PRESBIAKUSIS
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH SISTEM SENSORI PERSEPSI
APLONIA FARIDA DJAMI, SST
OLEH
KELOMPOK III KELAS C SEMESTER IV
1. YULITA LOBO
2. NADYA R. RADJAH
3. GLADYS O. RAMBU BOBA
4. BENYAMIN ROHI NAWA
5. ENNY P. N. PUARERA
6. SANTI L. MANTOLAS
7. HERANATA SOMI PAYON
8. ELVIANA HOAR
9. YENI W. FAHIK
10. ETNAN E. TEFU
11. MARIAM M. BLORTON
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG
ANGKATAN VI
TAHUN 2015
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Anatomi
Telinga sebagai organ pendengaran dan ekuilibrium, berisi reseptor-reseptor yang
menghantarkan gelombang suara ke dalam impuls-impuls saraf dan reseptor yang
berspon pada gerakan kepala. Telinga terbagi dalam tiga bagian : telinga luar, tengah dan
dalam.
1. Telinga luar
Terdiri dari aurikula (pinna) dan kanal auditorius eksternal. Fungsinya untuk
menerima suara. Aurikel tersusun atas sebagian besar kartilago yang tertutup dengan
kulit. Lobus satu-satunya bagian yang tidak disokong oleh kartilago. Sesuai
pertambahan usia kartilago terus dibentuk dalam telinga dan kulit telinga berkurang
elastisitasnya; kemudian aurikel tampak lebih besar dari lobulus. Perubahanperubahan yang menyertai proses penuaan ini adalah pengeriputan lobulus dalam
suatu pola oblique linier.
Saluran auditorius berbentuk S panjangnya 2,5 cm dari aurikel sampai membran
timpani. Serumen disekresi oleh kelenjar yang menangkap benda asing dan
melindungi epitelium kanalis. Pada proses penuaan, saluran menjadi dangkal sebagai
akibat lipatan ke dalam, pada dinding kanalis silia menjadi lebih kasar dan lebih kaku
dan produksi serumen agak berkurang dan lebih kering.
Fisiologi
NO
STRUKTUR
FUNGSI
A.
TELINGA LUAR
Menangkap suara
1.
Daun telinga
2.
Liang telinga
Membantu
mengkonsentrasikan
3.
gelombang suara
Menahan dan menjerat kotoran
4.
5.
seimbang
Menangkap getaran bunyi dan
Membran timpani
ke
tulang-tulang
6.
yang kuat
Tulang-tulang pendengaran
pendengar
meneruskan getaran yang
7.
8.
3 saluran berlengkung-lengkung
Sakulus dan utrikulus Pangkal kanalis Menjaga keseimbangan tubuh
semisirkularis
berisi cairan endolimfe dan butiran
kalsium
C.
TELINGA DALAM
Menerima
dan
9.
rangsangan
bunyi
mengirimkannya
berupa
implus ke otak
Meneruskan rangsang
getaran
bunyi
endolimfe)
10. Organ korti
dengan
hidung
tenggorokan
12. Sel-sel saraf pendengaran
keseimbangan
III.
Proses penuaan
Hilangnya sel-sel rambut
pada basal koklea
PRESBIAKUSIS
B3
Kerusakan nervus ke-8
B6
Degenerasi tulangtulang
pendengaran
keseimbangan
Resiko
cedera
Fungsi pendengaran
menurun
Gangguan Sensori
Persepsi Pendengaran
Kesulitan mengerti
Pendengaran
terhadap
pembicaraan
kata-kata/rangsang
Berdasarkan patologinya dapat dibagi dalam :
suara
1) menurun
Presbiakusis sensoris (terjadi atrofi organ Corti)
d. Uji Rinne
Hasil: klien tidak mendengar adanya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar
adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.
e. Uji Schwabach
f. Uji Weber (SOP)
7) Penatalaksanaan
1) Terapi Medikamentosa
- Vasodilator: Asam Nikotinat.
