Anda di halaman 1dari 25

Sejarah Obligasi di Indonesia

Pemerintah Orde Lama menerbitkan empat jenis obligasi negara ritel tahun 1946,
1950 dan 1959. Benarkah obligasi berjangka waktu panjang itu berstatus default ? Ketika
keadaan politik dan situasi keamanan Ibu Kota Jakarta genting akibat serangan sekutu akhir
1945, pemerintah memutus*kan memindahkan ibu kota negara ke Yogyakarta. Di kota
kesultanan inilah, dirancang penerbitan obligasi nasional Republik Indonesia (RI)
ber*jang*ka waktu 40 tahun. Dalam sebuah buku yang diterbitkan Bank Negara Indonesia
dipaparkan, obligasi RI pertama itu diterbitkan bulan Mei 1946. Tujuannya, mengumpulkan
dana masya*rakat untuk perjuangan. Masyarakat kala itu antusias sekali membeli obligasi
negara karena idelisme kemerdekaan yang masih tinggi. Dana hasil penerbitan obligasi
nasional 1946 digunakan untuk membiayai sektor pertanian dan kerajinan rakyat. Konon,
upaya tersebut sukses pula me*redam inflasi.
Ketika terjadi defisit hebat di tahun 1950, pemerintah mengambil kebijakan
pengguntingan uang'. Separuh mata uang dipakai sebagai alat pembayaran, dan separuh
lainnya ditukar dengan obligasi pemerintah yang kemudian dinamakan Obligasi RI 1950.
Sembilan tahun kemudian, pemerintahan Presiden Soekarno kembali menerbit*kan obligasi.
Ada dua obligasi yang di*distribusi**kan ke rakyat di tahun 1959, yaitu Obligasi Konsolidasi
1959, dan Obligasi Berhadiah 1959 senilai Rp 2 juta. Penerbitan Obligasi Konsolidasi
di*laku**kan untuk menggantikan uang rakyat yang dibekukan di bank-bank pemerintah.
Sementara Obligasi Berhadiah lebih bersifat sukarela sebagai dana pembangunan. Obligasi
Berhadiah berjangka waktu 30 tahun ini yang kemudian banyak dibeli pemodal individu
dalam negeri. Pada tahun-tahun pertama, Obligasi Berhadiah lancar memberikan kupon tiap
tahun kepada pemiliknya. Namun lama kelamaan, karena bentuknya masih fisik, dan sudah
berpindah-pindah tangan, keberadaan obligasi-obligasi ini tidak jelas lagi. Salah seorang cucu
pemilik Obligasi Berhadiah 1950 menyebutkan, lama kelamaan obligasi negara ini tak bisa
di*uang*kan. Ia mewarisi beberapa lembar obligasi dari sang Ayah yang juga mewarisi*nya
dari sang kakek.
Hingga Obligasi tahun 1950 jatuh tempo tahun 1980-an, tak ditemukan data akurat
siapa saja pemiliknya. Dana pengembalian*nya pun saat jatuh tempo tak tersosialisasi
de*ngan baik. Banyak yang akhirnya mem*vonis obligasi-obligasi negara Orde Lama itu
default alias gagal menebus kembali utangnya kepada rakyat. Namun, menurut Rahmat
Waluyanto, direktur Direktorat Pengelolaan Surat Utang Negara Departemen Keuangan,
pemerintah pernah menganggarkan dana untuk membayar pokok obligasi-obligasi negara
yang diterbitkan zaman Orde Lama. "Pemerintah pernah mengumumkan akan melunasi
obligasi negara yang masih outstanding, sekitar tahun 1980. Masa pelunasan lima tahun.
Lewat lima tahun bersifat kadaluwarsa. Tetapi karena waktu itu mungkin sarana komunikasi,
informasi masih terbatas. Terutama masyarakat yang di luar Jawa banyak yang tidak tahu,
sampai sekarang banyak yang tidak mencairkan," paparnya. Kelemahan obligasi negara yang
diterbitkan pemerintah 60 tahun yang lalu, lanjut*nya, tidak dijamin Undang-Undang.
Ber*beda dengan saat ini. Pemerintah menerbitkan surat utang negara baik untuk institusi
maupun ritel, dengan payung hukum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2002 Tentang Surat Utang Negara.

Pengertian Obligasi
adalah Surat utang yang berjangka waktu lebih dari satu tahun dan bersuku bunga
tertentu, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menarik dana dari masyarakat, guna
pembiayaan perusahaan atau oleh pemerintah untuk keperluan anggaran belanjanya
(debenture bond).

Jenis Obligasi yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia :


Corporate Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan
usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
Government Bonds : obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.
Retail Bonds : obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik
corporate bonds maupun government bonds.

Karakteristik Obligasi :

Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima
oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara
berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan) Kupon
obligasi dinyatakan dalam annual prosentase.
Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan
pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya. Periode
jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun.
Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di
prediksi, sehingga memilki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi
yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin
panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi Kupon / bunga nya.
Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan
faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel. Mengukur resiko /
kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan
atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat
(rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO atau
Kasnic Indonesia.

Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu:

Par (nilai Pari) : Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi dengan
nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah
100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta.
At premium (dengan Premi) : Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal:
Obligasi dengan nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai
obligasi adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta.

At discount (dengan Discount) : Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal Misal:
Obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai dari
obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta.

Jenis Obligasi
Jenis obligasi, menurut Bursa Efek Indonesia, dapat dilihat dari enam sisi yang
berbeda, yaitu penerbit, sistem pembayaran bunga, hak penukaran/opsi, jaminan/kolateralnya,
nilai nominal, serta perhitungan imbal hasilnya. Uraian masing-masing jenis obligasi adalah
sebagai berikut.
a. Dilihat dari sisi penerbit.
1. Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang
berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
2. Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
3. M
4. unicipal Bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk
membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public
utility).
b. Dilihat dari sistem pembayaran bunga.
1. Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga
secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat
jatuh tempo.
2. Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik
sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
3. Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah
ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan
secara periodik.
4. Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan
sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu
seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku
bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.
c. Dilihat dari hak penukaran/opsi.
1) Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi
untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik
penerbitnya.
2) Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi
untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi
milik penerbitnya.
3) Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli
kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
4) Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu
sepanjang umur obligasi tersebut.
d. Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya

1) Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau
dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya
adalah
2) Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin denan
penangguangan dari pihak ketiga.
3) Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan
agunan hipotik atas properti atau asset tetap.
4) Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit
dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.
5) Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi
dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
e. Dilihat dari segi nilai nominal.
1. Konvensional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal Rp 1
miliar per satu lot.
2. Retail Bonds: obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang kecil,
baik corporate bonds maupun government bonds.
f. Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil..
1) Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem kupon
bunga.
2) Syariah Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan
perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah,
yaitu:
- Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan
akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas
obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
- Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad
sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa
diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan

A. Obligasi yang diterbitkan oleh lembaga asing


1. Obligasi Eurodollar atau Eurodollar bond, Obligasi berdenominasi USD yang
diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Amerika.
2. Obligasi Kangguru atau Kangaroo bond,adalah obligasi dalam denominasi mata uang
dolar Australia (AUD) yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar
Australia dan diperdagangkan pada pasar Australia.
3. Obligasi Maple atau Maple bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang dolar
Kanada yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Kanada dan
diperdagangkan pada pasar Kanada.
4. Obligasi Samurai atau Samurai bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang
yen yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Jepang dan
diperdagangkan pada pasar Jepang.

