalah gabungan dari organ-organ tubuh yang
menjalankan fungsi tertentu.

Macam-Macam Dan Jenis-Jenis Sistem Pada Badan Manusia


1. Sistem Ekskresi

Sistem ekskresi berfungsi untuk memindahkan hasil metabolisme yang sudah tidak
diperlukan ke luar tubuh sehingga sel-sel tubuh dapat menjaga keseimbangannya
terhadap lingkungan. Terdiri atas ginjal, paru-paru (karbon dioksida), hati (racun) dan
kulit (keringat).

2. Sistem Pernapasan / Sistem Pernafasan

Sistem pernapasan adalah sistem yang memiliki fungsi untuk mengambil oksigen,
menyediakan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida ke luar tubuh. Terdiri dari
hidung, faring, laring, trakea / trakhea, bronki dan paru-paru.

3. Sistem Pencernaan

Sistem perncernaan adalah sistem yang berfungsi untuk melakukan proses makanan
sehingga dapat diserap dan digunakan oleh sel-sel tubuh secara fisika maupun secara
kimia. Terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, rektum, hati dan pankreas.

4. Sistem Peredaran / Transportasi

Sistem peredaran atau sistem transportasi adalah sistem yang memiliki fungsi untuk
menjaga tubuh dari penyakit, menyebar sari makanan dan oksigen ke seluruh tubuh serta
mengangkut zat-zat sisa ke luar tubuh. Terdiri atas jantung, pembuluh arteri, pembuluh
vena, pembuluh kapiler, pembuluh getah bening (limfatik) dan kelenjar limfe.

5. Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Terdiri dari
testis, ovarium dan bagian alat kelamin lainnya.

6. Sistem Otot

Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fugnsi seperti untuk alat gerak,
menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot jantung
dan otot rangka.

7. Sistem Syaraf/ Sistem Saraf

Sistem saraf adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menerima dan merespon
rangsangan. Terdiri dari otak, saraf tulang belakang, simpul-simpul syaraf dan serabut
syaraf.

8. Sistem Endoktrin
Sistem endoktrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi hormon yang
mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar hipofisa/putuitari, kelenjar
pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal, kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu.

9. Sistem Rangka

Sistem adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan bahan mineral, tempat
pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka, melindungi tubuh yang lunak
dan menunjang tubuh. Terdiri dari tengkorak, tulang rusuk, tulang belakang, rangka
penopang tulang bahu, rangka penopang tulang pinggul, tulang angota badan atas dan
bawah.

Anda mungkin juga menyukai