Anda di halaman 1dari 14

Cognitive Transitions

Psikologi Remaja

Question
Apa yang dimaksud dengan perkembangan
kognitif?
Hal-hal apa yang mempengaruhi perkembangan
kognitif remaja?
Seperti apa kognitif remaja?

Pendahuluan
Remaja tidak hanya berbeda secara fisik dari anak-anak
yang lebih muda tetapi juga memiliki proses berpikir yang
berbeda dari anak-anak yang lebih muda.
Meskipun pemikiran remaja terkadang menunjukkan
ketidakmatangan
dalam
beberapa
cara,
namun
kebanyakan remaja mampu untuk berpikir abstrak dan
memberikan penilaian sosial serta dapat membuat
rencana yang realisitis untuk masa depannya

Perkembangan Kognitif Remaja : Formal Operational


Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan
mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan
bahasa.

Pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu


interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan
lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi
memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.
Perkembangan kognitif remaja mencapai tingkatan paling
tinggi menurut Piaget, dimana remaja mencapai tahap
formal operations umur 11 tahun.
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki
pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalahmasalah yang kompleks dan abstrak.

Perkembangan Kognitif Remaja : Formal Operational


Kemampuan remaja untuk berpikir abstrak memilki emotional
implications contohnya kalau sebelumnya seorang anak berpikir
mencintai orang tua atau membenci teman sekelas, sekarang seorang
remaja mampu memilki pemikiran mencintai kebebasan atau membenci
eksploitasi.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa
sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif
pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.
Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan
sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana
untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Perkembangan Bahasa
Kemampuan berbahasa pada masa remaja menjadi lebih baik, kosa
kata berkembang begitu juga dalam hal membaca.
Meskipun remaja belum tentu sama satu dengan yang lainnya, namun
pada usia antara 16-18 tahun seorang anak muda mengetahui sekitar
80.000 kata.
Dengan berpikir formal, seorang remaja dapat mendefinisikan,
membicarakan konsep-konsep abstrak seperti love, justice, dan freedom.
Remaja juga seringkali menggunakan istilah seperti: however,
otherwise, anyway, therefore, realy, dan probably untuk menunjukkan
hubungan logis antara anak kalimat dengan kalimat.

Ketidakmatangan Dalam Pemikiran Remaja

(1) Idealism and criticalness Remaja meyakini bahwa mereka


sebenarnya lebih tahu daripada orang dewasa bagaimana menjalani
kehidupan ini seringkali mencari-cari kesalahan/ kekurangan orang
tuanya.
(2) Argumentativeness Remaja secara konstan mencari kesempatan
dan mencoba untuk menunjukkan kemampuan bernalar mereka
seringkali membuat agumentasi tentang keadaan mereka, misalnya
dengan memberikan alasan kenapa mereka sampai datang terlambat.
(3) Indecisiveness Remaja dapat menyimpan banyak alternatif
pemikiran dalam pikiran mereka pada satu waktu yang sama, tetapi
seringkali mereka tidak efektif dalam memilih alternatif pemikiran
tersebut.

Ketidakmatangan Dalam Pemikiran Remaja

(4) Apparent hypocrisy Remaja seringkali tidak mengenali perbedaan


antara mengekspresikan sesuatu yang ideal dengan melakukan
pengorbanan yang diperlukan untuk mengekspresikan idealisme
mereka tersebut.
(5) Self-consciousness Remaja seringkali berpikir bahwa apa yang
dipikirkan oleh orang lain sama seperti yang dipikirkannya.
(6) Specialness and Invulnerability Elkins menggunakan istilah
specialness dengan personal fable berisi keyakinan bahwa dirinya
adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini
benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta
sebenarnya.