5. Obligasi Yankee atau Yankee bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang USD
yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar Amerika dan
diperdagangkan pada pasar Amerika.
6. Obligasi Shogun atau Shogun bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang
dolar yen yang diterbitkan di Jepang oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar
Jepang.
7. Bulldog bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang poundsterling yang
diterbitkan di London oleh suatu lembaga atau pemerintahan asing.
8. Pinjaman Ninja atau Ninja loan, suatu pinjaman sindikasi dalam denominasi mata
uang yen oleh kreditur asing
9. Obligasi Formosa atau Formosa bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang
dolar baru Taiwan yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar
Taiwan dan diperdagangkan pada pasar Taiwan
10. Obligasi Panda atau Panda bond, adalah obligasi dalam denominasi mata uang
renminbi (RMB) yang diterbitkan oleh penerbit obligasi dari suatu negara di luar RRC
dan diperdagangkan pada pasar Cina.

B. Obligasi yang diterbitkan di Indonesia


1. Obligasi Rekap, diterbitkan guna suatu tujuan khusus yaitu dalam rangka Program
Rekapitalisasi Perbankan. Penerbitan Obligasi Rekap merupakan bagian dari Program
Rekapitalisasi Perbankan. Tujuannya adalah untuk mengatasi kesulitan permodalan
bank-bank tersebut akibat pengaruh krisis ekonomi di akhir tahun 1997. Setelah
diterbitkan, Obligasi Rekap tersebut ditransfer kepada bank-bank tertentu yang
terpilih untuk mengikuti program tersebut sebagai realisasi dari upaya penyertaan
modal Negara. Sebagaimana obligasi pada umumnya, Obligasi Rekap merupakan
instrumen Pasar Modal yang dapat diperdagangkan. Perdagangannya di Pasar
Sekunder cukup menaruh minat para investor yang biasa berinvestasi pada instrumen
obligasi. Alasan utamanya adalah tingkat pengembalian investasi (yield) yang cukup
tinggi sementara sebagai efek yang diterbitkan oleh pemerintah secara teoritis tidak
beresiko.
2. Surat Utang Negara (SUN), diterbitkan untuk membiayai defisit APBN. Surat
Utang Negara (SUN) adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang yang
dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh negara RI sesuai masa berlakunya.
SUN digunakan oleh pemerintah antara lain untuk membiayai defisit APBN serta
menutup kekurangan kas jangka pendek dalam satu tahun anggaran.
3. Obligasi Ritel Indonesia (ORI), sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai
defisit APBN namun dengan nilai nominal yang kecil agar dapat dibeli secara ritel.
Obligasi negara yang dijual kepada individu/perseorangan Warga Negara Indonesia
melalui agen penjual dengan volume minumum yang telah ditentukan. ORI
diterbitkan untuk membiayai anggaran negara, diversifikasi sumber pembiayaan,
mengelola portfolio utang negara dan memperluas basis investor. ORI merupakan
investasi yang bebas terhadap resiko gagal bayar, yaitu kegagalan Pemerintah untuk
membayar kupon dan pokok kepada investor. Nama pasar Obligasi Negara Ritel yang
telah diterbitkan adalah Seri ORI 001 dan ORI 002.
4. Surat Berharga Syariah Negara atau dapat juga disebut "obligasi syariah" atau
"obligasi sukuk", sama dengan SUN, diterbitkan untuk membiayai defisit APBN

namun berdasarkan prinsip syariah. Perusahaan yang akan menerbitkan SBSN ini
adalah merupakan perusahaan yang secara khusus dibentuk guna kepentingan
penerbitan SBSN ini. SBSN atau sukuk negara ini adalah merupakan suatu instrumen
utang piutang tanpa riba sebagaimana dalam obligasi, dimana sukuk ini diterbitkan
berdasarkan suatu aset acuan yang sesuai dengan prinsip syariah.

Pasar obligasi
Ada dua jenis pasar obligasi yaitu:

Pasar Primer Merupakan tempat diperdagangkannya obligasi saat mulai diterbitkan.


Salah satu persyaratan ketentuan Pasar Modal, obligasi harus dicatatkan di bursa efek
untuk dapat ditawarkan kepada masyarakat, dalam hal ini lazimnya adalah di Bursa
Efek Surabaya (BES) sekarang Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pasar Sekunder Merupakan tempat diperdagangkannya obligasi setelah diterbitkan
dan tercarat di BES, perdagangan obligasi akan dilakukan di Pasar Sekunder. Pada
saat ini, perdagangan akan dilakukan secara Over the Counter (OTC). Artinya, tidak
ada tempat perdagangan secara fisik. Pemegang obligasi serta pihak yang ingin
membelinya akan berinteraksi dengan bantuan perangkat elektronik seperti email,
online trading, atau telepon.

Pendapat Ulama Kontemporer tentang Obligasi Konvensional


Sebagian besar ulama Islam kontemporer melarang jual beli obligasi konvensional
dalam semua jenis dan secara keseluruhan, serta menganggap bahwa hukumnya haram
mutlak. Para ulama yang berpendapat seperti itu ialah Syaikh Shaltut, Muhammad Yusuf
Mussa, Syaikh Yusuf Qardawi, Abdul Aziz al Kahiat, Ali al Salus, dan Saleh Marzuki dengan
memberi petunjuk fiqh yang menjadi dasar keluarnya fatwa larangan tersebut yaitu:
1.Obligasi konvensional yang dikeluarkan oleh perusahaan atau pemerintah dianggap sama
seperti utang yang di dalamnya terdapat bunga. Bunga ini bisa dikategorikan sebagai riba alnasia yang diharamkan oleh Islam.
2.Utang obligasi sama dengan deposito yang disimpan dalam bank, dan hitungan bunga atas
obligasi dianggap sama dengan bunga deposito, walaupun uang dari obligasi itu bisa
diinvestasikan secara khusus setelah diserahkan kepada pihak yang mengeluarkan obligasi
serta dijamin atas pengembaliannya setelah jatuh tempo plus tambahnya (bunga). Cara ini
dianggap sama saja dengan utang yang dipakai untuk produksi yang dikenal di zaman jahiliah
dan diharamkan oleh Al-Quran dan Sunah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)


tentang Obligasi
Batasan-batasa obligasi yang diperbolehkan dalam syariah islam dari fatwa-fatwa
tersebut adalah:
Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang bersifat hutang
dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga.

Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan prinsip-prinsip
syariah.
Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi
hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Jenis usaha yang dilakukan Emiten (Mudharib) tidak boleh bertentangan dengan syariah
dengan memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI no. 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang
pedoman pelaksanaan investasi untuk reksadana syariah

Obligasi Ritel Indonesia (ORI)


Pengertian
Obligasi Negara Ritel adalah Obligasi Negara yang dijual kepada individu atau
perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual, dengan volume
minimum yang telah ditentukan.