- Vitamin B kompleks, vitamin A. Keduanya diberikan dalam sebulan (dihentikan
bila tidak ada perbaikan).
- Dipasang alat bantu pendengaran (Hearing Aid).
2) Tindakan keperawatan
Presbiakusis merupakan penyakit yang sampai sekarang belum dapat
disembuhkan, namun beberapa cara untuk mengurangi efek dari penyakit pada
kehidupan penderita seperti:
Penggunaan alat bantu pendengaran khusus, melatih membaca bibir
(lip reading).
Implan koklea yang menjadi pengobatan pilihan pada penderita
Pencegahan Primer
Membiasakan olahraga.
b)
Pencegahan Sekunder
c)
Pencegahan Tersier
:Pendengaran
berkurang,
sulit
c. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Otoskopik :Untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan
membrane timpani dengan cara inspeksi.
Hasil:
- Serumen berwarna kuning, konsistensi kental
- Dinding liang telinga berwarna merah muda
b. Audiometri: Audiogram nada murni menunjukkan tuli perseptif bilateral
simetris, dengan penurunan pada frekuensi diatas 1000 Hz.
c. Tes Ketajaman Pendengaran
- Tes penyaringan sederhana
Hasil : klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan.
- Klien tidak mendengar dengan jelas detak jarum jam pada jarak 1-2 inchi.
d. Uji Rinne
Hasil: klien tidak mendengar adanya getaran garpu tala dan tidak jelas
mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.
d. Klasifikasi Data
-
Subjektif
Susah mendengar suara
orang lain
Telinga terdengar berdering
Objektif
Raut wajah meringis, tampak
e. Analisa Data
Sign and Sympton
DS: Susah mendengar
Etiologi
Perubahan penerimaan
Problem
Gangguan persepsi sensori
suara
sensori
(pendengaran)
Disfungsi sensori
Resiko cedera
2) Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan sensori persepsi: pendengaran b.d perubahan penerimaan sensori yang
ditandai dengan tampak bingung saat diajak bicara.
b. Resiko cedera b.d disfungsi sensori
3) Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Keperawatan
Gangguan sensori
persepsi: pendengaran
akan mengalami
pendengaran
b.d perubahan
gangguan sensori
pasien
dan tingkat
penerimaan
persepsi:
sensoriyang ditandai
pendengaran
keperawatan
1. Kaji fungsi
1. Untuk melihat
pendengaran pasien
2. Berikan edukasi
kepada pasien
berpengetahuan luas
suara
Objektif: Dalam
tentang cara
koping alternatif
terhadap
mengalami
penurunan
perubahan
pendengaran;
penerimaan sensori.
perawatan alat
adanya keseimbangan
2. Pasien yang
dapat melakukan
koping terhadap
penurunan
pendengaran secara
lebih baik.
Outcomes: setelah
dalam perawatan
lainnya (saat
susah mendengar
suara, Tidak lagi
tampak bingung
diprogramkan.
3. Agar pasien bisa
3. Menolong pasien
dalam
menggunakan
sesuai dengan
menggunakan
instruksi yang
alat bantu
diberikan
pendengaran
4. Dengan lebih
4. Berikan
memahami rencana
penjelasan
perawatan, pasien
tentang
penanganan,
prosedur,
lain-lain
kepada
perawatannya
pasien
dengan
lainnya (saat
dilakukan uji
weber)
5. Tentukan cara
5. Komunikasi yang
yang efektif
terencana dengan
untuk
pasien akan
berkomunikasi
meningkatkan
dengan pasien
pemberian
menggunakan
perawatan.
sikap tubuh,
isyarat,
menuliskan katakata dan
mengidentifikasi
gerak bibir.
6. Minta pasien
Resiko
6. Kesempatan
mengungkapkan
pasien berbicara
perasaannya
tentang penurunan
tentang
pendengarannya
penurunan
akan meningkatkan
pendengaran.
penerimaannya
terhadap kehilangan.
