Anda di halaman 1dari 4

Kedudukan As-Sunnah

As Sunnah adalah Sumber Hukum Islam Kedua Setelah AlQuran


Urgensi dan kedudukan Sunnah dalam Islam adalah sangat agung dan
tempatnya sangat mulia. Sunnah Rasulullah sholallahu alaihi wasallam
menduduki derajat kedua setelah Al Quran. Dasar agama yang pertama
adalah Kitab Allah Taala dan yang kedua adalah Sunnah Nabi. Sedangkan
pondasi dalil-dalil selain keduanya seperti ijma (kesepakatan ulama) dan
kias adalah mengikuti keduanya.
Demikian itu karena sunnah Nabawiyah adalah wahyu dari Allah Yang
Maha Tinggi. Firman-Nya Taala:
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya). [QS. An Najm: 3-4]
Sunnah adalah wahyu dari Allah Taala yang diwahyukan kepada
Rasulullah sholallahu alaihi wasallam. Rasulullah menyampaikan wahyu
ini kepada manusia berupa perintah-peruntah dan larangan-larangan.

As-Sunnah Berfungsi Sebagai Tafsir Al-Quran


Sunnah juga menjelaskan Al Quran, menafsirkan dan menerangkannya.
Memerinci yang global, membatasi yang mutlak, mengkhususkan yang
umum, menghapus sebagian hukum-hukumnya, mendatangkan hukumhukum tambahan pada hukum yang ada dalam Al Quran. Firman-Nya
Taala:
Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka. [QS.
An Nahl: 44]
Di antara contoh penjelasan itu bahwa Allah Azza wa Jalla memerintahkan
shalat wajib lima kali dalam satu hari satu malam dalam Al Quran secara
global. Tidak menjelaskan jumlah rakaatnya.
Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. [QS. Al Ankabut: 45]

Lalu Rasul menjelaskan dalam sunnahnya tentang sifatnya. Demikian juga


dalam masalah ibadah dan muamalah selainnya, sebagaimana yang
disebutkan dalam kitab-kitab hadits dan fiqih.
Adapun hubungan sunnah dengan Al-Quran dari segi hukum yang datang
didalam nya, maka sebenarnya sunnah tidak melampaui salah satu dari
tiga hal
1. Adakalanya Assunnah itu menetapkan atau mengukuhkan hukum
yang telah ada dalam Al-Quran. Jadi hukum tersebut mempunyai
dua sumber dan dua dalil yaitu
a. Dalil yang mentapkan dari ayat0ayat Alquran dan
b. Dalil yang mengukuhkan berupa sunnah Rasul
Diantara hukum-hukum dalam kategori ini adalah perintah untk
mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa ramadhan,
melaksanakan haji di baitullah, larangan menyekutukan Allah dan
berbagai hal yang diperintahkan maupun yang dilarang lainnya,
yang telah ditunjuki oleh Al-Quran dan dikukuhgkan oleh sunnah
Rasul saw dan dalil atas hukum itu dikemukakan dari kedua-duanya.
2. Adakalanya assunnah itu memerinci dan menafsirkan terhadap
sesuatu yang datang dalam Al-Quran secara global, membatasi
terhadap hal-hal yang datang dalam dalam Al-Quran secara mutlak
atau mentakhsis sesuatu yang datang didalam nya secara umum.
3. Adakalanya sunnah itu menetapkan dan membentuk hukum yang
tidak terdapat didalam Al-Quran. Hukum ini ditetrapkan
berdasarkan sunnah dan nash Al-Quran tidak menunjukinya.
Diantara sunnah dalam kategori ini ialah pengharaman
mengumpulkan (mengawini) seorang wanita dan bibinya (saudara
perempuan ayahnya atau saudara perempuan ibunya),
pengharaman binatang buas yang bertaring dan jenis burung yang
bercakar tajam, an pengharaman mengenakan kain sutera, dan
memakai cincin bagi kaum laki-laki.

As-Sunnah sebagai kepatuhan kepada Rasulullah dan berarti


patuh kepada Allah
Allah Jalla wa Ala telah memerintahkan kita untuk mentaati Rasul dan
mengabarkan bahwa barangsiapa yang mentaati Rasul berarti mentaati
Allah.
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu sesunggunya ia telah mentaati
Allah [QS. An Nisaa: 80].

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,


niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang [QS. Ali Imran: 31].
Barang siapa mentaati Rasul berarti dia berpegang dengan sunnah dan
beramal dengannya.
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa
yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. [QS. Al Hasyr: 7]
Allah Tabaraka wa Taala memerintahkan untuk mengambil apa yang
diberikan Rasul, yaitu yang diperintahkan, diinginkan, dan yang
disyariatkan. Dan menjauhi setiap larangannya.
Ayat-ayat yang seperti ini berjumlah banyak. Karena itu ketika terjadi
perselisihan, Allah memerintahkan untuk kembali kepada Kitab Allah dan
Sunnah Rasul-Nya untuk memutuskan perselisihan.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya. [QS. An Nisaa: 59]
Kembali kepada Allah maksudnya: Kembali kepada Kitab Allah Yang Maha
Suci. Sedangkan kembali kepada Rasul sholallahu alaihi wasallam berarti
kembali kepada beliau ketika beliau hidup, dan kembali kepada
sunnahnya setelah wafatnya alaihi shalatu wa salam.
Perintah untuk kembali kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya adalah
perintah yang berlangsung sampai hari kiamat. Karena Sunnah selalu
menjadi pendamping Al Quran. Tanpa Sunnah seorang muslim tidak akan
bisa memahami dan mengaplikasikan Al Quran.
Barang siapa yang menyatakan bahwa seorang muslim cukup dengan Al
Quran saja tanpa sunnah Nabi, berarti dia telah menjadi golongan
ingkarus sunnah (pengingkar Sunnah). Ini adalah golongan yang
tersesat. Wallahu alam.

Buku kitab As-Sunnah yang paling unggul:


1. Shahih Bukhari

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Shahih Muslim
Sunan Abu Daud
Sunan Nasai
Sunan Tirmidzi
Sunan Ibnu Majah
Musnad Imam Ahmad

https://gamisdankurma.wordpress.com/2013/08/02/kedudukan-sunnahdalam-islam/
http://imamahzuchroh.blogspot.com/2013/10/kedudukan-dan-fungsisunnah-terhadap-al.html

Anda mungkin juga menyukai