Latar Belakang Penerbitan Obligasi Ritel Indonesia


Banyak alasan yang melatari pemerintah menerbitkan obligasi negara, termasuk
Obligasi Ritel Indonesia (ORI) yang kini menjadi buah bibir sejak mendulang sukses di pasar
perdana. Salah satunya adalah untuk mengurangi pinjaman luar negeri baik pinjaman bilateral
maupun multilateral. Meskipun bunga utang pinjaman program dan pinjaman proyek lebih
kecil, tetapi ada biaya-biaya lain yang ditanggung pemerintah. Sehingga jika dihitung-hitung
biayanya tak berbeda jauh dengan obligasi.
Biaya pinjaman luar negeri meliputi management fee, commitment fee, penalty fee,
prepayment fee, dan insurance fee. Belum lagi non financial cost seperti biaya pertemuan,
negoasiasi, dan ketergantungan politis. Biaya dari pinjaman luar negeri itu juga tergantung
pada rating yang diberikan negara OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development). Alasan lain yang melatarbelakangi penerbitan ORI adalah untuk mendukung
efektivitas bank sentral (central registry) dalam melaksanakan kebijakan moneter serta
membangun struktur utang pemerintah yang berkesinambungan. Untuk yang terakhir dapat
dicapai karena pasar sekunder yang berkembang akan mendukung upaya pemerintah untuk
melakukan re-financing utang-utangnya secara sustainable. Pemerintah mulai menggunakan
obligasi negara sebagai instrumen pendanaan untuk menutupi anggaran sejak tahun 2002
lewat penerbitan Surat Utang Negara (SUN) seri FR 2001. Sebelumnya, pemerintah
menerbitkan obligasi senilai 400 triliun rupiah, tetapi untuk tujuan khusus merekapitalisasi
perbankan. Sejak tahun 2002 hingga saat ini pemerintah rutin mencantumkan penerbitan
obligasi negara dalam anggaran. Baru pada pertengahan 2006, pemerintah meluncurkan ORI
sebagai bagian dalam angka target penerbitan Surat Utang Negara (SUN). Berbeda dengan
SUN rupiah dan dollar AS yang pembelinya adalah insititusi, khusus untuk ORI, kreditornya
adalah rakyat Indonesia (individu warga Republik Indonesia). Namun, di pasar sekunder ORI
dapat saja berpindah ke pemodal institusi, karena tidak ada lagi pembatasan identitas
pembeli.

Dasar Hukum

Undang-Undang No.24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.


Peraturan Menteri Keuangan No.36/PMK.06/2006 tentang Penjualan Obligasi Negara
Ritel di Pasar Perdana.

Tujuan penerbitan ORI


a). Membiayai defisit APBN. Dalam menyusun APBN sering mengalami pos anggaran
pengeluaran lebih besar daripada pos pemasukan, sehingga diterbitkan obligasi untuk
mendapatkan pemasukan tambahan dari pasar domestik.
b). Membiayai kekurangan dana tunai jangka pendek.
c). Sebagai instrumen pengelolaan portofolio utang negara. Dengan menerbitkan instrumen
surat utang negara, komponen utang negara bisa dikelola melalui surat utang tersebut.
Periode pembayaran bunga serta kewajiban pokok bisa diatur sesuai kemampuan keuangan
negara. Munculnya obligasi ini secara tidak langsung akan memudahkan pemerintah
mengelola portofolio utang negara di pasar domestik.

Manfaat Atau Keuntungan Investasi Pada ORI


1. AMAN, pembayaran kupon dan pokok sampai dengan jatuh tempo dijamin oleh Negara
Republik Indonesia.
2. MENGUNTUNGKAN, kupon lebih tinggi dari suku bunga deposito (saat penawaran di
pasar perdana) dan potensi capital gain di perdagangan pasar sekunder.
3. FIXED, kupon tetap dan dibayarkan setiap bulan.
4. RINGAN, investasi minimal Rp5 juta dan kelipatannya.
5. LIKUID, dapat diperdagangkan di pasar sekunder, dan dapat dijadikan sebagai agunan atau
digadaikan kepada pihak lain.
6. DIVERSIFIKASI, memudahkan investor mendiversifikasi portofolio serta optimalisasi
Manajemen Risiko.
7. MUDAH, prosedur pembelian dan penjualan yang mudah dan transparan di pasar
Sekunder (melalui mekanisme bursa ataupun diluar bursa dan tercatat di Bursa Efek
Indonesia).
8. RITEL, dijual untuk perorangan WNI.
9. PARTISIPASI, masyarakat berperan aktif secara langsung dalam pembiayaan
pembangunan nasional.

Risiko Investasi Pada ORI


1. Risiko gagal bayar (default risk). Pada prinsipnya investasi pada ORI tidak memiliki risiko
gagal bayar, karena Pemerintah berdasarkan Undang-Undang APBN setiap tahunnya
menjamin pembayaran kupon dan pokok SUN, termasuk ORI sampai dengan jatuh
temponya.
2. Risiko Pasar (market risk) adalah potensi kerugian apabila investor menjual ORI di pasar
sekunder sebelum jatuh tempo pada harga jual yang lebih rendah dari harga belinya. Untuk
menghindari risiko tersebut, sebaiknya ORI tidak dijual sampai dengan jatuh tempo. Atau
hanya melepas ORI hanya pada saat harga jualnya lebih tinggi dibanding harga pada saat
membeli.
3. Risiko Likuiditas (liquidity risk) adalah potensi kerugian apabila sebelum jatuh tempo
pemilik ORI yang memerlukan dana tunai mengalami kesulitan dalam menjual ORI di
pasar sekunder pada tingkat harga yang wajar. Risiko tersebut sangat kecil pada Investasi
pada ORI, karena ORI dapat dijadikan jaminan atau digadaikan kepada pihak lain.

Pasar Perdana
1. Penjualan ORI secara online, Indo Premier memasarkan ORI di pasar perdana secara
online melalui situs www.ipotindonesia.com, selain melayani penjualan melalui kantor
pusat dan 6 (enam) kantor cabang yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia.
2. Aman, setiap nasabah akan dibukakan sub-rekening di KSEI.
3. Bebas biaya pembukaan rekening surat berharga.
4. Bebas biaya penyimpanan sampai dengan jatuh tempo, untuk nasabah Indo Premier
Online Trading (IPOT).
5. Bebas biaya transfer untuk pembayaran kupon dan pokok, bagi nasabah dengan
rekening di Bank BCA dan Bank Mandiri.
6. Mudah, Pembayaran dapat dilaksanakan secara debit/kredit dari rekening nasabah yang
sudah ada di Indo Premier
7. Transparansi, kemudahan akses informasi dan laporan riset yang aktual, tajam dan
terpercaya melalui IPOT, website, call center maupun Galeri IPOT.

Pasar Sekunder
1. Mudah dan praktis bertransaksi ORI secara online, Indo Premier merupakan agen
penjual yang pertama dan satu-satunya memberikan fasilitas online trading ORI di
pasar sekunder, melalui sistem Indo Premier Online Trading (IPOT), selain juga
melayani trading ORI.
2. Real Time Information secara cepat, aktual dan terpercaya, yang dapat diakses melalui
broker Fixed Income kami maupun sistem IPOT, berupa informasi harga bid/ offer
obligasi, laporan konfirmasi jual/ beli, laporan bulanan nasabah, dan perkembangan
terbaru pasar obligasi.

3. Trading fee yang kompetitif, baik untuk transaksi melalui broker Fixed Income kami
maupun melalui IPOT.
4. Bebas biaya administrasi untuk surat konfirmasi beli/ jual maupun laporan bulanan
nasabah

Persyaratan Investasi pada ORI

lndividu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia yang dibuktikan dengan
Kartu Tanda Penduduk (KTP)/ Surat lzin Mengemudi(SIM).
Investasi minimum Rp5.000.000,- (lima luta rupiah) dan kelipatan Rp5.000.000,(lima juta rupiah).
Mempunyai rekening tabungan di salah satu bank umum dan rekening surat berharga
di salah satu sub-registry.