Berika 1. Pendidikan
cedera
1.
disfungsi sensori
akan mengalami
n pendidikan
kesehatan dapat
resiko cedera
tambahan pada
membantu pasien
pasien
dala mengambil
Obective: Dalam
langkah untuk
menghadapi cedera
2.
Anjurkan
Outcomes: Setelah
2.
Untuk
meminimalkan
pendengaran.
dalam perawatan
3.
Observasi
factor-fakor yang
mengalami resiko
dapat
meningkatakan
cedera dan
berkonstribusi
disfungsi sensori
terhadap cedera
pemberi asupan.
4.
3.
Untuk
Dampingi
pasien dalam
pemenuhan ADL
4.
Agar pasien
4) Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana tindakan / intervensi
keperawatan yang telah ditetapkan / dibuat.
5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah
teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagian dengan mengacu pada kriteria evaluasi.
C. Lampiran
1) SOP
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMERIKSAAN PENDENGARAN
(TEST BISIKAN)
PENILAIAN
A. FASE PRAINTERAKSI
Membaca
YA
status
keperawatan
RM,
diagnose
dalam
BOBOT
K
-
medis,
indikasi/kontraindikasi)
Evaluasi diri perawat (mental, persiapan
diri
ruangan,
TIDA
10
pengetahuan,
skill/keterampilan)
Cuci tangan
Persiapan alat:
- Otoskop
- Spekulum
- Arloji
- Sarung tangan
D. FASE INTERAKSI
Ucapkan salaam
Menjelaskan tujuan dan prosedur yang
akan dilakukan
Memberikan kesempatan bertanya kepada
pasien
Memberikan kontrak waktu dan tempat
Mempersiapkan lingkungan yang nyaman
10
bagi pasien
E. FASE KERJA
Mencuci tangan
Pakai sarung tangan (jika perlu)
Inspeksi dan palpasi telinga luar
Bantu klien dalam posisi duduk, jika
memungkinkan
Posisi pemeriksa menghadap ke sisi
telinga yang dikaji
Atur
pencahayaan
menggunakan
otoskop,
dengan
lampu
20
lesi/massa,
dan
penekanan
pada
area
lubang
daun
pendengaran
telinga/heliks
dan
berdiri
pemeriksa
untuk
kemampuan
ruangan
yang tenang
Pegang arloji dan dekatkan ke
telinga klien
Minta
klien
untuk
menjauhi
10
G. DOKUMENTASI
Waktu pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
Respon klien selama
dan
sesudah
pemeriksaan
H. SIKAP
Cermat
Teliti
Tepat
20
20
I. PENGETAHUAN
J. TOTAL
keperawatan
YA
TIDA
K
BOBOT
No
RM,
diagnose
medis,
indikasi/kontraindikasi)
Evaluasi diri perawat (mental, persiapan
diri
ruangan,
dalam
10
pengetahuan,
skill/keterampilan)
Cuci tangan
Persiapan alat:
- Otoskop
- Spekulum
- Arloji
- Sarung tangan
D. FASE INTERAKSI
Ucapkan salam
Menjelaskan tujuan dan prosedur yang
akan dilakukan
Memberikan kesempatan bertanya kepada
pasien
Memberikan kontrak waktu dan tempat
Mempersiapkan lingkungan yang nyaman
10
bagi pasien
E. FASE KERJA
Mencuci tangan
Pakai sarung tangan (jika perlu)
Inspeksi dan palpasi telinga luar
Bantu klien dalam posisi duduk, jika
memungkinkan
Posisi pemeriksa menghadap ke sisi
telinga yang dikaji
Atur
pencahayaan
menggunakan
otoskop,
dengan
lampu
20
lesi/massa,
dan
penekanan
pada
area
lubang
daun
pendengaran
telinga/heliks
dan
satu telinga
Catat
hasil
pemeriksaan
pendengaran tersebut
(Bila klien mendengar lebih keras
pada sisi di sebelah kanan disebut
lateralisasi ke kanan, Normal bila
antara sisi kanan dan kiri sama
kerasnya).
