CIREUNDEU
I. PENDAHULUAN
Salah satu pendekatan dalam upaya memahami manusia yang telah
banyak ditampilkan oleh sementara pakar adalah manusia dikembalikan
ke dalam dunia makronya (annimal kingdom). Manusia secara fisik dan
mental mengembangkan sumber daya insani, mewariskan nilai-nilai
budaya dan menentukan masa depan manusia, baik sebagai individu
maupun sebagai bangsa. Pada hakekatnya masyarakat tak lain dari pada
orang-orang atau kelompok orang yang hidup bersama yang mampu
menghasilkan, memelihara dan mengembangkan berbagai sistem nilai,
yang dikemas ke dalam konsep yang disebut kebudayaan.
Kebudayaan adalah monopoli makhluk manusia yang memiliki
sejumlah predikat atau sebutan, antara lain manusia. Konsep kebudayaan
bisa lebih spesifik manakala dilihat dari dimensi isinya dengan acuan
konsep yang berkenaan dengan unsur-unsur kebudayaan yang bersifat
universal, yang artinya bahwa unsur-unsur yang ada dan dimiliki oleh
setiap kelompok ke kelompok. Kebudayaan yang ada di Indonesia
sangatlah banyak, sedikitnya 43 dari 293 budaya Jawa Barat yang sudah
terinventarisasi dinyatakan punah. Karena adanya banyak kebudayaan
sehingga manusia itu sendiri membentuk suatu kelompok yang
mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda, tetapi ada juga yang
membentuk suatu kelompok didalamnya merupakan suatu masyarakat
yang memiliki adat dan budaya yang khusus berlaku di daerah kehidupan
kelompok tersebut, seperti cara memngkonsumsi makanan pokoknya,
kehidupannya, bergaulnya dan juga agama dan ras yang berbeda dengan
sosial budaya biasanya, suatu kelompok masyarakan yang memiliki
kehidupan yang berbeda terutama dalam hal :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
II.
PEMBAHASAN
BUDAYA KAMPUNG ADAT CIREUNDEU
2.
3.
dari singkong atau di kenal dengan nama Rasi atau beras singkong,
bahkan macam-macam produk makanan yang berbahan dasar singkong
tersedia di kampung ini.
Kampung Cireundeu adalah salah satu model kampung yang
sebagian besar penduduknya sudah meninggalkan ketergantungannya
akan beras sebagai makanan pokok sehari hari, singkong adalah
pilihannya yang telah terbukti menyelamatkan warganya dari kerisis
pangan yang terjadi sampai saat ini belum pernah terjadi kesulitan dan
kekurangan kebutuhan akan makanan pokok. Singkong di kampung
ciereundeu dapat di buat menjadi berbagai macam makanan, hal ini dapat
dijadikan sebagai contoh yang dapat di implementasikan di daerah lain
sebagai bukti nyata program ketahanan pangan. Bentuk sistem
kekerabatan masyarakat desa merupakan refleksi dari bentuk-bentuk
interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan
(competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau
pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin akan mendapatkan suatu
penyelesaian, namun penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima
untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi. Ini berarti kedua
belah pihak belum tentu puas sepenunya. Suatu keadaan dapat dianggap
sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial. Keempat bentuk pokok dari
interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan suatu kontinuitas, di
dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan kerja sama yang kemudian
menjadi persaingan serta memuncak menjadi pertikaian untuk akhirnya
sampai pada akomodasi.
Kerja sama timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap
kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan
out-group-nya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang
menyinggung anggota/perorangan lainnya.
Fungsi Kerjasama digambarkan oleh Charles H.Cooley kerjasama
timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingankepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai
cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk
memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan
fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna.
Akomodasi (Accomodation) Istilah Akomodasi dipergunakan dalam
dua arti : menujuk pada suatu keadaan dan untuk menujuk pada suatu
proses. Akomodasi menunjuk pada keadaan, adanya suatu keseimbangan
dalam interaksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok
manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial
Sesepuh
Ais pangampih
Pangintren
Kelompok Pemerintah Daerah
RT
RW
Kelompok Bertani
Kelompok Bertani yang berkelompok
Kelompok bertani individu
Kelompok Berternak
Kelompok Berternak kelompok
Kelompok Berternak Individu
Kelompok ibu-ibu Kreatif
Olahan kue atau makanan dari singkong
b. Adapun struktur kepengurusan Kelompok Ternak dan Kelompok Tani
masyarakat kampung Cireundeu adalah sebagai berikut:
BEN
SEKSI
KESEHATAN
SEKSI PEMASARAN
Atang dan Dede
Tatang
PETERNAK DOMBA
KETUA
Asep Wardiman
BLOK CIMENTENG
PUNCAK SALAM
Atang
Kanda
SEKRETARIS
BENDAHARA
Sudrajat
Widia
SEKSI KESEHATAN
SEKSI PEMASARAN
Atang
Tatang
BLOK
3. Sistem pengetahuan
Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila
orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa
yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan
goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial dapat
diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan
bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik,
politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dan seterusnya.
Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial,
karena tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat
dinamakan sebagai proses sosial) karena interaksi sosial merupakan
syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial
merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia,
maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi
sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompok
tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi
anggota-anggotanya.
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di
dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi
benturan antara kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok.
Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi
reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tak akan mungkin teradi
apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu
yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai
akibat hubungan termaksud.
Interaksi sosial menjelaskan proses pembentukan nilai, norma, dan
adat. Proses ini tak lepas dari pewarisan kelompok manusia atau
masyarakat yang menjadi pendahulunya. Tetapi mereka tidat menutup
kemungkinan dengan datangnya pengaruh teknologi, mereka menerima
adanya pembaharuan dan teknologi untuk masuk ke kampung adat inilah
yang membedakan dengan kampung adat lainnya. Banyak anak cucu
mereka yang sudah berhasil dan menjadi Sarjana.
4. Bahasa
Bahasa yang mereka gunakan untuk sehari hari adalah dengan
menggunakan bahasa sunda wiwitan sebagai alat komunikasi antar
manusia dan sebagai alat pengantar mereka dalam pergaulan dan
bersosialisasi. Disamping itu juga bahasa indonesia juga sering
dipergunakan sebagai pelengkap komunikasi.
5. Kesenian
Ada satu hal yang menjadi tradisi kebudayaan juga sebagai adatistiadat yang dilakukan oleh masyarakat adat ini dalam hal bidang
sprititual yang sangat sakral, yaitu adat Tutup taun ngemban Taun 1
Sura Saka Sunda, artinya menutup tahun lalu dan menyambut tahun
baru Saka Sunda (Muharraman). Tradisi ini dilakukan setiap 1 tahun sekali
tepatnya pada tanggal 1 Sura.
Acara ini berupa syukuran yang selalu dilaksanakan di tempat
pertemuan yang disebut Bale Pertemuan pada malam minggu, karena
biasanya pada malam minggu ini semua warga selalu berkumpul bersama
(diskusi, memainkan alat kesenian) di Bale tersebut hingga pagi. Acara
pada penutupan tahun yang lalu dan penyambutan tahun baru Saka
Sunda itu dilakukan adat sungkeman kepada sesepuh adat, tokoh-tokoh
adat, dan dilanjutkan kepada warga-warga yang lainnya. Kemudian pada
tanggal 22 Sura dilanjutkan acara penutupan yang berupa acara hiburanhiburan, diantaranya kesenian Karinding, Celempung, Kecapi Suling,
Gondang, dan sebagainya yang diiringi anak-anak atau warga yang
menyumbangkan suaranya untuk bernyanyi sunda. Hal ini terbiasa
dilakukan para warga masyarakat adat Cireundeu dalam menutup tahun
yang lalu dan menyambut tahun baru Saka Sunda setiap satu tahun
sekali.
Kepercayaan ini dikenal juga sebagai Cara Karuhun Urang (tradisi
nenek moyang), agama Sunda Wiwitan, ajaran Madrais atau agama
Cigugur. Mereka percaya pada Tuhan, dan teguh menjaga kepercayaan
serta menjaga jatidiri Sunda mereka agar tidak berubah. Falsafah hidup
masyarakat Cireundeu belum banyak berubah sejak puluhan tahun lalu,
dan mereka masih memegang ajaran moral tentang bagaimana
membawa diri dalam hidup ini. Ritual 1 Sura yang rutin digelar sejak kala,
merupakan salah satu simbol dari falsafah tersebut. Upacara suraan,
demikian warga Cireundeu menyebutnya, memiliki makna yang dalam.
Bahwa manusia itu harus memahami bila ia hidup berdampingan dengan
mahluk hidup lainnya. Baik dengan lingkungan, tumbuhan, hewan, angin,
laut, gunung, tanah, air, api, kayu, dan langit.
III.
KESIMPULAN