Prosedur Investasi pada ORI


1. Investasi di Pasar Perdana
Investor adalah individu atau perseorangan WNI yang dibuktikan dengan KTP.
Pemesanan minimal Rp5 juta dan kelipatannya s/d maksimal Rp3 miliar.
Memiliki rekening dana di bank nasional dan rekening efek di IndoPremier
(partisipan sub-registry)
Mengisi Formulir Pemesanan dari IndoPremier.
Menyetor dana ke rekening bank khusus ORI milik IndoPremier:
Bank : Bank Mandiri Cabang Bursa Efek Jakarta
No. rekening : 104.000.4102583
Atas Nama : PT Indo Premier Securities
dan menyampaikan bukti setor dana, yang disertai remarks Nama dan
No. KTP Pemesan kepada IndoPremier sesuai jumlah pemesanan.
IndoPremier akan mengumumkan perolehan hasil penjatahan pemerintah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Menerima bukti kepemilikan surat berharga dari PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI).
Menerima pengembalian sisa dana dalam hal jumlah pemesanan tidak seluruhnya
dimenangkan.

2. Investasi di Pasar Sekunder


Pembelian ORI yang dilakukan dengan mekanisme bursa harus melalui
Perusahaan Efek.
Pembelian ORI yang dilakukan dengan mekanisme non-bursa (over-the-counter)
dapat melalui Perusahaan Efek atau Bank Umum.

Mekanisme Pembayaran Kupon dan Pokok


* Pemerintah melalui Bank Indonesia mentransfer dana tunai sebesar jumlah
pembayaran kupon dan/atau pokok ORI ke sub-registry/ KSEI.

* Selanjutnya sub-registry/ KSEI mentransfer dana tunai kepada partisipan subregistry (IndoPremier).
* IndoPremier mendistribusikan dana tersebut ke rekening dana investor pada tanggal
jatuh tempo pembayaran kupon dan/atau pokok ORI.
* Pihak yang berhak atas kupon dan/atau pokok ORI adalah pihak yang tercatat
sebagai pemegang ORI pada sub-registry 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal
pembayaran kupon dan/atau pokok ORI.

Pajak Obligasi Negara Ritel


Pajak Obligasi Ritel mengikuti perundang-undongan herlaku, Berdasarkan PP No. 6
tahun 2002 tentang PPh atas Bunga dan Diskonto Obligasi yang diperdagangkan
dan/dilaporkan perdagangannya di Bursa Efek, dinyatakanbahwa besarnya pajak penghasilan
yang diterima atau diperoleh wajib pajakberupa bunga dan diskonto obligasi yang
diperdagangkan dan/atau dilaporkanperdagongannya di bursa efek, dikenakan pemotongan
pajak penghasilan yang bersifat final:
a. Atus bunga Obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebesar
20% bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap
20% atau tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak Bergando
(P3B) yang berlaku bagi wajib pajak penduduk berkedudukan di luar negeri.
dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period)
obligasi
b. Atas diskonto obligasi dengan kupon sebesar
20% bagi wajib pajak dolour negeri don hentuk usaho letup
20% alas tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak
Bergando (P3B) yang herlaku bagi wajib pajak penduduk berkedudukan di
luar negeri. dari selisih lebih harga jual atau nominal di atas harga
perolehan obligasi, tidak termasuk bunga berjalan (acrrued interest).

Penatausahaan
Pencatatan kepemilikan dilakukan semi elektronik (srripless).
Sebagaimanadiamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002
kegiatanpenatausahaan yang mencakup pencatatan kepemilikan, kliring don setelmen, serta
agen pembayar bunga dan pokok SUN dilaksanakon oleh Bank
Indonesia (BI). Selanjutnyo B1 telah menunjuk 13 sub-registry untuk
membantu pelaksanaan penatausahaan tersebut.
Daftar sub-registry yang telah ditunjuk oleh BI adalah Bank Central Asia,
Bank Internasionol Indonesia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia , Bank
Niaga, Bank Rakyat Indonesia, Citibank NA, Deutsche Bank, HSBC, Standard
Chartered Bank, Bank Permata, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI),

Bonk Danamon.
Biaya atas kegiatan penatausahaan yang dibebankan pada investor
tergantung pada kebijakan masing-masing sub-registry. Sebagai contoh,
biaya penyimpanan (Safe keeping fee) pada KSEI adalah sebesar 0,005%
per tahun dari jumlah nominal investasi ORI, yang dibayar setiap hulan.

Pembelian dan Penjualan ORI


Pada dasarnya pembelian dan penjualan ORI dapat dilakukan melalui agen yang
ditunjuk yaitu :
1. Agen penjualan melalui perbankan: Bank Mandiri, Bank BRI, Panin Bank,Bank BII,
Citibank NA, Bank NISP,Bank BNI, Bank BCA,Bank Danamon, Bank Permata, Bank
Lippo, Bank Bukopin, HSBC, Bank Niaga, dan Bank Mega.
2. Agen penjualan melalui perusahaan sekuritas: Trimegah Securities, Danareksa Securities,
dan Reliance securities Dari agen tersebut akan mendistrbusikan penjualannya melalui
cabang-cabang yang dimiliki yang tersebar di wilayah Indonesia. Dengan penyebaran
cabang agen penjualan seperti tersebut maka semestinya tidak mengalami kesulitan untuk
membeli di pasar perdana. Sekiranya berminat maka sebaiknya dihubungi cabang
terdekat untuk mencari informasi awal tata cara pembeliannya.
Kerahasiaan Data Pemilik
Pemerintah selaku penerbit menjaga kerahasiaan data pemilik ORI seperti yang diatur
dalam PP No. 76 tahun 2005 tentang Tata Cara Penatausahaan,
Pertanggungjawaban, dan Publikasi Informasi atas Pengelolaan Surat Utang
Negara sebagai Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No. 24 tahun 2002
tentang Surat Utang Negara. Dalam pasal 13 ayat (2) PP yang dimaksud
disebutkon bahwa pihak lain yang terkait dengan pengelolaan surat utang
negara hanya dapot melakukan publikasi data dan informasi mengenai surat
utang negara setelah mendapat persetujuan tertulis Menteri Keuangan

Perbedaan antara Deposito, ORI, Saham, atau Reksadana


Terbitnya Obligasi Ritel Indonesia makin menyemarakkan pilihan investasi.
Kehadiran ORI membuat masyarakat Indonesia semakin terbiasa dengan produk-produk
pasar modal. Dalam skala risiko, obligasi berada di antara deposito dan saham. Sejalan
dengan itu, tingkat hasil investasi yang dapat diharapkan dari obligasi adalah diantara
deposito dan saham. Adagium yang berlaku dalam hal ini, adalah: semakin tinggi potensi
risiko, semakin besar potensi hasilnya. Secara umum, obligasi adalah instrumen investasi
bagi pemodal yang menginginkan hasil lebih tinggi dari bunga deposito, tetapi lebih
amandari saham. Diantara semua jenis obligasi yang ada di pasar sekarang ini, maka ORI
dapat dikatakan paling aman. ORI lebih aman dibandingkan dengan SUN (Surat Utang
Negara) karena tenornya lebih pendek, hanya tiga tahun. Sementara obligasi negara secara
umum lebih aman daripada obligasi korporat, karena potensi bangkrutnya negara jauh lebih
kecil dibandingkan dengan bangkrutnya perusahaan. Bahkan dapat dikatakan, ORI sama
amannya dengan deposito karena keduanya dijamin. Deposio samapai jumlah tertentu

dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan ORI dijamin oleh pemerintah. Risiko
ORI muncul jika ada perbahan harga di pasar sekunder. Harga ORI di pasar sekunder dapat
saja naik turun sehingga dimungkinkan terjadi capital loss akibat harga jual lebih rendah
daripada harga beli. Ini bisa dihindari bila investor tetap disiplin memegang ORI hingga jatuh
tempo. Untuk risiko ini, ORI memberikan kompensasi lain, yakni bunga yang lebih tinggi.
Suku bunga deposito berjangka sebulan saat ini paling tinggi adalah 10% per tahun.
Sedangkan ORI (ORI 001) menawarkan suku bunga sebesar 12,05 % per tahun. Bunga
deposito dan ORI dibayarkan setiap bulan. Perlakuan pajak penghasilan untuk kedua
instrumen ini sama, yakni dikenakan Pajak Penghasilan final sebesar 20%.