10
F. FASE TERMINASI/EVALUASI
Respon klien
Memberikan reinforcement/pujian balik
10
G. DOKUMENTASI
Waktu pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
Respon
kliselama
pemeriksaan
H. SIKAP
Cermat
Teliti
Tepat
dan
sesudah
20
20
I. PENGETAHUAN
J. TOTAL
2) SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PRESBIAKUSIS
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH SISTEM SENSORI PERSEPSI
APLONIA FARIDA DJAMI, SST
OLEH
KELOMPOK III KELAS C SEMESTER IV
1. NADYA R. RADJAH
2. YULITA LOBO
3. GLADYS O. RAMBU BOBA
4. BENYAMIN ROHI NAWA
5. ENNY P. N. PUARERA
6. SANTI L. MANTOLAS
7. HERANATA SOMI PAYON
8. ELVIANA HOAR
9. YENI W. FAHIK
10. ETNAN E. TEFU
11. MARIAM M. BLORTON
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG
ANGKATAN VI
TAHUN 2015
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PRESBIAKUSIS
A. Topik
: Penyakit Presbiakusis
B. Waktu
: 20 Menit
C. Sasaran
: Mahasiswa Keperawatan 4C
D. Tempat
E. Tujuan
1. Tujuan Umum
1x20
mahasiswa
menyebutkan :
a. Pengertian Presbiakusis
b. Penyebab Presbiakusis
c. Tanda dan Gejala Presbiakusis
d. Perawatan Presbiakusis
e. Prognosis Presbiakusis
mampu
F. Metode
: Terlampir
I. Kegiatan Penyuluhan
No
Tahapan Waktu
Pembukaan
(5 menit)
Kegiatan Inti
( 10 menit )
Penutup
5 menit
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan peserta
1 Mengucapkan salam
2 Memperkenalkan diri
1 Menjawab salam
2 Mendengarkan
dan
memperhatikan
3 Kontrak waktu
3 Menyetujui
4 Menjelaskan
4 Mendengarkan
dan
tujuan pembelajaran
memperhatikan
5 Apersepsi
konsep 5 Mendengarkan
dan
Presbiakusis
memperhatikan
1 Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan dan
pengertian
memperhatikan
Presbiakusis
2 Menjelaskan etiologi 2. Mendengarkan dan
dari Presbiakusis
memperhatikan
3 Menjelaskan
3. Mendengarkan dan
manifestasi Klinis
memperhatikan
4 Menjelaskan
patofisiologi
Presbiakusis
4. Mendengarkan dan
memperhatikan
5 Memberikan
kesempatan peserta
didik untuk bertanya
6 Menjelaskan bahaya
Presbiakusis
6. Mendengarkan dan
memperhatikan
7 Menjelaskan
penatalaksanaan
Presbiakusis
7. Mendengarkan
8 Memberikan
kesempatan peserta
untuk bertanya
1. Mengajukan dua
pertanyaan tentang
materi pembelajaran
8. Bertanya
1.
Menjawab
2. Kesimpulan dari
pembelajaran
2.
Mendengarkan dan
memperhatikan
3. Salam penutup
3.
Menjawab salam.
J. Evaluasi
Dengan membarikan pertanyaan apakah mahasiswa mampu :
1. Menyebutkan Pengertian Presbiakusis
2. Menyebutkan Penyebab Presbiakusis
3. Menyebutkan Tanda dan Gejala Presbiakusis
4. Menyebutkan Perawatan Presbiakusis
5. Menyebutkan Prognosis Presbiakusis
Lampiran
MATERI PENYULUHAN
PRESBIAKUSIS
A. Definisi
Presbiakusis adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi
tinggi, yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnnya usia.