Ketidakmatangan Dalam Pemikiran Remaja


Personal fable merupakan salah satu bentuk cara berpikir
egosentrisme remaja Misalnya seorang remaja putri berpikir
bahwa dirinya tidak mungkin hamil karena perilaku seksual yang
dilakukannya, atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan
sampai meninggal dunia di jalan raya saat mengendarai mobil], atau
remaja yang mencoba-coba obat terlarang berpikir bahwa ia tidak
akan mengalami kecanduan Remaja biasanya menganggap
bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya.
Invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin
mengalami kejadian yang membahayakan diri berkaitan perilaku
berisiko yang dilakukan remaja (mereka dapat melakukan perilaku
yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya
itu).

Self-Efficacy dan Motivasi Akademik


Self-efficacy keyakinan seorang inidvidu bahwa dirinya
mempunyai kemampuan untuk menghadapi tantangan dan mampu
untuk meraih tujuannya.
Seseorang yang tidak percaya bahwa dirinya memiliki
kemampuan untuk sukses akan merasa frustasi dan depresi dan
merasa kesuksesan adalah sesuatu yang sulit dicapai.
Motivasi berprestasi seseorang juga dipengaruhi oleh parental
involvement (keterlibatan orang tua) dan parenting style (pola asuh
orang tua).
Socioeconomic, peer influence, family environment, quality of
school juga memberikan pengaruh
terhadap kemampuan
seseorang untuk meraih prestasi.

Penggunaan Dari Waktu (Use of Time)


Motivasi untuk berprestasi dan keyakinan akan kemampuan diri
mempengaruhi seorang remaja dalam menggunakan waktu seharihari Beberapa diantaranya terlihat sangat sibuk dengan aktivitas
ekstrakurikuler, perkerjaan rumah, dan aktivitas di luar rumah.
Meskipun pola penggunaan waktu tampaknya berubah dari tahun
ke tahun, lebih dari setengah murid secara konstan aktif di
beberapa area, yaitu:
(1) Mengerjakan tugas rumah,
(2) Mengikuti aktivitas sekolah,
(3) Berkumpul bersama teman,
(4) Mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan
(5) Mencari penghasilan tambahan

Faktor Sekolah (School Factors)


Faktor penting agar murid dapat berprestasi adalah kualitas dari
sekolah. Sekolah yang baik mempunyai peraturan yang baik, atmosfir
yang kondusif, cara belajar yang aktif, memiliki kepala sekolah yang
penuh semangat, dan guru yang dapat berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan.
Selain itu baik kepala sekolah maupun guru harus memilki harapan
yang besar pada murid, menekankan pendidikan akademik, dan melihat
dari dekat performansi murid
Murid yang menyukai sekolahnya biasanya menunjukkan potensi
akademis yang baik dan lebih sehat.
Remaja khususnya remaja laki-laki sedikit kurang menyukai sekolah
jika dibandingkan dengan anak yang lebih muda.
Remaja laki-laki lebih merasa puas dengan sekolah apabila mereka
diizinkan untuk berpartisipasi dalam membuat aturan dan mendapat
dukungan dari guru atau murid lainnya.

Putus Sekolah (Drouping out of High School)


Seseorang yang tidak dapat menyelesaikan sekolahnya (droup outs)
dapat menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi
pengangguran, mempunyai penghasilan dan kesejahteraan yang
rendah, terlibat dengan obat-obatan terlarang, kriminalitas, dan
kenakalan remaja.
Ada beberapa indikator untuk dapat melihat apakah seseorang
individu dapat/ tidak menyelesaikan sekolah, yaitu:
Active engagement, yaitu tingkatan seorang murid untuk terlibat aktif
di sekolah.
Tahap pertama dari active engagement meliputi: datang sekolah
tepat waktu, mempersiapkan diri, mendengarkan dan memberikan
respon terhadap guru, dan melaksanakan peraturan sekolah
meliputi mengikuti mata pelajaran, bertanya, dan berinisiatif mencari
bantuan ketika membutuhkan.

Thank you for your Attention

Anda mungkin juga menyukai