Contoh Perhitungan Hasil Investasi


* Investor A membeli ORI di Pasar Perdana sebesar Rp.10.000.000,- dengan kupon
9,35%/tahun dan tidak dijual sampai jatuh tempo; maka hasil yang diperoleh adalah :
1. Kupon = 9,35% x Rp. 10.000.000,- x 1/12 = Rp. 77.917,- setiap bulan s/d jatuh tempo
2. Pokok pada saat jatuh tempo sebesar Rp. 10.000.000,* Investor B membeli ORI di Pasar Perdana sebesar Rp. 10.000.000,- dengan kupon
9,35%/tahun dan dijual di Pasar Sekunder dengan harga 105%; maka hasil yang diperoleh
adalah :
1. Kupon = 9,35% x Rp. 10.000.000,- x 1/12 = Rp. 77.917,- setiap bulan s/d saat dijual
2. Capital Gain = Rp. 10.000.000,- x (105-100)% = Rp. 500.000,Dengan adanya Capital Gain, maka Pokok yang diterima saat dijual adalah Rp 10.500.000,* Investor C membeli ORI di Pasar Perdana sebesar Rp. 10.000.000,- dengan kupon
9,35%/tahun dan dijual di Pasar Sekunder dengan harga 95%; maka hasil yang diperoleh
adalah :
1. Kupon = 9,35% x Rp. 10.000.000,- x 1/12
= Rp. 77.917,- setiap bulan s/d saat dijual
2. Capital Gain = Rp. 10.000.000,- x (95-100)%
= Rp. 500.000,Dengan adanya Capital loss,Pokok yang diterima saat dijual adalah Rp. 9.500.000,-

ORI dalam Pandangan Islam (Ulama dan DSN-MUI)


Kupon bunga ORI sebesar 9,5% adalah jumlah yang cukup menggiurkan
dibandingkan bunga deposito yang sekitar 5%, terlebih lagi dibanding bunga tabungan yang
hanya sekitar 3-4%. Selain itu pemerintah juga mengiming-imingi investor dengan risiko

yang minimal karena dijamin UU. Disamping itu investor juga mendapatkan kenikmatan
pembayaran kupon setiap bulan yang biasanya obligasi negara konvensional dibayarkan
setiap 6 bulanan. Inilah, ambiguitas pemerintah RI. Di satu sisi pemerintah berkeinginan
mengembangkan perbankan syariah yang ternyata mampu mengembangkan sektor riil (sektor
berproduksi). Pemerintah memasang target aset perbankan syariah nasional mencapai 5% dari
perbankan nasional pada akhir tahun 2008. Tapi pemerintah malah menghambat melalui
penerbitan ORI 004. Coba kalau dana ORI 004 sebesar 10 triliun itu masuk ke perbankan
syariah, niscaya sektor riil lebih berkembang, karena fokus perbankan syariah adalah pada
sektor riil.

Sukuk Ritel
Pengertian Sukuk Ritel

Sukuk berasal dari bahasa arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki
arti mirip dengan sertifikat atau note. dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan
bukti (claim) kepemilikan.
Definisi sukuk / sertifikat ialah sertifikat bernilai sama dengan bagian atau seluruhnya
dari kepemilikan harta berwujud untuk mendapatkan hasil dan jasa didalam
kepemilikan aset dan proyek tertentu atau aktivitas investasi khusus, sertifikat ini
berlaku setelah menerima niali sukuk, saat jatuh tempo dengan menerima dana
sepenuhnya sesuai dengan tujuan sukuk tersebut.
Menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI), sukuk adalah certificate of equal value representing undivided shares
ownership of tangible asset, usufruct and services (in the ownership of) the assets of
particular projects or special investment activity. Jadi sukuk adalah sebagai sertifikat
dari suatu nilai yang dipresentasikan setelah menutup pendaftaran, bukti terima nilai

sertifikat, dan menggunakannya sesuai rencana. sama halnya dengan bagian dan
kepemilikan atas aset yang jelas, barang, atau jasa atau modal dari suatu proyek
tertentu atau modal dari suatu aktivitas investasi tertentu. Sukuk pada prinsipnya
mirip dengan obligasi konvensional, dengan perbedaan pokok antara lain berupa
penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga, adanya suatu
transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu aset yang
menjadi dasar penerbitan sukuk, dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak
yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip bagi syariah. selain itu, sukuk juga harus
distruktur secara syariah agar instrumen keuangan ini aman dan terbebas dari riba,
gharar dan maysir.
Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 31/DSN-MUI/IX/2002 sukuk adalah
suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
emiten kepada pemegang obligasi syariah. sukuk mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil
margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Sedangkan menurut Keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan No. KEP-130/BL/2006 tahun 2006 Peraturan No. IX .A. 13, sukuk dalah
efek syariah berupa sertufikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan
mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas
kepemilikan aset berwujud tertentu nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu
atau aktivitas investasi tertentu, dan kepemilikan atas aset proyek tertentu atau
aktivitas investasi tertentu.

Tujuan Penerbitan Sukuk Ritel


Penerbitan SUKUK RITEL ini memiliki tujuan yang sama dengan Obligasi yang
diterbitkan Pemerintah lainnya (SUN, ORI, SBSN) yaitu untuk membiayai anggaran negara,
diversifikasi sumber pembiayaan, memperluas basis investor, mengelola pembiayaan negara
dan menjamin tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.

Kelebihan Sukuk Ritel

Terbebas dari Risiko Gagal Bayar (Default Risk) : Risiko tidak terbayarnya investasi
pada saat jatuh tempo. Investasi SR terbebas dari risiko ini karena dijamin oleh
Negara melalui UU SUN dan dananya disediakan dalam APBN setiap tahunnya
Terbebas dari Risiko Pasar : Risiko terjadinya potensi kerugian karena penurunan
harga SR. Risiko ini dapat dihindari jika Investor memegang SR sampai dengan jatuh
tempo.
Terbebas dari Risiko Likuiditas : Risiko terjadinya potensi kerugian jika Investor
tidak dapat melakukan penjualan di pasar sekunder. Risiko ini dapat dimitigasi karena
BRI sekaligus sebagai stand by buyer (pembeli siaga) di pasar sekunder.
Baiklah kalau kamu sekarang tertarik untuk berinvestasi melalui sukuk ritel SR003
ada baiknya untuk mencatat tanggal releasenya yaitu tanggal 7 Februari 2011 sampai
dengan 18 Februari 2011 selama jam kerja.

Perlu di catat bahwa walaupun porsi pembelian sukuk ritel SR003 tidak dibatasi, ada
baiknya kita melakukan pembelian pada awal penawaran, karena ada kemungkinan
ada pembatasan plafond tertentu bagi bank yang ingin menyalurkan produk investasi
Sukuk Ritel seri SR003 ini.