(Boedhi & Hadi, 1999).
Presbiakusis adalah penurunan pendengaran normal berkenaan dengan proses penuaan.
(Lueckenotte, 1997).
B. Perubahan Fungsi Pendengaran berhubungan dengan Usia Lanjut
Perubahan-perubahan dalam struktur dan fungsi pada telinga bagian dalam
membuat sulit untuk memahami tipe bunyi bicara tertentu dan menyebabkan intoleran
terhdap bunyi keras. Bunyi-bunyi yang biasanya hilang pertama kali adalah: f, s, th, ch
dan sh. Saat penurunan pendengaran berlanjut, kemampuan untuk mendengar bunyi b, t,
p, k dan t juga rusak. (Luekenotte, 1997).
C. Penyebab
1. Internal
Degenerasi primer aferen dan eferen dari koklea, degenerasi primer organ corti
penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik mungkin juga mengalami
gangguan. Sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis otak sering terganggu
akibat lanjutnya usia.
2. Eksternal
Terpapar bising ynag berlebihan, penggunaan obat ototoksik dan reaksi pasca radang.
(Boedhi & Hadi, 1999)
D. Tanda dan Gejala
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan pendengaran:
1. Kesulitan mengerti pembicaraan
2. Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi.
3.
bergumam
4.
sebanyak 30% dan suplemen antioksidan dapat mengurangi produksi radikal bebas yang
juga dapat mengakibatkan presbiakusis. Selain itu, pasien juga menghindari suara keras.
F. Prognosis (perkiraan kesembuhan penyakit)
Prognosis dari prebiakusis adalah degenerasi lebih lanjut fungsi pendengaran
karena penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun perjalanan penyakit dapat
diperlambat dengan menghindari penyebab atau faktor resiko yang memperburuk
penyakit yang diderita.
Penderita presbiakusis tidak memerlukan perawatan khusus, namun sebaiknya
penderita melakukan pemeriksaan berkala pada otolaryngist atau audiologist untuk
memonitor ambang pendengaran (hearing threshold), untuk mendapatkan atau
menyesuaikan amplifikasi alat bantu pendengaran
3) Leaflet
4) Glosarium
Telinga adalah Organ tubuh manusia yang berfungsi sebagai indra pendengaran dan
organ yang menjaga keseimbangan.
Aurikula (Pinna) adalah bagian telinga terluar yang membatasi bagian luar kepala
dengan saluran telinga
Kartilago Kartilago adalah tulang rawan yang terbentuk dari jaringan ikat padat,
elastis dan kenyal yang menjadi bantalan di ujung tulang pada sendi yang
memungkinkan sendi dapat bergerak dengan bebas dan menghindarkan gesekan yang
dapat menimbulkan rasa sakit.
Tulang martil atau malleus adalah tulang kecil yang berbentuk seperti martil yang
menyusun tulang pendengaran pada telinga tengah. Tulang ini terlekat pada bagian
permukaan dalam gendang telinga dan ujung lainnya pada tulang landasan. Tulang ini
berfungsi menghantarkan getaran suara dari gendang telinga ke tulang landasan.
Tulang landasan atau incus adalah tulang kecil yang berbentuk seperti landasan.
Tulang ini merupakan salah satu tulang pendengaran dan menghubungkan tulang
martil dan tulang sanggurdi
Tulang sanggurdi atau stapes merupakan tulang kecil yang menyerupai sanggurdi
kuda. Tulang ini merupakan tulang pendengaran terakhir pada telinga tengah. Tulang
sanggurdi adalah tulang terkecil dan teringan pada tubuh manusia. Tulang sanggurdi
menerima getaran suara dari tulang landasan dan diantar ke membran di telinga dalam
melalui tingkap oval.
Gendang telinga/membran timpani/tympanic membrane/eardrum adalah suatu
membran/selaput yang terletak antara telinga luar dan telinga tengah. Fungsi
membran ini sangat vital dalam proses mendengar.