Manfaat Memiliki Sukuk Ritel


1) Investasi yang aman (Pemerintah sebagai penjamin)
2) Memberikan return yang relatif tinggi (12% gross => 9.6% nett) dibandingkan produk
konservatif lain seperti reksadana pasar uang atau deposito.Mendapatkan pembayaran
imbalan yang dilakukan secara berkala (perbulan)
3) Berpotensi memperoleh Capital Gain, ketika harga sedang naik di Pasar Sekunder

Risiko Memiliki Sukuk Ritel


1) Risiko Gagal Bayar (Default Risk), adalah risiko dimana investor tidak dapat
memperoleh pembayaran dana yang dijanjikan oleh penerbit pada saat produk
investasi jatuh tempo. Berhubung yang menerbitkan Pemerintah, risiko ini
sangatlah kecil (diasumsikan risk free)
2) Risiko Pasar (Market Risk), adalah potensi kerugian bagi investor (capital
loss) karena menjual Sukuk Ritel sebelum jatuh tempo (pada saat nilainya
turun) Risiko Likuiditas (Liquidity Risk), adalah kesulitan dalam pencairan,
risiko ini bisa disebabkan karena kecenderungan produk syariah di-hold (tidak
diperjualbelikan hingga jatuh tempo),

Persamaan dan Perbedaan SUKUK RITEL dan ORI


A. Persamaan :

Sukuk Ritel dan ORI merupakan Surat Berharga Negara yang diperuntukkan
bagi Investor ritel
Sukuk Ritel dan ORI merupakan bukti investasi masyarakat kepada
pemerintah
Baik Sukuk Ritel maupun ORI pembayaran bunga/imbalan dan
pelunasan/pembelian kembali dijamin oleh Pemerintah.

B. Perbedaan :

ORI adalah pinjaman modal dari masyarakat kepada Pemerintah, sedangkan


Sukuk Ritel adalah bentuk penyertaan modal masyarakat atas bagian dari aset
Sukuk Ritel yang dijadikan obyek transaksi.
ORI memberikan penghasilan (return) kepada investor berupa bunga.
Sedangkan Sukuk Ritel memberikan penghasilan (return) kepada investor
berupa imbalan sewa, sesuai dengan akad yang digunakan.

Cara Menghitung Imbalan Sukuk Ritel


1. Skenario 1 (Harga Par)

Investor A membeli Sukuk Ritel di Pasar Perdana sebesar Rp 10,000,000.00


dengan kupon 12% dan tidak dijual sampai jatuh tempo, maka hasil yang diperoleh
adalah :
Imbalan
= 12% x Rp 10,000,000.00 x 1/12
= Rp 100,000.00 setiap bulan sampai dengan jatuh tempo
Nilai Nominal jatuh tempo = Rp 10,000,000.00
Total yang diperoleh saat jatuh tempo

= Imbalan + Nilai Nominal


= Rp 10,100,000.00
2. Skenario 2 (Harga Premium atau harga sedang naik)
Investor B membeli Sukuk Ritel di Pasar Perdana sebesar Rp 10,000,000.00
dengan kupon 12% dan dijual ke Pasar Sekunder dengan harga 105%, maka hasil
yang diperoleh adalah :
Imbalan
= 12% x Rp 10,000,000.00 x 1/12
= Rp 100,000.00 setiap bulan sampai dengan dijual
Capital Gain saat dijual
= Rp 10,000,000.00 x (105-100)%
= Rp 500,000.00
Nilai Nominal saat dijual = Nilai Nominal + Capital Gain
= Rp 10,000,000.00 + Rp 500,000
= Rp 10,500,000.00
Total yang diperoleh saat dijual = Imbalan + Nilai Nominal pada saat dijual
= Rp 10,600,000.00
3. Skenario 3 (Harga Discount atau harga sedang turun)
Investor C membeli Sukuk Ritel di Pasar Perdana sebesar Rp 10,000,000.00
dengan kupon 12% dan dijual ke Pasar Sekunder dengan harga 95%, maka hasil yang
diperoleh adalah :
Imbalan
= 12% x Rp 10,000,000.00 x 1/12
= Rp 100,000.00 setiap bulan sampai dengan dijual
Capital Loss saat dijual = Rp 10,000,000.00 x (95-100)%
= Rp 500,000.00
Nilai Nominal saat dijual

= Nilai Nominal + Capital Loss


= Rp 10,000,000.00 Rp 500,000
= Rp 9,500,000.00

Total yang diperoleh saat dijual

= Imbalan + Nilai Nominal pada saat dijual


= Rp 9,600,000.00

Undang-Undang Sukuk
Pada Mei 2008 lalu, Pemerintah telah mengundangkan Undang-undang No. 19/2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau UU Sukuk Negara (sovereign sukuk).

Karakteristik Sukuk

Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat (benefical title).
Pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai jenis akad yang
digunakan.
Terbebas dari riba, gharar, dan maysir.

Penerbitannya melalui special purpose vechicle (SPV)


Memerlukan underlying asset.
Penggunaan proceeds harus sesuai prinsip syariah.

Jenis-Jenis Sukuk
Sukuk, berdasarkan strukturnya terdapat berbagai jenis, yang dikenal secara
international dan telah mendapatkan endorsement dari The Accounting and Auditing
Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI) adalah :

Sukuk Ijarah : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijarah, dimana
satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menyewakan hak manfaat atas
suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang disepakati, tanpa
diikuti perpindahan kepemilikan aset itu sendiri.
Sukuk Mudharabah: Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
mudharabah, dimana satu pihak menyediakan modal (rab-al-maal/shahibul maal) dan
pihak lain menydiakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama
tersebut akan dibagi berdasarkan proporsi perbandingan (nisbah) yang disepakati
sebelumnya.
Sukuk Musyarakah : Sukuk yang diterbitkan berdasarka perjanjian atau akad
musyarakah, dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk
membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai
kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai
dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak
Sukuk Istishna : Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna,
dimana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau
barang. Adapun harga, waktu penyerahan dan spesifikasi proyek/barang ditentukan
terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.

Negara-negara yang telah menerbitkan sukuk :


Eropa (Jerman, Inggris dan Kanada).
Timur Tengah (Dubai, Uni Emirat Arab, Kuwait, Pakistan dan Qatar).
Asia (Malaysia, Singapura, Jepang, Korea, Cina, India dan Indonesia)
Selain negara-negara yang telah disebutkan, ada pula kota-kota yang telah melirik dan
mengembangkan instrumen keuangan yang berbasis ekonomi syariah ini, di antaranya adalah
Hongkong. Pemerintah Hongkong melalui Hongkong Monetary Authority (Bank Sentral
Hongkong) telah membentuk kelompok kerja yang bertugas menerbitkan peraturan yang
diperlukan terkait dengan sistem ekonomi syariah, sistem pajak, dan regulasi lainnya agar
sistem syariah bisa berjalan seperti sistem ekonomi konvensional. Usaha ini pun terus
bergulir dengan diluncurkannya Hangseng Islamic China Index Fund oleh Badan Pengawas
Pasar Modal Hongkong.

Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Penerbitan Sukuk

Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan
nilai nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan jatuh tempo. dalam hal
sovereign sukuk, obligornya adalah pemerintah.
Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk
penerbitan sukuk dengan fungsi:
1. sebagai penerbit sukuk,
2. menjadi counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan aset,
3. bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili
kepentingan investor.
Investor, adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan
nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.

Penggunaan Underlying Asset


Penerbitan sukuk memerlukan sejumlah tertentu aset yang akan menjadi objek
perjanjian (underlying asset). aset yang menjadi objek perjanjian harus memiliki nilai
ekonomis, dapat berupa aset berwujud atau tidak berwujud, termasuk proyek yang akan atau
sedang dibangun. fungsi underlying asset tersebut adalah:
Menghindari riba
Sebagai prasyarat untuk dapat diperdagangkannya sukuk di pasar sekunder.
Untuk menentukan jenis struktur sukuk.
Dalam sukuk Ijarah Muntahiya Bittamlik atau Ijarah Sale And Lease Back, penjualan aset
tidak disertai penyertaan fisik aset tetapi yang dialihkan adalah hak manfaat (benefit title)
sedangkan kepemilikan aset (legal title) tetap pada obligor. pada akhir periode sukuk, SPV
wajib menjual kembali aset tersebut kepada obligor.

Prospek Sukuk di Indonesia


Pasar keuangan di Indonesia baru saja mencatat sejarah baru. Meski terlambat,
Pada Mei 2008 lalu, Pemerintah telah mengundangkan Undang-undang No. 19/2008 tentang
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau UU Sukuk Negara (sovereign sukuk). kita patut
memberikan apresiasi tinggi atas upaya pemerintah dan DPR yang berhasil menghasilkan UU
Sukuk Negara ini. Dikatakan terlambat, karena perkembangan sukuk di Indonesia,
sesungguhnya sudah dimulai oleh swasta, meskipun pangsanya masih kecil.
Pada tahun ini, pemerintah berencana menerbitkan sukuk hingga Rp18 triliun.
Bila dibandingkan dengan obligasi negara konvensional, rencana penerbitan sukuk ini
memang masih kecil. Namun, dimulainya penerbitan sukuk ini oleh pemerintah ini akan
dapat menjadi trigger bagi penerbitan sukuk lainnya. Dengan diberlakukannya UU Sukuk
Negara dan adanya rencana penerbitan sukuk oleh pemerintah, itu berarti sukuk kini menjadi
instrumen pembiayaan yang diakui sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor
terhadap sukuk kita, baik sukuk negara maupun sukuk korporasi.
Fakta menunjukkan perkembangan sukuk memang dimulai dengan adanya
soverign sukuk. Berdasarkan data dari Standard & Poors (S&P), bila pada tahun 2003,
sovereign sukuk masih mendominasi pasar sukuk global yaitu sebesar 42% dan sukuk yang
diterbitkan oleh lembaga keuangan sebesar 58%, maka sejak saat itu komposisinya

mengalami pergeseran. Pada tahun 2007, kini justru sukuk korporasi yang mendominasi
pasar sukuk global, yaitu sekitar 71%, lembaga keuangan 26%, dan pemerintah tinggal 3%.

Perkembangan Sukuk
Sukuk kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam sistem keuangan
global. Pada tahun 2007, nilai sukuk yang diperdagangkan di pasar global telah meningkat
lebih dari dua kali dibandingkan tahun 2006, dan mencapai US$62 miliar dibandingkan tahun
2006 sebesar US$27 miliar. Dari tahun 2001 hingga tahun 2006, Sukuk mengalami
pertumbuhan rata-rata sebesar 123%. Berdasarkan proyeksi S&P, dalam lima tahun ke depan,
pasar sukuk dapat menembus level US$100 miliar, tergantung pada kondisi stabilitas pasar
kredit. Sementara itu, Moodys memperkirakan bahwa pasar sukuk akan meningkat sebesar
35% per tahun. Pada tahun 2010, pasar sukuk global diperkirakan dapat menembus hingga
US$200 miliar, terutama ditopang oleh negara-negara di kawasan Teluk, Inggris, Jepang, dan
Thailand.

Pengembangan sukuk sangat didukung regulator dan pemerintah di kawasan


Teluk dan Asia. Kini, semakin banyak negara yang telah menerbitkan sukuk sebagai
instrumen pembiayaan. Pada tahun 2007, telah ada 10 negara yang menerbitkan sukuk,
padahal pada tahun 2001 baru ada 2 negara. Uni Emirat Arab (UEA) dan Malaysia masih
mempertahankan sebagai negara penerbit sukuk terbesar di dunia. Pada tahun 2007, lebih dari
US$25 miliar sukuk (atau sekitar 75% dari seluruh sukuk yang diterbitkan di seluruh dunia
pada tahun itu) adalah sukuk yang diterbitkan oleh UEA dan Malaysia. Sementara itu,
Malaysia sendiri menguasai sekitar 66% dari seluruh penerbitan sukuk di dunia.
S&P memperkirakan Malaysia dan UEA akan tetap memegang posisinya
sebagai penguasa pasar, karena ditopang oleh regulator dan status UEA sebagai pintu masuk
(gateway) para investor global. Selain dukungan yang kuat dari pemerintah setempat,
perkembangan pesat tersebut juga tidak terlepas dari kinerja sukuk itu sendiri. Berdasarkan
data dari Dowjones terlihat bahwa di seluruh dunia indeks surat berharga yang berbasis
syariah (saham dan sukuk), kinerjanya lebih baik dibandingkan indeks konvensional. Hal
yang sama juga terjadi di Malaysia, sebagai negara terbesar dalam hal pangsa pasar
penerbitan sukuk di dunia.

Potensi Bagi Indonesia


Sebagaimana disebut di atas, perkembangan sukuk di Indonesia sesungguhnya
bermula karena adanya inisiatif dari swasta. Dukungan yang kurang dari pemerintah dan
regulator terhadap perkembangan sukuk ini, menyebabkan posisi Indonesia dalam pasar
keuangan syariah global tidak mendapatkan tempat yang semestinya. Hingga saat ini, baru
terdapat sekitar 20 sukuk yang diakui sebagai emiten syariah oleh Bapepam. Dengan
diberlakukannya UU Sukuk Negara, diperkirakan perkembangan pasar sukuk di Indonesia
bakal lebih semarak dibandingkan sebelumnya. Terlebih lagi, minat investor terhadap sukuk
ini sangat besar, sebagaimana ditunjukan dari perkembangan sukuk global saat ini. Tahun ini
pemerintah memang memfokuskan diri untuk pengembangan pasar sukuk domestik. Jika

penerbitan perdana ini sukses, diperkirakan akan semakin menarik investor asing, khususnya
dari Timur Tengah, untuk masuk ke pasar keuangan syariah di Indonesia.
Namun demikian, pasar sukuk di Indonesia masih menghadapi sejumlah
tantangan. Pertama, pasar keuangan syariah di Indonesia tidak terlalu likuid. Penyebabnya,
pangsa pasarnya yang relatif kecil, yaitu kurang dari 5% dari seluruh sistem keuangan di
Indonesia. Kecilnya pangsa pasar keuangan syariah ini diperkirakan akan menyebabkan
pertumbuhan pasar sukuk domestik akan tetap terbatas. Oleh karenanya, bila langkah perdana
pemerintah menerbitkan sukuk domestik berhasil, selanjutnya perlu dibuka pasar sukuk
global sebagai benchmark bagi penerbitan sukuk global lainnya, baik sovereign sukuk
maupun corporate sukuk. Selain itu, regulasi yang masih dirasakan menghambat
perkembangan pasar sukuk domestik juga perlu dibenahi, sebagaimana yang terdapat dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 5/12 tahun 2004. Dalam PBI tersebut, bank yang
memiliki sukuk agar memegangnya hingga jatuh tempo. Meski aturan ini penting untuk
menjaga aspek kesyariahan bank syariah, namun PBI ini perlu direvisi agar tidak
menghambat likuiditas pasar sukuk.