Labirin tulang (Labirin Osea) merupakan rongga yang terbentuk pada tonjolan
tulang pelipis yang berisikan cairan perilimfe. Terdiri dari : koklea, vestibuli dan
kanalis semisirkulasis.
Koklea adalah organ telinga dalam yang berbentuk seperti tabung bengkok ke
belakang lalu berlilit mengelilingi tulang dan membentuk seperti kerucut di ujungnya.
Koklea berfungsi sebagai reseptor karena memiliki sel sel saraf di dalamnya.
Vestibuli adalah bagian yang terdiri dari sakula dan utrikula. Sakula dan Utrikula ini
disusun oleh sel rambut yang memiliki struktur khusus, sel rambut ini disebut macula
acustika. Sel rambut pada sakula tersusun secara vertikal, sedangkan pada utrikula
tersusun secara horizontal. Pada sel rambut macula austica ini tersebar partikel serbuk
protein kalsium karbonat (CaCO3) yang disebut otolith. Fungsinya lebih kepada
menjaga keseimbangan.
Kanalis Semisirkularis adalah saluran setengah lingkarang yang terdiri dari 3 saluran
semisirkularis yang tersusun menjadi satu kesatuan dengan posisi yang berbeda.
Kanalis Semisirkularis Horizontal, Kanalis Semisirkularis Vertikal Superior (Vertikal
Atas) dan Kanalis Semirikularis Vertikal Posterior (Vertikal Belakang). Fungsinya
lebih kepada menjaga keseimbangan.
Presbiakusis adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi,
yang merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnnya usia.
Degenerasi merupakan suatu perubahan keadaan secara fisika dan kimia dalam sel,
jaringan, atau organ yang bersifat menurunkan efisiensinya. Degenerasi dapat
diakibatkan dari penuaan dan disebabkan oleh penyakit.
Ototoksisitas adalah kerusakan koklea atau saraf pendengaran dan organvestibuler
yang berfungsi mengirimkan informasi keseimbangan dan pendengarandari labirin ke
otak yang disebabkan oleh zat-zat kimia atau toxin (obat-obatan)
Saraf Kranial VIII Nervus Vestibulokokhlearis (atau nervus vestibuloauditorius atau nervus statoakustikus) adalah nervus yang bersifat sensoris.
Terletak di lateral nervus facialis (sudut serebelopontin). Inti pada vestibular, dan
kokhlear. Menerima rangsang suara, rotasi dan gravitasi (untuk keseimbangan dan
gerakan tubuh). Lebih spesifik, cabang vestibular membawa impuls untuk
pendengaran; terletak di kanalis akustikus interna.
Pemeriksaan Otoskopik adalah pemeriksaan untuk memeriksa meatus akustikus
eksternus dan membrane timpani dengan cara inspeksi.
Audiometri adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian
(gangguan dengar). Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis ketulian apakah :
Tuli Konduktif atau Tuli Saraf (Sensorineural)
Tes Rinne merupakan sebuah tes pendengaran yang dilakukan untuk mengevaluasi
kemampuan pendengaran pada satu telinga (tuli unilateral). Hal ini membedakan
persepsi suara yang dihantarkan oleh konduksi udara dengan suara yang dihantarkan
oleh konduksi tulang melalui mastoid. Dengan demikian dapat dinilai dengan cepat
suatu keadaan tuli konduksi. Tes Rinne harus dibandingkan dengan Tes Weber untuk
mendeteksi tuli sensorineural.
Tes Weber adalah tes pendengaran yang dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan
pendengaran dan membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Chody, Thane, D.R. 1981. Penyakit Hidung, Telinga, dan Tenggorokan. Jakarta : EGC.
Higler, Adam Boies. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta : EGC.
Muscari, Mary E. 1996. Lippincotts Review Series.USA : Lippincotts.