Kedua, belum adanya kepastian masalah perpajakan terkait dengan transaksi


yang melibatkan investor sukuk. Permasalahan perpajakan ini tidak hanya terkait dengan
sukuk, namun menyangkut transaksi keuangan syariah secara keseluruhan. Isu yang paling
mengemuka adalah adanya double taxation dalam transaksi keuangan syariah.
Ketiga, kebanyakan produk keuangan syariah bersifat debt-based atau debtlikely. Padahal, idealnya keuangan syariah adalah profit-loss sharing. Ini terlihat dari
komposisi tingkat kupon sukuk yang dibayarkan masih mendasarkan pada tingkat suku bunga
tertentu. Sehingga, tidak mengherankan jika AAOIFI memberikan penilaian bahwa sekitar
85% sukuk belum sesuai dengan syariah. Oleh karena itu, bagi Indonesia perlu
pengembangan inovasi dan struktur sukuk yang lebih beragam.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Investor terhadap Sukuk


Ritel Dibandingkan dengan Obligasi Konvensional
Pemilihan setiap investor dalam memilih bentuk investasi mana yang
akandiambil tentunya berbeda-beda, dan perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh risiko
yang melekat dalam sebuah investasi, return yang dapat dihasilkan sebuah investasi, dan jenis
investor yang melakukan investasi. Keputusan investasi dari setiap perusahaan adalah
berbeda satu dengan lainnya, keputusan investasi adalah hasil dari perhitungan pihak
manajemen, karena keputusan investasi sangat terkait dengan faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan dalam perusahaan tersebut (Hasibuan, S. M, 2005). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa keputusan seorang investor dalam memilih investasi
dipengaruhi oleh banyak hal, seperti risiko, return, jenis investor, dan perhitungan
manajemen perusahaan.
Jika faktor-faktor tersebut mempengaruhi pemilihan terhadap investasi, lalu
bagaimana dengan pemilihan terhadap obligasi dan sukuk ritel, apakah faktor-faktor
tersebut juga mempengaruhi pemilihan terhadap obligasi konvensional maupun sukuk
ritel? Jika memperhatikan kondisi pasar modal Indonesia saat ini, penjualan sukuk ritel

yang diecer dengan pembelian terendah Rp 5.000.000 tersebut cenderung laris manis di
pasaran. Minat masyarakat terhadap sukuk ritel melebihi minat masyarakat terhadap
obligasi konvensional, hal ini ditunjukkan dengan terus meningkatnya permintaan
masyarakat terhadap sukuk ritel, yang berarti merupakan ancaman bagi perusahaanperusahaan yang memperoleh dana dengan menerbitkan obligasi.
Pemilihan investor terhadap sukuk ritel dibandingkan dengan obligasi
konvensional tentunya bukan tanpa alasan, namun disertai beberapa faktor dan
pertimbangan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan seorang investor untuk
memilih berinvestasi pada sukuk ritel dibandingkan dengan obligasi adalah sebagai
berikut :
Sukuk ritel menawarkan bunga sebesar 12%, sedangkan obligasi tidak
menawarkan sebesar ini. Agar mampu bersaing dengan sukuk ritel, obligasi yang
diterbitkan harus menawarkan bunga yang lebih besar dari 12%. Hal ini harus
dilakukan karena investor memiliki pemikiran yang rasional, tentunya investor akan
lebih memilih investasi yang memberikan return yang lebih besar, yaitu sukuk ritel.
Risiko yang melekat di sukuk retail hampir tidak ada, atau nyaris 0%,
sukuk ritel berisiko sangat kecil karena sukuk ritel adalah obligasi syariah yang
diterbitkan oleh pemerintah, sehingga obligasi ini memiliki risiko yang sangat
minim. Dan apabila dibandingkan dengan risiko yang melekat pada obligasi
konvensional yang diterbitkan perusahaan-perusahaan untuk mencari dana, maka
obligasi konvensional jelas kalah, sebab risiko yang melekat pada obligasi
konvensional cukup besar, dan risiko ini muncul karena tidak ada jaminan bahwa
perusahaan yang menerbitkan obligasi konvensional akan berjalan terus dan tidak
mengalami kebangkrutan. Apabila perusahaan penerbit obligasi konvensional
mengalami kebangkrutan, maka para investor yang berinvestasi pada perusahaan
tersebut akan menerima risiko gagal bayar (default risk ), dikarenakan perusahaan
investee tidak mampu memberikan pembayaran atas investasi yang dilakukan oleh
para investor.
Jangka waktu sukuk ritel tidak terlalu lama, yaitu hanya tiga tahun,
dibandingkan dengan jangka waktu obligasi konvensional yang mencapai sepuluh
tahun atau lebih, tentunya usia sukuk ritel merupakan yang paling cocok dengan
orientasi para investor saat ini.
Jenis sukuk yang diterbitkan pemerintah menggunakan kontrak-kontrak
(uqud) yang dapat diterima secara global, artinya kontrak-kontrak yang digunakan
dapat diterima secara umum dan dilakukan oleh siapa saja. Dan tentunya hal
tersebut akan menambah kemudahan bagi masyarakat luas untuk mencoba menjadi
seorang investor.
Bagi investor syariah, sukuk ritel tidaklah bertentangan dengan prinsipprinsip syariah, sehingga selain aman juga menentramkan hati para investor. Jadi,
para investor yang ingin berinvestasi dalam investasi yang halal, dapat memilih
investasi ini. Dan hal ini akan menambah keunggulan dari sukuk ritel bila
dibandingkan dengan obligasi konvensional.
Prosedur pembelian dan penjualan sukuk ritel cenderung mudah dan
transparan bila dibandingkan dengan pembelian dan penjualan obligasi yang lebih
sedikit rumit. Dan tentu saja kemudahan ini akan semakin menarik minat investor

untuk membeli sukuk ritel dibandingkan dengan obligasi konvensional.


Dengan adanya sukuk retil maka memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dan mendukung pembiayaan pembangunan
nasional.
Sukuk ritel yang diecer dapat dibeli dengan pembelian terendah Rp
5.000.000, sehingga jangkauan masyarakat yang mampu membeli sukuk ritel dapat
semakin meluas, karena ditambah dengan pembelian oleh masyarakat kelas
menengah.
Pembahasan di atas menjelaskan mengenai alasan-alasan yang menyebabkan
sukuk ritel terjual laris di pasaran dan mampu mengalahkan penjualan obligasi. Larisnya
penjualan sukuk retil memberikan keuntungan bagi pemerintah, karena sukuk Ritel
membantu dalam hal membiayai anggaran negara, diversifikasi sumber pembiayaan,
memperluas basis investor, mengelola portofolio pembiayaan negara, dan menjamin
tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara.

KESIMPULAN
Dari pembahasan yang sudah dilakukan maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan, yaitu bahwa penerbitan sukuk retil atau obligasi syariah yang dilakukan oleh
pemerintah mengalahkan penjualan obligasi konvensional di pasar modal, dan hal ini
disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini :
1. Sukuk ritel menawarkan bunga yang lebih besar dari obligasi
konvensional.
2. Risiko yang melekat di sukuk retil hampir tidak ada, atau nyaris 0%,
sedangkan risiko yang melekat pada obligasi konvensional cukup besar.
3. Jangka waktu sukuk ritel merupakan yang paling cocok dengan orientasi
para investor saat ini, yaitu 3 tahun.
4. Jenis sukuk yang diterbitkan pemerintah menggunakan kontrak-kontrak
yang dapat diterima secara umum dan dilakukan oleh siapa saja.
5. Bagi investor syariah, sukuk ritel tidaklah bertentangan dengan prinsipprinsip syariah, sehingga selain aman juga menentramkan hati para investor.
6. Prosedur pembelian dan penjualan sukuk ritel cenderung mudah dan
transparan bila dibandingkan dengan pembelian dan penjualan obligasi yang lebih
sedikit rumit.
7. Sukuk retil yang diecer berharga cukup rendah, Rp 5.000.000, sehingga
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dan
mendukung pembiayaan pembangunan nasional.

OBLIGASI RITEL
INDONESIA
(ORI)

DAN
SUKUK RITEL

DISUSUN OLEH :
FANI USNAWATI (05)
X-1

Anda mungkin juga menyukai